• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Munculnya Batik Cap dan Batik Printing

INDUSTRI KERAJINAN BATIK TULIS TAHUN 1980 – 1990

2. Dampak Munculnya Batik Cap dan Batik Printing

Dalam setiap inovasi baru dalam sebuah produksi dalam satu bidang usaha, pasti ada pihak yang di untungkan juga dirugikan. Ini pula yang terjadi pada industriu batik, munculnya teknologi batik cap dan batik printing meberikan dampak negative serta positif dalam industri batik. Batik cap dan batik printing yang mulai banyak beredar dipasaran memberikan dampak pada industri batik, dampak tersebut antara lain.

61

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Katalog Batik Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri dan Kerajinan Batik, Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kerajinan dan Batik, Yogyakarta. hal 2.

79

a. Dampak Positif

Di temukanya inovasi baru dalam pembuatan batik dengan menggunakan metode cap memberikan dampak positif bagi industri batik di Indonesia. Dampak positif itu terutama dirasakan oleh para pengusaha batik cap dan batik printing. Dampak positif itu adalah waktu yang relative lebih cepat serta dalam satu kali produksi batik yang dihasilkan bisa dalam jumlah yang besar, selain itu dalam pembuatan batik dengan tehnologi ini para pekerja batik tidak dituntut untuk mempunyai keahlian khusus sehingga siapapun dapat bekerja sebagai pembuat batik. Selain itu para pengusaha juga dapat mengeluarkan inovasi baru terhadap batik, produksi batik tidak hanya terbatas pada kain saja akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan sandang para konsumen, seperti baju, rok, mukena, dan yang lainya.

Dengan menggunakan metode cap dan printing, pembuatan batik dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, sehingga kebutuhan masyarakat akan batik yang cukup besar dapat segera terpenuhi. Sedangkan bagi para konsumen, batik cap dan printing menjadi sebuah alternative baru untuk mendapatkan batik dengan harga yang terjangkau. Ini jauh berbeda dengan batik tulis yang harganya relative lebih mahal bila dibadingkan dengan batik cap dan printing.

b. Dampak Negatif

Kemunculan batik dengan metode cap dan printing menimbulkan dampak buruk bagi pengusaha serta pembatik para pembatik tulis tradisional, para pengusaha batik tradisional kalah bersaing dengan para pengusaha batik yang

80

manggunakan metode cap dan printing, mereka kalah bersaing dalam hal produktivitas karena jangka waktu untuk memproduksi batik tradisional relative lebih lama. Selain dalam hal produktivitas para pembatik tradisional juga kalah dalam persaingan pasar, ini karena jumlah batik cap dan printing yang beredar di pasaran cukup banyak, sedangkan untuk batik tradisional sangat terbatas. Masyarakat lebih memilih untuk membeli batik cap dan printing karena harga yang lebih murah serta lebih bervariatif.

Akibat lain dari kemunculan batik cap dan printing pada industri batik tradisional adalah pada pemasaran. Batik tulis tradisional semakin terdesak keberadaanya dengan munculnya batik cap dan printing. Daerah pemasaran batik tulis tradisional semakin sempit, ini berakibat pada melemahnya daya beli masyarakat. Tanpa perlu dikatakan, pasaran batik tulis kalah bersaing dengan batik print yang dapat di produksi massa.62

Kemunculan batik cap dan tulis yang terus saja mendesak keberadaan batik tulis tradisional membuat banyak pengusaha batik menjadi gulung tikar, para pengusaha ini mengalami kebangkrutan dan tidak sedikit dari mereka yang menutup usahanya. Pengusaha batik tulis tradisional ini selanjutnya lebih memilih untuk membuka usaha yang lain. Ini karena mereka sudah tidak bisa mengandalkan pendapatan dari usaha batik yang mereka miliki, kebanyakan dari mereka membuka warung makan, toko kelontong serta usaha yang lain

62

Ueko, Takamasa. 2001. “Batik : Sejarah Dan Daya Tarik”. Skripsi : Jurusan : Bahasa Indonesia dan Kebudayaan Asia Tenggara. Osaka Jepang, Universitas Setsunan.hal.59.

81 3. Banyak Beredar Batik Tulis Tiruan.

Industri kerajinan di Rembang terus berkembang dan tidak hanya mengupayakan kerajinan batik saja. Beberapa industri kerajinan di Rembang antara lain adalah, kerajinan tenun, kerajinan bordir, kerajinan kuningan, Lukisan, serta kerajinan yang lain. Industri kerajinan ini tersebar di kecamatan-kecamatan wilayah kabupaten Rembang. Perkembangan industri di Rembang bisa dikatakan mengalami perkembangan yang bagus, ini menandakan kreatifitas dari masyarakat Rembang semakin berkembang. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya industri kerajinan di Rembang, berkembang pula industri yang meniru kerajinan ini. Kerajinan tiruan yang di produksi ini terjadi karena kurangnya kesadaran para pengusaha industri untuk mematenkan hasil karya mereka.

Beredarnya kerajinan tiruan ini juga menimpa para pengusaha batik, persaingan yag terjadi diantara pengusaha batik tradisional dan batik cap semakin meruncing. Para pengusaha batik tulis di Lasem yang tetap mempertahankan usahanya demi menjaga warisan budaya tidak berusaha untuk merubah usahanya menjadi batik cap maupun printing. Akan tetapi karena faktor penghasilan yang kecil serta pemasukan yang tidak sesuai, ada beberapa pembatik yang malakukan jalan pintas yaitu dengan membuat batik tulis tradisional tiruan. Peniruan ini terletak terutama pada motif, pemilihan batik tiruan ini karena metode yang digunakan lebih singkat, serta prosesnya tidak serumit batik tulis tradisional. Para peniru ini kebanyakan adalah pembatik yang bekerja pada industri batik. Ini dilakukan para pembatik dengan alasan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

82

Beredarnya batik tiruan ini tentu saja semakin membuat terpuruk para pengusaha batik tulis tradisional. Dengan motif serta warna yang tidak jauh berbeda, batik tiruan ini dapat dibeli dengan harga yang relative lebih murah, dibandingkan dengan batik tulis yang asli. Para konsumen yang berminat terhadap batik tulis dengan anggaran yang terbatas tentu saja lebih memilih untuk membeli batik tiruan, kaena mereka bisa mendapatkan batik dengan motif serta warna yang sama dengan harga yang lebih murah.

Munculnya batik tulis tiruan tentu saja menjadi pesaing baru bagi pengusaha batik tulis tradisional, keadaan para pengusaha batik tulis tradisional semakin terdesak. Kurangnya pengawasan terhadap pemasaran batik serta kurangnya kesadaran untuk mematenkan hasil produksi mereka juga menjadi salah satu faktor munculnya batik tulis tiruan. Harga yang terpaut jauh membuat konsumen memilih batik tiruan. Harga batik tulis yang pada tahun 1980an mencapai Rp.30.000,- perlembar jauh lebih tinggi dibadingkan dengan batik tiruan yang hanya berkisar Rp. 8.000,- sampai Rp. 17.000,- per lembar kain dengan motif yang sama. Situasi ini tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi pengusaha batik tulis tradisional, posisi mereka semakin terdesak dengan kehadiran batik dengan inovasi baru.

Dokumen terkait