• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu

5.2.3. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu

Dampak kebijakan pemerintah dapat diiidentifikasi melalui identitas divergensi yang disajikan pada baris ketiga dari Tabel PAM. Analisis dampak kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu: kebijakan yang memengaruhi harga input, kebijakan yang memengaruhi harga output, serta kebijakan yang memengaruhi baik harga input maupun output.

5.2.3.1. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Output

Kebijakan pemerintah terhadap output dapat dilihat dari nilai Transfer Output atau Output Transfer (OT) dan nilai Koefisien Proteksi Output Nominal atau Nominal Protection Coefficient on Output (NPCO). Transfer Output atau

Output Transfer (OT) merupakan selisih antara penerimaan pada harga privat

dengan harga sosial. Nilai Transfer Output menunjukkan besarnya insentif masyarakat terhadap produsen. Sedangkan Nominal Protection Coefficient on

Output (NPCO) digunakan untuk mengukur dampak kebijakan pemerintah yang

menyebabkan terjadinya perbedaan nilai output berdasarkan harga privat dan harga sosial.

Nilai Output Transfer (OT) dan nilai Nominal Protection Coefficient on

Output (NPCO) usaha budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu dapat

Tabel 27. Output Transfer (OT) dan Nominal Protection Coefficient on Output (NPCO) Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2011.

No. Indikator

Nilai

Pakan Pelet Pakan Alternatif 1. Output Transfer (OT) 10.802.840 14.515.187 2. Nominal Protection Coefficient on

Output (NPCO)

1,62 1,62

Tabel 27 menunjukkan bahwa hasil Output Transfer (OT) baik untuk usaha budidaya dengan pakan pelet maupun pakan alternatif bernilai positif. Hal ini menunjukkan adanya dampak kebijakan pemerintah yang menyebabkan harga privat lebih tinggi dari harga sosialnya. Artinya, bahwa konsumen membeli ikan patin di dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga internasional.

Hasil Output Transfer (OT) berhubungan erat dengan Nominal Protection

Coefficient on Output (NPCO) yang merupakan rasio penerimaan harga privat

dengan penerimaan harga sosial. Nilai NPCO lebih besar dari satu (NPCO>1) menunjukkan bahwa harga domestik lebih tinggi dari harga dunia atau internasional. Berdasarkan Tabel 27 diperoleh nilai Nominal Protection

Coefficient on Output (NPCO) usaha budidaya ikan patin baik untuk budidaya

pakan pelet maupun pakan alternatif di Kabupaten Indragiri Hulu sama yaitu sebesar 1,62. Hasil ini menunjukkan bahwa petani pembudidaya patin di Kabupaten Indragiri Hulu untuk kedua jenis usaha tersebut menerima harga lebih tinggi dari harga dunia (harga internasional). Harga patin segar ditingkat petani di lokasi penelitian berkisar antara Rp.15.000 sampai dengan Rp.17.000 per kilogram, sedangkan harga fillet patin impor hanya berkisar antara Rp.24.000 sampai dengan Rp.25.000 per kilogram atau hanya berkisar antara Rp.8.000 sampai dengan Rp.9.000 per kilogram patin segar. Keadaan ini menunjukkan terdapat kebijakan pemerintah yang menguntungkan produsen (petani patin) dalam negeri.

5.2.3.2.Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input

Kebijakan input biasanya dilakukan dengan pemberian subsidi input atau pajak dan hambatan perdagangan berupa tariff dan non tariff yang diberlakukan agar produsen dapat memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan melindungi produsen dalam negeri. Kebijakan pemerintah dalam penggunaan input dapat dilihat melalui nilai Transfer Input atau Input Transfer (IT), Transfer Faktor atau

Factor Transfer (FT) dan Koefisien Proteksi Input Nominal atau Nominal Protection Coefficient on Input (NPCI).

Tabel 28. Input Transfer (IT), Factor Transfer (FT) dan Nominal Protection

Coefficient on Input (NPCI) Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten

Indragiri Hulu Tahun 2011.

No. Indikator Nilai Pakan Pelet Pakan Alternatif 1. Input Transfer (IT) 3.072.506 800.059 2. Factor Transfer (FT) 434.870 429.659 3. Nominal Protection Coefficient on Input

(NPCI)

1,26 1,31

Tabel 28 menunjukkan nilai Input Transfer (IT) atau transfer input untuk usaha budidaya patin dengan pakan pelet adalah sebesar Rp.3.072.506. Sedangkan untuk usaha budidaya dengan pakan alternatif hanya sebesar Rp. 800.059. Nilai

Input Transfer (IT) untuk kedua jenis usaha yang bernilai positif mengandung arti

bahwa terdapat pajak yang menyebabkan keuntungan petani pembudidaya berkurang. Salah satu pajak yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap input

tradable yaitu PPN pada pakan pelet.

Factor Transfer (FT) merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan harga

privat dengan harga sosial yang diterima produsen untuk pembayaran faktor-faktor produksi yang tidak diperdagangkan. Kebijakan ini dapat berupa subsidi positif dan negatif. Tabel 28 menunjukkan bahwa Factor Transfer (FT) untuk usaha budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu bernilai positif, ini berarti bahwa harga input non tradable yang dikeluarkan oleh petani pembudidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu pada harga privat lebih besar dibanding dengan

harga input non tradable pada harga sosialnya. Artinya terdapat kebijakan pemerintah yang mengakibatkan petani harus membayar input domestik lebih mahal daripada harga sosialnya sebesar Rp.434.870 pada usaha budidaya dengan pakan pelet dan Rp.429.659 pada budidaya dengan pakan alternatif.

Koefisien Proteksi Input Nominal atau Nominal Protection Coefficient on

Input (NPCI) merupakan rasio antara biaya yang dihitung berdasarkan harga

privat dengan input tradable yang dihitung berdasarkan harga bayangan (harga sosial). Berdasarkan Tabel 28, nilai NPCI untuk usaha budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu adalah sebesar 1,26 untuk budidaya dengan pakan pelet dan 1,31 untuk usaha dengan pakan alternatif. Hal ini menunjukkan bahwa biaya input privat rata-rata lebih tinggi 30 persen dari biaya yang seharusnya dibayarkan (input ditingkat harga dunia). Keadaan ini juga mengindikasikan bahwa kebijakan susidi yang dilakukan oleh pemerintah belum berjalan secara efektif.

5.2.3.3.Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input-Output

Dampak kebijakan terhadap input-output dapat dilihat dari nilai Koefisien Proteksi Efektif atau Effective Protection Coefficient (EPC), Transfer Bersih atau

Net Transfer (NT), Koefisien Keuntungan atau Profitability Coefficient (PC), dan

Rasio Subsidi bagi Produsen atau Subsidy Ratio to Producer (SRP). Indikator-indikator ini menggambarkan sejauhmana kebijakan pemerintah bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik. Tabel 29 menyajikan nilai dari masing-masing indikator kebijakan pemerintah terhadap input-output.

Tabel 29. Nilai Indikator Kebijakan Input-Output Usaha Budiaya Ikan Patin Sapi Potong di Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.]

No. Indikator

Nilai

Pakan Pelet Pakan Alternatif 1. Effective Protection Coefficient (EPC) 2,31 1,64 2. Net Transfer (NT) 7.295.464 13.285.469 3. Profitability Coefficient (PC) -17,72 2,17 4. Subsidy Ratio to Producer (SRP). 0,41 0,55

Nilai EPC menggambarkan sejauhmana kebijakan pemerintah bersifat melindungi produksi domestik secara efektif. Jika nilai EPC kurang dari satu (EPC<1), maka kebijakan tersebut tidak berjalan secara efektif atau menghambat produsen untuk produksi. Sebaliknya jika nilai EPC lebih besar satu (EPC>1), maka kebijakan tersebut berjalan secara efektif sehingga melindungi petani untuk berproduksi.

Tabel 29 menunjukkan bahwa nilai koefisien proteksi efektif atau Effective

Protection Coefficient (EPC) lebih dari satu baik pada usaha budidaya dengan

pakan pelet maupun dengan pakan alternatif menunjukkan adanya perlindungan atau proteksi oleh pemerintah terhadap petani. Nilai EPC yang lebih besar dari satu disebabkan oleh perbedaan harga jual patin impor dengan patin yang diproduksi di dalam negeri. Disamping itu juga adanya subsidi terhadap input

tradable seperti pupuk Urea.

Nilai transfer bersih atau Net Transfer (NT) yang diterima oleh petani pada usaha budidaya dengan pakan pelet maupun dengan pakan alternatif juga sama-sama bernilai positif. Artinya bahwa transfer yang diterima dari produsen input

tradable dan faktor domestik lebih besar dari transfer yang diberikan kepada

konsumen.

Koefisien profitabilitas atau Profitability Coefficient (PC) mengukur dampak seluruh transfer terhadap keuntung privat. Koefisien profitabilitas (PC) mampu menjelaskan dampak insentif dari seluruh kebijakan output, kebijakan input tradable dan input domestik. Tabel 29 memperlihatkan nilai PC sebesar minus 17,72 pada usaha budidaya dengan pakan pelet. Angka ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima oleh petani pembudidaya dengan pakan pelet lebih besar dari harga sosialnya. Nilai PC yang minus terjadi karena harga patin ditingkat dunia jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga patin di dalam negeri. Nilai PC untuk usaha budidaya dengan pakan alternatif lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,17. Hal ini juga menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima petani pembudidaya patin juga lebih tinggi dari harga sosialnya.

Nilai rasio subsidi bagi produsen atau Subsidy Ratio to Producer (SRP) merupakan indikator yang menunjukkan tingkat penambahan atau pengurangan penerimaan atas pengusahaan suatu komoditas karena adanya kebijakan

pemerintah. Nilai SRP pada budidaya dengan pakan pelet positif sebesar 0,41 sedangkan pada budidaya dengan pakan alternatif sebesar 0,55. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku saat ini petani pembudidaya patin di Kabupaten Indragiri Hulu mengeluarkan biaya produksi lebih kecil 41 persen dan 51 persen dari opportunity cost untuk produksi pada budidaya dengan pakan pelet dan pakan alternatif. Jadi secara keseluruhan kebijakan pemerintah menguntungkan petani pembudidaya ikan patin.

5.2.4. Analisis Sensitivitas Terhadap Daya Saing Usaha Budidaya Ikan