• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasulullah merestui Ubay bin Ka’ab mengimami sholat tarawih 8 raka’at

BERKAITAN DENGAN JUMLAH RAKA’AT TARAWIH

3. Rasulullah merestui Ubay bin Ka’ab mengimami sholat tarawih 8 raka’at

Jabir berkata:”Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah sholallahu alaihi wasallam seraya berkata: “wahai Rasulullah! Aku mendapatkan masalah pada malam ini, yaitu bulan Romadhon.” Apakah itu wahai Ubay?” Tanya Rasulullah. Ubay menjawab: “kaum wanita dirumahku berkata: “kami tidak fasih dalam membaca Al Qur’an. Karenanya, kami ingin bermakmum padamu.” Ubay melanjutkan, “Maka akupun mengimami mereka 8 raka’at kemudian witir.” Mendengar pernyataan Ubay itu, nabi Sholallahu alaihi wasallam diam. Dan hal itu menunjukkan atas persetujuannya.171

Yang terkait dengan para sahabat

Berkaitan dengan hal ini, akan kami ringkas dari Sholatu Tarawih karya Al-Albani, beliau telah mengumpulkan jalur- jalur atsar ini dari para sahabat dan kesemuanya dinilai lemah oleh beliau. Lebih lengkapnya lihat kitab beliau Riwayat Ali bin Abi thalib (2 jalur)

1. Dari Abul hasna’ bahwa Ali pernah menyuruh seorang lelaki untuk mengimami mereka sholat 20 raka’at dibulan Romadhon. Hr. Ibnu Abi Syaibah dan Al Baihaqi. Sanad ini lemah karena Abul Hasna dikomentari adz-dzahabi dan Ibnu hajar : dia tak dikenal (majhul). Al Albani menambahkan juga karena terputusnya 2 perawi antara abul hasna dengan Ali.

2. Dari hammad bin Syu’aib dari al Atha’ bin As-Sa’ib dari Abu Abdirrahman As Sulami, dari Ali ra, bahwa beliau (abu Abdirrahman) berkata: “Ali pernah memanggil para qori’ pada bulan Romadhon, lalu memerintahkan seorang diantara mereka untuk mengimami manusia 20 raka’at.” Lalu beliau melanjutkan: “Lalu Ali sendirilah yang mengimami mereka dalam sholat witir.” Hr. Al Baihaqi, Sanad ini lemah karena atha’ bin As-Saib agak ngawur di akhir hidupnya dan Hammad bin Syu’aib di isyaratkan oleh Imam Bukhari dengan ucapan “perlu diteliti” (suatu celaan yang keras) atau “pemilik hadits-hadits mungkar.”

Riwayat Ubay bin Ka’ab (2 jalur)

1. Dari Abdul Aziz bin Rafi’, bahwa beliau menuturkan: “Ubay bin Ka’ab pernah sholat mengimami manusia pada bulan Romadhon di Madinah 20 raka’at lalu berwitir 3 raka’at.” Hr. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf. Riwayat ini terputus antara Abdul Aziz dengan Ubay. Karena jarak antara wafatnya masing-masing keduanya 100 tahun atau lebih, hal ini disebutkan dalam Tahdzib at-tahdzib

2. Dari Abu Ja’far ar-Razi, dari Rabi’ bin Anas, dari Abul Aliyyah, dari Ubay bin Ka’ab, bahwasanya Umar pernah menyuruh Ubay untuk mengimami manusia di bulan Romadhon. Beliau (Umar) berkata: “sesungguhnya orang-orang berpuasa disiang hari, tapi mereka tak pandai membaca Al Qur’an. Bagaimana kalau kamu mengimami mereka sholat malam.” Beliau (Ubay) menjawab: “wahai amirul mukminin, tapi itukan belum pernah terjadi?” aku tahu itu, tapi lebih baik demikian. Imamilah mereka sholat 20 raka’at.” Hr. Adh-dhiyya Al-Maqdisi dalam Al Mukhtaroh. Sanad hadits ini lemah dikarenakan Abu Ja’far yang nama sebenarnya Isya bin Abi Isya bin Mahan dilemahkan oleh banyak ulama antara lain Adz-Dzahabi dalam adh-Dhu’afa, Imam Ahmad,Ibnu Hajar dalam At-Taqrib dan Ibnul Qayyim dalam Za’adul Ma’ad

Riwayat Abdullah bin Mas’ud

Dari Zaid bin Wahab: “dahulu Ibnu Mas’ud mengimami kami tarawih di bulan Romadhon, lalu beranjak pulang ditengah malam.” Al- A’masy berkata: “dan kala itu beliau sholat 20 raka’at, ditambah witir 3 raka’at. Hr. Ibnu nashr dalam Qiyamul Lail. Riwayat ini terputus, karena Al-A’masy tidak pernah berjumpa dengan Ibnu Mas’ud.

Bab 12

BOLEHKAH SHOLAT SUNAT SETELAH WITIR ?

Sebagian kaum muslimin beranggapan, tidak boleh melakukan sholat sunat yang lain setelah witir. Mereka berargumen dengan sabda nabi sholallahu alaihi wasallam : “Jadikanlah sholat witir sebagai akhir sholat kalian dimalam hari.”172 Saya katakan siapa saja yang menutup sholat malamnya dengan witir ia akan mendapat pahala

sunnah karena mengikuti hadits tersebut. Namun ketahuilah hadits shahih diatas tidak menutup sholat-sholat sunat lain bila ingin mengerjakannya setelah sholat witir hanya jangan berwitir lagi sesudahnya. Hal ini di dasarkan hadits - hadits berikut:

1.

Dari tsauban, dia berkata, “kami bersama Rasulullah sholallahu alaihi wasallam dalam suatu perjalanan jauh beliau bersabda, “sesungguhnya ini adalah perjalanan yang berat dan melelahkan. Jika salah seorang diantara kalian sudah witir, maka dia boleh mengerjakan 2 raka’at, kalau memang dia bangun. Jika tidak, maka yang 2 raka’at itu sudah ditetapkan pahalanya baginya.”173

Berkata Al Albani : “Dahulunya saya belum berani memastikan status dua raka’at tersebut beberapa waktu lamanya. Ketika saya menemukan riwayat tersebut maka saya segera mengambil sunnah Nabi yang mulia ini. Barulah saya mengerti bahwa perintah nabi: “jadikanlah sholat witir sebagai akhir sholat kalian pada malam hari” adalah sebagai alternatif pilihan bukan menunjukkan hukum wajib. Itulah pendapat Ibnu Nashr (hal. 130).174

2.

Dari Qois bin Thalq dia berkata, “pada suatu hari di bulan Romadhon, Thalq bin Ali pernah berkunjung kepada kami hingga sore hari, lalu berbuka puasa bersama. Pada malam itu beliau mengerjakan qiyamul lail dan melakukan sholat witir bersama kami. Setelah itu dia kembali ke masjidnya, lalu mengerjakan sholat bersama sahabat-sahabatnya. Ketika tinggal sholat witirnya saja, beliau mempersilakan seseorang untuk maju ke depan (jadi imam). Lalu berkata, “silakan sholat witir bersama sahabat-sahabatmu, karena aku mendengar Rasulullah sholallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada dua witir dalam satu malam.”175

Dari hadits diatas, jika seseorang sudah witir pada awal malam lalu dia tidur, dia bangun lagi pada akhir malam, maka dia dapat sholat sekehendaknya dan tidak perlu menggugurkan witirnya. Dia biarkan witir seperti apa adanya. Ini merupakan pendapat Sufyan Ats-Tsaury, Malik bin Anas, Ibnul Mubarok, Asy-Syafi’y, Ahmad dan ulama Kufah.176

3.

Hadits Aisyah, Rasulullah sholat setelah witir dengan duduk. Diriwayatkan oleh Sa’ad bin Hisyam bin Amir, bahwasanya beliau pernah mendatangi Ibnu Abbas dan bertanya kepadanya tentang witirnya Rasulullah. Beliau (Ibnu Abbas) menjawab sambil bertanya: “maukah engkau ku tunjukkan orang dimuka bumi ini yang paling tahu tentang witirnya Rasulullah ? Sa’ad bertanya: “siapa ya ?” Ibnu Abbas menjawab: “Aisyah, datangilah beliau, dan tanyakan hal itu kepadanya.” Akupun beranjak menemui beliau. Setelah sampai, akupun bertanya: “wahai Ummul Mukminin, tolong beritahukan aku tentang witir Rasulullah.” Beliau (Aisyah) menanggapi: “kamilah yang mempersiapkan bagi Rasulullah siwak dan air wudlunya. Lalu ketika Allah membangunkan beliau pada saat yang dikehendaki-Nya dimalam hari, beliau bersiwak dan berwudhu. Lalu beliau sholat 9 raka’at dan hanya duduk pada raka’at yang kedelapan. Beliau lalu berdzikir kepada Allah, memujinya (membaca sholawat atas Nabi-Nabinya, berdo’a dan bangkit tanpa salam terlebih dahulu. Setelah itu beliau melanjutkan sholat, raka’at yang ke sembilan. Kemudian beliau duduk dan berdzikir kepada Allah, memujinya, (membaca sholawat atas nabi-Nabinya, berdo’a dan kemudian bersalam dengan suara yang terdengar oleh kami. Seusai itu beliau sholat lagi dua raka’at sambil duduk, yaitu setelah beliau salam terlebih dahulu. Jadi jumlahnya 11 raka’at, wahai anakku. Namun ketika beliau telah lanjut usia dan sudah gemuk badannya, beliau berwitir pada raka’at ke tujuh. Lalu yang dua raka’at sesudah itu belaiu lakukan seperti biasa. Jadi jumlahnya 9 raka’at, wahai anakku.”177 Di dalam kitab Musnad disebutkan dari

Ummu Salamah bahwa sesungguhnya Rasulullah sholallahu alaihi wasallam melakukan sholat 2 raka’at yang ringan dengan duduk setelah witir.178 Imam Tirmidzi berkata: “hadits seperti ini juga diriwayatkan dari

Aisyah, Abi Umamah dan tidak hanya dari satu sahabat dari Rasulullah sholallahu alaihi wasallam. Di dalam kitab musnad disebutkan sebuah hadits dari Abu Umamah bahwa setelah sholat witir, Rasulullah melakukan sholat 2 raka’at dengan duduk dan membaca surat Az-Zalzalah dan Al Kafirun.179 Imam Daruquthni

Bab 13

STATUS SHOLAT DUA RAKA’AT PEMBUKA

Beberapa hadits menyebutkan “biasanya Rasulullah saw apabila bangun malam, beliau memulai sholatnya dengan dua raka’at ringkas” 181ataupun “apabila salah seorang diantaramu bangun malam, hendaknya ia membuka sholatnya

dengan 2 raka’at yang ringkas.”182

Penulis mendapati ada dua kemungkinan status 2 raka’at tersebut, yang petama memang bagian dari Sholat malam seperti yang diduga Al Hafizh Ibnu Hajar Asqolani183 serta Imam An-Nawawi184 dan kemungkinan kedua ia adalah

Sholat ba’diyah Isya seperti dugaan Syaikh Al Albani185

Al Albani berkata ketika mengomentari hadits Aisyah yang berbunyi :

“Dahulu Rasulullah saw apabila bangun malam, beliau memulai sholatnya dengan 2 raka’at ringan, lalu beliau sholat 8 raka’at, kemudian sholat Witir.” Dalam salah satu lafazhnya disebutkan: “…beliau sholat Isya, dan tidak langsung sholat 2 raka’at (ba’diyah). Kala itu beliau sudah menyiapkan siwak dan air wudhunya. Lalu Allah membangunkan pada saat yang dikehendaki-Nya. Kemudian beliau bersiwak dan berwudhu. Setelah itu beliau sholat 2 raka’at (yang tertinggal), kemudian sholat 8 raka’at. Masing-masing raka’atnya disamakan panjang (bacaannya). Setelah itu beliau sholat witir pada raka’at yang ke sembilan. Ketika beliau Saw sudah berumur, dan badannya sudah gemuk, beliau merubah yang 8 raka’at itu menjadi 6 . Lalu beliau berwitir pada raka’at yang ketujuh kemudian beliau sholat 2 raka’at sambil duduk dan membaca : qul ya ayyuhal kafirun dan idza zulzilat.”

“Dikeluarkan oleh Ath-Thahawi dengan 2 bentuk lafazh, dan keduanya shahih. Kemudian beliau setelah menyebutkan sanad dari kedua jalan tersebut berkata,…”Adapun lafazh yang kedua dapat ditilik bahwa Aisyah menyebutkan “dua raka’at” sesudah beliau saw menunaikan sholat Isya’ tanpa menyebut-nyebut adanya 2 raka’at ba’diyah isya. Bahwasanya 2 raka’at ringan itu adalah 2 raka’at ba’diyah itu sendiri, Wallahu a’lam.

Bagi penulis sendiri dalam hal ini mengikuti pendapatnya Ibnu Hajar Asqolani dan Imam An-Nawawi. Menurut Penulis dugaan Syaikh Al-Albani bahwa itu adalah sholat ba’diyah Isya bisa saja benar jika Rasulullah saw sholat malamnya dimulai saat tengah malam. Karena Syaikh Al-Albani menguatkan pendapat bahwasanya waktu sholat Isya itu hanya sampai tengah malam.186 Kerancuan pendapat beliau akan terjadi bila sholat malam Rasulullah saw itu

dimulai di akhir malam, karena saat itu bukanlah waktu Isya lagi menurut Syaikh Al-Albani sehingga sholat ba’diyah Isya yang dilakukan di akhir malam telah keluar dari waktunya.

Wallahu a’lam.

Hikmah dari meringankannya adalah untuk segera melepaskan ikatan setan hingga menjadi pembuka sholat malam, lalu dia masuk dalam kesadaran dan penuh gairah hingga bisa menghayati apa yang dibaca dan menikmati kelezatan beribadah.187

Bab 14

SURAH-SURAH YANG DIBACA

Dokumen terkait