• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM PETA SOSIAL MASYARAKAT

KELURAHAN SEKELOA

Kondisi sosial masyarakat sangat berpengaruh pada eksistensi dan pengembangan suatu lembaga ekonomi masyarakat, oleh sebab itu pemetaan sosial (social mapping) merupakan suatu keharusan dalam kegiatan pengembangan masyarakat. Melalui peta sosial masyarakat, dapat diketahui potensi pendukung dan penghambat yang berpengaruh pada perkembangan lembaga ekonomi masyarakat tersebut.

Dalam upaya meningkatkan kapasitas BMT Nurul Ummah, analisis kajian terhadap peta sosial masyarakat di Kelurahan Sekeloa bertujuan untuk memahami kondisi dan karakteristik masyarakatnya dilihat dari aspek-aspek kependudukan, sistem ekonomi, struktur komunitas, organisasi kelembagaan dan sumber daya lokal berdasarkan letak geografis-administratif, kondisi demografis, kondisi ekonomi, kondisi pendidikan, kondisi sosial budaya, kondisi keagamaannya serta masalah sosialnya. Hasil pemetaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Kondisi Geografis dan Administratif

Kegiatan BMT terdapat di Kelurahan Sekeloa Kecamatan Coblong Kota Bandung yang memiliki luas 117 Ha. Letak wilayah Kelurahan Sekeloa berada di Bandung Utara memiliki komunitas yang mobiltasnya tinggi, mobilitas komunitas ini banyak dimudahkan oleh kemudahan transportasi baik kendaraan umum maupun ojeg. Selain kemudahan transportasi, kehidupan komunitas juga dimudahkan dengan letak wilayah Kelurahan Sekeloa yang strategis. Di utara berbatasan dengan Kelurahan Dago, di timur dan selatan berbatasan dengan Kelurahan Sadang Serang dan di barat berbatasan dengan Kelurahan Lebak Gede.

Di Kelurahan Sekeloa terdapat beberapa kompleks pemukiman yaitu kompleks Tubagus Ismail, kompleks Alamanda, kompleks Sadang Luhur dan kompleks Sadang Hegar. Kompleks Tubagus Ismail dan kompleks Alamanda merupakan kompleks pemukiman elit.

Keberadaan kompleks elit harus menjadi perhatian BMT, kompleks ini dapat menjadi sumber pendukung selain tingkat ekonomi penduduknya relatif di atas

masyarakat lain, masyarakatnya banyak yang menjadi pengusaha dan pejabat-pejabat teras pemerintah dan hal ini menjadi potensi besar bagi pengembangan kegiatan BMT pada akses yang lebih makro. Tetapi mereka juga bisa menjadi konflik manakala komunikasi dengan warga lain terhambat sehingga mereka terkesan tidak mau berinteraksi dengan warga lain.

Jarak Komunitas ke kantor Kecamatan Coblong 3 Km, ke kantor Pemerintah Kota Bandung 10 Km dan jarak ke kantor Pusat Jakarta sejauh 115 Km. Dengan adanya kemudahan transportasi, hal ini menjadikan nasabah BMT dan kelembagaannya dapat dengan mudah melakukan interaksi sosial atau koordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak lain yang terkait dengan kegiatan.

Kehidupan komunitas banyak dimudahkan dengan tersedianya berbagai fasilitas seperti fasilitas pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi, hal ini memberi kemungkinan bagi komunitas untuk memperoleh pendidikan yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Selain fasilitas pendidikan, kehidupan komunitas juga dimudahkan dengan dekatnya wilayah Kelurahan Sekeloa dengan berbagai fasilitas ekonomi seperti pasar tradisional, terminal angkutan umum, pusat kegiatan olah raga massal dan bank. Fasilitas-fasilitas tersebut banyak yang dijadikan sarana kegiatan ekonomi bagi sebagian besar komunitas baik terutama komunitas pedagang. Selain itu terdapatnya fasilitas pendidikan perguruan tinggi juga menjadi sarana kegiatan ekonomi bagi komunitas, terutama karena cukup banyaknya mahasiswa yang tinggal di wilayah Kelurahan Sekeloa. Fasilitas-fasilitas ekonomi tersebut juga menjadi sarana kegiatan ekonomi nasabah BMT. Selain fasilitas pendididkan dan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan ibadah bagi umat muslim di Kelurahan Sekeloa terdapat 23 buah mesjid yang tersebar di seluruh RW, 20 mushola, majelis ta’lim 16, lembaga pendidikan Islam 2 buah dan pesantren 1 buah. Banyak nasabah BMT yang memanfaatkan fasilitas ibadah tersebut baik untuk kegiatan jum’atan, pengajian atau kegiatan ibadah lainnya.

Kegiatan BMT berada di wilayah RW 13, tetapi wilayah kerjanya mencapai jarak 10 Km dari lokasi meluas ke wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kelurahan Sekeloa.

Kondisi Kependudukan dan Ekonomi

Berdasarkan data monografi Bulan Desember 2006 jumlah penduduk Kelurahan Sekeloa sebanyak 25.841 jiwa yang meliputi jumlah laki-laki 13.646 jiwa dan jumlah perempuan 12.195 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 5.354 KK. Untuk lebih jelasnya Komposisi penduduk Kelurahan Sekeloa berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari Tabel 2 berikut:

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Kelurahan Sekeloa Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2006

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 1751 1607 3358 5 - 9 1438 1164 2602 10 - 14 1503 1228 2731 15 - 19 1566 1292 2858 20 - 24 1846 1741 3587 25 - 29 1275 1086 2361 30 - 34 1176 911 2087 35 – 39 796 870 1666 40 – 44 460 649 1109 45 – 49 459 455 914 50 – 54 302 284 586 55 – 59 206 213 419 60 < 868 695 1563 Jumlah 13646 12195 25841 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sekeloa Tahun 2006

Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka penduduk Kelurahan Sekeloa berdasarkan umur dan jenis kelamin adalah seperti tampak pada diagram piramida Gambar 2 berikut:

Gambar 2 : Piramida Penduduk Kelurahan Sekeloa Tahun 2006 50 - 54 40 - 44 45 - 49 30 - 34 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 35 - 39 60 < 60 < 55 - 59 Laki-laki

Laki-laki PerempuanPerempuan

5 10

15 5 10 15

Keterangan : 1 : 100

Dari Tabel 2 komposisi penduduk di atas menunjukkan bahwa komunitas di Kelurahan Sekeloa termasuk padat, dengan luas wilayah sebesar 117 Ha dan hanya 99 Ha yang menjadi pemukiman penduduk ini berarti setiap 1 hektar dihuni oleh 261 jiwa.

Kelurahan Sekeloa seperti halnya daerah perkotaan, minat penduduk dari luar wilayah untuk tinggal di Kelurahan Sekeloa sangat tinggi, hal ini di pengaruhi oleh banyaknya sarana kegiatan ekonomi terutama wilayah-wilayah yang banyak ditempati oleh mahasiswa dan sebagian besar wilayah Kelurahan Sekeloa banyak yang dihuni oleh mahasiswa. Inilah yang menyebabkan Kelurahan Sekeloa memiliki jumlah penduduk yang padat dengan jumlah penduduk pendatang yang cukup tinggi. Cukup tingginya jumlah pendatang berpengaruh pada keheterogenan etnis komunitasnya seperti Jawa, Batak, Padang dan masih banyak etnis lainnya. Heterogenitas etnis dari komunitas Kelurahan Sekeloa juga nampak pada nasabah BMT yang terdiri dari etnis Jawa, Padang selain Sunda seperti Mas R (Jogja), Bapak A (Sunda), Ibu Jm (Cilacap), Ibu Rs (Padang). Selain etnis dan pekerjaan keheterogenan juga terdapat pada agama,

Sebagian besar atau 96 % agama yang dianut komunitas adalah Islam, 4 % komunitas lainnya beragama Kristen, Hindu dan Budha.

