• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan bagi masyarakat

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan bagi masyarakat

cukup minim. Hal ini menyebabkan mereka akan memilih untuk mempertahankan lahan dibandingkan harus menjual lahanya dan bekerja disektor lain selain pertanian.

6.4 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan bagi masyarakat Indonesia. Sekitar 70 persen masyarakat Indonesia bergantung hidup pada sektor pertanian. Lahan merupakan faktor produksi utama dalam pertanian dimana berfungsi sebagai sumber mata pencaharian bagi para petani. Adanya alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah ke non-pertanian secara langsung akan berdampak pada penurunan luasan lahan. Selain itu, adanya alih fungsi lahan menyebabkan terjadinya perubahan manfaat yang diperoleh dari adanya penggunaan lain. Hal ini mengakibatkan hilangnya hasil produksi yang berbanding lurus dengan luas lahan yang dialihfungsikan. Alih fungsi lahan ini juga akan berdampak langsung pada pendapatan usaha tani, lapangan pekerjaan, dan kesempatan kerja yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai kaitan ke depan dan ke belakang dari kegiatan usahatani. Pendapatan usaha tani menjadi berkurang ataupun hilang, lapangan pekerjaan serta kesempatan bekerja di sektor pertanian menjadi berkurang. Selain itu, hal ini akan mendorong terjadinya perpindahan kesempatan kerja petani dari sektor pertanian ke non-pertanian.

Produksi hasil pertanian yang hilang sebagai dampak langsung dari alih fungsi lahan tergantung dari luas lahan yang telah mengalami alih fungsi, produktivitas lahan, dan pola tanam yang dilakukan. Saat ini, Kecamatan Karawang Timur terus berupaya melakukan peningkatan produksi hasil pertanian

85  

khususnya padi sawah dengan sisa lahan yang ada akibat alih fungsi lahan yang terjadi setiap tahun. Berbagai cara terus dilakukan seperti pengembangaan metode SRI (System of Rice Intensification), program SL-PTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu), Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), Pengelolaan lahan dan air, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan produksi, dan produktivitas dan pemberian benih. Pengembangan program-program tersebut dilakukan oleh Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Karawang dibantu para penyuluh Kecamatan karawang Timur untuk disampaikan kepada para petani.

Seluruh petani di wilayah ini tetap mempertahankan komoditas padi sebagai produksi utama. Hal ini disebabkan karena lahan sawah yang ada di wilayah ini memang cocok untuk produksi padi. Pola tanam yang dilakukan petani dengan dua kali tanam dalam setahun dan satu kali penanaman palawija. Namun, penanaman palawija ini masih terhitung jarang dilakukan oleh para petani khusunya Desa Kondangjaya. Hal ini disebabkan karena adanya hama seperti kambing sehingga mereka hanya menanam padi.

Dampak lain yang terjadi akibat alih fungsi lahan sawah di Desa Kondangjaya adalah terjadinya pergeseran mata pencaharian utama yang dilakukan petani. Sebagian besar petani responden yang melakukan alih fungsi lahan, sebelumnya merupakan petani pemilik penggarap. Namun, akibat alih fungsi lahan pertanian terjadi pergeseran mata pencaharian utama. Sebagian besar dari mereka tetap bertahan pada sektor pertanian. Akan tetapi, sebagian lagi beralih mata pencaharian di luar sektor pertanian. Perubahan mata pencaharian sebagai sumber pendapatan utama dapat dilihat pada Tabel 18.

86  

Tabel 18. Sumber Pendapatan Utama Petani Setelah Melakukan Alih Fungsi Lahan Pertanian (Persen)

Sumber Pendapatan Responden (Persen)

Petani pemilik penggarap 13,33

Penggarap 36,67 Buruh Tani 6,67 Buruh Pabrik 3,33 Buruh Bangunan 6,67 Pengangkutan 3,33 Pedagang 6,67 Lainnya 23,33 Jumlah 100,00 Sumber: Data Primer (Diolah)

  Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 56,67 persen petani tetap bertahan pada sektor pertanian sebagai sumber pengahasilan utama. Walaupun tidak semuanya merupakan petani pemilik penggarap, hanya 13,33 persen yang masih menjadi pemilik dan sisanya 36,67 persen dan 6,67 persen menjadi petani penggarap dan buruh tani. Selain itu, sebagian dari petani responden juga bermatapencaharian diluar sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama. Pekerjaan diluar sektor pertanian yang dilakukan petani responden berdasarkan hasil wawancara adalah bekerja sebagai buruh pabrik, bangunan, pengangkut, pedagang, dan lainnya.

Kejadian-kejadian tersebut menunjukkan gejala akan terjadinya transformasi kegiatan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan mata pencaharian utama dari petani. Namun, akibat keterbatasan keterampilan yang dimiliki serta pendidikan yang rendah, hanya pekerjaan dengan upah rendah yang bisa mereka peroleh.

Perubahan mata pencaharian utama yang terjadi, secara otomatis akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh saat ini. Pendapatan petani pada

87  

dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapatan usaha tani dan pendapatan diluar usaha tani (non usaha tani). Pendapatan usaha tani merupakan pendapatan yang diterima dari sektor pertanian, sedangkan pendapatan non usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh dari luar sektor pertanian. Pendapatan yang diperoleh responden sebelum dan sesudah mengalihfungsikan lahan dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. Perbandingan Rata-Rata Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Terjadinya Alih Fungsi Lahan

Rata-rata pendapatan Responden

Usaha Tani Non Usaha Tani

Rata-Rata Pendapatan Total

Rupiah % Rupiah % Rupiah % Sebelum Alih

Fungsi 1.205.520,09 84,81 215.933,94 15,19 1.421.514,03 100,00 Setelah Alih

Fungsi 532.251,85 40,95 767.444,40 59,04 1.299.796,30 100,00 Perubahan -673.268,24 551.510,46 -121.71773 Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa pendapatan total responden (dari usaha tani dan non usaha tani) sebelum dan sesudah alih fungsi lahan terjadi perubahan dari Rp 1.421.514,03 menjadi Rp 1.299.796,30. Hal ini menunjukkan adanya penurunan rata-rata pendapatan total yang diperoleh responden sebelum dan sesudah alih fungsi lahan. Penurunan pendapatan yang diperoleh dari usaha tani lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh dari non-usahatani. Namun, berdasarkan hasil uji beda rata-rata dengan uji T-test terhadap pendapatan petani sebelum dan setelah alih fungsi lahan diperoleh t-hitung 0,438 dengan Sig 0,632 > taraf nyata (α) 5 persen yang menunjukkan lain bahwa bahwa pendapatan sebelum dan sesudah alih fungsi lahan adalah sama. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terjadinya alih fungsi lahan tidak begitu berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani. Hal ini

88  

disebabkan karena perubahan mata pencaharian akibat adanya alih fungsi lahan tidak merubah pendapatan petani. Keterampilan rendah dan pendidikan rendah yang dimiliki oleh petani menyebabkan perubahan mata pencaharian tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan. Petani hanya memperoleh upah yang rendah atau sama saja dengan pekerjaan sebelumnya dari pekerjaan di luar sektor pertanian.

Tabel 19 menuliskan bahwa pendapatan baik yang diperoleh dari usaha tani maupun non usaha tani mengalami perubahan sebelum dan setelah melakukan alih fungsi lahan. Sebelum melakukan alih fungsi lahan, sebesar 84,81 persen pendapatan diperoleh dari usaha tani dan 15,19 persen pendapatan diperoleh dari luar usaha tani. Setelah melakukan alih fungsi lahan, sebesar 40,95 persen pendapatan diperoleh dari usaha tani dan 59,04 persen pendapatan diperoleh dari luar usaha tani. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran struktur pendapatan petani dari yang berstrukur agraris ke non agraris dimana pendapatan diluar usaha tani mengalami peningkatan setelah alih fungsi lahan.

Penurunan kontribusi sektor pertanian menunjukkan beda nyata karena berdasarkan hasil uji beda rata-rata dengan uji T-test diperoleh t-hitung sebesar 3,676 dengan signifikansi sebesar 0,001 dimana 0,001< taraf nyata yang digunakan 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa adanya alih fungsi lahan pertanian sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh sektor pertanian atau pendapatan usaha tani. Adanya alih fungsi lahan di wilayah penelitian menyebabkan penurunan pendapatan yang diperoleh dari usaha tani sebesar Rp 673.268,24.

89