• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISELESAIKAN MENURUT HUKUM ADAT WARIS BALI

B. Di dalam Pengadilan

Upaya yang dilakukan oleh janda apabila pembagian warisan suami yang meninggal dunia tidak dapat diselesaikan menurut hukum waris adat Bali adalah melalui jalur pengadilan.

Contoh kasus Putusan No.53/PK/Pdt :

Memeriksa dan mengadili dalam tingkatan kasasi telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkaranya:

NI KETUT KARTINI, umum 34 tahun, lahir dan tinggal di Banjar Jawa, distrik dan Swapradja Buleleng, pekerjaan pensiundjanda marhum I made Rama, penggugat untuk kasasi.

Melawan :

I WAYAN RUMA, umur 50 tahun, lahir dan tinggal berumah di Banjar Jawa, distrik dan swapraja buleleng, kerjaan menjadi guru S.M.P. Singaradja, tergugat dalam kasasi.

Mahkamah agung tersebut.

Melihat surat yang berkesangkutan.

Menimbang bahwa dari surat ternyata bahwa sekarang menggugat untuk kasasi sebagai penggugat asli telah menggugat sekarang penggugat untuk kasasi sebagai prnggugat asli di depan Pengadilan Singaraja, berdasarkan perbuatan tergugat asli itu yang dapat dianggap melintas atau menjalani adat bali dan dharmanya seorang janda, pengadilan kerta tersebut dengan putusan memerintahkan keluarnya

tergugat itu dari rumahnya mendingan I Made Rama dan di pecat serta di hilangkan segala hak-haknya selaku janda.

Menimbang bahwa Pengadilan SIngaraja itu dengan putusannya pada tanggal 27 September 1999 No. 82 menyatakan pengaduan mendakwa I Wayan Ruma diterima penuh,:

“Menyatakan terdakwa Ni Ketut Kartini di pecat dari hak janda dari mendiang I Made Rama”

“Menghukum kepada terdakwa Ni Ketut Kartini oleh karena pergi keluar dari rumah pusaka mendiang suaminya I Made Rama”

“Menentukan biaya perkara ini sebanyak Rp. 100 (seratus rupiah) tetap menjadi milik Kas Swapradja Buleleng”

“Menghukum kepada terdakwa Ni Ketut Kartini mengembalikan kepada terdakwa I Wayan Ruma, biaya dalam perkara ini sebanyak Rp. 100 (seratus rupiah) ini atas tanggungan harta bendanya terdakwa Ni Ketut Kartini itu. Menimbang bahwa tergugat asli keberatan terhadap putusan pengadilan kerta itu dan mengajukannya kepada pengadilan tinggi di Makasar,pada tanggal 17 Maret 2000 dari permohonan mana setara cukup diberitahukan kepada pihak lawan.

Menimbang bahwa permohonan kasasi dengan alasannya di masukan dalam tenggang dan mengindahkan akan cara-cara menurut undangan sehingga dapat di terima.

Menimbang bahwa pokok keberatang yang diajukan oleh penggugat untuk kasasi ialah:

a. Pemecatan hak penggugat untuk kasasi sebagai janda almarhum suaminya bernama I Made Rama sebagai di putuskan oleh Pengadilan di Singaraja serta penghukuman pengugat untuk kasasi supaya pergi keluar dari rumah pusaka suaminya tersebut oleh pengadilan itu, putusan mana yang di kuatkan oleh pengadilan tinggi di Makasar, adalah melanggar hukum adat yang tak saja berlaku dalam daerah Buleleng, akan tetapi juga di daerah lain, daerah seluruh pulau Bali, karena pengadilan itu menyatakan sendiri bahwa tentang tuduhan zinah terhadap diri penggugat untuk kasasi didapatkan kenyataan.

b. Bertentangan juga tentang hukum adat dewasa ini adalah pertimbangan dalam putusan Pengadilan Tinggi yang di putuskan dengan Putusan Pengadilan Tinggi tersebut bahwasanya penggugat untuk kasasi menjalani dharma seorang janda dan perlakuan setara menyimpang dari ketentuan dalam

Paswara, karena upaya pembakaran mayat almarhum suaminya dan

pendidikan ketiga anaknya dengan almarhum suaminya itu seluruhnya dilakukan dengan biaya yang ia, penggugat untuk kasasi, mendapatkan sendiri karena kerja kerasnya.

c. Tergugat dalam kasasi yang benar iparnya penggugat untuk kasasi, adalah bertindak salah dengan menggugat terhadapnya, penggugat untuk kasasi, dengan mengemukakan diri sebagai wali anak tersebut karena ia belum pernah menyumbang apa guna keperluan anak tersebut atau penggugat untuk

kasasi, lagi pula gugatan tersebut ternyata tidak di setujui oleh anak-anak yakni terdiri dari seorang anak laki-laki yang termuda, yaitu Ni Luh Sudarmi dan Ni Putu Sumiati.