Selain etnis, keheterogenan juga nampak pada pekerjaan nasabah BMT seperti penjual mie ayam, penjual goreng ayam, pedagang warung nasi, pedagang warung kelontong, dan banyak lagi jenis lainnya.

Mata pencaharian sebagai pelaku usaha sektor informal banyak dilakukan oleh komunitas. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 : Mata Pencaharian Pokok Kepala Keluarga pada Penduduk di Kelurahan Sekeloa Tahun 2006

No. Mata Pencaharian Jumlah %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Buruh Pegawai Swasta Pegawai Negeri Pengrajin Pedagang Penjahit Tukang Batu Tukang Kayu Montir Dokter Sopir TNI/Polri Pengusaha 473 658 1.747 134 1.535 37 461 174 43 8 56 76 21 8,7 12,1 32,2 2,5 28,3 0,7 8,5 3,2 0,8 0,1 1,0 1,4 0,1 Jumlah 5.423 100

Sumber : Data Monografi Kelurahan Sekeloa Tahun 2006

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat jumlah komunitas yang melakukan kegiatan ekonomi dalam sektor informal (pengrajin, pedagang dan penjahit) adalah sebanyak 1.706 kepala keluarga (31,5 %) tetapi yang sudah menjadi nasabah BMT hanya 28 orang.

Selain fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan juga menjadi kebutuhan masyarakat termasuk nasabah BMT. Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Sekeloa dapat dilihat dari Tabel 4 berikut:

Tabel 4: Tingkat Pendidikan Penduduk Di Kelurahan Sekeloa Tahun 2006

Sumber : Profil Kelurahan Tahun 2006

Tabel 4 di atas menunjukkan 1.599 orang penduduk (6,2 %) memiliki pendidikan D-2, S-1 dan S-2, jumlah ini menunjukkan bahwa adanya perguruan tinggi di Kelurahan Sekeloa belum menunjang pendidikan komunitas lebih optimal. Sedangkan jumlah penduduk yang memiliki pendidikan di bawah SLTA cukup tinggi yaitu sebanyak 3.956 orang (15,3 %) tamat SD dan 4.042 orang (15,6 %) tamat SLTP. Demikian pula dengan penduduk yang tidak dapat menamatkan sekolah dasar cukup tinggi yaitu sebanyak 2,274 orang (8,7 %), sementara penduduk yang belum sekolah dan masih sekolah di SD mencapai jumlah 9.590 orang (37,1 %). Di perkotaan, seleksi untuk mendapatkan peluang kerja di sektor formal rata-rata dari pendidikan SLTA ke atas. Oleh karena itu untuk penduduk yang tidak sampai kejenjang pendidikan SLTA sulit untuk memperoleh peluang kerja di sektor formal tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Sekeloa rata-rata memiliki pendidikan di bawah tingkat SLTA.

Karakteristik Masyarakat Perkotaan pada Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan heterogen, membentuk karakteristik khas pada masyarakat di Kelurahan Sekeloa dalam pola kehidupannya sehari-hari. Karakteristik tersebut juga terbentuk dipengaruhi oleh

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D-2 Tamat S-1 Tamat S-2 3956 4042 4373 341 1250 8

kondisi lingkungan sosial yang memiliki mobilitas ekonomi tinggi untuk menyelaraskan kebutuhan dengan kemampuan.

Sebagaimana umumnya di perkotaan, kebutuhan biaya hidup sangat tinggi baik untuk kebutuhan pokok hidup sehari-hari, kebutuhan pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya, sehingga menurut salah seorang nasabah BMT mereka tidak memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan sosial, seluruh tenaga dan fikiran terkuras untuk mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tingginya mobilitas ekonomi, interaksi dengan lingkungan sosial menjadi sangat kurang. Sikap kurang peduli menjadi sangat dominan dalam hubungan sosial mereka dengan lingkungannya baik dengan tetangga, teman atau saudara terutama dalam lingkungan kompleks perumahan sering mereka tidak mengenal tetangga sebelah rumahnya.

