• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan

Hasil simulasi akan dianalisis berdasarkan dampaknya terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Pada penelitian ini simulasi kenaikan yang dilakukan adalah kenaikan ekspor sektor pertanian (sub sektor tanaman pangan, tanaman lainnya, peternakan dan hasil- hasilnya, kehutanan dan perburuan, dan perikanan) sebesar 20 persen. Pada sub bab berikut akan dibahas dampak kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Besarnya dampak tersebut merupakan penjumlahan dari dampak pengganda transfer, open loop, dan close loop yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya.

5.3.1 Dampak terhadap Pendapatan Faktor Produksi

Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.5. Adapun besarnya persentase kenaikan pendapatan pada faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.6. Berdasarkan Tabel 5.5 terlihat bahwa pada simulasi pertama kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 253,87 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,03 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan tertinggi pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian

bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 224,78 milyar, meningkat sebanyak 0,147 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa adalah faktor produksi yang mengalami kenaikan persentase terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen.

Pada simulasi kedua kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 923,63 milyar atau mengalami kenaikan sebanyak 0,108 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 529,12 milyar, meningkat sebanyak 0,345 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di desa sebesar 0,412 persen.

Sementara pada simulasi ketiga kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 255,79 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,03 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan tertinggi pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi

tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 94,41 milyar, meningkat sebanyak 0,062 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di desa sebesar 0,099 persen.

Pada simulasi keempat kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 255,79 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,007 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor kehutanan ada perburuan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 15,81 milyar, meningkat sebanyak 0,01 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di kota sebesar 0,019 persen.

Pada simulasi kelima kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2.577,29 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,301 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp

682,41 milyar, meningkat sebanyak 0,445 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di kota sebesar 0,999 persen.

Simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen memberikan dampak yang positif dengan meningkatkan pendapatan seluruh faktor produksi. Pada kelima simulasi, secara keseluruhan kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh faktor produksi tenaga kerja, hal ini terjadi karena sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap sebagian besar tenaga kerja di Indonesia. Sementara bila dilihat pada masing-masing faktor produksi (17 golongan faktor produksi), kenaikan terbesar diterima oleh faktor produksi bukan tenaga kerja. Tenaga kerja bukan penerima upah dan gaji adalah tenaga kerja yang tidak mendapatkan upah atas hasil pekerjaannya, biasanya adalah tenaga kerja keluarga atau tenaga kerja yang bekerja sendiri.

Secara keseluruhan dengan adanya simulasi ini, maka faktor produksi yang mengalami total kenaikan pendapatan terbesar serta total persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 6.015,69 milyar atau meningkat sebanyak 6,361 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor pertanian pada blok faktor produksi. Sebaliknya sektor yang kenaikan pendapatan faktor produksinya paling kecil adalah sektor kehutanan dan perburuan yaitu hanya sebesar Rp 144,26 milyar atau meningkat sebanyak 0,007 persen dari pendapatan awalnya.

dan Gaji Kota 15.896,9 14,24 60,87 15,22 2,97 158,89

Desa 153.206,3 224,78 529,12 94,41 15,81 682,41

Pertanian Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

15.341,6 21,47 38,20 9,60 2,11 114,23 Desa 83.705,1 17,34 67,99 18,29 4,17 131,17 Penerima Upah

dan Gaji Kota 169.860,3 39,61 135,69 37,87 6,92 298,18

Desa 48.654,1 12,89 42,73 11,65 2,47 91,18 Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

41.204,5 11,47 38,23 10,36 2,12 84,73 Desa 38.270,0 13,36 50,69 13,71 2,96 106,25 Penerima Upah

dan Gaji Kota 198.957,3 67,39 215,85 60,71 12,41 523,14

Desa 57.526,3 25,00 70,30 22,93 4,01 207,22

Tata Usaha, Penjualan, dan

Jasa-Jasa

Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

101.458,3 43,40 123,51 39,95 7,06 358,89 Desa 29.909,3 9,10 31,46 8,69 1,67 70,29 Penerima Upah

dan Gaji Kota 89.430,7 25,93 85,37 23,72 4,88 196,37

Desa 4.158,6 1,71 5,91 1,17 0,45 10,62 Tenaga Kerja Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

9.233,6

2,78 9,43

2,30 0,59 21,37

Bukan Tenaga Kerja 857.257,5 253,87 923,63 255,79 63,92 2.577,29

Total 1.980.758,40 919,10 2.732,16 691,56 144,26 6.015,69

Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen

Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen

Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen

dan Gaji Kota 15.896,9 0,089 0,383 0,096 0,019 0,999 Desa 153.206,3 0,147 0,345 0,062 0,010 0,445

Pertanian Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

15.341,6 0,140 0,249 0,063 0,014 0,745 Desa 83.705,1 0,021 0,081 0,022 0,005 0,157 Penerima Upah

dan Gaji Kota 169.860,3 0,023 0,079 0,022 0,004 0,175

Desa 48.654,1 0,026 0,088 0,024 0,005 0,187 Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

41.204,5 0,028 0,093 0,026 0,005 0,206

Desa 38.270,0 0,035 0,132 0,036 0,008 0,278 Penerima Upah

dan Gaji Kota 198.957,3 0,034 0,108 0,031 0,006 0,263

Desa 57.526,3 0,043 0,122 0,040 0,007 0,360 Tata Usaha,

Penjualan, dan Jasa-Jasa

Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

101.458,3 0,043 0,122 0,039 0,007 0,354 Desa 29.909,3 0,030 0,106 0,029 0,006 0,235 Penerima Upah

dan Gaji Kota 89.430,7 0,029 0,095 0,026 0,005 0,219

Desa 4.158,6 0,041 0,142 0,028 0,010 0,255 Tenaga Kerja Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Bukan Penerima

Upah dan Gaji Kota

9.233,6 0,030 0,102 0,025 0,006 0,231

Bukan Tenaga Kerja 857.257,5 0,030 0,108 0,030 0,007 0,301

Total 1.980.758,40 0,892 2,767 0,698 0,139 6,361

Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen

Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen

Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen

94.524,77 (0,052) (0,175) (0,042) (0,008) (0,351) Pengusaha 354.160,57 269,42 (0,076) 772,60 (0,218) 163,93 (0,046) 30,06 (0,008) 1.255,75 (0,354) Pengusaha bebas golongan rendah 179.967,87 68,71 (0,038) 230,10 (0,128) 60,46 (0,033) 12,39 (0,007) 499,81 (0,278) Bukan angkatan kerja 71.035,77 36,09 (0,051) 117,93 (0,166) 27,56 (0,039) 5,37 (0,008) 214,63 (0,302) Pedesaan Pengusaha bebas golongan atas 141.480,40 71,19 (0,050) 227,79 (0,161) 54,72 (0,039) 10,94 (0,008) 444,18 (0,314) Pengusaha bebas golongan rendah 302.015,66 92,88 (0,030) 306,69 (0,102) 85,36 (0,028) 17,64 (0,006) 752,16 (0,249) Bukan angkatan kerja 107.791,78 37,56 (0,035) 119,72 (0,111) 33,50 (0,031) 6,99 (0,007) 303,57 (0,282) Rumah Tangga Bukan Pertanian Perkotaan Pengusaha bebas golongan atas 387.118,60 132,47 (0,034) 428,26 (0,111) 121,99 (0,031) 25,38 (0,007) 1.105,18 (0,282) Perusahaan 467.566,60 135,95 (0,029) 494,62 (0,106) 136,98 (0,029) 34,23 (0,007) 1.380,18 (0,295) Pemerintahan 378.963,15 71,56 (0,019) 255,75 (0,067) 70,08 (0,018) 17,14 (0,005) 693,91 (0,183) Total 2.484.625,17 829,81 (0,414) 3.118,85 (1,345) 794,15 (0,297) 167,83 (0,071) 6.981,22 (2,890)

Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen

Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen

Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen

Pertanian Tanaman Lainnya 101.299,72 37,70 1.428,53 34,64 7,91 360,71

Peternakan dan Hasil-hasilnya 128.221,29 60,76 203,98 417,14 8,56 365,23

Kehutanan dan Perburuan 28.255,66 3,89 12,99 3,08 65,84 27,13

Perikanan 84.690,10 32,47 101,67 28,28 4,92 3.034,52

Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi 217.818,08 32,31 113,73 26,16 5,23 226,26

Pertambangan dan Penggalian Lainnya 35.565,51 1,70 5,89 1,39 0,30 12,07

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 525.154,11 214,27 681,44 252,68 33,87 1.550,59

Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 268.533,25 63,89 201,72 48,95 9,88 412,13

Industri Kayu & Barang Dari Kayu 87.188,55 6,83 21,75 5,51 1,07 46,97

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari

Logam dan Industri 659.178,77 126,91 412,44 10,42 22,12 916,22

Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 742.914,62 163,24 616,75 128,98 26,62 1.153,06

Listrik, Gas Dan Air Minum 70.431,02 26,06 82,29 21,24 4,18 179,61

Konstruksi 331.094,85 8,16 31,93 7,20 2,04 66,71

Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan

Pergudangan 382.993,05 171,29 464,87 161,11 26,69 1.463,54

Restoran 135.514,37 52,57 167,85 43,08 8,86 370,58

Perhotelan 39.869,40 13,68 43,45 11,42 2,34 98,86

Angkutan dan Komunikasi 281.783,99 102,65 318,64 88,43 16,74 808,29

Bank dan Asuransi 135.344,35 47,44 149,11 39,48 7,75 350,96

Real Estate dan Jasa Perusahaan 156.611,25 62,07 190,98 50,89 10,09 438,75

Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan

Jasa Sosial Lainnya 312.752,75 94,35 309,65 80,15 17,30 719,99

Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain 152.433,82 51,36 200,52 41,74 13,05 359,69

Total 5.120.348,12 1.837,54 6.157,08 1.703,80 311,52 13.667,06

Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen, Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen, Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen, Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen, Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen

Pertanian Tanaman Lainnya 101.299,72 0,037 1,410 0,034 0,008 0,356

Peternakan dan Hasil-hasilnya 128.221,29 0,047 0,159 0,325 0,007 0,285

Kehutanan dan Perburuan 28.255,66 0,013 0,046 0,011 0,233 0,096

Perikanan 84.690,10 0,038 0,120 0,033 0,006 3,583

Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi 217.818,08 0,015 0,052 0,012 0,002 0,104

Pertambangan dan Penggalian Lainnya 35.565,51 0,005 0,017 0,004 0,001 0,034

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 525.154,11 0,041 0,130 0,048 0,006 0,295

Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 268.533,25 0,024 0,075 0,018 0,004 0,153

Industri Kayu & Barang Dari Kayu 87.188,55 0,008 0,025 0,006 0,001 0,054

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari

Logam dan Industri 659.178,77 0,019 0,063 0,016 0,003 0,139

Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 742.914,62 0,022 0,083 0,017 0,004 0,155

Listrik, Gas Dan Air Minum 70.431,02 0,037 0,117 0,030 0,006 0,255

Konstruksi 331.094,85 0,002 0,010 0,002 0,001 0,020

Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan

Pergudangan 382.993,05 0,045 0,121 0,042 0,007 0,382

Restoran 135.514,37 0,039 0,124 0,032 0,007 0,273

Perhotelan 39.869,40 0,034 0,109 0,029 0,006 0,248

Angkutan dan Komunikasi 281.783,99 0,036 0,113 0,031 0,006 0,287

Bank dan Asuransi 135.344,35 0,035 0,110 0,029 0,006 0,259

Real Estate dan Jasa Perusahaan 156.611,25 0,040 0,122 0,032 0,006 0,280

Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan

Jasa Sosial Lainnya 312.752,75 0,030 0,099 0,026 0,006 0,230

Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain 152.433,82 0,034 0,132 0,027 0,009 0,236

Total 5.120.348,12 0,828 3,377 0,851 0,340 8,106

Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen, Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen, Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen, Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen, Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen

5.3.2 Dampak terhadap Pendapatan Institusi

Pengaruh kenaikan ekspor di sektor pertanian sebesar 20 persen terhadap pendapatan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah dapat dilihat dari neraca institusi. Rumah tangga dalam blok institusi pada tabel SNSE Indonesia tahun 2003 dibagi menjadi delapan golongan rumah tangga baik rumah tangga pertanian maupun rumah tangga bukan pertanian. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen akan berdampak positif terhadap pendapatan institusi. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan pada seluruh institusi. Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap institusi serta besarnya persentase kenaikan pendapatan pada institusi dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Pada simulasi pertama kenaikan pendapatan terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 269,42 milyar, meningkat sebesar 0,076 persen dari pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor tanaman pangan terjadi pada institusi perusahaan, yaitu sebesar Rp 135,95 milyar, meningkat sebanyak 0,029 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 175,99 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 262,91 milyar). Dampak simulasi pertama terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh pertanian hanyalah sebanyak Rp 49,45 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa antara rumah

tangga buruh tani dengan rumah tangga pengusaha pertanian terdapat ketidakmerataan distribusi pendapatan.

Pada simulasi kedua peningkatan pendapatan yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 772,60 milyar, meningkat sebanyak 0,218 persen dari kondisi pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor tanaman lainnya terjadi pada institusi perusahaan, yaitu sebesar Rp 494,62 milyar, meningkat sebanyak 0,106 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 575,82 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 854,68 milyar). Sedangkan dampak simulasi kedua terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh pertanian dari total peningkatan pendapatan pada neraca institusi hanya sebesar Rp 165,39 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa antara rumah tangga buruh tani dengan rumah tangga pengusaha pertanian terdapat ketidakmerataan distribusi pendapatan.

Peningkatan pendapatan pada simulasi ketiga yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 163,93 milyar atau meningkat sebanyak 0,046 persen. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya diterima oleh institusi

perusahaan, yaitu sebesar Rp 136,98 milyar, meningkat sebanyak 0,029 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 142,74 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 240,84 milyar). Sementara itu, peningkatan pendapatan buruh tani hanya sebesar Rp 39,57 milyar. Distribusi pendapatan pada simulasi ketiga juga belum merata, terlihat dari sebagian besar peningkatan pendapatan yang lebih besar pada rumah tangga pengusaha.

Pada simulasi keempat peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada institusi perusahaan yaitu sebesar Rp 34,23 milyar atau meningkat sebanyak 0,007 persen dari kondisi awal. Peningkatan terbesar kedua terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 30,06 milyar, meningkat sebanyak 0,008 persen dari pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Sementara itu, pendapatan buruh tani hanya mengalami peningkatan sebesar Rp 7,69 milyar. Dari keterangan di atas terlihat jelas bahwa terjadi distribusi pendapatan yang tidak merata antara buruh tani dan pengusaha pertanian, dimana peningkatan pendapatan buruh tani hanya seperempatnya dari peningkatan pendapatan perusahaan pertanian. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 28,72 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 50,02 milyar).

Pada simulasi kelima peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada institusi rumah tangga perusahaan yaitu sebesar Rp 1.380,18 milyar atau

meningkat sebanyak 0,295 persen. Peningkatan pendapatan tertinggi kedua terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 1.255,75 milyar, meningkat sebesar 0,354 persen dari kondisi awalnya. Persentase kenaikan ini merupakan yang terbesar dengan adanya kenaikan ekspor pertanian. Sementara peningkatan pendapatan pada rumah tangga buruh tani hanya sebesar Rp 331,85 milyar, meningkat sebanyak 0,351 persen dari pendapatan awalnya. Pada sektor ini juga terdapat perbedaan pendapatan yang sangat besar antara pengusaha dengan buruh tani. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 1158,58 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 2.160,92 milyar).

Secara umum total peningkatan pendapatan terbesar pada neraca institusi diterima oleh sub sektor perikanan yaitu sebesar 6.981,22 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Peningkatan pendapatan di perkotaan yang lebih besar daripada di pedesaan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang selama ini hanya berpusat di daerah perkotaan telah menimbulkan dampak kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara pedesaan dan perkotaan. Dari hasil analisis pada blok neraca institusi, terdapat ketimpangan distribusi pendapatan antara buruh pertanian dengan pengusaha pertanian. Hal ini dikarenakan para pengusaha pertanian bekerja di sektor sekunder dan tersier yang kurang beresiko dibandingkan buruh tani yang bekerja di sektor primer.

5.3.3 Dampak terhadap Pendapatan Sektor Produksi

Simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen akan meningkatkan pendapatan seluruh sektor produksi. Kenaikan pendapatan pada seluruh sektor produksi ini akan meningkatkan pendapatan nasional yang akhirnya akan menaikan pertumbuhan ekonomi. Neraca sektor produksi secara terperinci terbagi menjadi 22 sektor produksi. Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap sektor produksi serta besarnya persentase kenaikan pendapatan pada sektor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9.

Pada simulasi pertama, kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total pendapatan sektor produksi meningkat sebesar Rp 1.837,59 milyar atau meningkat 0,035 persen dari kondisi awal. Dari jumlah tersebut, peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor pertanian tanaman pangan itu sendiri, yaitu sebesar Rp 464,01 milyar, meningkat sebesar 0,191 persen dari kondisi pendapatan awalnya sebesar Rp 242.699,60 milyar. Persentase peningkatan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,041 persen dari kondisi awal, atau sebesar Rp 214,27 milyar.

Pada simulasi kedua, kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 6.157,08 milyar atau meningkat sebesar 0,12 persen dari kondisi awalnya. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor

pertanian tanaman lainnya itu sendiri, yaitu sebesar Rp 1.428,53 milyar. Sektor tersebut meningkat sebesar 1,410 persen dari kondisi awal sebesar Rp 101.299,72 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan persentase kenaikan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,130 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 681,44 milyar.

Pada simulasi ketiga, kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil- hasilnya sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 1.703,80 milyar. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor peternakan dan hasil-hasilnya itu sendiri, yaitu sebesar Rp 417,14 milyar, meningkat sebesar 0,325 persen dari Rp 128.221,29 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,048 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 252,68 milyar.

Pada simulasi keempat kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 311,52 milyar atau meningkat sebanyak 0,006 persen dari kondisi awal sebesar Rp 5.120.348,12 milyar. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor kehutanan dan perburuan itu sendiri, sebesar Rp 65,84 milyar, meningkat sebesar 0,233 persen dari Rp 28.255,66

milyar. Persentase peningkatan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor produksi lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,006 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 33,87 milyar.

Pada simulasi kelima, kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 13.667,06 milyar atau meningkat sebanyak 0,27 persen dari kondisi awalnya sebesar Rp 5.120.348,12 milyar. Dari jumlah tersebut, peningkatan pendapatan terbesar diterima oleh sektor perikanan itu sendiri, yaitu sebesar Rp 3.034,52 milyar, meningkat sebesar 3,583 persen dari Rp 84.690,10 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,295 persen dari kondisi awalnya Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 1.550,59 milyar.

Secara umum dengan adanya simulasi ini, maka sub sektor yang mengalami kenaikan total pendapatan terbesar adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 13.667,06 milyar. Kenaikan pendapatan tidak hanya terjadi pada sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor saja, tetapi juga diikuti oleh kenaikan pendapatan di sektor-sektor lainnya, terutama sektor-sektor yang berkaitan secara langsung dengan sektor pertanian. Dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau.

Dokumen terkait