• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap kerja setelah merger menjadi salah satu persoalan yang akan digali informasinya pada penelitian ini. Ada tiga hal yang akan ingin diketahui menyangkut sikap kerja yaitu sikap dalam melayani, sikap dalam melaksanakan pekerjaan dan sikap dalam melaksanakan inisiatif kerja.

4.3.3.1Hasil

a. Dosen FBS – UKSW

Salah satu aktivitas dosen berhubungan dengan kegiatan pengajaran dan pelayanan terhadap mahasiswa. Pelayanan dan pengajaran merupakan bagian dari tugas seorang dosen. Pada kenyataanya, dosen terkadang kurang maksimal dalam melaksanakan tugas tersebut. Kondisi lingkungan kerja, kebijakan yang ada dan beberapa faktor lain membuat dosen kurang maksimal dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Kebijakan merger FBS UKSW dan STIBA membuat suasana baru bagi lungkungan kerja dosen dari kedua lembaga. Kondisi tersebut menjadi persoalan dalam pelayanan dan proses belajar mengajar. Ketika peneliti berdiskusi mengenai sikap sebagai seorang dosen dalam melayani, M7 mengutarakan: Kok saya agak merasa.. Memang ini kegiatan kemahasiswaan juga digabung antara mahasiswa STIBA dengan mahasiswa FBS dalam satu kemahasiswaan. Jadi mereka, kegiatan kemahasiswaan semakin banyak, saya kira apa yang bisa saya lakukan ya akan ku bantu mereka meskipun itu sedikit lebih sibuk. Bergabungnya FBS dan STIBA membuat kegiatan kemahasiswaan kedua lembaga ikut bergabung. M7 menjelaskan bahwa setelah merger kegiatan kemahasiswaan semakin banyak. Karena hasil penggabungan kegiatan kedua lembaga. Melihat kondisi tersebut, M7 mengungkapkan bahwa jika dibutuhkan, M7 menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam membantu kegiatan - kegiatan kemahasiswaan. Lebih lanjut rasa kecewa juga ditunjukan oleh M7: Saya

hanya sedikit menyayangkan kegiatan yang beberapa dihapus. Beberapa kegiatan yang di STIBA yang lama, karena disini sudah penuh, tidak bisa terakomodasi.

Banyakknya kegiatan bawaan FBS dan STIBA membuat beberapa kegiatan kemahasiswaan dari STIBA tidak bisa terakomodir. M7 menilai hal itu tidak seharusnya terjadi karena kegiatan - kegitan tersebut sangat bagus. Kekecewaan M7 tidak terlepas dari harapan agar kedua lembaga dapat menyatu tanpa mengabaikan kebutuhan satu sama lain. Sikap yang sedikit berbeda ditunjukan oleh M8 perihal pelayanan terhadap mahasiswa. M8 mengungkapkan : Yang dimerger itu kan berarti tidak terlalu. Gini, saya tanggung jawab saya masih kan mahasiswa PBI jadi tidak terlalu banyak berinteraksi dengan mahasiswa STIBA atau mahasiswa sastra. Jadi kalo dibilang gmana-gimana, karena yang saya layani tetap mahasiswa saya sebelumnya jadi tidak ada seperti apa... Berbeda dengan M7, pengalaman M8 dalam memberikan pelayanan lebih pada posisinya sebagai ketua program studi PBI. Selama merger ini berjalan, interaksi dengan mahasiswa Sastra Inggris dari STIBA tidak sering. M8 menilai selama ini pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa masih sama karena mahasiswa yang dilayani juga masih sama yaitu mahasiswa dari PBI. Lebih lanjut M8 mengungkapkan bahwa jika diberikan tanggung jawab atau ada mahasiswa STIBA yang butuh bantuan maka akan diperlakukan sama seperti halnya mahasiswa PBI. M8: Tapi kalau misalkan saya harus melayani mahasiswa dari STIBA, saya akan memperlakukanya seperti mahasiswa saya PBI.

Jadi tidak akan, mentang anak tiri kan.. Tidak seperti itu. Saya tidak bisa mengkotak - kotakan. Mahasiswa ini dan mahasiswa ini, semuanya mahasiswa FBS. Ketika kedua lembaga sudah merger, maka tidak ada lagi membeda -bedakan mahasiswa. Baik mahasiswa PBI maupun mahasiswa Sastra Inggris dari STIBA, sama - sama mahasiswa FBS. Hal yang sama juga utarakan M4. Sikap sebagai dosen dalam melayani setelah merger, M4 berpendapat: Untuk fakultas, saya lebih mengimbangi yang mereka lakukan sih. Tapi, terutama mahasiswa, ini terlalu di tuntut menurut saya. Cuman ada hal-hal yang meronta kayak misalnya waktu buat brosur sastra tidak dimasukkan. Lah kenapa gak boleh? Kan udah merger. Setelah merger M4 memilih untuk bersikap mengikuti setiap alur yang berjalan di fakultas. M4 juga punya penyesalan atas kebijakan fakultas yang tidak menuangkan program studi Sastra Inggris dalam brosur FBS. Bagi M4, ketika sudah dinyatakan merger, semestinya FBS memberikan perlakuan yang sama bagi kedua program studi tersebut.

