BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian
4.1.1 Profil Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
UKSW semula lahir dengan nama Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI). Diresmikan
pada tanggal 30 November 1956 dengan lima jurusan, yaitu
Pendidikan Sejarah, Bahasa Inggris, Hukum, dan Ekonomi.
PTPG-KI Satya Wacana berubah menjadi FKIP-KI pada
tanggal 17 Juli 1959. Kemudian pada tanggal 5 Desember
1959 diresmikan menjadi Universitas Kristen Satya Wacana
dengan kehadiran Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum
yang kemudian diikuti dengan pembukaan beberapa Fakultas
dan Program Studi baru lainya.
Pada saat ini UKSW memiliki 51 Program Studi yang
terdiri dari empat Program Studi Diploma Tiga (D-III), tiga
puluh sembilan Program Studi Program Sarjana (S1), sepuluh
Program Studi Program Magister (S2), dan tiga Program Studi
Program Doktoral (S3). Universitas Kristen Satya Wacana
memiliki beberapa Visi yaitu:
a. Menjadi Universitas Scientiarum, untuk pembentukan
persekutuan pengetahuan tingkat tinggi, yang terikat kepada
pengajaran kebenaran (alethea) berdasarkan pada realisme
Alkitabiah.
b. Menjadi Universitas Magistroum et Scholarium untuk
minority) bagi pembangunan dan pembaharuan masyarakat
dan negara Indonesia.
c. Menjadi pembina kepemimpinan untuk berbagai jabatan
dalam masyarakat (termasuk gereja) yang sedang
membangun.
d. Menjadi radar dalam situasi perubahan kebudayaan,
politik, moral dan rohaniah, yang mensinyalir, mencatat,
dan mengikuti perubahan-perubahan itu guna
menjadikannya objek atau sasaran pembahasan dan
penelitian.
e. Menjadi pelayan dan lembaga pendidikan pelayanan
(diakonia), sepanjang masa mencakup kritik yang
konstruktif serta informatif kepada gereja dan masyarakat
terhadap keadaan masyarakat dimana masih terdapat
kemiskinan, ketidakadilan, ketidakbenaran, dan
ketidakdamaian.
Adapun misi Universitas Kristen Satya Wacana, yaitu:
a. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu:
Pendidikan dan pengajaran tinggi, Penelitian, Pengabdian
kepada masyarakat.
b. Melaksanakan Perguruan Tinggi Kristen Indonesia, yang
berarti bahwa hidup dan kegiatan-kegiatannya pada satu
pihak mempunyai motivasi dan merupakan bentuk
perwujudan Imn Kristen yang Oikumenis dan pada pihak
sosiokultural dan kebutuhan bangsa serta negara Republik
Indonesia.
c. Mendorong dan mengembangkan sikap serta pemikiran
yang kritis-prinsipal dan kreatif-realistis, berdasarkan
kepekaan hati nurani yang luhur dan dibimbing oleh
Firman Allah.
d. Mewujudkan pusat pemikiran dan pengalaman untuk
pembinaan kehidupan yang adil, bebas, tertib serta
sejahtera.
e. Mencari dan mengusahakan terdapatnya hubungan yang
bermakna antara iman Kristen dengan berbagai bidang
ilmu dan kegiatan atau pelayanan.
f. Mengusahakan terbentuknya dan membina
angkatan-angkatan pemimpin masyarakat yang selain diperlengkapi
dengan bekal ilmu pengetahuan dan kepakaran di bidang
tertentu, juga memiliki kesadaran pengabdian yang tinggi
kepada masyarakat.
4.1.2 Profil Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS)
Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) merupakan salah
satu fakultas di UKSW. Semula FBS merupakan salah satu
program studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) yaitu Program Studi Pendidikan bahasa inggris. Pada
masa kepemimpinan Rektor Prof. John JOI Ihalauw, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris memisahkan diri dari FKIP
menjadi satu fakultas yaitu FBS. FBS memiliki satu program
studi yaitu program studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI).
educational program which emphasizes academic excellence, creative and high esteem for Christian values by 2015. Misi FBS adalah :
 To carry out technological and English knowledge-based teaching and education.
 To develop research in the field of English language education along with disseminate the result through various academic forums.
 To serve society through various cooporative efforts and relevant activities related to English language teaching and education.
Goal : The English language education study program of the language and literature faculty strives to product English language graduates who are able : to carry out education of English language with the newest
4.1.3 Profil Sekolah Tinggi Bahasa Asing Satya Wacana (STIBA)
Sekolah Tinggi Bahasa Asing Satya Wacana (STIBA)
merupakan salah satu perguruan tinggi dibawah
kepengurusan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya
Wacana (YPTKSW). STIBA berlokasi di Jl. Kartini 16-17,
Kota Salatiga. STIBA didirikan pada tanggal 21 September
1998. STIBA memiliki tiga Program studi yaitu: program
studi Bahasa dan Sastra Inggris (S1), Program studi bahasa
Ingris (D-III) dan Program studi Bahasa Jepang (D-III).
STIBA memiliki visi : Menjadi perguruan tinggi
akademik dan profesional dengan kebutuhan masyarakat
berdasarkan pelayanan kasih. Adapun misi STIBA yaitu:  Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam
kebahasaan.
 Menghasilkan kelulusan yang fasih berbahasa asing dengan kompetisi bahasa sebagai wahana komunikasi
sosial, ilmiah dan profesiaonal.
 Membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan pengalaman profesional sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pengguna lulusan.
 Membina dan mengembangkan pribadi yang mandiri. 4.1.4 Profil Informan
Informan dalam penelitian ini terdiri dari ketua
YPTKSW, Rektor UKSW, Direktur STIBA, Dekan FBS,
mantan pimpinan STIBA dan FBS, dosen FBS, dosen
STIBA, pegawai FBS dan Pegawai STIBA. Total informan
berjumlah 13 orang. Berikut adalah profil singkat informan :
Kode Informan Jabatan Informan
M1 Pimpinan YPTKSW
M2 Pimpinan UKSW
M3 Mantan Pimpinan STIBA
M4 Mantan Pimpinan FBS
M5 Pimpinan STIBA aktif
M6 Pimpinan FBS aktif
M7 Dosen FBS
M8 Dosen FBS
M10 Dosen STIBA
M11 Pegawai FBS
M12 Pegawai STIBA
M13 Pegawai STIBA
Jumlah 13 Orang Tabel 4.1 Kode dan Profil Informan
4.2 Proses merger STIBA dan FBS – UKSW
Upaya penggabungan STIBA dan FBS UKSW sudah
dimulai pada tahun 2004. Saat itu STIBA dipimpina oleh
Bapak Drs. Ph. Pirenomulyo, M.A. dan UKSW dipimpin oleh
Prof. Jhon A Tetaley Th.D. Pimpinan UKSW melihat FBS
sebagai satu fakultas tidak cukup punya satu program studi.
Sebagai Fakultas Bahasa dan Sastra, FBS membutuhkan
program studi dibidang sastra. Dalam keterangan M2 : Ini tuntutan, kalau dia di FKIP tidak apa. Tapi dijadikan jadi 1 fakultas bahasa, makanya harus punya ilmu keilmuanya, sastra inggris. Progdi sastra inggrisnya sudah ada di STIBA, kenapa tidak disatukan aja. Melihat kebutuhan FBS sudah ada di STIBA, pihak UKSW mempertimbangkan untuk adanya
penggabungan FBS-UKSW dan STIBA. Saat itu kesepakatan
kedua belah pihak tidak tercapai. Pimpinan STIBA
menganggap bahwa penggabungan belum diperlukan. Pihak
STIBA masih memiliki kepercayaan akan masa depan
mempunyai kewenangan untuk merespon. Tapi saya kesampingkan, Karena saya masih dalam tugas memimpin STIBA juga gitu.
Pada tahun 2007, upaya penggabungan STIBA dan
UKSW kembali mengemuka. Pada periode ini, STIBA
dipimpin oleh Ibu Ristiani dan UKSW dibawah kepemimpinan
Prof. K. H. Timotius. Keadaan STIBA sudah mulai
mengkuatirkan. Jumlah mahasiswa terus menurun dan neraca
keuangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan keterangan M3 : ...sebelum tahun 2006 itu, kita kalau promosi misalkan itu saya ke UKSW. Tapi kan sejak itu kita tidak boleh, sehingga kita tidak punya uang sendiri untuk pergi kemana-mana. Melihat kondisi STIBA yang secara
financial kurang sehat, pimpinan STIBA berinisiatif memulai pembicaraan dengan pimpinan UKSW untuk membicarakan
kemungkinan penggabungan. M5 : Saya ngomong sendiri, waktu itu rektor pak Kris kalau kita merger gimana? Lalu pak Kris ngomong ke dekan FBS waktu itu. Pada akhirnya upaya ini tidak berhasil. STIBA dan UKSW tidak mencapai kata
sepakat. Ada beberapa permintaan dari pihak UKSW yang
membuat pihak STIBA mengurungkan niat untuk melanjutkan
pembicaraan penggabungan kedua lembaga. M3 menerangkan
: kita mau merger tapi harus disini gitu, dosennya dicukupin, pegawainya di cukupin, kan nggak manusiawi saya pikir.
Upaya penggabungan STIBA dan UKSW berlanjut pada
tahun 2012. UKSW dipimpin oleh Prof. Jhon A. Tetaley Th.D. dan
STIBA dipimpin oleh Ibu Ristiani. UKSW ingin menambah
program studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI). Untuk menambah
program studi tentu membutuhkan tenaga pengajar. Disisi lain
situasi STIBA belum menunjukan perbaikan keuangan. M1
menerangkan : STIBA kan diharapkan dapat berkembang lebih baik. Ternyata tidak dapat mengembangkan diri, mahasiswa cuma sedikit, defisit keuangan dan tidak dapat sendiri selayaknya dari pada ditutup. Melihat kondisi ini, Pihak UKSW membangun komunikasi dengan pihak STIBA yang difasilitasi oleh YPTKSW.
Perihal pembicaraan menyangkut kemungkinan dilakukanya
penggabungan antara STIBA dan FBS UKSW. Kondisi saling
membutuhkan antara kedua lembaga, sehingga pada tanggal 1 Juli
2012 tercapai kata sepakat untuk penggabungan FBS-UKSW dan
STIBA Satya Wacana. Kesepakatan ini ditandai dengan
penandatanganan nota Nota kesepakatan antara UKSW dan STIBA
yang dimuat dokumen bernomor 138/Rek./NK/4/2012 dan nomor
15/205.1/StiBA-SW/IV/2012 oleh pimpinan kedua lembaga.
4.3 Dampak Merger Terhadap Dosen dan Pegawai STIBA dan FBS UKSW
Pada penelitian ini ada lima persoalan yang akan dibahas
menyangkut dampak merger STIBA Satya Wacana dan FBS
UKSW. Kelima persolan ini terdiri dari empat bagian yang
berhubungan dengan dampak yang dirasakan sumber daya
manusia (SDM) dan satu persolan yang menyangkut
kelembagaan. Keempat persoalan yang berhubungan dengan
SDM ialah : dampak merger terhadap kemanan kerja, motivasi
kerja, sikap kerja, kepuasan kerja dosen dan pegawai. Persolan
terhadap tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan
serta pengabdian masyarakat.
4.3.1 Dampak Merger Terhadap Keamanan Kerja
Salah satu tujuan penelitian ini ialah menggali lebih
jauh dampak penggabungan FBS UKSW dan STIBA Satya
Wacana terhadap keamanan kerja dosen dan pegawai kedua
lembaga. Ada tiga hal yang dilihat menyangkut keamanan
kerja yaitu : masa depan karir, kesempatan promosi dan
keaman kerja secara umum.
4.3.1.1Hasil
a. Dosen FBS – UKSW
Penggabungan STIBA Satya Wacana dan FBS
UKSW memunculkan berbagai respon. Salah satu respon
adalah menyangkut masa depan karir setelah penggabungan.
Penggabungan kedua lembaga menimbulkan kekuatiran bagi
dosen FBS UKSW. Kekuatiran ini didasarkan pada
kurangnya persiapan dan perencanaan yang matang sebelum
dilakukan proses merger. FBS dinilai belum melakukan
pengkajian mendalam menyangkut berbagai aspek sebagai
minta disekolahkan. Nah ini bermasalah juga karena berhubungan dengan uang kayak gitu. M4 menilai bahwa sebelum keputusan merger diambil perlu dilakukan kajian.
Hal ini dilakukan untuk memetakan untung rugi jika
dilakukan merger. Dengan informasi yang didapatkan dari
hasil kajian, FBS dapat mempersiapkan suatu strategi untuk
meminimalisir terjadinya dampak negatif.
Persiapan yang dinilai kurang, membuat M4 kuatir
akan masa depan karirnya setelah merger. Ketika peneliti
menanyakan perihal masa depan karir setelah merger, M4
mengungkapkan : Saya cukup pesimis terus terang terhadap merger. M4 menilai merger FBS UKSW dan STIBA diragukan bisa memberikan dampak positif. Keraguan ini
membuat M4 kurang yakin akan masa depan karirnya setelah
merger.
Hal berbeda diungkapkan responden M8. M8 justru
belum melihat suatu yang berbeda pasca merger. FBS dan
STIBA masih beroperasi normal seperti halnya sebelum
terjadi kesepakatan merger oleh kedua lembaga. M8
berpendapat : .... kayaknya masih biasa, belum ada perubahan. Tapi itu bisa juga karna saya mengalami itu karena sebagai aras pimpinan. Saya sebagai pimpinan masih melihatnya seperti itu. Tapi nanti kedepanya apakah akan tetap masih seperti itu atau tidak tergantung dari pimpinan FBS. Bagaimana mereka mengayomi keduanya. M8 mengungkapkan bahwa sebagai pimpinan melihat kondisi
belum mengalami banyak perubahan. Merger FBS UKSW
Namun demikian, M8 menilai bahwa kondisi dimasa
mendatang akan dipengaruhi oleh peran pimpinan FBS
dalam mengelolah hasil penggabungan kedua lembaga
tersebut.
Lebih lanjut dikatakan jikalau kesempatan
pengembangan karir dari kedua belah pihak memiliki
peluang yang sama. Ketika ditanya perihal masa depan karir
setelah merger, M8 mengungkapkan : Saya pikir kok saya sebagai dosen begini, pasti masing-masing memiliki kesempatan yang sama dengan teman-teman anggota yang baru. Misalnya dalam melakukan penelitian, untuk melakukan pengabdian masyarakat. Sementara M7 menilai masa depan karir setelah dilakukannya merger belum ada
gambaran. M7 menerangkan: Terus terang kalau untuk masalah karir, saya masih belum ada bayangan. Karena saya tetap berjalan di PBI, mungkin yang beberapa dosen yang latar belakangngya Sastra, nantinya mereka akan masuk ke Sastra. M7 menilai bahwa setelah akan ada penambahan program studi sastra, namun para dosen akan
tetap mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan. M7
berpendapat bahwa setelah merger setiap dosen akan fokus di
program studi masing-masing. Informan M7 lebih lanjut
terlibat disana, saya masih tetap fokus ke PBI. PBI tetap berjalan dengan nanti adanya progdi baru Sastra, sepegetahuan saya seperti itu. Jadi soal masalah karir saya kedepan saya masih tetap tinggal di PBI. Jadi PBI dinilai tidak akan terpengaruh dengan adanya program studi baru,
Sasra Inggris. PBI akan tetap beroperasi seperti biasa. Dosen
yang memiliki latar belakang PBI akan tetap berkarir di PBI.
M7 mengungkapkan bahwa akan tetap berkarir di PBI dan
tidak merasa akan ada perubahan dengan penggabungan FBS
dan STIBA.
Kesempatan promosi jabatan merupakan salah satu
hal menarik untuk dilihat dalam merger FBS UKSW dan
STIBA. Merger ini sendiri menghadirkan tanda tanya bagi
dosen FBS menyangkut kesempatan promosi setelah
dilakukan penggabungan kedua lembaga tersebut.
Penggabungan kedua lembaga berarti akan ada peleburan
dari dua lembaga menjadi satu lembaga. Dosen dari dua
lembaga akan bergabung dan bernaung dalam satu lembaga.
Jumlah tenaga dosen FBS akan bertambah dengan masuknya
tenaga dosen dari STIBA. Bagi dosen FBS, dengan
bergabungnya dosen dari STIBA akan menambah jumlah
pesaing dalam memperoleh promosi jabatan, terutama
jabatan struktural.
Merger ini ditanggapi pesimis oleh M4 berhubungan
saya menjabat menjadi dekan waktu itu saya sangat optimistik. Sikap pesimis M4 masih dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap proses pengambilan keputusan
merger. M4 masih kurang yakin akan kesempatan promosi
dimasa mendatang, namun masih berharap kesempatan itu
ada. M4: Secara fungsional saya sudah keluar dari situ dan bertahan. Diurutan juga kalo struktural masalahnya mungkin kesempatan itu ada. M4 yang mundur dari jabatan Dekan FBS karena proses merger ini, masih aktif sebagai
tenaga dosen. Dimasa mendatang M4 masih berharap
mendapatkan kesempatan memperoleh jabatan struktural di
FBS atau UKSW. Hal yang berbeda diungkapkan M7
menyangkut kesempatan promosi setelah merger. M7
berpandangan bahwa setelah merger, belum ada gambaran
perihal kesempatan promosi pasca penggabungan FBS
UKSW dan STIBA. M7 berpendapat: Nggak, nggak ada gambaran saya. Saya hanya berpikir seperti saya selama ini, nggak tahu peluangnya. Paling kalau dilihat dari struktur, eee jabatan struktural ini kan hanya diperuntukan nanti dengan dua kaprogdi, sastra dan PBI, dan tatkala nanti orang yang memegang itu Sastra nantinya, itu aja. M7 menilai merger ini hanya akan ada perubahan pada
penambahan jumlah program studi. Secara struktur ditingkat
fakultas masih akan tetap sama. Hanya saja akan ada dua
program studi yaitu PBI dan Bahasa dan Sastra inggris.
Lebih lanjut disampaikan agar setiap dosen ditempatkan
Sastra. Saya kira saya nggak akan kompeten dalam menangani jabatan struktural diprogdi yang baru. M7 menilai bahwa dosen yang memiliki latar belakang PBI akan
kurang tepat dan kurang kompeten dalam menangani jabatan
struktural diprogram studi Bahasa dan Satra Inggris. Setiap
posisi jabatan akan diisi oleh orang-orang yang berkompeten
dibidang itu. Lebih lanjut M8 memberi pendapat yang
hampir sama. M8 menilai bahwa kondisi setelah merger
tidak menghadirkan banyak perubahan. Kesempatan promosi
jabatan pasca merger masih sama. Melalui keteranganya, M8
menjelaskan : Saya merasa sama aja. Mungkin untuk sementara ini belum terlalu terasa efeknya. Karena nanti itu kedalamnya secara internal sudah ok. Tapi secara diluar kita masih proses. Jadi hal-hal seperti itu belum terasa. M8 menilai bahwa sejauh ini efek merger FBS dan STIBA belum
begitu terasa. Kondisi ini bisa disebabkan karena proses
merger yang masih berjalan. Secara operasonal sudah
bergabung, namun secara legal merger kedua lembaga belum
sah. Sejauh ini proses pengurusan SK merger di kementerian
terkait masih berjalan.
Salah satu yang dikuatirkan dalam proses merger
adalah keamanan kerja. Keaman kerja turut menjadi
perhatian dosen FBS. Bergabungnya dosen dari STIBA tentu
bisa menjadi ancaman bagi keberadaan dosen FBS sendiri.
Kenyamanan dosen FBS bisa terganggu karena adanya
tuntutan untuk lebih meningkatkan daya saing menyusul
posisi jabatan struktural, memperebutkan dana hibah
penelitian maupun beasiswa studi lanjut.
Ketakutan terhadap kemanan kerja setelah merger
dialami oleh M4. M4 menerangkan : Saya terus terang takut apalagi pak John kan akan turun dan sekarang merger ini kan masih sangat belum pasti. M4 kuatir karena Pak Jhon selaku pimpinan UKSW akan turun dari jabatan rektor,
padahal proses merger belum selesai seratus persen.
Kemungkinan bergantinya pimpinan universitas dinilai akan
mempengaruhi jalanya proses merger. Apalagi kalau
pimpinan berikutnya memiliki arah kebijakan yang berbeda
dengan pimpinan sekarang. Melihat kemungkinan kondisi
tersebut, M4 mencoba berkonsultasi dengan Pak Jhon selaku
Pimpinan UKSW sekarang. Penilaian yang berbeda
diutarakan M7 menyangkut keamanan kerjanya setelah
merger. M7 merasa yakin pekerjaanya tidak akan terganggu
oleh merger FBS dan STIBA. Keyakinan M7 ialah karena
dia sudah merupakan dosen tetap. Dalam keteranganya, M7
menjelasakan : emm.. Karena saya dosen tetap selama 9 tahun, saya merasa ini suatu hal yang positif. Dalam arti bertambahanya progdi baru, jadikan fakultas ini semakin melebar, semakin melebarkan progdinya. Saya akan tetap berkarir di PBI. Bagi M7 penggabungan ini adalah sesuatu yang baik. FBS akan memiliki program studi baru beserta
tenaga SDM yang baru. Ini akan baik bagi FBS kedepan dan
tentu bagi para tenaga dosen. Hal berbeda disampaikan oleh
dampak yang signifikan bagi keamanan kerjanya sebagai
dosen. M8 menyebutkan M8: Masih sama. Seolah juga tidak ada perubahan yg signifikan, tidak terasa. Karena sesungguhnya teman-teman dari Kartini atau STIBA mereka bukan baru. Seperti pak Toar sempat mengajar di FBS. M8 menilai bahwa kondisi keaman kerja setelah merger masih
sama. Kehadiran tenaga dosen dari FBS bukan menjadi
ancaman. Karena sebagian dosen dari kedua lembaga ini
sudah saling mengenal. Sebelum merger, dosen FBS ada
yang mengajar di STIBA begitu juga dosen STIBA ada yang
perna mengajar di UKSW sebelumnya.
b. Dosen STIBA
Dosen STIBA merupakan bagian dari proses merger
STIBA dan FBS UKSW. Melihat dari sisi lembaga, dosen
dari STIBA bisa saja merasa lebih senang karena akan
bergabung dengan lembaga yang lebih besar. Dilihat dari sisi
kemampuan financial, dosen dari STIBA juga bisa berharap
lebih pada merger ini. Menanggapi penggabungan kedua
lembaga, Dosen dari STIBA memandang positif. Melihat
perbedaan antara STIBA dan FBS UKSW, M9 menilai masa
depan karirnya akan lebih baik kedepan. Melalui
keterangannya, informan M9 mengungkapkan : lebih bagus.
Pada keterangan tersebut, M9 mau menunjukan rasa optimis
akan masa depan karirnya. Merger ini dinilai langkah tepat
dan akan berdampak positif bagi masa depan karinya.
Namun tidak semua dosen memiliki cara pandang yang
UKSW yang lebih baik tidak serta merta M10 merasa lebih
baik. Ketika ditanya tentang masa depan karirnya setelah
merger, M10 menjelaskan bahwa masa depan karirnya sudah
direncakan dan tidak terpengaruh dengan merger kedua
lembaga. Melalui interview, M10 menjelaskan :Memang kalau individu saya sudah merencanakan masa depan karir saya, jadi tanpa terpengaruh penggabungan ini. Kalo masalah masa depan itu kan individu, jadi walaupun bergabung atau tidak dan itu tetap dan sudah ada plan-plan sendiri memang. Bagi M10, masa depan karir ditentukan oleh setiap individu. Tanpa merger ini pun, perencanaan
masa depan karirnya sudah dilakukan. Jadi bagi M10,
penggabungan FBS UKSW dan STIBA tidak memberi
pengaruh terhadap masa depan karirnya.
Merger FBS UKSW dan STIBA membawa dosen
STIBA pada suatu persaingan yang lebih kompleks.
Bagaimana tidak, Dosen STIBA akan bergabungan dengan
dosen-dosen FBS UKSW. Secara lembaga, dosen STIBA
datang dari lembaga yang lebih kecil. Merger kedua lembaga
pun didominasi oleh FBS UKSW. Bahkan merger ini lebih
cocok ketika disebut peleburan STIBA oleh FBS UKSW.
STIBA UKSW akan menghilang sedangkan FBS akan
semakin besar dan kuat. Melihat dominasi FBS UKSW pada
merger ini memunculkan spekulasi menyangkut kesempatan
promosi jabatan bagi dosen STIBA. Namun M9 yakin akan
kesempatan promosi bisa didapatkan pasca merger. M9
menilai bahwa promosi dosen sudah diatur dalam peraturan
keteranganya M9 menerangkan: Seperti contoh yang tadi, promosi. Kalo promosi sih kita sama cuman kan gini kan, ee, kalo dosen itu, saya gak tau pegawai gak begitu mengerti, promosi itu berdasarkan sekarang itu dengan aturan pemerintah. Hampir sama dengan M9, informan M10 berpendapat bahwa penggabungan STIBA dan FBS UKSW
tidak berpengaruh terhadap kesempatan promosi jabatan. Hal
ini M10 lebih lanjut menjelaskan: Oo... Kalau saya untuk selama ini tidak deh.. Dan memang belum kearah sana untuk saat ini sih, ya itu tadi kalau naik pangkat, naikkan pangkat sebelumnya juga saya bisa tetap bisa, tidak terpengaruh penggabungan ini, cuman kalau memang seminar keluar negeri itu juga saya dapat fasilitas, maksudnya menunjang.. penunjang. Bagi M10 kenaikan pangkat bisa didapatkan dan kesempatan itu tidak akan berpengaruh oleh merger kedua
lembaga. Hal yang membedakan adalah fasilitas penunjang
untuk seminar keluar negeri.
Pihak STIBA dalam merger ini berada dalam posisi
yang didominasi. STIBA melebur dengan FBS UKSW.
Sebelum dicapai kata sepakat untuk dilakukanya merger
kedua lembaga, sempat ada kekuatiran akan kemanan kerja
tenaga dosen STIBA. Setelah menjalani proses merger
kekuatiran itu mulai hilang. Melalui interview, M9 mengungkapkan kondisinya setelah merger. Kekuatiran itu
sudah tidak ada. Bahkan M9 merasa nyaman dengan kondisi
setelah merger. Hal ini diaungkapkan M9 : Kalo saya nyaman saya tidak tau yang lain karena itukan subjective.
jaminan atas status dosen tetap Yayasan, juga menjadi salah
satu alasan. Status dosen tetap tentu memperoleh jaminan
yang diatur dalam peraturan kepegawaian. Melalui
keteranganya M9 menjelaskan : Sebab kalo menurut aturan semuanya dijamin tidak ada yang di pisah. Jadi kalo masalah keamanan, saya nyaman dan misalnya keamanan macam-macam, kita kalo dari UKSW sudah merger ini bisa tunjangan kesehatan dapat tunjangan tengah bulan dapat.
Dengan sudah diatur dalam peraturan, M9 merasa aman dan
tidak kuatir. Bahkan memperoleh fasilitas lebih setelah
merger. Kondisi yang kurang lebih sama dirasakan oleh
informan M10. M10 mengungkapkan: Kalau keamanan, kalau misalnya saya pikir.. Kan sama-sama dosen yayasan jadi sama-sama aman, amannya lho yaa, jadi sama-sama aman, dan dosen-dosen tetap juga aman. M10 menilai bahwa baik dosen UKSW maupun dosen dari STIBA
memiliki status sebagai dosen Yayasan Satya Wacana. Status
tersebut dinilai menjadi salah satu alasan bahwa keamanan
kerja setelah merger terjamin.
c. Pegawai FBS – UKSW
Merger FBS UKSW dan STIBA melibatkan semua
komponen yang dimiliki kedua lembaga. Salah satu bagian
FBS yang terlibat ialah para pegawai. Ada perbedaan
keadaan antara dosen dan pegawai. Para dosen akan tetap
beraktifitas sesuai dengan latar belakang pendidikan
masing-masing. Dosen FBS yang sebagian besar memiliki latar
belakang PBI akan tetap beraktifitas diprogram studi PBI.
memiliki latar belakang Sastra Inggris dan akan tetap
beraktifitas di Program Studi Sastra Inggris. Berbeda dengan
para pegawai. Pegawai dari FBS dan pegawai dari STIBA
akan bergabung dan mengurusi administrasi hasil
penggabungan kedua lembaga tersebut. Pegawai kedua
lembaga akan menangani pekerjaan-pekerjaan yang mungkin
sedikit berbeda dan lebih banyak dibanding sebelumnya.
Selain itu, pegawai akan mengalami penambahan jumlah.
Bertambahnya jumlah pegawai memunculkan berbagai
respon dikalangan pegawai. Melalui interview, M11
menjelaskan bahwa penggabungan kedua lembaga tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap masa depan
karirnya. Hal ini diungkapkan M11: Jadi STIBA merger dengan FBS pun juga tidak berpengaruh ya, terutama pegawai non akademik. M11 menilai bahwa masa depan karir karyawan non akademik kedua lembaga tidak
terganggu. Berangkat dari pengalaman dan apa yang
dirasakan M11, diungkapkan bahwa selama ini tidak
merasakan adanya persaingan setelah merger. Sebagai
pegawai yang senior, M11 membantu pegawai dari STIBA
untuk beradaptasi dan menyelesaikan suatu pekerjaan.
Melihat kesempatan promosi setelah merger, M11
menilai bahwa tidak ada perubahan. Kesempatan promosi
masih sama, M11: Enggak ada juga tu. Saya pikir eeem karena selama ini pun saya bekerja tidak ada promosi promosi itu. Sebelum merger, M11 menilai bahwa selama bekerja di FBS tidak pernah mendapatkan kesempatan
akan ada perubahan. Semuanya berjalan sesuai dengan
peraturan baku yang ada. M11: Hanya dari keteraturan kepegawaian itu kan ada peraturan yang empat tahun pertama akan ada ada kenaikan secara otomatis. Empat tahun, lima tahun itu akan ada kenaikan otomatis. Tapi untuk promosi ya, selama ini belum ada sih. Selama ini promosi jabatan dinilai hanya berdasarkan periode lama
mengabdi. Promosi jabatan yang berdasarkan prestasi kerja
tidak pernah ada. M11 melihat bahwa pasca merger, hal tersebut akan terus sepeti itu.
d. Pegawai STIBA
Merger STIBA dan FBS UKSW dinilai positif oleh
pegawai dari STIBA. Sikap optimis akan masa depan karir
yang lebih baik ditunjukan pegawai STIBA. Ketika
ditanyakan tentang masa depan karir setelah merger, M12
mengungkapkan : Pertanyaan seperti itu, bingung ya jawabnya. STIBA itu kan dibandingkan UKSW kan lebih kecil. Kalau bicara jenjangnya ya, maksudnya karena saya dulu kan sekretaris pimpinan. Setelah STIBA kesini gabung dengan FBS. Kalau secara keuangan kan bisa saja lebih tinggi UKSW dibandingkan dengan STIBA, tapi kalau peluangnya lebih besar disini. Sebelum merger, M12 menduduki jabatan sebagai sekretaris pimpinan di STIBA.
Setelah merger jabatan sebagai sekretaris hilang. Namun,
M12 menilai bahwa setelah merger masa depan karirnya
akan lebih baik. Tanggapan positif juga ditunjukan oleh
saya tetap optimis. M13 menilai bahwa merger ini akan membawa perubahan dalam karirnya.
Untuk perjalan karir yang lebih baik tentu pegawai
STIBA mengharapkan yang terbaik. Salah satu yang
diharapkan untuk membangun karir ialah kesempatan
promosi. Kesempatan promosi bisa didapatkan melalui
prestasi yang diperoleh. Selain itu promosi juga bisa
diperoleh berdasarkan lama mengabdi. Bergabungnya
STIBA dan FBS UKSW tentu kesempatan promosi bagi
setiap pegawai ada kemungkian akan semakin kecil.
Mengingat jumlah pegawai yang akan bertambah. Melihat
kesempatan promosi pasca dilakukanya merger, M12 menilai
bahwa keadaanya masih sama. Pada keteranganya M12
mengungkapkan : Sama saja sih. M12 melihat bahwa kesempatan setiap pegawai untuk mendapatkan promosi
masih sama, meskipun akan terjadi persaingan yang lebih
ketat dibanding sebelumnya.
Salah satu kekuatiran STIBA sebelum merger ialah
menyangkut keamanan kerja para pegawai. Pada
pembicaraan merger ditahun - tahun sebelumnya, merger
urung terjadi karena persoalan keamanan kerja para pegawai
dan dosen pasca merger. Pada akhirnya merger terwujud
pada tahun 2012. Salah satu kesepakatan dari merger ini
adalah menyangkut masa depan para pegawai dan dosen dari
STIBA. Para pegawai tetap diakomodir, meskipun tidak
harus bekerja di FBS. Hasil kesepakatan menyangkut
kemanan kerja para pegawai dirasakan informan M12.
merger, M12 mengungkapkan: Disana saya senang, disini juga saya diterima dengan baik. Kalau yang ngomong juga saya terancam itu juga tidak ada. Kalau saya tidak ada.
Dijelaskan bahwa keadaan tidak berubah setelah merger.
M12 merasa bahwa pekerjaanya tidak terancam pasca
dilakukanya merger. Hal yang hampir sama diungkapkan
oleh M13: Saya merasa disini diterima dengan baik. Apalagi dengan teman-teman dosen, pimpinan, saya diterima baik, apalagi dengan saya merasa disini baik. Lebih nyaman, yang pasti saya senanglah, dan itu untuk menjalankan pekerjaan jabatanya, saya hanya bisa buktikan saya bekerja dengan baik. Biarlah teman-teman disini yang menilai. M13 merupakan pegawai STIBA yang tetap diakomodir,
meskipun tidak berkarir pada lembaga hasil merger FBS dan
STIBA. Setelah merger, M13 menjelaskan bahwa ia diterima
dan mendapatkan perlakuan baik ditempat kerja baru.
Perlakuan baik yang diterima membuat M13 merasa senang.
M13 melanjutkan : Menyenangkan. Ya itu tadi kan masih dalama proses belajar. Saya dituntut belajar untuk bidang promosi, belajar dalam hal surat menyurat diminta belajar untuk menangani surat. Terutama lebih ke promosi untuk dibidang promosi, karena dulu kan di STIBA saya dibagian nilai. Walaupun pendidikan background saya sekretaris, saya sama sekali tidak kepake. Jadi disni saya ulangi lagilah. Proses belajar yang dilalui ditempat kerja baru membuat M13 belajar banyak hal baru. Perlakuan dan
M13 merasa tidak kuatir akan masa depan pekerjaan pasca
merger FBS dan STIBA.
4.3.1.2Pembahasan
Keamanan kerja (job security) menurut Borg dan Elizur (dalam Staufenbiel dan Konig, 2011), merupakan
sebagai keyakinan individu terhadap keberlangsungan
pekerjaan yang dimiliki saat ini serta mencakup kesempatan
promosi, kondisi pekerjaan pada umumnya dan kesempatan
untuk terus berkarir dalam jangka waktu yang panjang.
Setidaknya ada tiga hal yang ditekankan oleh Borg dan
Elizur berhubungan dengan keaman kerja yaitu kesempatan
promosi, kondisi kerja secara umum dan masa depan karir.
Melalui penelitian ini ketiga hal tersebut digunakan untuk
menggali informasi mengenai kondisi keamanan kerja dosen
dan pegawai setelah merger.
Berdasarkan hasil analisa data pada penelitian ini
maka dapat diambil beberapa hal menyangkut kondisi
keaman kerja para dosen dan pegawai setelah merger.
Pertama : dilihat dari aspek karir, merger belum memberikan
dampak terhadap masa depan karir dosen dan pegawai FBS.
Hal berbeda dirasakan oleh dosen dan pegawai dari STIBA.
Merger dinilai memberikan harapan baru untuk masa depan
karir yang lebih baik. Kedua : Dari aspek kesempatan
promosi, merger tidak memberikan suatu pengaruh pada
kesempatan dosen dan pegawai dalam memperoleh promosi
jabatan. Ketiga : kondisi keamanan kerja secara umum tidak
Selama proses merger berjalan, ada perbedaan situasi
yang dialami oleh dosen dan pegawai FBS dengan situasi
yang dialami oleh dosen dan pegawai dari STIBA
menyangkut masa depan karir setelah merger. Dosen dan
pegawai FBS menilai masa depan karir setelah merger akan
tetap berjalan seperti biasa. Posisi FBS yang dominan dalam
proses merger menjadi salah satu faktor. Selama proses
merger berjalan, tidak banyak perubahan yang terjadi baik
dalam aras kebijakan maupun lingkungan kerja. Proses
merger yang belum rampung seratus persen, dinilai menjadi
salah satu faktor lain sehingga dampak merger terhadap masa
depan karir dosen dan pegawai FBS belum terasa. Ketika
dosen dan pegawai FBS belum melihat adanya dampak
merger terhadap masa depan karir, dosen dan pegawai dari
STIBA memiliki penilaian yang berbeda. Merger kedua
lembaga dinilai akan memberikan manfaat bagi masa depan
karir mereka. Kekuatan financial UKSW dipercaya dapat
mempermudah dosen dan pegawai dari STIBA untuk
mencapai karir yang lebih baik.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa merger FBS
UKSW dan STIBA belum memberikan suatu dampak pada
kesempatan promosi dan kemanan kerja secara umum.
Kehadiran program studi baru di FBS tidak mengubah situasi
para dosen FBS yang sebagian besar berlatar belakang
pendidikan PBI. Dengan latar belakang PBI tentu
kesempatan yang akan didapatkan berhubungan dengan PBI.
Kondisi tersebut tidak berbeda jauh ketika FBS hanya
dosen dari STIBA dan para pegawai kedua lembaga.
Masing-masing akan mendapatkan kesempatan promosi sesuai
bidang dan ruang lingkup kerja. Selain itu, kesempatan
promosi setiap dosen dan pegawai juga berdasarkan pada
kebijakan yang ada. Kondisi inilah yang membuat para dosen
dan pegawai FBS UKSW dan dosen dan pegawai dari
STIBA tidak mengkuatirkan kesempatan promosi mereka
setelah merger.
Faktor yang penting dalam proses merger ini ialah
keberhasilan pimpinan kedua lembaga dalam meyakinkan
para dosen dan pegawai. Selain peran pimpinan kedua
lembaga, YPTKSW juga ikut berpatisipasi dalam menekan
terjadinya dampak negatif dari merger. Kekuatiran yang
sempat muncul sebelum merger meyangkut masa depan
dosen dan karyawan STIBA bisa diatasi dengan baik. Dosen
dan pegawai kedua lembaga diberi jaminan akan masa depan
kerja setelah merger sesuai dengan status masing - masing
sebelum merger. Pegawai yang tidak terakomodir di FBS
ditempatkan diunit lain di UKSW, sedangkan para dosen
tetap beraktifitas sesuai dengan ruang lingkup kerja
masing-masing
Hasil pembahasan diatas menunjukan bahwa secara
umum merger STIBA Satya Wacana dan FBS UKSW tidak
memberikan dampak terhadap kemanan kerja dosen dan
pegawai. Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Greer
(dalam Louisa, 2007) yang menyatakan bahwa PHK sering menyertai merger, terutama jika organisasi berasal dari
yang menyatakan bahwa banyak karyawan merasa sangat
tidak aman dengan posisi mereka dan tidak yakin apakah
mereka masih akan memiliki pekerjaan pada akhir merger.
Lebih lanjut Louisa mengemukakan bahwa karyawan merasa kesempatan untuk promosi dan kemajuan di semua kategori
staf sangat rendah. Dampak negatif terhadap kemanan kerja
dosen dan pegawai sejauh ini berhasil diatasi oleh pimpinan
kedua lembaga. Dosen dan pegawai mendapatkan jaminan
dan kepastian akan masa depan pekerjaan mereka.
Kekuatiran dosen dan pegawai STIBA akan merger ini
berhasil diatasi. Strategi pimpinan kedua lembaga dalam
menekan dampak negatif merger terhadap keamanan kerja
berhasil menganulir hasil penelitian Naveed dkk (2011) yang
mengemukakan bahwa merger menghadirkan ketidakpastian
dan ancaman keamanan kerja.
4.3.2 Dampak Merger Terhadap Motivasi Kerja
Persolan kedua pada penelitian ini ialah dampak
merger STIBA dan FBS UKSW terhadap motivasi kerja
dosen dan pegawai. Ada tiga hal yang ingin digali informasi
mengenai dampak merger terhadap motivasi kerja yaitu
dorongan untuk mencapai suatu tujuan, semangat kerja dan
inisiatif, kreatifitas dan rasa tanggung jawab.
4.3.2.1Hasil
a. Dosen FBS – UKSW
Perjalanan upaya merger FBS dan STIBA kurang
mulus. Pada pembicaraan merger sebelumnya, sempat
mengalami kegagalan mencapai kata sepakat. Salah satu
yang ditetapkan oleh FBS. Selain itu kondisi keuangan
STIBA turut membuat pihak FBS tidak begitu mudah
mencapai kata sepakat untuk merger dengan STIBA. Ketika
berjalanya pembahasan merger, dekan FBS memilih mundur.
Salah satu hal yang mendorong dekan FBS membuat
keputusan untuk mundur dari jabatanya ialah karena adanya
ketidakpuasan atas proses merger. Dinamika yang terjadi
ternyata membuat dorongan dalam diri M4 terganggu. M4
mengungkapkan : Ya, terus terang itu cukup berimbas tapi mungkin sekarang sih tidak begitu ya karena saya punya hal lain yang saya kerjakan. Dulu pas awal-awal cukup berimbas dalam arti gini, karena saya melihat ini tidak benar. M4 menjelaskan bahwa proses meger yang dinilai belum memuaskan, sempat mempengaruhi dirinya.
Kemudian menyibukan diri dengan kegiatan - kegiatan
penelitian. Adanya kesibukan lain, M4 akhirnya bisa keluar
dari dampak negatif proses tersebut. Berbeda dengan yang
dialami M7. Merger dengan dinamika yang terjadi tidak
membuat dorongan dalam diri M7 terganggu. Ketika
ditanyakan tentang dorongan dalam dirinya setelah merger,
M7 mengungkapkan : optimis. Sikap optimis yang ditunjukan M7 berangkat dari keyakinan bahwa merger ini
tidak menggangu pekerjaanya. Bergabungnya STIBA hanya
akan menambah program studi baru bagi FBS dan tidak
mempengaruhi program studi PBI. M7 mengungkapkan M7:
menjelaskan situasinya sebagai dosen PBI. Kehadiran
program studi dan dosen baru dari STIBA tidak
mempengaruhi aktifitas dan keberadaan dosen PBI. Masing
-masing akan berjalan pada jalur -masing--masing. Sebagai
dosen PBI akan konsentrasi di program studi PBI. Hal yang
hampir sama diungkapkan oleh M8 : Ga ada. Masih seperti kebiasaan yang saya lakukakan pada saat sebelumnya. Misalkan pengurusan mahasiswa. Terlepas dari merger atau tidak merger, saya tetap kerja hari itu. Bukan berarti kalau merger saya lebih... Saya tidak seperti itu. M8 mengungkapkan bahwa dorongan dalam dirinya untuk
berbuat sesuatu tidak tergangu dengan merger FBS dan
STIBA. Kegiatan proses belajar mengajar tetap dilakukan
seperti sebelumnya. Merger ini juga dinilai tidak
mempengaruhi dorongan dalam dirinya untuk bekerja.
Kebijakan merger FBS dan STIBA tentu
menghadirkan berbagai perubahan dalam lembaga tersebut.
Sebagai lembaga yang lebih dominan dalam proses merger
ini, FBS akan menjadi lebih besar. Jumlah tenaga dosen
pegawai dan mahasiswa akan bertambah. Aset tidak bergerak
juga bertambah. Perubahan tersebut membuat semangat kerja
dosen FBS mengalami perubahan. Terutama dengan
kehadiran dosen-dosen dari STIBA. Perubahan tersebut
dirasakan M7. M7 mengungkapkan jikalau semangat
kerjanya meningkat setelah terjadinya merger antara FBS
fakultas. Kita bisa bertukar pikiran dalam hal misalnya kita mau mengajak yang lain. Semangat kerja M7 mengalami peningkatan setelah merger. Salah satu faktor yang
membuatnya lebih bersemangat ialah dengan kehadiran
rekan kerja baru dari STIBA. M7 menilai bahwa dengan
kehadiran dosen dari STIBA dalam setiap pertemuan
ditingkat fakultas menghadirkan hal-hal baru. Pengalaman
dan latar belakang yang berbeda antara dosen FBS dan
STIBA bisa saling bertukar pikiran. Hal yang senada
diungkapkan oleh M8: Sama saja. Tapi ada hal-hal tertentu juga lebih semangat. M8 menjelakan bahwa semangat kerjanya untuk proses belajar mengajar, berjalan seperti
biasanya. Tapi untuk kegiatan penelitian dan pengabdian
masyarakat, M8 semakin semangat. Faktor kehadiran
rekan-rekan baru dari STIBA membuat kegiatan tersebut lebih
bersemangat. Lebih lanjut diutarakan oleh M4 tentang
kondisi semangat kerja pasca merger. M4: Kalau sekarang lebih meningkat karena lebih banyak waktu. Gak kaya k menjadi pejabat struktural karna butuh pengorbanan. Informan M4 menjelaskan bahwa setelah satu tahun proses
merger berjalan, semangat kerjanya meningkat. Namun,
situasi M4 berbeda dengan reponden lainya. Informan lainya
menganggap kehadiran rekan kerja baru membuat mereka
semakin semangat kerja. Bagi M4, semangat kerjanya
meningkat karena beban kerja sebagai pejabat struktural
berkurang. M4 menilai bahwa menjadi pejabat strutural itu
butuh pengorbanan. Setelah tidak lagi menjadi sebagai
M4 lebih semangat bekerja. Sekarang lebih semangat dalam
melakukan penelitian - penelitian karena memiliki lebih
banyak waktu.
Pada persoalan inisiatif, kreativitas dan rasa tanggung
jawab sebagai seorang dosen, M7 mengungkapkan : Saya tidak pernah berpikir sejauh itu ya. Hanya saya akan lebih... dan selama ini saya masih aman. Saya lebih fokus berkreasi di pendidikan. Dulu sebelum tidak ada pengajar berlatar belakang sastra, kan satu semester membantu. Dan dulu saya mengajar di sastra, jadi sekarang tidak ada. Jadi harus mengajar jenis mata kuliah yang tidak dibidang saya. Lebih jauh dijelaskan bahwa : Kalau saya lebih fokus, kalau dulu kan lebih bervariasi, kekurangan dosen mengajar, mata kuliah sastra ok. Yang dulu-dulu banyak kesempatan, sekarang tidak ada, intinya saya kira kreatifitas lebih fokus.
M7 menjelaskan bahwa selama ini hanya fokus bekerja dan
terus berupaya untuk lebih inisiatif dan fokus berkreasi di
PBI. Sebelum ada tenaga pengajar Sastra Inggris di FBS,
sempat membantu mengajar Sastra. Dengan penggabungan
ini FBS akan memiliki tenaga dengan latar belakang Sastra.
Mata kuliah Sastra tidak lagi ditangani, tapi dosen-dosen
Sastra dari STIBA. Hal tersebut membuat perhatian M7 tidak
terbagi lagi. Sehingga kreatifitasnya lebih difokuskan pada
satu bidang saja yaitu PBI. Perhatian yang tidak lagi
terbagi-bagi membuat M7 lebih produktif pasca merger. M7
bantuan, saya kira kita bisa dengan senang mengajak teman - teman. M7 mengutarakan bahwa setelah merger informan lebih sering terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat
dan seminar internasional. Perpaduan program dan jaringan
kedua lembaga membuat program - program pengabdian
masyarakat dan seminar - seminar internasional semakin
banyak. Pendapat berbeda datang dari M4 menyangkut
inisiatif, kreativitas dan rasa tanggung jawab sebagai seorang
dosen. Setelah merger M4 lebih fokus pada peningkatan daya
saing dirinya ditingkat eksternal UKSW. M4 mengungkapkan : Melihat pekerjaan dengan merger STIBA tidak ada hubunganya. Tidak begitu berkaitan. Ya, seperti itu tadi saya berusaha supaya daya jual saya itu tidak hanya di FBS. Saya tidak mau menjadi ikan besar dikolam kecil. Jadi kalau bagi saya itu masalah itu, saya bagaimana caranya justru itu meningkatkan kreatifitas saya dan menurut saya itu tidak begitu berimbas terhadap kreatifitasnya. Dalam arti publikasi, terus mengajar, kumpul bahan. M4 menjelaskan bahwa merger FBS dan STIBA tidak begitu berkaitan dengan pekerjaanya. Sekarang lebih
fokus bagaimana agar karirnya bisa bersinar juga diluar
UKSW. Merger ini dijadikan sebagai pemacu semangat
untuk lebih meningkatkan kreatifitas dalam bekerja seperti
kumpul bahan, mengajar dan publikasi. Kondisi berbeda
dirasakan oleh M8. Ketika peneliti menanyakan tentang
inisiatif, kreativitas dan rasa tanggung jawab sebagai seorang
Saya tidak merasakan dampak langsung. Sebenarnya, seperti progdi baru datang terus kita lebih, yang sebelumnya anak-anaknya 10 sekarang jadi 15. M8 menjelaskan bahwa merger STIBA dan FBS tidak memberikan suatu pengaruh
pada inisiatif dan kreatifitasnya dalam bekerja. Semuanya
berjalan seperti biasa. Penambahan jumlah Program studi
dan jumlah mahasiswa tidak memberikan suatu dampak.
b. Dosen STIBA
Perihal dorongan dalam bekerja setelah merger, M9
berpendapat: Jadi saya lebih produktif setelah merger karena dulu saya publikasi untuk apa? Tidak ada, di UKSW kita publisi artikel dibayar, kalo disini tidak ada uangnya jadi kita tidak bisa paksa. Merger FBS dan STIBA mendorong M9 untuk lebih produktif. Ketika masih di STIBA, publikasi
karya dosen kurang mendapatkan perhatian dan apresiasi dari
kampus. Ada perbedaan setelah merger, setiap publikasi
artikel mendapatkan apresiasi dan dukungan dana dari
kampus. Tanggapan positif juga disampaikan oleh M10:
Melakukan pekerjaan yahh tambah terdorong. Faktor jumlah mahasiswa merupakan salah satu hal yang mendorong untuk
bekerja. Dengan jumlah mahasiswa yang lebih banyak maka
pekerjaanya menjadi lebih banyak. Hal tersebut mendorong
informan M10 untuk bekerja lebih maksimal.
Berhubungan dengan persoalan semangat kerja
Semangat M9 setelah merger meningkat. Kepercayaan yang
didapatkan untuk menjabat sebagai ketua pusat studi
membuat M9 lebih semangat. Jabatan tersebut mendorong
M9 mununjukan kemampuan selain mengajar. Hal serupa
dirasakan M10. Ketika ditanya perihal semangat kerja
setelah merger, M10 mengungkapkan: Semangat.. Disini juga sangat semangat. soalnya banyak dosenya. Jadi kita melihat dosenya apa misalnya ee koordinasi saya juga senang, soalnya mahasiswa juga banyak, tim-timnya banyak, memang koordinasi jadikan harus semangat, harus.. Kalau tidak gimana ngeceknya. Bergabungnya dosen FBS dan STIBA membuat M10 lebih semangat. Gabungan dosen dari
kedua lembaga menghasilkan banyak tim kerja. Sistem
koordinasi kerja antara dosen yang berjalan dengan baik.
Serta jumlah mahasiswa yang lebih banyak. Hal-hal tersebut
yang membuat M10 lebih semangat kerja pasca merger. Respon positif juga ditunjukan dosen STIBA
menyangkut inisiatif, kreatifitas rasa tanggungjawab sebagai
seorang dosen. M9 mengungkapkan : Inisiatif, Mungkin berkaitan dengan tadi ya.. Kepercayaan menjabat ketua pusat studi cukup membuat M9 untuk lebih memiliki inisiatif
dan kreatifitas serta rasa tanggung jawab terhadap jabatan
yang diterima.
c. Pegawai FBS – UKSW
Perihal dorongan dalam diri untuk bekerja, M11
merger, pegawai FBS menjadi bertambah lebih banyak.
Penambahan jumlah pegawai, tidak membuat beban kerja
semakin sedikit. M11 mengungkapkan bahwa beban
kerjanya semakin bertambah. Kondisi tersebut mendorong
M11 lebih termotivasi. Kehadiran rekan kerja baru dan beban
kerja yang lebih banyak membuat dorongan dalam M11
untuk bekerja semakin lebih baik. Lebih lanjut M11
menjelaskan : Iya gitu, karena seperti itu pekerjaan ya yang monopoli ya. Itu membuat saya, aku sih cuman ini aja. Ya, sekarang ketika ada merger ini jadi pekerjaan selama ini jadi lebih berat buat saya karena dulunya hanya satu progdi dan itu dikerjakan oleh dua orang tetapi sekarang mungkin menjadi 2 progdi ini, pekerjaan yang tadinya dua orang gitu jadi ke saya semua. Jadi seperti itu, kemudian dari situ harus berpikir lagi kan. Oke saya harus bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang tadinya dibikin hanya dua orang menjadi bagian saya semua itu bisa terlesaikan dengan baik dan tepat waktu. M11 mengutarakan bahwa pasca merger, program studi di FBS bertambah menjadi dua yaitu PBI dan
Sastra Inggris. Penambahan program studi tersebut membuat
pekerjaan semakin banyak. Sebelum merger, FBS hanya
memiliki satu program studi. Setiap pekerjaan masih berbagi
dengan satu orang pegawai lainya. Setelah merger, M11
merasakan bahwa beban kerjanya semakin berat. Kondisi
tersebut membuat M11 lebih terdorong untuk menyelesaikan
setiap pekerjaan-pekerjaan tersebut dengan baik serta bisa
Semangat kerja M11 cukup terganggu setelah merger.
Pembagian tugas yang dinilai tidak berdasarkan jobdisk
membuat M11 merasa kurang kondusif dalam bekerja. M11
mengungkapkan : Setelah kejadian ini membuat suasana kantor menjadi kantor itu kurang kondusif. Kekecewaan lain yang membuat M11 kurang nyaman ialah terkait
promosi jabatan yang dinilai kurang adil. Sebagai pegawai
senior di FBS, berharap bisa mendapatkan kesempatan secara
adil. Persoalan - persoalan diatas dinilai menjadi penyebab
kondisi tempat kerja kurang kondusif dan mempengaruhi
semangat kerjanya.
Perihal inisiatif, kreatifitas dan rasa tanggung jawab
sebagai pegawai, M11 mengutarakan M11: Inisiatif dan kreatifitas ,,, Hmmm... Lebih berinisiatif sekarang ini. Kalau dulu itu lebih apa yang ada kita kerjakan saja . Tapi ya itu tadi karena tugas dan tanggung jawab yang tadinya dibebankan untuk dua orang sekarang menjadi satu orang jadi membuat saya lebih berinisiatif bagaimana sih saya bisa bekerja lebih tepat dan akurat. Beban kerja yang lebih banyak membuat M11 lebih berinisiatif dan kreatif dalam
bekerja. Pekerjaan yang banyak mendorong M11 belajar
lebih banyak lagi untuk membantunya dalam menyelesaikan
setiap pekerjaan dengan baik
d. Pegawai STIBA
Bekerja dilingkungan kerja baru setelah merger tidak
membuat M13 pesimis. Pada saat peneliti menanyakan
tentang dorongan dalam diri informan dalam bekerja setelah
Pokoknya apa pekerjaan yang baru, tapi kalau saya benar -benar nggak tau, saya juga tidak merasa malu. Setelah merger, M13 menghadapi situasi kerja yang berbeda dengan
sebelumnya. Kondisi tersebut membuat M13 tetap berjuang
dan tidak pernah menyerah. Mengerjakan setiap pekerjaan
meskipun itu belum pernah dilakukan sebelumnya. Ketika
suatu pekerjaan tidak bisa dikerjakan karena keterbatasan
kemampuan, M13 tidak menyerah untuk tetap belajar.
Kondisi semangat kerja pegawai dari STIBA juga
menunjukan hal positif. M12 mengungkapkan: Tambah semangat, dosen-dosen di STIBA dengan di sini tidak ada bedanya sih. Informan M12 menerangkan kondisi semangat kerjanya setelah merger semakin baik. Lingkungan kerja
yang tidak berbeda jauh membuat semangat kerja tidak
terganggu. Hal senada juga diutarakan informan M13 : Saya senang bekerja gitu lho. Jadi penilaian semangat kerjanya gimana gitu ya. Pokokya kita mulai 7:30 kan disini, karena disini ada senam pagi, jadi sebisa mungkin saya ikut. Terus jam 12 istirahat, jam 1 kerja lagi, jam 4 pulang, jadi gitu.
Sikap positif yang ditunjukan terhadap pekerjaan membuat
M13 senang menjalani pekerjaanya. Perbedaan budaya
dilingkungan kerja baru tidak menjadi kendala yang berarti.
Jam kerja yang lebih awal dan aktivitas tambahan sebelum
kerja tidak mengganggu semangat kerjanya. M13
menambahkan, selama ini penyesuaian ditempat kerja yang
baru bisa dilalui tidak terlepas dari perlakuan yang baik serta
Berhubungan dengan inisiatif, kreatifitas dan rasa
tanggung jawab sebagai pegawai, M12 mengutarakan :Disini memang harus disiplin ya. Apa yang ditugaskan ke saya, saya lakukan. M12 menilai bahwa kondisi lingkungan kerja setelah merger lebih disiplin. Jadi setiap pekerjaan yang
merupakan pekerjaanya dikerjakan sebaik mungkin dan
selesai tepat waktu.
4.3.2.2Pembahasan
Motivasi kerja adalah hal-hal yang dapat
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku
manusia agar mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal (Siswanto, 2005). Motivasi kerja memberikan
energi yang dapat menggerakan segala potensi yang ada
didalam diri karyawan, menciptakan sesuatu keinginan yang
tinggi serta meningkatkan kegairahan dalam bekerja menurut
aturan dan ukuran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Hasibuan (1994), motivasi kerja adalah hal-hal yang
dapat mendorong seseorang bekerja dengan giat sehingga
dapat mencapai hasil kerja optimal sesuai dengan ukuran
yang ditetapkan perusahaan. Sumidjo (1985), motivsi kerja
adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk
berperilaku mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari
beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik tiga hal
berhubungan dengan motivasi kerja yaitu semangat kerja,
dorongan dari dalam diri serta inisiatif dan kreatifitas kerja.
Berdasarkan hasil analisa data pada penelitian ini
maka dapat ditarik beberapa hal menyangkut dampak merger
pegawai. Hal pertama ialah dorongan dari dalam diri dosen
dan pegawai dari STIBA serta pegawai FBS mengalami
peningkatan. Hal berbeda dirasakan dosen dari FBS. Setelah
merger, dorongan dari dalam diri dosen FBS untuk mencapai
sesuatu tidak berubah. Kedua : semangat kerja dosen FBS
serta dosen dan pegawai dari STIBA mengalami
peningkatan. Berbeda dengan semangat kerja pegawai FBS,
dimana mengalami gangguan. Ketiga : setelah merger,
inisiatif dan kreatifitas kerja dosen dan pegawai mengalami
peningkatan.
Secara umum, motivasi kerja dosen dan pegawai
mengalami peningkatan setelah merger. Beberapa hal yang
membuat situasi antara dosen dan pegawai berbeda. Hal
pertama menyangkut faktor dorongan dari dalam diri dosen
dan pegawai. Setelah merger dosen dan pegawai dari STIBA
serta pegawai FBS mengalami peningkatan, sedangkan dosen
FBS tidak berubah. Faktor yang membuat dorongan dari
dalam diri pegawai FBS serta dosen dan pegawai dari STIBA
mengalami peningkatan ialah kondisi lingkungan kerja serta
kekuatan keuangan lembaga. Lingkungan kerja yang ramah
dan bersahabat, cukup membantu proses penyesuaian diri
para pegawai. Selain itu, beban kerja yang lebih banyak
pasca merger membuat para pegawai lebih terdorong untuk
bekerja. Faktor keuangan lembaga juga cukup
mempengaruhi. Terutama dosen dari STIBA. Kondisi
keuangan yang lebih baik dibanding saat masih STIBA
membuat dosen dari STIBA lebih terdorong untuk bekerja.
FBS tidak berubah ialah rasa optimisme akan merger ini.
Pada awal proses merger sempat terjadi dinamika tetapi
seiring berjalanya merger, dosen FBS bisa keluar dari
kondisi tersebut dan kemudian beraktifitas seperti biasa.
Hal kedua yang membuat situasi dosen dan pegawai
berbeda ialah perihal semangat kerja. Semangat kerja dosen
FBS serta dosen dan pegawai dari STIBA mengalami
peningkatan. Berbeda dengan pegawai FBS dimana
mengalami gangguan semangat kerja. Faktor yang membuat
semangat kerja meningkat ialah bertambahnya rekan kerja,
kepercayaan akan suatu jabatan dan lingkungan kerja yang
ramah dan kondusif. Hal yang membuat kurang semangat
yaitu kurangnya komunikasi dan keterlibatan dalam proses
merger.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat
dinyatakan bahwa merger STIBA dan FBS UKSW
memberikan pengaruh yang positif bagi motivasi kerja
pegawai dan dosen. Setelah merger motivasi kerja dosen dan
pegawai mengalami peningkatan. Hasil ini berbeda dengan
hasil penelitian yang pernah dilakukan naveed dkk (2011).
Pada penelitian Naveed dkk mengemukakan bahwa merger
dapat membuat motivasi kerja karyawan menurun.
4.3.3 Dampak Merger Terhadap Sikap Kerja
Sikap kerja setelah merger menjadi salah satu
persoalan yang akan digali informasinya pada penelitian ini.
Ada tiga hal yang akan ingin diketahui menyangkut sikap
kerja yaitu sikap dalam melayani, sikap dalam melaksanakan
4.3.3.1Hasil
a. Dosen FBS – UKSW
Salah satu aktivitas dosen berhubungan dengan
kegiatan pengajaran dan pelayanan terhadap mahasiswa.
Pelayanan dan pengajaran merupakan bagian dari tugas
seorang dosen. Pada kenyataanya, dosen terkadang kurang
maksimal dalam melaksanakan tugas tersebut. Kondisi
lingkungan kerja, kebijakan yang ada dan beberapa faktor
lain membuat dosen kurang maksimal dalam memberikan
pelayanan kepada mahasiswa. Kebijakan merger FBS
UKSW dan STIBA membuat suasana baru bagi lungkungan
kerja dosen dari kedua lembaga. Kondisi tersebut menjadi
persoalan dalam pelayanan dan proses belajar mengajar.
Ketika peneliti berdiskusi mengenai sikap sebagai seorang
dosen dalam melayani, M7 mengutarakan: Kok saya agak merasa.. Memang ini kegiatan kemahasiswaan juga digabung antara mahasiswa STIBA dengan mahasiswa FBS dalam satu kemahasiswaan. Jadi mereka, kegiatan kemahasiswaan semakin banyak, saya kira apa yang bisa saya lakukan ya akan ku bantu mereka meskipun itu sedikit lebih sibuk. Bergabungnya FBS dan STIBA membuat kegiatan kemahasiswaan kedua lembaga ikut bergabung. M7
menjelaskan bahwa setelah merger kegiatan kemahasiswaan
semakin banyak. Karena hasil penggabungan kegiatan kedua
lembaga. Melihat kondisi tersebut, M7 mengungkapkan
bahwa jika dibutuhkan, M7 menyatakan kesiapan untuk
terlibat dalam membantu kegiatan - kegiatan kemahasiswaan.
hanya sedikit menyayangkan kegiatan yang beberapa dihapus. Beberapa kegiatan yang di STIBA yang lama, karena disini sudah penuh, tidak bisa terakomodasi.
Banyakknya kegiatan bawaan FBS dan STIBA membuat
beberapa kegiatan kemahasiswaan dari STIBA tidak bisa
terakomodir. M7 menilai hal itu tidak seharusnya terjadi
karena kegiatan - kegitan tersebut sangat bagus. Kekecewaan
M7 tidak terlepas dari harapan agar kedua lembaga dapat
menyatu tanpa mengabaikan kebutuhan satu sama lain. Sikap
yang sedikit berbeda ditunjukan oleh M8 perihal pelayanan
terhadap mahasiswa. M8 mengungkapkan : Yang dimerger itu kan berarti tidak terlalu. Gini, saya tanggung jawab saya masih kan mahasiswa PBI jadi tidak terlalu banyak berinteraksi dengan mahasiswa STIBA atau mahasiswa sastra. Jadi kalo dibilang gmana-gimana, karena yang saya layani tetap mahasiswa saya sebelumnya jadi tidak ada seperti apa... Berbeda dengan M7, pengalaman M8 dalam memberikan pelayanan lebih pada posisinya sebagai ketua
program studi PBI. Selama merger ini berjalan, interaksi
dengan mahasiswa Sastra Inggris dari STIBA tidak sering.
M8 menilai selama ini pelayanan yang diberikan kepada
mahasiswa masih sama karena mahasiswa yang dilayani juga
masih sama yaitu mahasiswa dari PBI. Lebih lanjut M8
mengungkapkan bahwa jika diberikan tanggung jawab atau
ada mahasiswa STIBA yang butuh bantuan maka akan
Jadi tidak akan, mentang anak tiri kan.. Tidak seperti itu. Saya tidak bisa mengkotak - kotakan. Mahasiswa ini dan mahasiswa ini, semuanya mahasiswa FBS. Ketika kedua lembaga sudah merger, maka tidak ada lagi membeda
-bedakan mahasiswa. Baik mahasiswa PBI maupun
mahasiswa Sastra Inggris dari STIBA, sama - sama
mahasiswa FBS. Hal yang sama juga utarakan M4. Sikap
sebagai dosen dalam melayani setelah merger, M4
berpendapat: Untuk fakultas, saya lebih mengimbangi yang mereka lakukan sih. Tapi, terutama mahasiswa, ini terlalu di tuntut menurut saya. Cuman ada hal-hal yang meronta kayak misalnya waktu buat brosur sastra tidak dimasukkan. Lah kenapa gak boleh? Kan udah merger. Setelah merger M4 memilih untuk bersikap mengikuti setiap alur yang berjalan
di fakultas. M4 juga punya penyesalan atas kebijakan
fakultas yang tidak menuangkan program studi Sastra Inggris
dalam brosur FBS. Bagi M4, ketika sudah dinyatakan
merger, semestinya FBS memberikan perlakuan yang sama
bagi kedua program studi tersebut.
Salah satu faktor dalam sikap kerja ialah menyangkut
sikap dalam melaksanakan pekerjaan setelah merger. Sebagai
dosen M7 mengungkapkan : Tetap semangat. Terus terang saya tetap fokus ke PBI dan Saya kira kedatangan progdi baru atau hasil penggabungan itu tidak membuat saya merasa dengki. Tidak membuat saya juga terancam tetap fokus terhadap apa yang kami persiapkan. Informan M7 menjelaskan jikalau setelah merger tetap semangat dalam
belakang PBI akan tetap fokus bekerja di PBI. Penggabungan
FBS dan STIBA dinilai tidak memberi dampak negatif
terhadap aktifitas PBI. Tanggapan lain datang dari M8: Sama aja sih. Tidak ada yg berubah. Diungkapkan bahwa sikapnya dalam bekerja tidak ada yang berubah setelah merger. Lebih
lanjut dijelaskan kalau setelah merger M8 lebih bekerja
keras. M8 utarakan : Cuman ketika merger itu dimulai, itu memang kami bekerjanya lebih keras. Karena memang posisi saya sebagai salah satu tim managemen, harus tau kok ini mau apa. Keterlibatan dalam tim merger membuat M8 harus bekerja lebih keras dalam mempersiapkan dan
mengurus proses merger.
Berhubungan dengan sikap dalam melakukan inisiatif
kerja setelah merger, M7 mengungkapkan: Tetap melakukan yang selama ini saya lakukan dan sedikit senang dengan tambahan membantu pekerjaan. Informan M7 menjelaskan bahwa setelah merger tidak ada yang berubah dengan
kebiasaan yang selama ini dilakukan. Hal serupa diutarakan
oleh M8 : Tidak mempengaruhi bagi saya. Kalau ada yang minta training, saya lakukan dengan baik. Merger kedua lembaga tidak merubah sikap M8 dalam melakukan inisiatif
kerja. Dijelaskan jikalau tenaganya dibutuhkan dalam
merger tetap melakukan aktifitas mengajar seperti biasa.
Merger FBS dan STIBA dinilai tidak ada hubungan dengan
pekerjaanya. Karena pekerjaanya tidak hanya terpaku di
UKSW. Dengan kemampuan yang dimiliki, bisa bekerja
ditempat mana pun. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sekarang
terus meningkatkan kualitas diri. M4 berujar : Ya biasa aja dan karena saya berpikir karena kondisi FBS yang seperti ini, saya harus memperkaya diri saya supaya daya jual saya bukan hanya di FBS. Dimanapun saya bisa diterima, itu yang saya kejar sekarang. Suka ngomong dengan teman-teman yang lain diluar UKSW. M4 menilai kondisi FBS setelah merger mengkuatirkan dan lingkungan kerja sudah
kurang kondusif. Melihat kondisi tersebut, M4 terus
berbenah agar bisa memiliki nilai jual diluar FBS UKSW.
b. Dosen STIBA
Berhubungan dengan sikap sebagai dosen dalam
melayani setelah merger, M9 mengungkapkan : Kalo saya sama saja, tidak berubah. Dari dulu saya mengajar itu passionate bersemangat mencoba hal baru materi dikembangkan bukan hanya pake buku aja . Jadi dari dulu saya tidak berubah. Ya senang, semangat ga berubah saya, kurang lebih sama. Tidak berpengaruh pengaruh dimana saja saya bekerja, cuman kalau lihat mahasiswa saja tidak bisa, kan jadi ada motivasi tambahan agar dia bisa.
Dijelaskan bahwa Merger kedua lembaga tidak memberi
pengaruh didalam diri informan M9. Sebagai dosen tetap
semangat dalam mengajar dan mengembangkan setiap materi
Saya tanggung jawab, komitment. Informan ini mengungkapkan bahwa setelah merger tetap menunjukkan
sikap tanggung jawab dan komitmen.
Pada persoalan Sikap dalam melaksanakan pekerjaan
setelah merger, M9 mengungkapkan : Lebih semangat ya, karena yang itu tadi. Informan M9 menjelaskan jikalau setelah merger lebih menunjukan sikap yang lebih semangat
dalam bekerja. Diakui jikalau faktor fasilitas dan dukungan
financial ditempat kerja baru turut mempengaruhi sikap kerja informan M9. Hal berbeda diungkapkan oleh M10 : Harus bisa menyesuaikan. Kan tadi Saya bilang ada rutinitas yang cukup berbeda menjaga kerjanya agak cukup berbeda . Terlihat seperti yang saya katakan tadi kalau disini koordinasi bisa nggak seminggu, kalau disana kan harus tiap minggu karena banyak, jadi harus bisa menyesuaikan, adaptasi. Merger ini mendorong M10 untuk beradaptasi dengan kebiasaan ditempat kerja baru. Ada perbedaan
budaya antara lembaga sebelum dan sesudah merger. Jika
sebelumnya, koordinasi antara dosen kurang berjalan dengan
baik sedangkan setelah merger koordinasi merupakan suatu
keharusan untuk dilakukan secara rutin.
Persoalan terakhir dalam sikap kerja menyangkut
sikap dalam melakukan inisiatif kerja setelah merger.
Sebagai dosen dari STIBA, M9 berujar : Sama saja.
Informan ini mengungkapkan bahwa setelah merger tidak
ada perubahan didalam dirinya untuk melakukan inisiatif