• Tidak ada hasil yang ditemukan

LASEM KOTA TUA SEBAGAI BUKTI KEHARMONISAN ANTARA JAWA – TIONGHOA

D. Religi Masyarakat Lasem

Lasem sebagai kota yang mempuyai keunikan dengan keseimbangan social antara Jawa dan Tionghoa. Bukti dari keselarasan itu adalah dapat dilihat pula dalam kehidupan beragama. Di Lasem terdapat beberapa Klenteng yang merupakan tempat peribadatan orang Tionghoa, Lasem juga dikenal sebagai kota yang masih sangat kental dengan agama islam yang memang merupakan agama dari sebagian besar masyarakat Lasem, ini dapat dilihat dari beberapa pondok pesantren yang ada di Lasem. Selain agama yang dianut adalah Islam, Budha dan Hindu beberapa masyarakat Lasem juga memluk agama Kristen dan Katolik.

24

H.C. Bekking, de Ontwikkeling der Residentie Rembang (Rotterdam H.Nijgh,1861 ),hal 3-4

32

1. Lasem sebagai kota yang kental dengan Nuansa Islam.

Lasem selain dikenal dengan akulkturasi budaya antara masyarakat tionghoa dengan jawa juga sangat dikenal dengan kota dengan nuansa islam yang sangat kental terbukti dengan banyaknya ulama ulama besar yang lahir dari kota kecil ini. Perkembangan agama islam di Indonesia terutama di Jawa yang sangat pesat pada abad ke 15 membawa Lasem pada saat itu hingga saat ini menjadi salah satu kota sebagai pusat agama yang cukup diperhitungkan di wilayah pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lasem sebagai kota religi yang sudah diperhitungkan dengan banyaknya pusat pendidikan agama islam berupa pondok pesantren yang masih eksis sampai saat ini. Kuatnya Islam di Lasem juga tidak terlepas dari orang orang Tionghoa yang pada awalnya juga menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Ulama ulama besar yang dilahirkan dari daerah Lasem sudah menjadi tokoh penting sejak Era Revolusi Kemerdekaan, terbukti dengan andil mereka yang begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui organisasi-organisasi politik serta lembaga pendidikan agama yang mereka bina. Perjuangan melalui lembaga-lembaga serta mengeluarkan gagasan berupa ideologi semacam itu dirasakan lebih efektif dilakukan ketimbang perjuangan dengan peperangan yang menggunakan senjata. Selain penerapan perjuangan secara diplomasi melalui lembaga keagamaan melalui pondok pesantren yang mereka bina dapat memberikan solusi solusi politik dari sudut pandang agama, perjuangan mereka juga serta merta melakukan syiar agama.

33

Sistem Kolonial yang ada pada saat itu membatasi system pendidikan serta pengetahuan masyarakat pribumi mengundang keprihatinan sejumlah ulama di Lasem. Pendidikan yang hanya diberikan pada anak-anak dari keturnana ningrat dan Golongan Bangsa Eropa, membuat nasib pribumi semakin memprihatinkan. Dengan keadaan seperti itu ulama-ulama di Lasem mendirikan pesantren-pesantren yang ditujukan untuk kaum pribumi agar tidak jauh tertinggal, ini merupakan sikap yang ditunjukan atas ketidak setujuan diskriminasi yang diterapkan oleh Colonial Belanda. Diantara puluhan ulama yang ada di Lasem yang paling terkenal karena perjuangan pada masa itu adalah KH.Ma’sum, KH. Baidlowi dan KH Kholil25 dan masih banyak tokoh-tokoh islam dari Lasem yang mempunyai peran penting. Selain tokoh-tokoh ulama besar yang lahir dari Lasem, bukti lain lasem sebagai kota santri adalah Masji Jami’ Lasem. Letak Majid Jami’ Lasem yang tepat berada disebelah barat alun-alun kota lasem dan berada disekitar pasar dan pusat pemrintahan Lasem, sama dengan konsep pemerintahan di Jawa pada masa Kerajaan Demak hingga Mataram Islam.

Dari beberapa bukti yang sudah dipaparkan diatas, Lasem selain terdapat kerukunan umat beraga dan etnik antara Jawa dan Tionghoa.Lasem juga merupakan kota dengan kultur islam yang sangat kuat dan masih bisa dilihat sampai saat ini.

25 KH.Ma’sum dan KH. Baidlowi adalah dua tokoh ulama kharismatik di Jawa dan juga penggagas berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama.KH. Kholil adalah termasuk salah satu anggota Dewan Syuriyah pada awal berdirinya Organisasi Nahdatlul Ulama’ tahun 1926.Unjiya M.Akrom. LASEM NEGERI DAMPO AWANG Sejarah yang terlupakan, Yogyakarta: Eja Publisher,2008.

34

2. Lasem Sebagai Kota dengan Etnik Tionghoa yang masih sangat kental dengan Religinya.

Kerukunan yang berjalan selaras di Lasem antara Jawa dan Tionghoa di Lasem memang jarang ditemui di daerah lain. Besarnya jumlah warga Tionghoa di Lasem dapat membaur dengan baik. Warga Tionghoa yang ada di Lasem kebanyakan adalah penganut agama hindu dan budha. Ajaran Confusianisme dalam masyarakat Tionghoa yang masih sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Tionghoa Lasem, mengajarkan tentang cinta kasih, etika, estetika dan yang paling kuat adalah ajaran penghormatan pada leluhur.26 Selain memeluk agama Hindu dan Budha masyarakat Tionghoa di Lasem memeluk agama Nung Chiou.27

Lasem sebagai salah satu kota tujuan imigran bangsa Cina yang besar di Jawa pada abad 14 – 15, selain Lasem ada juga ada Sampotoalang dan Ujung Galuh yang menjadi kota tujuan imigran dari Cina.28 Di Lasem terdapat beberapa tempat peribadatan orang cina yang berupa klenteng. Kelenteng yang ada di Lasem adalah Klenteng Cu an Kong yang berada di Jl. Dasun, Klenteng Gie Yong

26

Wawancara dengan bp.Sigit Wicaksono. Di kediamanya desa Babagan Lasem. Tanggal 27 Februari 2009.

27

Nung Chiaou adalah agama leluhur yang di turunkan dari para kaum tani.Agama ini berisi tentang penghormatan terhadap leluhur serta penghormatan terhadap Tuhan.Wawancara dengan Bapak Sigit Wicaksono, di kediamannya desa babagan lasem.Tanggal 27 februari 2009.

28 Sampotoalang sekarang semarang. Ujung Galuh sekarang Surabaya.Unijaya.M.Akrom. LASEM NEGERI DAMPO AWANG Sejarah yang terlupakan, Yogyakarta: Eja Publisher,2008.

35

Kong Co di Jl. Babagan, Klenteng Poo An Bio di Jl. Karangturi VII No.15 Lasem. Tiga Klenteng ini membuktikan bahwa selain kota yang masih sangat kuat agama islamnya Lasem juga menjadi kota yang mempunyai penduduk Tionghoa cukup banyak, dengan budaya serta religinya yang masih bisa terjaga sampai saat ini.

Dokumen terkait