Salah satu faktor dalam sikap kerja ialah menyangkut sikap dalam melaksanakan pekerjaan setelah merger. Sebagai dosen M7 mengungkapkan : Tetap semangat. Terus terang saya tetap fokus ke PBI dan Saya kira kedatangan progdi baru atau hasil penggabungan itu tidak membuat saya merasa dengki. Tidak membuat saya juga terancam tetap fokus terhadap apa yang kami persiapkan. Informan M7 menjelaskan jikalau setelah merger tetap semangat dalam melaksanakan setiap pekerjaan. Sebagai dosen dengan latar

belakang PBI akan tetap fokus bekerja di PBI. Penggabungan FBS dan STIBA dinilai tidak memberi dampak negatif terhadap aktifitas PBI. Tanggapan lain datang dari M8: Sama aja sih. Tidak ada yg berubah. Diungkapkan bahwa sikapnya dalam bekerja tidak ada yang berubah setelah merger. Lebih lanjut dijelaskan kalau setelah merger M8 lebih bekerja keras. M8 utarakan : Cuman ketika merger itu dimulai, itu memang kami bekerjanya lebih keras. Karena memang posisi saya sebagai salah satu tim managemen, harus tau kok ini mau apa. Keterlibatan dalam tim merger membuat M8 harus bekerja lebih keras dalam mempersiapkan dan mengurus proses merger.

Berhubungan dengan sikap dalam melakukan inisiatif kerja setelah merger, M7 mengungkapkan: Tetap melakukan yang selama ini saya lakukan dan sedikit senang dengan tambahan membantu pekerjaan. Informan M7 menjelaskan bahwa setelah merger tidak ada yang berubah dengan kebiasaan yang selama ini dilakukan. Hal serupa diutarakan oleh M8 : Tidak mempengaruhi bagi saya. Kalau ada yang minta training, saya lakukan dengan baik. Merger kedua lembaga tidak merubah sikap M8 dalam melakukan inisiatif kerja. Dijelaskan jikalau tenaganya dibutuhkan dalam kegiatan trainning maka akan dilakukan dengan baik. Dilanjutkan dengan M4: Karena saya memandang diri saya tidak berkaitan dengan program Merger STIBA. Saya berpendapat tanpa UKSW saya bisa bekerja dimanapun. Jadi menurut saya, saya tetap mengajar ya biasa saja. Karena itu kelas ya. Informan ini menjelaskan bahwa setelah

merger tetap melakukan aktifitas mengajar seperti biasa. Merger FBS dan STIBA dinilai tidak ada hubungan dengan pekerjaanya. Karena pekerjaanya tidak hanya terpaku di UKSW. Dengan kemampuan yang dimiliki, bisa bekerja ditempat mana pun. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sekarang terus meningkatkan kualitas diri. M4 berujar : Ya biasa aja dan karena saya berpikir karena kondisi FBS yang seperti ini, saya harus memperkaya diri saya supaya daya jual saya bukan hanya di FBS. Dimanapun saya bisa diterima, itu yang saya kejar sekarang. Suka ngomong dengan teman-teman yang lain diluar UKSW. M4 menilai kondisi FBS setelah merger mengkuatirkan dan lingkungan kerja sudah kurang kondusif. Melihat kondisi tersebut, M4 terus berbenah agar bisa memiliki nilai jual diluar FBS UKSW. b. Dosen STIBA

Berhubungan dengan sikap sebagai dosen dalam melayani setelah merger, M9 mengungkapkan : Kalo saya sama saja, tidak berubah. Dari dulu saya mengajar itu passionate bersemangat mencoba hal baru materi dikembangkan bukan hanya pake buku aja . Jadi dari dulu saya tidak berubah. Ya senang, semangat ga berubah saya, kurang lebih sama. Tidak berpengaruh pengaruh dimana saja saya bekerja, cuman kalau lihat mahasiswa saja tidak bisa, kan jadi ada motivasi tambahan agar dia bisa.

Dijelaskan bahwa Merger kedua lembaga tidak memberi pengaruh didalam diri informan M9. Sebagai dosen tetap semangat dalam mengajar dan mengembangkan setiap materi perkuliahan. Pendapat yang hampir sama diutarakan M10:

Saya tanggung jawab, komitment. Informan ini mengungkapkan bahwa setelah merger tetap menunjukkan sikap tanggung jawab dan komitmen.

Pada persoalan Sikap dalam melaksanakan pekerjaan setelah merger, M9 mengungkapkan : Lebih semangat ya, karena yang itu tadi. Informan M9 menjelaskan jikalau setelah merger lebih menunjukan sikap yang lebih semangat dalam bekerja. Diakui jikalau faktor fasilitas dan dukungan

financial ditempat kerja baru turut mempengaruhi sikap kerja informan M9. Hal berbeda diungkapkan oleh M10 : Harus bisa menyesuaikan. Kan tadi Saya bilang ada rutinitas yang cukup berbeda menjaga kerjanya agak cukup berbeda . Terlihat seperti yang saya katakan tadi kalau disini koordinasi bisa nggak seminggu, kalau disana kan harus tiap minggu karena banyak, jadi harus bisa menyesuaikan, adaptasi. Merger ini mendorong M10 untuk beradaptasi dengan kebiasaan ditempat kerja baru. Ada perbedaan budaya antara lembaga sebelum dan sesudah merger. Jika sebelumnya, koordinasi antara dosen kurang berjalan dengan baik sedangkan setelah merger koordinasi merupakan suatu keharusan untuk dilakukan secara rutin.

Persoalan terakhir dalam sikap kerja menyangkut sikap dalam melakukan inisiatif kerja setelah merger. Sebagai dosen dari STIBA, M9 berujar : Sama saja.

Informan ini mengungkapkan bahwa setelah merger tidak ada perubahan didalam dirinya untuk melakukan inisiatif kerja. Hal berbeda diutarakan oleh M10 : Ya meningkatkan, karena itu masih banyak kompleks kerjanya. Jadi lebih

bernisiatif, kalau tidak, tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. Informan ini menjelaskan jikalau setelah merger pekerjaan semakin kompleks. Jumlah mahasiswa bertambah dan jumlah rekan dosen juga bertambah. Kondisi tersebut membuat M10 untuk lebih inisiatif dalam bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan tempat kerja baru.

c. Pegawai FBS – UKSW

Informan lain yang berpendapat menyangkut sikap kerja setelah merger ialah pegawai FBS UKSW. Sebagai pegawai FBS, M11 mengungkapkan jikalau sikapnya dalam melayani setelah merger masih sama. M11 berujar : Masih sama, karena kami kan disini memberikan service dan saya berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk mahasiswa dan dosen-dosen. Dijelaskan bahwa sebagai pegawai tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada mahasiswa dan dosen. Sikap yang ditunjukan dalam melayani tidak berhubungan dengan merger, tapi karena tuntutan profesi.

Berhubungan dengan persoalan sikap dalam melaksanakan pekerjaan setelah merger, M11 juga berpendapat sama. M11 : Ya sama aja ya, tidak ada yang berubah... Ya sama sih ya kalau sikap, ya karena itu tanggung jawab saya, ya harus dijaga. Dijelaskan kalau sikap M11 dalam bekerja tidak berubah setelah terjadinya merger. Sikap profesional tetap dikedepankan dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pegawai.

Berhubungan dengan sikap dalam melakukan inisiatif kerja setelah merger, M11 mengungkapkan M11: Sekrang lebih berinisiatif ya. Informan M11 menjelaskan jikalau

setelah merger lebih memiliki inisiatif dalam bekerja. Sebagai pegawai senior, kehadiran rekan kerja baru membuat M11 bersikap sebagai mentor. Hal ini diaungkapkan M11:

Apalagi dengan adanya teman baru itu yang belum banyak tahu tentang pekerjaan yang ada jadi mengajari teman itu. Ok, kamu harus melakukan ini. Kamu harus seperti ini. Itu yang harus kemudian membuat saya lebih berinisiatif untuk mengajarkan hal-hal yang teman belum tahu kalau saya mempunyai ide atau apa. Ya saya share bagaimana seperti ini, ya lebih ini ya. Kalau ada itu yang tadinya ya sudahlah selesaikan apa yang ada sekarang harus lebih banyak ohh harus seperti ini. Kehadiran rekan kerja baru mendorong M11 untuk lebih inisiatif, terutama untuk membimbing dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

d. Pegawai STIBA

Berhubungan dengan sikap kerja, ada beberapa pendapat yang diutarakan oleh informan pegawai dari STIBA. Faktor pertama menyangkut sikap kerja sebagai pegawai dalam melayani setelah merger, M12 berujar : Sama saja sih, tidak ada perbedaan. Melakukan yang terbaik saja..

Diutarakan jikalau setelah merger sikap M12 didalam memberikan pelayan tidak ada yang berubah. Setiap pekerjaan yang merupakan bagian dari tanggung jawab M12, termasuk melayani mahasiswa dan dosen, dilakukan dengan maksimal. Lebih lanjut informan lain yaitu M13 mengungkapkan bahwa setelah merger bekerja sesuai dengan kebijakan yang ada ditempat kerja baru. M13 mengutarakan :

dalam melayani sesama. Pada keterangan diatas dijelaskan bahwa M13 juga berusaha tidak terlalu kaku pada rutinitas pekerjaan. Berusaha menunjukan sikap terbuka dan bersahabat dengan rekan kerja lainnya.

Perihal sikap sebagai pegawai dalam melaksanakan pekerjaan setelah merger, M12 berujar : Sama saja, dulu waktu saya kerja di STIBA masuk on time pulang on time. Jadi pegawai kan ada peraturan, kalau peraturan kepegawaian disini dengan di STIBA kan hampir sama .

Informan M12 menjelasknan jikalau setelah merger, sikap yang ditunjukan dalam bekerja tidak ada yang berubah. Peraturan kepegawaian yang dulu ada di STIBA tidak berbeda jauh dengan yang sekarang ada ditempat kerja baru. Hal senada juga diugkapkan oleh M13 :Ya seperti ni...Gimana ya emm.. Melakukan pekerjaan sesuai dengan perintaan pimpinan. Dijelaskan bahwa sebagai pegawai bekerja sesuai dengan aturan dan arahan pimpinan.

Berhubungan dengan sikap dalam melakukan inisiatif kerja setelah merger, M12 mengungkapkan bahwa dirinya tetap menunjukan sikap yang sama dengan sebelumnya. M12 : Sama saja sih, tidak ada perbedaan. Pendapat yang hampir sama diutarakan oleh informan M13 : Masih seperti biasa. Saya lakukan sesuai dengan tugas Saya. Dijelaskan bahwa setelah merger tetap menunjukan sikap kerja yang sama. Tetap menunjukan sikap profesional sesuai dengan tugas dan tanggung jawab.

4.3.3.1Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa diatas, maka dapat diuraikan beberapa hal menyangkut sikap kerja dosen dan pegawai setelah merger. Hal yang pertama yaitu: sikap yang ditunjukan oleh dosen dan pegawai dalam melayani, masih sama. Kedua : sikap yang ditunjukan oleh pegawai dari STIBA dan dosen dan pegawai dari FBS tidak mengalami perubahan. Berbeda dengan dosen dari STIBA, dimana setelah merger menunjukan peningkatan semangat kerja. Ketiga : inisiatif kerja dosen dari STIBA dan pegawai FBS mengalami peningkatan. Berbeda dengan inisiatif kerja dosen FBS dan pegawai dari STIBA yang tidak menunjukan perubahan.

Merger kedua lembaga pendidikan tidak memberikan pengaruh pada sikap dosen dan pegawai dalam melayani. Dosen dan pegawai tetap memberikan pelayanan seperti sebelum merger. Perlakuan yang sama diberikan baik kepada mahasiswa dari FBS maupun mahasiswa dari STIBA.

Sikap yang berbeda ditunjukan dalam melaksanakan pekerjaan. Dosen dan pegawai FBS dan pegawai dari STIBA tidak menunjukan sikap yang berbeda dalam melaksanakan pekerjaan. Tetapi menunjukan komitmen dalam setiap bekerja. Tidak terganggu oleh proses penggabungan kedua lembaga. Selain itu, proses merger yang belum rampung seratus persen menjadi salah satu faktor. Berbeda halnya dengan pegawai dari STIBA. Lingkungan kerja yang baru membuat pegawai dari STIBA lebih bersemangat dalam bekerja.

Sikap yang ditunjukan dalam melaksanakan inisiatif kerja juga berbeda. Setelah merger inisiatif kerja dosen dari

STIBA dan pegawai FBS mengalami peningkatan. Peningkatan ini didorong oleh beban kerja yang mengalami peningkatan. Selain itu kehadiran rekan kerja baru memberikan dampak positif terhadap inisiatif kerja. Hal berbeda dialami oleh dosen dan pegawai dari STIBA. Inisiatif kerja mereka tidak mengalami peningkatan. Dosen FBS dan pegawai dari STIBA lebih memilih untuk fokus pada pengembangan diri. Meskipun demikian tetap menunjukan sikap terbuka dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap bisa dibantu.

Hasil pembahasan diatas menggambarkan bahwa atmosfer tempat kerja serta kehadiran rekan kerja baru disikapi dengan baik oleh dosen dan pegawai. Proses merger yang belum rampung seratus persen sehingga belum memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap sikap kerja dosen dan pegawai. Selain faktor proses merger yang belum rampung, faktor lain yaitu ruang lingkup kerja, dimana ruang lingkup kerja dosen dan pegawai masih sama.

Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gulati. Pada penelitian yang dilakukan Gulati (2009), menyebutkan bahwa karyawan yang kurang terlibat dalam proses merger akan menunjukan sikap yang kurang positif terhadap masa depan perusahaan atau lembaga.

Dokumen terkait