Selain sikap kurang peduli, masyarakat selalu mengukur materi dalam setiap kegiatannya secara finansial baik langsung maupun tidak langsung, begitu juga untuk kegiatan sosial. Setiap institusi pemerintah yang berkaitan langsung dengan masyarakat menyediakan anggaran cukup besar untuk aktivitas kader masyarakat, baik untuk transport maupun untuk insentif insidentil. Partisipasi masyarakat Kelurahan Sekeloa cukup tinggi terhadap pembangunan terbukti dari seringnya Kelurahan Sekeloa mendapat predikat kelurahan terbaik, tetapi itu tidak melepaskan mereka pada keuntungan secara materi, dibalik partisipasinya sebagian besar mengharapkan keuntungan finansial secara langsung. Keuntungan materi juga diharapkan oleh kader pelayanan masyarakat seperti kader Pos Yandu, kader PKK, Pos KB maupun Sub Pos KB Dari beberapa kader masyarakat yang ditemui, ada seorang kader Pos Yandu dengan antusias mengatakan:

“Kalau sekarang mah kader Pos Yandu teh dapat insentif dari Puskesmas…..lumayan lah buat nambahin biaya dapur”

Dari apa yang diungkapkan kader tersebut, menunjukkan ada respon yang tinggi kalau kegiatan sosial tersebut dapat menghasilkan keuntungan secara finansial, hanya segelintir kader masyarakat yang memang benar-benar peduli dan ingin berpartisipasi.

Karakteristik khas lainnya adalah sikap curiga kepada siapa saja terutama pada orang yang baru dikenal, kecuali pada orang-orang terdekat. Masyarakat

sering berfikir negatif terhadap masyarakat lain terutama yang mengelola anggaran pemerintah, hal inilah yang menjadikan seringnya terjadi konflik walaupun tidak selalu muncul kepermukaan pada lembaga-lembaga yang mengelola bantuan-bantuan pemerintah termasuk pada PDM-DKE dan P2KP.

Selain sikap curiga, norma-norma sosial tidak selalu dipandang sebagai aturan-aturan yang harus ditaati oleh sebagian, tidak sedikit masyarakat yang melanggar norma-norma sosial tersebut seperti melakukan pencurian, penipuan, penyalah gunaan jabatan, penyalah gunaan hak dan lain sebagainya. Salah satu contohnya adalah tidak mengembalikan pinjaman modal bergulir dengan alasan bahwa itu adalah hibah.

Karakteristik masyarakat perkotaan tidak selalu dikonotasikan negatif, ada juga aspek positifnya. Tingginya biaya hidup yang harus ditanggung dan semakin sempitnya lahan untuk mendapatkan peluang keuntungan, mendorong masyarakat untuk lebih kreatif dan berusaha untuk mampu bersaing. Tingginya persaingan menjadikan setiap waktu sangat berarti buat masyarakat, bagi para pekerja informal banyaknya waktu yang terbuang merupakan kerugian materi bagi mereka, bagi pekerja formal banyaknya waktu terbuang merupakan kerugian untuk mendapatkan peluang jabatan yang lebih baik. Dengan adanya hal tersebut, masyarakat Kelurahan Sekeloa cenderung sebagai pekerja keras (workaholic).

Bagi sebuah lembaga ekonomi masyarakat termasuk BMT, sikap positif masyarakat dapat menjadi modal sosial (social capital) karena dengan aktivitas ekonominya yang tinggi mereka akan menjaga intensitas hubungannya dengan lembaga keuangan yang dapat menunjang aktivitas ekonominya, tetapi dalam pertisipasi masyarakat hal itu akan sangat sulit diperoleh.

Pelapisan Sosial dan Kepemimpinan Dalam Masyarakat

Menurut pandangan nasabah sebagai anggota masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama merupakan pemimpin bagi masyarakat yang disegani, dihormati dan dipercaya. Tokoh masyarakat dianggap oleh mereka sebagai orang yang suka mengurus masyarakat dan dapat memberikan bimbingan pada masyarakat. Begitu juga pandangan mereka terhadap tokoh agama, masyarakat memandang tokoh

agama sebagai pembimbing spiritual yang dapat membimbing mereka untuk memahami kebenaran hidup.

Dalam kesehariannya, tokoh masyarakat dan tokoh agama seperti pada umumnya masyarakat memiliki aktivitas untuk mendapatkan nafkah, ada yang bekerja sebagai aparat pemerintah, wiraswasta, pensiunan baik PNS maupun Masyarakat menganggap orang-orang tersebut sebagai pemimpin baik tokoh masyarakat maupun tokoh agama melihat dari kecakapan atau kemampuannya, kekayaannya dan faktor keagamaannya.

Dengan kapasitasnya sebagai pengayom masyarakat dan dipercaya oleh mereka, selama ini tokoh masyarakat dan tokoh agama tersebutlah yang sering mengajak mereka untuk ikut bergotong royong dalam berbagai kegiatan sosial seperti membersihkan lingkungan, menjaga keamanan wilayah dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam pelapisan sosial dipandang dari kekayaan, tingkat pendidikan dan pekerjaan seperti misalnya masyarakat penghuni daerah elit yang umumnya adalah pengusaha dan pejabat teras pemerintah dipandang sebagai lapisan sosial kelas atas, masyarakat penghuni kompleks perumahan Sadang Hegar dan Sadang Luhur yang umumnya adalah pegawai negeri dan wirausaha dipandang sebagai lapisan sosial kelas menengah dan masyarakat penghuni daerah kumuh yang umumnya adalah buruh dan pedagang kecil dipandang sebagai lapisan sosial kelas bawah.

Kelembagaan dan Organisasi

Di Kelurahan Sekeloa juga terdapat kelembagaan dan organisasi yang dikelompokkan berdasarkan sejarah pembentukannya ke dalam dua bagian yaitu lembaga-lembaga intervensi pemerintah yang antara lain terdiri dari Pemerintah Kelurahan Sekeloa, RW, RT, Forum RW, LPM, Pos Yandu, PKK, Puskesmas, Sekolah, Pos KB dan Sub Pos KB serta Dasa Wisma. Dan lembaga-lembaga swakarsa atau hasil pembentukan masyarakat seperti Remaja Mesjid, Taruna Karya, Kelompok Arisan, Kelompok Kematian, DKM, TPA dan Kelompok Pengajian serta P2KP, UP2K, MUBR dan UED-SP walaupun aktivitasnya sudah

sangat kurang. Pada dasarnya kelembagaan dan organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan.

Dari beberapa kelembagaan dan organisasi tersebut yang masih rutin melaksanakan kegiatan dan melakukan pertemuan adalah Pos Yandu, PKK tingkat kelurahan dan Puskesmas untuk organisasi dan kelembagaan intervensi pemerintah. Sedangkan untuk kelembagaan dan organisasi hasil pembentukan masyarakat adalah kelompok arisan dan kelompok-kelompok pengajian tingkat RW dan RT, dan kelompok pengajian komunitas tertentu seperti ”KERWATI”. Kelompok pengajian ”KERWATI” adalah kelompok pengajian dari komunitas daerah elit,

Masyarakat Kelurahan Sekeloa memanfaatkan lembaga-lembaga intervensi pemerintah untuk kepentingan legalitas kependudukan, mendapatkan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana serta fasilitas pendidikan. Sementara kegiatan arisan dan pengajian dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi dengan masyarakat lainnya. Intensitas pertemuan dari kelompok swakarsa ini cukup tinggi terutama dalam kelompok pengajian, selain itu dalam kelompok pengajian ada kegiatan pengajian keliling dari satu RT ke RT lain atau dari satu RW ke RW lain. Kelompok-kelompok pengajian ini juga sering mengisi acara-acara syukuran anggota masyarakat lainnya baik yang ada di wilayahnya ataupun di luar wilayahnya, beberapa orang nasabah BMT ada yang aktif dalam kegiatan kelompok pengajian ini. Kelompok pengajian ini dapat dimanfaatkan BMT untuk kegiatan sosialisasi, melakukan jejaring kerja (networking) atau untuk menghimpun nasabah.

