• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun bacaan di saat sholat malam di bulan romadhon atau selainnya, tidak ada batasan yang pasti dari nabi saw. Bahkan dahulu bacaan beliau saw berbeda-beda panjang pendeknya. Sesekali beliau membaca Yaa Ayyuhal Muzzammil dalam setiap raka’atnya sebanyak 20 ayat.188 Kadangkala lima puluh ayat atau lebih banyak

akan ditulis termasuk orang-orang yang lalai.”190 Dalam hadits yang lain,”… dengan 200 ayat maka ia akan ditulis

termasuk orang-orang yang khusyu’ dan ikhlas.”191

Dan pernah beliau membaca disuatu malam dalam keadaan sakit mengimami manusia dengan membaca surat-surat panjang, yaitu: Al-Baqoroh, Ali Imran, An-Nisa, Al Maidah, Al An’am, Al a’raf dan At-Taubah.192

Dan pada kisahnya Hudzaifah bin Yaman ra dibelakang Nabi saw, diriwayatkan bahwa beliau membaca Al-Baqoroh kemudian An-Nisa’, kemudian surat Ali Imran dalam 1 raka’at, beliau membacanya perlahan-lahan193.

Dan pernah pula beliau mengulang-ulang satu ayat dalam sholat lail sampai tiba waktu shubuh, yaitu ayat 118 surah Al Maidah. Lalu ruku sujud dan berdo’a.194 Namun beliau jarang sekali sholat lail semalam penuh. Abu Dzar berkata :

“wahai Rasulullah, engkau semalam hanya membaca satu ayat berulang-ulang sampai shubuh, lalu engkau ruku’, sujud dan berdo’a, padahal Allah telah mengajarkan kepadamu seluruh Alqur’an. Apakah kalau sebagian diantara kami melakukan seperti yang tuan lakukan, kami juga akan mendapatkan seperti itu ?” Sabdanya : “sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanku yang maha perkasa dan maha mulia syafa’at untuk umatku, lalu permintaanku dikabulkan, Syafaat itu insya Allah akan diperoleh oleh orang-orang yang tidak menyekutukan Allah sedikitpun.” 195

Demikian pula terdapat riwayat Rasulullah pernah sholat semalam penuh yakni : Abdullah bin Khabbab bin Al-Arat, salah seorang sahabat yang ikut perang Badar bersama Rasulullah saw, pernah mengintip Rasulullah saw sholat semalam penuh sampai tiba waktu shubuh. Ketika salam, Khabbab berkata kepada Rasulullah saw : “wahai Rasulullah, yang engkau telah kuanggap sebagai bapak dan ibuku, sungguh semalam engkau melakukan sholat yang aku belum pernah menyaksikan engkau sholat seperti itu.” Sabda beliau : “betul, sesungguhnya sholatku (semalam) adalah sholat harapan dan kecemasan. Aku mohon kepada Tuhanku Azza wa jalla dalam sholat itu 3 hal, tetapi hanya dikabulkan 2 hal dan yang satu ditolak-Nya. Aku memohon kepada Tuhanku agar dia tidak menghancurkan kita seperti kehancuran ummat-ummat sebelum kita (pada lafaz lain : agar Dia tidak menghancurkan kita dengan tahun paceklik), dan ternyata permohonanku dikabulkan. Aku mohon kepada Tuhanku Azza wa jalla agar musuh yang bukan dari golongan kita tidak mengalahkan kita, dan ternyata permohonanku dikabulkan. Aku mohon kepada Tuhanku agar kita tidak dijadikan terpecah-pecah menjadi beberapa golongan, tetapi permohonan ini tidak dikabulkan.” 196

Disebutkan pula seorang sahabat berkata kepada beliau: “wahai Rasulullah, saya mempunyai seorang tetangga yang melakukan sholat lail, tetapi dia hanya membaca surah al ikhlas berulang-ulang tanpa menambahnya dengan yang lain – bacaan semacam ini dia anggap kurang - lalu nabi Saw bersabda: “demi Tuhan yang menggenggam jiwaku, sesungguhnya surah ini sama nilainya dengan sepertiga Alqur’an.”197

Oleh karena itu, jika seseorang melakukan sholat tarawih sendirian, maka perpanjanglah sekehendaknya. Begitu juga bila dia sholat bersama dengan orang yang setuju dengannya. Bila dia memanjangkan sholatnya maka itu lebih afdhal. Adapun apabila ia sholat menjadi imam maka wajib atasnya untuk membaca dengan bacaan yang tidak memberatkan makmum.198

Dalam sholat witir sebagaimana telah kami jelaskan di depan pada pembahasan cara mengerjakan witir, pada raka’at pertama nabi saw biasa membaca surah Al-A’laa, pada raka’at kedua beliau membaca surah al kafirun, dan pada raka’at ketiga beliau membaca surah al ikhlas.199 Terkadang beliau menambah dengan surah Al Falaq dan

surah An-Naas.200

Terkadang dalam satu raka’at Witir beliau membaca 100 ayat dari Surah An-Nisa.201 Adapun pada 2 raka’at sesudah

Bab 15

PENGERJAAN QUNUT WITIR

Hukum qunut dalam sholat witir

Qunut di dalam sholat witir itu disunnatkan, bukan suatu hal yang wajib. Nabi saw terkadang 203 membaca Qunut

dalam sholat witir.204

Para Ulama berbeda pendapat mengenai qunut dalam sholat witir.

Abdullah bin mas’ud memandang qunut itu dikerjakan sepanjang tahun.Dia memilih qunut sebelum ruku’ Demikian pula yang menjadi pendapat sebagian ulama. Dan pendapat itu dikemukakan pula oleh Sufyan ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, Ishaq dan penduduk kufah.

Telah diriwayatkan dari Ali bin Abi thalib: “bahwa dia tidak mengerjakan qunut kecuali pada separuh terakhir dibulan Romadhon, dan dia mengerjakan qunut setelah ruku’, Sebagian ulama pun berpendapat sama. Pendapat itu yang dikemukakan oleh Imam Syafi’i dan Imam Ahmad.205

DR. Muhammad bin Umar bin Salim Bazamul telah melakukan penelitian untuk masalah ini. Beliau berkesimpulan : 1. Berdo’a do’a qunut pada sholat witir disyariatkan untuk dilakukan terus menerus sepanjang tahun. 2. Di Sunnahkan mengerjakan selalu dan terkadang ditinggalkan.

3. Lebih ditekankan lagi untuk membaca do’a qunut witir secara terus menerus di setiap malam dalam sholat witir pada pertengahan bulan Romadhon yang terakhir.

4. Disunnahkan untuk tidak melakukannya pada pertengahan pertama bulan Romadhon jika sholat witir dilaksanakan dengan berjamaah.

Beliau menyebutkan dalam kitabnya206 beberapa atsar yang mendukung hal tersebut. Diantaranya:

Diriwayatkan dari Al Hasan, ia berkata : “jika posisinya sebagai seorang imam maka ia berqunut mulai dari pertengahan Romadhon dan jika bukan (bulan selain Romadhon) maka disunnahkan untuk berqunut sebulan penuh.207

Diriwayatkan dari Ma’mar dari Az- Zuhri, ia berkata: ‘doa qunut tidak dilakukan sepanjang tahun kecuali pada pertengahan hingga akhir bulan Ramadhan.” Ma’mar berkata: “aku membaca do’a qunut setahun penuh kecuali pada pertengahan bulan Romadhon yang pertama. Demikianlah yang dilakukan oleh Al-Hasan. Qotadah dan lain- lain juga meriwayatkan darinya.208

Diriwayatkan dari Hisyam dari Al-hasan, bahwasanya ia membaca do’a qunut pada sholat witir secara terus menerus sepanjang tahun kecuali pada pertengahan pertama bulan Romadhon.” Hisyam berkata: “demikian juga yang dilakukan oleh Ibnu Sirrin bahwa ia tidak membaca doa qunut kecuali pada pertengahan romadhon yang terakhir.” 209

Posisi Qunut dalam sholat witir

Dari Ubay bin ka’ab dia bercerita Bahwasanya Rasulullah saw mengerjakan witir lalu membaca Qunut sebelum ruku’210. Juga riwayat Al-Qomah bahwa Ibnu Mas’ud dan beberapa orang sahabat nabi saw membaca Qunut dalam

sholat witir sebelum ruku’.211

Sedangkan hadits Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah melakukan qunut selama berturut-turut selama satu bulan pada sholat zhuhur, ashar, Maghrib, Isya dan shubuh, pada setiap kali sholat beliau mengucapkan: “sami Allahu liman hamidah” pada raka’at terakhir, melaknat beberapa kampung dari bani Sulaim, yakni suku Ri’al dan Dzakwaan serta Ushayyah, sementara para makmum mengaminkan do’a beliau.212 Lihat pula

Sifat Qunut dalam Witir

Tempatnya Qunut bisa memilih sebelum ruku’ dan bisa pula setelahnya karena keduanya diriwayatkan berdasarkan hadits-hadits yang shahih.Pendapat tentang bolehnya memilih salah satu dari 2 cara melakukan qunut juga diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari sahabat Anas bin Malik, Imam Ayyub As-Sikhtiyany, Imam Ahmad dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Pendapat ini dikuatkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Qiyamu Romadhon, Syaikh Al- Utsaimin dalam Asy-Syarh Al-Mumti dan Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy.213

Mengangkat tangan ketika berdo’a qunut dan makmum mengucapkan Amin. Hal ini didasarkan riwayat dari Abu Rafi’ bahwa ia menceritakan: “aku pernah sholat dibelakang Umar bin Khatthab, beliau berqunut setelah ruku’ dan mengangkat kedua tangannya sambil menjaharkan do’a.214 Begitu pula makmum mengaminkan. Lihat hadits Ibnu

Abbas diatas. Perlu diperhatikan pula bahwa pengaminan hanyalah diucapkan pada lafazh-lafazh do’a, bukan pada lafazh pujian. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad dan dibenarkan oleh Imam Al-Khiroqy dan An-Nawawi.215

Tidak mengusap wajah dengan kedua tangan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “adapun mengusap wajah dengan kedua tangan, tidak ada hadits yang berasal dari Nabi saw yang menjelaskannya kecuali dua hadits yang tidak dapat dijadikan sebagai hujjah (argumentasi).

Hadits yang dimaksud adalah : “Apabila Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya sewaktu berdo’a, beliau tidak menurunkan keduanya sebelum mengusapkan wajahnya dengan keduanya.”216 Begitu juga dengan hadits yang

mengatakan “maka jika engkau telah selesai, usaplah wajahmu dengan kedua tanganmu.”217 Mengenai hadits

pertama, Syaikh Al Albani berkata: “hadits dhaif. Hadits ini memiliki 2 jalur, akan tetapi hadits ini tetap tidak kuat sekalipun dengan menggabungkan kedua jalur ini, karena hadits ini sangat dhaif.” Mengenai hadits kedua, Syaikh Al- Albani berkata: “hadits ini dhaif.”218

Pendapat ini dibenarkan oleh An-Nawawi, Baihaqi dan para peneliti hadits. Al-Baihaqi berkata, “saya tidak hafal satu hadits pun tentang mengusap wajah disini, atau dalam sholat, dari para ulama salaf.219

Bacaan dalam Qunut Witir

Rasulullah saw mengajarkan bacaan Qunut witir kepada al Hasan bin Ali : “ Allahummah dinii fiiman Hadait …dst (lihat poin 8 bab 4 dari buku ini)

Sebagaimana disyari’atkan pula memberi tambahan di dalam do’a qunut dalam sholat witir pada pertengahan Romadhon, sebagaimana yang ditegaskan dalam atsar Abdurrahman bin Abd al-Qori yang menceritakan perihal Qunut yang dilakukan Umar bin Khattab : dan mereka mengutuk orang-orang kafir dipertengahan (romadhon): “Allahumma qootilil kafarotal ladziina yashudduuna an sabiilika wayukadzibuuna rusulaka walaa yu minuuna biwa’dik. Wa khoolif bayna kalimatihim wa alqi fii quluubihimmur ru’ba, wa alqi alaihim rijzaka wa adzaabaka ilaahal haq.”

“Ya Allah, binasakanlah orang-orang kafir yang menghalangi (manusia dari) jalan-Mu.mendustakan para rasul-Mu, tidak mempercayai janji-Mu, jadikanlah perselisihan diantara mereka, serta timpakan siksa dan adzaab-Mu kepada mereka, wahai Ilah yang haq.”

Kemudian bershalawat kepada nabi saw, mendoakan kebaikan (bagi) orang-orang muslim sesuai dengan kemampuan, dan selanjutnya memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Dia menceritakan, dan jika selesai melaknat orang-orang kafir dan bershalawat kepada nabi220 serta memohonkan ampunan bagi orang-orang

mukmin, laki-laki maupun perempuan, dan memanjatkan permohonan, dia membaca:

Allahumma iyyaaka na’budu, walaka nushollii wanasjud. Wa ilaika nas’aa wanahfid, wanarjuu rohmataka robbanaa, wanakhoofu adzaabakal jidda, inna adzaabaka liman ‘aadaita mulhiq.”

“Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, kepada-Mu pula kami sholat dan bersujud, kepada-Mu juga kami berusaha dan bersegera, dan kami senantiasa mengharap rahmat-Mu, wahai Rabb kami. Dan kami juga takut akan adzab-Mu yang pedih. Sesungguhnya adzab-Mu itu akan ditimpakan kepada orang yang Engkau musuhi.”

Kemudian beliau bertakbir dan turun untuk sujud.221

Berkata Syaikh muhammad shaleh al-khuzaim dalam shifat sholat Qiyamil Lail: baik membaca doa qunut Hasan bin Ali maupun do’a qunut Umar maka dianggap telah melaksanakan sunnah qunut. Yang utama adalah menggabungkan keduanya. Diawali dengan qunut Umar, karena di dalamnya terkandung pujian dan sanjungan kepada Allah yang harus di dahulukan atas do’a. Demikianlah yang disepakati oleh para sahabat. Kemudian berdo’a dengan do’a yang diajarkan Rasulullah kepada Al-hasan. Inilah pendapat yang dianut oleh Imam Ahmad dan dinyatakan pula oleh Al-Kasani dari pengikut madzhab hanafi. Dikuatkan pula oleh Syaikh Muhammad bin Utsaimin dan diriwayatkan oleh An-nawawi dari sebagian pengikut madzhab Syafi’i.222

Terdapat tambahan atas do’a yang telah disebutkan. Karena konteksnya disini adalah konteks berdo’a, maka adanya tambahan adalah sesuatu yang sesuai. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa nabi berdoa untuk kebaikan orang-orang mukmin dan mencela atas orang-orang kafir.223

Syaikh bin Baz berkata, “tidak mengapa seseorang berdo’a dengan do’a yang mudah baginya, walaupun dengan do’a yang tidak diriwayatkan, jika dalam redaksinya mengandung kebenaran.” Demikianlah yang dinyatakan oleh Syaikh Al-Utsaimin dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama.224

Jika bacaan do’a qunutnya ditambah dengan do’a lainnya melebihi apa yang telah ditetapkan, hendaknya diperhatikan 5 hal. 225

1. Tambahan itu harus sejenis dengan do’a yang dikehendaki dari qunut yang telah disebutkan. 2. Tambahan itu hendaknya diambil dari doa-doa umum dari Alqur’an dan As-Sunnah.

3. Waktu membaca tambahan do’a itu hendaknya dilakukan setelah do’a qunut dalam hadits Al-Hasan bin Ali dan sebelum do’a yang ada dalam hadits Ali tadi.

Allahummah dinii fiman hadait ... (hadits hasan bin Ali) Do’a - do’a tambahan

Allahumma inni audzu biridhoka min sakhotik... (hadits Ali bin Abi thalib)

4. Hendaknya tambahan itu tidak dijadikan ciri (simbol) yang dibaca secara rutin 5. Tambahan itu hendaknya tidak terlalu panjang sehingga menyulitkan para makmum.

Disunnahkan untuk menutup do’a qunut dengan apa yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah bersabda di akhir witirnya :

Allahumma innii audzu biridhoka min sakhotik, wabimuu aafaatika min uquubatik, wa auudzubika minka laa uhshi tsanaa an alaik, anta kamaa atsnaita alaa nafsik.” 226

Bab 16

BEBERAPA SIFAT SHOLAT MALAM

Bab ini merupakan materi pelengkap dari sifat sholat malam yang telah di ulas panjang lebar di bab-bab sebelumnya. Sholat Malam dengan berdiri atau duduk atau berbaring

Pahala sholat sunat dengan duduk adalah setengah pahala sholat sunat dengan berdiri, berdasarkan hadits ‘Imran bin Hushain bahwa ia berkata, “Aku bertanyak kepada Rasulullah saw tentang orang yang sholat dengan duduk ? “beliau menjawab: “bila ia sholat dengan berdiri maka itu lebih baik, dan barang siapa yang sholat dengan duduk maka baginya pahala orang yang sholat dengan berdiri, dan barang siapa yang sholat dengan posisi tidur maka baginya setengah pahala orang yang sholat dengan duduk.” 227

Apabila sesuatu yang menghalanginya untuk sholat berdiri adalah karena lemah, atau sakit atau udzur yang lain, maka pahala sholatnya dengan duduk sama dengan pahala sholatnya dengan berdiri. Rasulullah saw bersabda “bila seorang hamba sakit atau melakukan perjalanan, maka ditulis baginya pahala seperti ia dalam keadaan menetap dan sehat.” 228

Terkadang beliau saw melakukan sholat lail dengan berdiri cukup lama, tetapi terkadang dengan duduk yang cukup lama. Bila beliau membaca ayat-ayat Alqur’an dengan berdiri, beliau melakukan ruku’ juga dengan berdiri. Bila beliau membaca ayat-ayat Alqur’an dengan duduk, beliau melakukan ruku’ juga dengan duduk.229

Terkadang beliau sholat lail dengan duduk dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan duduk. Bila sisa ayat-ayat yang belum dibaca kurang lebih 30-40 ayat, beliau berdiri, lalu membaca ayat-ayat tersebut sambil berdiri, kemudian ruku’ dan sujud, lalu melakukan hal yang sama pada raka’at kedua.230

Rasulullah melakukan sholat sunnah dengan duduk hanyalah ketika telah tua pada akhir hayatnya, kira-kira setahun sebelum beliau wafat.231 Beliau melakukan hal tersebut (sholat lail) dengan duduk bersila.232

Berdasarkan hadits diatas pula (hadits Imran bin Hushain), orang yang mengerjakan sholat sunnah dengan berbaring mendapat pahala ¼ pahala orang yang sholat sunnah dengan berdiri. Pendapat ini dipegang oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin dan sebagian pengikut madzhab hambali. Juga dikemukakan oleh Ibnu Hazm dan Ibnul Qayyim.233

Dibolehkan bagi orang yang Sholat malam (qiyamul lail) membaca alqur’an dengan suara keras, sedang atau pelan

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: ”bacaan Rasulullah kadang-kadang keras dan kadang-kadang pelan.”234

Adapun sholat tarawih, maka harus dinyaringkan bacaannya agar para makmum mendengarkan bacaan. Demikian juga jika sholat malam dilakukan secara berjamaah, sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah saw. Waktu untuk sholat malam dan saat paling utamanya

Awal waktu sholat malam dan witir adalah setelah Isya’, dan akhir waktunya adalah terbit fajar. Hal tersebut dinyatakan dalam 1 hadits yang berbunyi : Dari Abu Bashrah al-Ghifari, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah telah menambahkan untuk kalian satu sholat, yaitu witir. Oleh karena itu, kerjakanlah ia diantara sholat Isya’ sampai sholat shubuh.” 235

Sehingga bagi mereka yang mengerjakan sholat witir sebelum masuknya waktu Isya baik karena lupa atau menyangka telah sholat Isya atau telah mengerjakan sholat Isya tetapi diwaktu maghrib karena menjama’ sholat harus mengulang sholat mereka. Ini adalah pendapat jumhur ulama seperti Imam Malik, Imam syafi’i, Imam Ahmad, Imam Abu Yusuf, Al-Auza’i dan lain sebagainya.236

Sedangkan waktu sholat malam yang paling utama secara umum adalah di akhir malam. Hal tersebut dikarenakan mereka yang beribadah di akhir malam disebut Allah dalam Al-qur’an surat adz-dzariyat 17-18 “ Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam; dan diakhir-akhir malam, mereka memohon ampun (kepada Allah).“ juga beberapa hadits diantara yang menyebutkan “Sesungguhnya sholat di akhir malam disaksikan (para malaikat) dan ia lebih utama.” 237 Juga hal tersebut bertepatan dengan turunnya Allah ke langit dunia untuk mengabulkan do’a 238 dan

merupakan waktu terdekat antara hamba dengan Allah.239

Waktu yang paling utama untuk sholat Witir adalah di akhir malam. Ini berlaku bagi orang yang kuat tekadnya dan yakin bahwa dirinya bisa bangun di akhir malam. Adapun bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun, maka hendaklah dia mengambil langkah hati-hati, yaitu melakukan witir di awal malam.240

Mengqadho sholat witir bagi orang yang tidak sempat melakukannya

Dari Abu Sa’id al Khudri bahwa ia menceritakan : “Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang tertidur atau terlupa melakukan sholat malam, hendaknya ia melakukannya di pagi harinya, atau ketika ia teringat.” 241

Dari Aisyah ra, dia berkata, “sesungguhnya nabi saw jika tertinggal sholat di malam hari karena sakit atau yang lainnya, beliau sholat di siang hari 12 raka’at.” 242

Namun yang paling utama bagi orang yang tertidur atau lupa melakukan witir, hendaknya ia melakukannya pada siang hari ketika matahari sudah tinggi, namun dengan menggenapkannya yang biasa ia lakukan pada malam harinya tergantung kebiasaannya. Bila ia terbiasa mengerjakan 11 raka’at pada malam harinya maka ia sholat 12 raka’at pada siang harinya. Bila ia terbiasa mengerjakan 3 raka’at pada malam harinya maka hendaknya ia mengerjakan sholat 4 raka’at pada siang harinya.

Hukum Sholat Sunat Malam Dengan Berjama’ah diluar Bulan Romadhon dan Pelaksanaannya Di Rumah Adalah Lebih Baik

Disyariatkan jama’ah dalam sholat malam, dengan syarat tidak dijadikan sebagai kebiasaan.

Dan pelaksaannya dirumah adalah lebih baik.243 Diantara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah Hadits

Anas bin Malik ra.

Bahwa neneknya (dari Anas bin Malik), Malikah ra pernah mengundang Rasulullah saw untuk menyantap makanan yang dimasaknya untuk beliau, lalu beliau pun memakan sebagian darinya dan kemudian bersabda: “berdirilah kalian aku akan sholat bersama kalian.” Anas bin Malik berkata: “Kemudian aku mengambil tikar milik kamu yang berwarna hitam karena sudah lama dipakai. Lalu aku memercikinya dengan air. Selanjutnya Rasulullah saw berdiri diatas tikar tersebut, sedang aku sendiri membuat barisan dibelakang beliau bersama anak yatim, sedang sang nenek di belakang kamu.244 Kemudian Rasulullah saw mengerjakan sholat 2 raka’at bersama kami, selanjutnya beliau pergi.” 245

Juga hadits Auf bin Malik

Dari Auf bin Malik ra diriwayatkan bahwa ia bercerita: “aku pernah sholat bersama Rasulullah saw pada suatu malam, lalu beliau membaca surat Al-Baqoroh. Setiap kali membaca ayat Rahmat, beliau berhenti dan memohon. Setiap kali membaca ayat adzab, beliau berhenti dan meminta perlindungan.246 Kemudian beliau ruku’ sama lamanya

dengan berdiri. Dalam ruku’, beliau membaca : “subhaana dzil jabarut wal malakuut wal kibriyaa wal ‘azhomah.”247

Kemudian beliau bersujud sama panjangnya dengan berdiri. Dalam sujud beliau membaca surat Ali Imran, kemudian baru pula membaca surat lain, satu surat satu surat.248

Do’a Iftitah Dalam Sholat Malam

Disunnahkan membaca do’a iftitah dalam sholat sunnat sebagaimana membacanya diwaktu sholat fardhu. Pernah Rasulullah membaca dalam sholat Lailnya “ subhaanakallahumma wabihamdika watabaarokasmuka wa ta’aalaa jadduka walaa ilaaha ghairuka. Laa ilaahailallah (3 x) , Allahu akbar kabiiroo (3x).” 249

Juga terdapat hadits serupa yang menyebutkan nabi saw membaca dalam do’a iftitah dalam sholat lail dengan kalimat “ Allahumma lakal hamdu anta nuurus samaawaati wal ardhi waman fiihinna, walakal hamdu ….250

Demikian pula kalimat “Allahumma rabba jibriil wa mikaaila wa israafiil, faathiros samaawaati wal ardhi, aalimal ghaibi wasy syahaadati, anta tahkumu baina ibaadika fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuuna, ihdiinii limakhtalafa fiihi minal haqqi bi idznika, innaka tahdii man tasyaa u ilaa shirootim mustaqiim.” 251

Dokumen terkait