Menimbang bahwa surat dari anak laki itu yang di alamatkan kepada Mahkamah Agung dan di tandatangani olehnya sendiri, dimana surat berada dalam berkas bahwa ia membenarkan keberatan ibunya ialah penggugat untuk kasasi tertera sub c di atas dan mengemukakan selanjutnya “bahwa ia adalah anak laki-laki satu-satunya dari almarhum bapaknya, suami penggugat untuk kasasi bernama I Made Rama dan dengan demikian I Made Sujana adalah ahli waris yang terutama dan berkedudukan lebih tinggi dari pada pamannya I Wayan Ruma, sekarang tergugat dalam kasasi selanjutnya sebagai ahli waris yang paling terutama dari almarhum bapaknya, sama sekali tidak mengajukan tuntutan terhadap seorang penggugat untuk kasasi dan menyatakan bahwa penggugat kasasi ini telah melakukan dharmanya janda dan sebagai seorang ibu ketiga anaknya setara yang semestinya.”

Menimbang oleh karena demikian pula di dalam putusan Pengadilan telah dinyatakan bahwa perbuatan zinah yang di tuduhkan oleh penggugat untuk Kasasi tidak terbukti adalah cukup alasan bagi Mahkamah Agung untuk terlebih dahulu menjawab soal hukum yang timbul dalam tingkat kasasi ini, yaitu bahwa dengan pernyataan anak laki satu-satunya dari almarhum suami penggugat untuk kasasi sebagai dikemukakan di atas, pihak tergugat dalam kasasi sebagai penggugat asli berwenang memajukan tuntutan sebagai wali dari ketiga-tiganya anak tersebut terhadap penggugat untuk kasasi di depan kerta itu.

Menimbang bahwa Mahkamah Agung mengetahui sendiri bahwa menurut hukum adat di Bali, I Made Sudjana tersebut sebagai satu-satunya ahli wari dari marhum bapaknya I Made Rama, sebagai ahli waris asalkan saja ia cukup umur, dalam yang berhak mengajukan gugatan peninggalan almarhum bapaknya.

Menimbang bahwa gugatan asli dari tergugat dalam kasasi di tujukan dan menurut pengakuannya I Made Sudjana, ketika menulis suratnya itu dalam berumur 17 tahun, ketika gugatan asli di ajukan semudah mudahnya berumur 15 tahun, suatu umur yang umum di Indonesia menurut hukum adat di anggap sebagi telah dewasa.

Menimbang oleh karena demikian andaikan di perlukan memajukan gugatan terhadap sekarang penggugat untuk kasasi satu satunya berhak ialah I Made Sudjana itu dan bukan pamannya sekarang tergugat dalam kasasi setidak tidaknya paman itu harus menunjukan persetujuannya dari ahli waris I Made Sudjana untuk menggugat terhadap sekarang penggugat untuk kasasi persetujuan mana tidak pula didapatkan, malahan ternyata sebaliknaya sehingga sekarang ternyata bahwa putusan Pengadilan Tinggi di Makasar yang menguatkan putusan Pengadilan Singaraja tersebut dan telah melanggar hukum adat di Bali mengenai warisan terutama hak pribadi ahli waris I Made Sudjana harus di batalkan dan dengan mengadili sendiri, Mahkamah Agung harus memutuskan bahwa gugatan asli dari sekarang tergugat dalam kasasi tak dapat diterima, dengan menghukum tergugat dalam kasasi membayar segala biaya dalam tingkatan ini.

 

128

Mengingat akan pasal 120 undang-undang Mahkamah Agung Indonesia: MEMUTUSKAN :

Menerima permohonan kasasi dari penggugat untuk kasasi Ni Ketut Kartini Membatalkan putusan-putusan pengadilan tinggi di Makasar tanggal 17 maret 2000 No. 94/1951I/P.S./Pdt. dan Pengadilan Singaraja tanggal 27 september 1999 No. 82