Kondisi Keagamaan

Penduduk Sekeloa berdasarkan data profil Kelurahan 96 % (24.800 orang) adalah pemeluk agama Islam dan ini merupakan mayoritas dari agama-agama lain yang ada di Kelurahan Sekeloa di mana agama Kristen hanya 499 orang (1,9 %), Katholik 473 orang (1,8%), Hindu 31 orang (0,1%) dan Budha 38 orang (0,1%).

Untuk memenuhi kebutuhan ibadahnya masyarakat muslim secara gotong royong membangun mesjid-mesjid dan mushola, ada juga pembangunan mesjid

yang dibantu dananya oleh pemerintah tetapi masyarakat memiliki andil yang lebih besar, karena membangun mesjid menurut mereka menjadi bagian dari ibadahnya. Keberadaan mesjid menurut masyarakat bukan hanya untuk kegiatan sholat, tetapi juga untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ibadah lainnya seperti kegiatan pengajian dan kegiatan ceramah-ceramah keagamaan. Selain itu juga keberadaan mesjid dimanfaatkan masyarakat untuk menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Menurut salah satu tokoh masyarakat yang menjadi ketua DKM (Dewan Kemakmuran Mesjid) di RW 01, ZIS yang terkumpul dari masyarakat setiap bulan bisa mencapai Rp.1 – Rp .2 juta. Dana yang terkumpul dari dana ZIS tersebut dimanfaatkan untuk menyantuni masyarakat miskin, anak yatim dan jompo yang berada di lingkungan mesjid tersebut sebagian dana ZIS dimanfaatkan untuk pemeliharaan mesjid.

Sebagian besar masyarakat muslim menyadari ZIS merupakan bagian dari kegiatan ibadahnya, begitu juga pada mayarakat daerah elit. Salah satu warga masyarakat elit di kompleks Tubagus Ismail anggota dari kelompok pengajian ”KERWATI” menyediakan waktunya untuk menghimpun ZIS dari seluruh warga masyarakat kompleks Tubagus Ismail. Dana ZIS dihimpunnya setiap bulan dan pada akhir bulan Ramadhan, bekerja sama dengan aparat kelurahan dana ZIS tersebut disalurkan kepada masyarakat miskin yang tinggal di daerah kumuh dalam bentuk uang atau sembako.

Cukup tingginya kesadaran masyarakat dalam menyalurkan ZIS nya merupakan modal sosial bagi BMT untuk kegiatan penghimpunan ZIS nya, tetapi hal ini belum mendapat perhatian dari kelembagaan BMT.

Masalah Sosial

Sebagai mana wilayah perkotaan pada umumnya banyak masalah sosial yang terjadi di Kelurahan Sekeloa seperti kriminalitas dan kenakalan remaja, tetapi masalah sosial yang banyak mendapat perhatian adalah masalah kemiskinan.

Sebagaimana wilayah perkotaan lainnya, di Kelurahan Sekeloa ada juga yang masuk dalam kategori miskin/tidak mampu. Informasi dari Ka Sie

Kemasyarakatan, data terakhir jumlah keluarga miskin di Kelurahan Sekeloa sebanyak 741 KK (Kepala Keluarga) atau 13,7 % dari jumlah KK seluruhnya yaitu 5423 KK. Rumah tangga yang dianggap miskin di Kelurahan Sekeloa ditetapkan berdasarkan kriteria kemiskinan rumah tangga dari BPS Kota Bandung yaitu salah satunya rumah tangga memiliki penghasilan di bawah Rp.600.000,- per bulan. Dalam kenyataannya jumlah masyarakat miskin ini bisa lebih banyak, sebab bagi masyarakat pada saat pendataan belum tinggal lebih dari 6 bulan di Kelurahan Sekeloa belum didata dan itu semuanya adalah pendatang, beberapa dari masyarakat pendatang tersebut juga ada yang miskin. Selain itu adanya kekurang cermatan dalam pendataan sering menyebabkan banyak masyarakat miskin yang tidak terdata.

Berdasarkan pengamatan, konsentrasi masyarakat miskin ada di daerah kumuh yang memiliki luas hampir 80 % dari luas wilayah yang dihuni penduduk, luas wilayah yang dihuni penduduk yaitu 99 Ha dari 117 Ha luas wilayah Kelurahan Sekeloa. Dalam kehidupan masyarakat miskin, untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal mereka hanya mampu menyewa rumah kecil dan tidak layak huni karena harganya lebih murah.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka banyak yang melakukan pekerjaan sebagai buruh bangunan, tukang sampah, hansip, pembantu rumah tangga dan pembantu cuci pakaian untuk mahasiswa. Upah yang diterima mereka perbulan antara Rp.250 – Rp.300 ribu.

Selain sebagai pekerja ada beberapa masyarakat miskin yang memiliki usaha kecil seperti pedagang gorengan, pedagang jajanan anak-anak, kios rokok dan lain sebagainya, diantara pedagang gorengan tersebut ada yang menjadi nasabah BMT. Ada juga beberapa orang masyarakat miskin yang kadang mendapat pekerjaan kadang tidak seperti misalnya sopir angkot cadangan, tukang ojeg cadangan.

Beberapa masyarakat miskin tersebut tidak memiliki KTP dan ini bukan hanya masyarakat miskin pendatang, penduduk asli yang miskin juga banyak yang tidak memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk). Hal ini disebabkan biaya proses pembuatan KTP mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan sampai Kecamatan cukup mahal bisa mencapai Rp.20.000,- per KTP. Inilah yang menyebabkan banyak keluarga miskin di Kelurahan Sekeloa tidak bisa mengakses ke bantuan

PDM-DKE dan P2KP, karena persyaratan untuk mendapat bantuan tersebut adalah penduduk yang memiliki KTP. Tetapi tidak sedikit penduduk yang mampu, karena memiliki KTP mereka memperoleh bantuan.

Dengan ketidak mampuan mereka untuk memiliki KTP, mereka menjadi termarjinalkan. Inilah yang harus menjadi pertimbangan BMT untuk memfungsikan penghimpunan ZIS nya (Baitul Maal) agar mereka memiliki akses pada modal usaha produktif.

Masalah kemiskinan yang terjadi pada nasabah BMT disebabkan habisnya modal usaha yang sudah berjalan selama ini. Banyak faktor yang menyebabkan habisnya modal usaha dari informasi beberapa nasabah mengatakan bahwa habisnya modal mereka disebabkan karena adanya kenaikan harga yang menyebabkan modal yang harus dikeluarkan semakin besar sedangkan keuntungan terus berkurang, nasabah lain mengatakan habisnya modal disebabkan karena adanya rumor negatif (flu burung) yang menyebabkan jualannya tidak laku, sementara menurut petugas lapangan BMT selama ini banyak nasabah yang memiliki hutang ganda, baik terhadap BMT maupun pada lembaga keuangan lain atau pada rentenir, sehingga hutangnya melebihi keuntungan yang dihasilkan dari usahanya.

Adanya masalah modal usaha habis, pada akhirnya menyebabkan nasabah BMT tersebut tidak memiliki penghasilan. Dampak dari semua ini adalah menambah angka pengangguran dan kemiskinan di Kelurahan Sekeloa

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT