• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Alih Fungsi Lahan di Tingkat Petani

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Alih Fungsi Lahan Pertanian di Tingkat Wilayah

6.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Alih Fungsi Lahan di Tingkat Petani

fungsi lahan karena adanya kebutuhan hidup yang mendesak seperti biaya hidup sehari-hari, biaya sekolah, biaya pernikahan, biaya berobat, biaya naik haji, modal usaha, dan sebagainya.

6.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Alih Fungsi Lahan di Tingkat Petani

Alih fungsi lahan yang terjadi dipedesaan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat wilayah namun juga dipengaruhi oleh keputusan petani sendiri. Hal ini disebabkan karena lahan yang mengalami alih fungsi dimiliki oleh petani sehingga petani sendirilah yang menjual lahannya. Keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh tingkat usia, lama pendidikan, luas lahan, produktivitas, proporsi pendapatan sektor pertanian, dan pengalaman bertani.

Dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan digunakan metode analisis regresi logistik dengan memasukkan variabel independent ke dalam variabel dependent. Adapun variabel-variabel independent yang diduga mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihfungsikan lahannya adalah usia, lama pendidikan, luas lahan, produktivitas, proporsi pendapatan sektor pertanian, dan pengalaman bertani. Variabel dependent yang digunakan terdapat dua kemungkinan. Bagi responden yang melakukan alih fungsi lahan pertanian diberi nilai 1 (Y=1) dan bagi reponden yang tidak melakukan alih fungsi lahan diberi nilai 0 (Y=0). Hasil pengolahan data dengan menggunakan Metode Enter disajikan pada Tabel 17.

80  

Tabel 17 . Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Mengalih fungsikan Lahan Pertanian

Variabel Koefisien Sig Exp (β) Keterangan

Constant 1863,533 0.989 (-)

Tingkat Usia (X1) 0,117 0,136 1.124 Berpengaruh nyata ** Lama Pendidikan (X2) - 0,749 0,100 0,473 Berpengaruh nyata ** Luas Lahan (X3) - 1.262 0,014 0,283 Berpengaruh nyata * Proporsi Pendapatan

Sektor Pertanian (X4) - 18.518 0,989 0,000 Berpengaruh tidak nyata Tanggungan Keluarga (X5) - 0,151 0,743 0,860 Berpengaruh tidak nyata Pengalaman Bertani (X6) -0,102 0,130 0,903 Berpengaruh nyata** Produktivitas (X7) -1.613 0,158 0,199 Berpengaruh tidak nyata Sumber : Data Primer (olahan)

Keterangan : * nyata pada taraf 5% ** nyata pada taraf 15%

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan menggunakan metode enter diperoleh nilai -2 Log likelihood sebesar 21.730, Cox &Snell R Square sebesar 0,441, dan Nagelkerke R Square sebesar 0,653. Nilai Nagelkerke R Square yang lebih besar dari nilai Cox&Snell R Square menunjukkan kemampuan ketujuh variabel bebas dalam menjelaskan varians alih fungsi lahan sebesar 65,3 persen dan terdapat 34,7 persen faktor lain di luar model yang menjelaskan variabel dependen. Kemudian dalam pengujian goodness of fit (uji akurasi model) dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square . Nilai chi-square yang diperoleh dari Hosmer and Lemeshow Test sebesar 0,413 dimana nilai Sig tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan α=15 persen. Selanjutnya nilai Overall Percentage yang diperoleh sebesar 90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dihasilkan baik. Model yang diperoleh dari hasil analisis regresi logistik adalah sebagai berikut:

Y = 1863.533 + 0.117 X1 – 0.749 X2 – 1262 X3 – 0.102 X6 + ε …...……….(6.2) Berdasarkan model yang diperoleh dapat terlihat bahwa dari tujuh variabel independent yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk alih

81  

fungsi lahan sawah di daerah penelitian ternyata hanya empat variabel yang berpengaruh signifikan. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya alih fungsi lahan sawah di tingkat pertani adalah usia, luas lahan yang dimiliki, lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Signifika atau tidaknya pengaruh suatu variabel dilihat dari nilai Sig < α (taraf nyata yang digunakan).

Variabel usia memiliki nilai Sig sebesar 0,136. Hal ini berarti bahwa tingkat usia berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan sawah pada taraf (α) 15 persen. Koefisien hasil output diperoleh bertanda positif (+) dan nilai Exp (β) atau odds ratio yang diperoleh sebesar 1,124 berarti bahwa untuk petani yang usianya lebih tua akan meningkatkan peluang untuk alih fungsi lahan sebesar 1,124 lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak mengalihfunsikan lahan . Semakin tinggi tingkat usia maka semakin tinggi tingkat alih fungsi lahan. Ini terjadi disebabkan karena semakin tinggi tingkat usia seseorang maka kondisi fisik akan semakin lemah. Mereka sudah tidak kuat lagi bekerja di sektor pertanian yang membutuhkan tenaga yang kuat. Kondisi ini membatasi kemampuan responden untuk menghasilkan sesuatu sehingga akan cenderung mengalihfungsikan lahan yang dimilikinya. Apalagi dengan melihat kondisi saat ini dimana anak-anak mereka yang tidak lagi mengikuti jejak orang tua mereka untuk bekerja di sektor pertanian. Dengan mengalihfungsikan lahan, mereka dapat bekerja di sektor lain yang tidak membutuhkan tenaga lebih.

Variabel luas lahan memiliki nilai Sig sebesar 0,014 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan di tingkat petani pada taraf nyata (α) 5 persen. Nilai koefisien bertanda (-) dan nilai Exp (β) atau odds ratio sebesar 0,283 menunjukkan peluang terjadinya alih fungsi

82  

lahan akan semakin kecil. Semakin luas kepemilikan lahan maka peluang petani untuk mengalihfunsikan lahannya lebih kecil 0,283 kali dibandingkan petani yang melakukan alih fungsi lahan. Dalam tingkat luas pemilikan lahan, petani yang memiliki lahan cukup luas cenderung untuk tetap mempertahankan lahannya sehingga peluang terjadinya alih fungsi lahan kecil. Sedangkan bagi petani yang memiliki lahan kecil cenderung untuk menjual lahannya. Hal ini diduga disebabkan karena luas lahan sangat berhubungan dengan penerimaan.

Petani yang memiliki lahan lebih luas memiliki perolehan hasil produksi lebih besar sehingga penerimaan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan petani yang memiliki luas lahan lebih sempit. Hasil panen dari pengolahan lahan yang lebih sempit tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan yang diperoleh dalam mencukupi kehidupan sehari-hari. Saat ini, biaya usaha tani rata-rata sebesar Rp 5.500.000,00 per hektar dengan harga jual beras rata-rata Rp 3.300,00 – Rp 4.000,00 per kg. Jika hasil produksi yang dihasilkan besar, penerimaan yang diperoleh bisa menguntungkan petani. Namun, jika lahan sawah dilanda puso biaya usaha tani yang dikeluarkan akan semakin besar akan tetapi hasil yang diperoleh rendah.

Variabel lama pendidikan memiliki nilai Sig sebesar 0,100 menunjukkan bahwa variabel proporsi pendapatan sektor pertanian berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan pada taraf (α) 15 persen. Nilai koefisien bertanda negatif (-) dan nilai Exp (β) atau odds ratio 0,473 menunjukkan peluang responden mengalihfungsikan lahan semakin kecil. Semakin lama pendidikan yang ditempuh, maka peluang petani untuk mengalihfungsikan lahan lebih kecil 0,473

83  

kali dibandingkan petani yang tidak melakukan alih fungsi lahan. Lama pendidikan menunjukkan tingkat pendidikan yang dicapai seseorang. Semakin lama pendidikan yang ditempuh menunjukkan tingkat pendidikan yang semakin tinggi. Terjadinya penurunan alih fungsi lahan disebabkan karena semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka semakin bijaksana dalam mengambil keputusan dalam mengalihfungsikan lahan yang dimiliki. Bagi seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki rasionalitas berpikir yang tinggi dalam melakukan suatu tindakan sehingga mereka akan berpikir berkali-kali dalam mengambil sebuah keputusan. Petani tentunya akan lebih memilih untuk tidak melakukan alih fungsi lahan karena mereka belum tentu berhasil dalam melakukan pekerjaan yang belum dikuasai. Pada hakekatnya, sebenarnya alih fungsi lahan sangat berhubungan dengan penghasilan yang diterima petani.

Variabel independen lain yang berpengaruh terhadap terjadinya alih fungsi lahan di tingkat petani adalah pengalaman bertani. Variabel pengalaman bertani memiliki nilai Sig sebesar 0,130 menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh nyata pada taraf nyata (α) 15 persen. Nilai koefisien bertanda negatif (-) dan nilai Exp (β) atau odds ratio sebesar 0,903 menunjukkan peluang responden mengalihfungsikan lahan semakin menurun. Petani yang memiliki pengalaman bertani cukup lama memiliki peluang mengalihfungsikan lahan lebih rendah 0,903 kali dibandingkan petani yang tidak mengalihfungsikan lahan. Hal ini mengindikasikan petani yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam bertani akan cenderung mempertahankan lahan yang dimilikinya. Bagi petani yang memiliki pengalaman bertani lebih lama cenderung memiliki keahlian yang tinggi di sektor pertanian sedangkan di luar sektor pertanian keahlian yang dimiliki

84  

cukup minim. Hal ini menyebabkan mereka akan memilih untuk mempertahankan lahan dibandingkan harus menjual lahanya dan bekerja disektor lain selain pertanian.

6.4 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani