• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.5 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Lingkungan

6.5.1 Dampak Terhadap Sampah

terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di wilayah penelitian menujukkan bahwa sebagian besar responden tidak begitu merasakan dampak negatif terhadap lingkungan akibat alih fungsi lahan pertanian saat ini. Para responden masih belum merasakan dampak yang besar dari adanya pembangunan. Akan tetapi, walaupun terjadi peningkatan perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan, namun sisa lahan khususnya lahan sawah masih cukup banyak untuk saat ini sehingga fungsi lahan sawah masih berfungsi dengan baik.

Dampak alih fungsi lahan sawah terhadap lingkungan yang dirasakan masyarakat Desa Kondangjaya saat ini diantaranya: sampah, kondisi udara, ketersediaan air, dan banjir.

6.5.1 Dampak Terhadap Sampah

Terjadinya alih fungsi lahan sawah di Desa Kondangjaya menunjukkan adanya pembangunan yang dilakukan. Sampah merupakan salah satu dampak dari adanya pembangunan. Adanya pembangunan menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang meningkat secara langsung akan mempengaruhi jumlah limbah rumah tangga yang dihasilkan khususnya limbah padat (sampah). Jumlah sampah yang dihasilkan akan meningkat. Peningkatan jumlah sampah ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

Sumber : Data Primer (diolah)

91  

Namun, hasil penelitian menyebutkan lain sebagaimana yang terlihat pada Gambar 10 bahwa kondisi sampah dirasa tidak mengganggu terhadap kondisi lingkungan di Desa Kondangjaya. Sebanyak 90,00% responden tidak merasa terganggu dengan sampah. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar dari mereka kurang memperhatikan kondisi lingkungan mereka. Berdasarkan hasil observasi di lapangan masih terlihat banyak sampah yang berserakan di pinggir jalan ataupun di sekitar halaman rumah. Jika hal ini terus dibiarkan, lama kelamaan hal ini akan mengganggu kondisi lingkungan sekitar. Akan tetapi, masih ada beberapa masyarakat yang masih peduli terhadap lingkungan dimana mereka membuang sampah pada tempat sampah dan melakukan pengelolaan sampah sehingga sampak tidak mengganggu kondisi setempat. Sebesar 10,00% responden mengatakan bahwa mereka merasa terganggu dengan adanya sampah. 6.4.2.2 Dampak Terhadap Kondisi Udara

Udara merupakan salah satu indikator lingkungan yang sangat berpengaruh saat terjadinya pembangunan. Pembangunan menyebabkan wilayah tersebut menjadi ramai. Mobilitas kendaraan bermotor tinggi sehingga asap yang dihasilkan juga mempengaruhi udara. Limbah gas yang dihasilkan dari bangunan-bangunan yang melakukan kegiatan didalamnya turut mempengaruhi kondisi udara. Kondisi udara yang dirasakan responden dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber: Data Primer (diolah)

92  

Namun, hasil penelitian menyebutkan lain sebagimana terlihat pada Gambar 11 bahwa perubahan kondisi udara tidak dirasakan masyarakat Desa Kondangjaya. Sebanyak 90,00 persen responden mengatakan bahwa kondisi udara tidak tercemar. Hal tersebut disebabkan karena perubahan penggunaan lahan di wilayah penelitian sebagian besar digunakan untuk perumahan. Perumahan biasanya menghasilkan limbah gas hasil pembakaran dari kegiatan rumah tangga yang tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi udara. Berbeda halnya jika peruntukan lahan untuk industri, limbah gas hasil kegiatan industri mengandung zat-zat kimia berbahaya yang dibuang ke udara akan berpengaruh terhadap kondisi udara. Udara akan tercemar gas-gas berbahaya.

Sebanyak 10,00 persen responden menjawab bahwa kondisi udara di Desa Kondangjaya tercemar. Indikator pencemaran udara ini dilihat dari kondisi udara yang bercampur debu, asap kendaran dan lain-lain sehingga dirasa masyarakat cukup mengganggu. Hal tersebut disebabkan karena tempat tinggal ataupun tempat kerja responden yang dekat dengan jalan utama desa dimana mobilitas kendaraan bermotor sangat tinggi sehingga berpengaruh terhadap kondisi udara. 6.4.2.3 Dampak Terhadap Ketersediaan Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Akibat adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian khusunya lahan sawah ke lahan non-pertanian menyebabkan ketersediaan air di dalam tanah semakin berkurang. Selain itu, adanya pembangunan juga menunjukkan jumlah penduduk yang meningkat sehingga konsumsi air akan meningkat. Hal ini menyebabkan masyarakat akan sulit dalam memperoleh air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

93  

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 12. Perolehan Air Bagi Responden di Desa Kondangjaya

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 12 menunjukkan bahwa sebanyak 82,5 persen petani tidak merasakan adanya kesulitan dalam memperoleh air. Hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya lahan-lahan sawah khususnya yang mampu menyerap air sehingga kondisi air didalam tanah masih dapat memenuhi kebutuhan hidup. Hanya 17,50 persen petani merasakan kesulitan dalam memperoleh air terutama pada musim kemarau. Tingkat sulit dan mudahnya perolehan air terlihat dari kuantitas air yang diperoleh. Seluruh responden memperoleh air dengan menggunakan sumur pompa dimana sumber air berasal dari air tanah. Terjadinya kesulitan air yang dirasakan oleh masyarakat disebabkan karena akibat pembangunan seperti perumahan. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan air untuk memenuhi kehidupan sehari-hari meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadi persaingan dalam memperoleh air semakin tinggi sehingga sebagian kecil responden merasa kesulitan dalam memperoleh air tanah.

Air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Kondangjaya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masih memiliki kualitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dari respon masyarakat terhadap kualitas air yang digunakan pada Gambar 13.

94  

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 13. Kualitas Air di Desa Kondangjaya

Berdasarkan Gambar 13 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden mengatakan bahwa kualitas air di wilayah penelitian dalam keadaan baik. Kualitas air yang baik ini merujuk pada kondisi air yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa adanya alih fungsi lahan pertanian terhadap kualitas air di dalam tanah tidak begitu dirasakan masyarakat Desa Kondangjaya.

Air tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, namun air juga dibutuhkan sektor pertanian untuk irigasi. Akibat adanya pembangunan di sektor non-pertanian mempengaruhi kualitas dan kondisi air irigasi. Kondisi air irigasi terhalang oleh bangunan sehingga lahan pertanian kekurangan air. Selain itu, akibat adanya pembangunan seperti perumahan, limbah cair yang dikeluarkan akan bercampur dengan air irigasi sehingga air tercemar. Hal inilah yang mendorong banyak petani pada saat itu menjual lahannya untuk dialihfungsikan. Namun, menurut beberapa responden yang diwawancarai, bagi lahan pertanian yang tetap bertahan terhadap kondisi tersebut akan menurunkan hasil produksinya sehingga merugikan petani.

95  

6.4.2.4 Dampak Terhadap Banjir

Alih fungsi lahan pertanian menyebabkan terjadinya perubahan peruntukan lahan pertanian ke non-pertanian. Saat ini bangunan-bangunan semakin bertambah menyebabkan daerah-daerah resapan air semakin berkurang. Salah satu akibatnya dapat memicu terjadinya banjir. Dampak akibat alih fungsi lahan terhadap terjadinya banjir di Desa Kondangjaya dapat dilihat pada Gambar 14.

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 14. Kejadian Banjir di Desa Kondangjaya

Namun, hasil penelitian menyebutkan lain sebagaimana tertlihat pada Gambar 14 bahwa terjadinya degradasi lingkungan berupa banjir tidak dialami oleh masyarakat Desa Kondangjaya. Hanya 5,00 persen responden yang mengatakan bahwa banjir terjadi dengan frekuensi jarang. Banjir yang terjadi tersebut bukan banjir besar hanya saja saat terjadi hujan yang cukup lebat menyebabkan genangan air yang cukup banyak. Akibat genangan air yang cukup banyak, surutnya air pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal inilah yang disebut oleh sebagian kecil responden sebagai banjir.

Sebagian besar (95 persen) responden yang mengatakan bahwa tidak pernah terjadi banjir di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya wilayah yang menjadi daerah resapan air. Lahan sawah yang masih

96  

dapat terbilang cukup banyak sebesar 100 hektar atau 33 persen dari luas wilayah. Selain itu, walaupun pembangunan terus-menerus dilakukan namun tetap masih memperhatikan kondisi lingkungan untuk saat ini. Saluran air juga masih cukup terjaga kebersihannya saat ini sehingga air masih dapat mengalir dan tidak tersumbat. Akan tetapi, jika pembangunan dilakukan secara terus-menerus dimana sampai saat ini ada sekitar dua perumahan yang masih dalam proses pembangunan dan tidak memperhatikan kondisi lingkungan maka banjir kemungkinan dapat terjadi. Hal ini dapat terjadi karena dampak lingkungan berupa banjir dapat dirasakan dalam jangka panjang.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN