• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Perubahan Kebijakan Upah Minimum Regional di Wilayah Timur Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

6.2. Dampak Alternatif Kebijakan Berdasarkan Simulas

6.2.3. Dampak Perubahan Kebijakan Upah Minimum Regional di Wilayah Timur Indonesia

Kebijakan meningkatkan upah minimum regional sebesar 10 persen di wilayah Timur Indonesia, akan berdampak pada kenaikan upah rata-rata yang diterima oleh para pekerja sebesar 8.687 persen di wilayah Timur Indonesia. Kenaikan upah menyebabkan permintaan akan tenaga kerja di Timur Indonesia menurun sebesar 1.281 persen dan pada akhirnya akan menurunkan PDRB wilayah Timur Indonesia sebesar 1.747 persen.

Tabel 49. Dampak Peningkatan Upah Minimum Regional di Wilayah Timur Indonesia Sebesar 10 Persen terhadap Kinerja Perekonomian Wilayah

Keterangan Satuan Nilai Dasar Nilai %Δ

PDRB Sumatera Rp Miliar 355150.3 355123.1 -0.0076

PDRB Jawa-Bali Rp Miliar 1001703.0 1001088 -0.0614

PDRB WTI Rp Miliar 278977.3 274101.3 -1.7478

Permintaan Tenaga Kerja Sumatera Ribu Orang 17775.48 17773.67 -0.0101 Permintaan Tenaga Kerja Jawa-Bali Ribu Orang 57595.73 57572.75 -0.0399 Permintaan Tenaga Kerja WTI Ribu Orang 17755.33 17527.85 -1.2812 Penawaran Tenaga Kerja Sumatera Ribu Orang 20184.82 20184.56 -0.0013 Penawaran Tenaga Kerja Jawa-Bali Ribu Orang 65105.91 64206.04 -1.3822 Penawaran Tenaga Kerja WTI Ribu Orang 18929.51 19386.45 2.4139

Upah Sumatera Rp Ribu 852.517 852.514 -0.0003

Upah Jawa-Bali Rp Ribu 837.839 837.8351 -0.0004

Upah WTI Rp Ribu 1016.55 1104.86 8.6874

Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Ribu Orang 8200.26 8200.427 0.0020 Jumlah Penduduk Miskin Jawa-Bali Ribu Orang 20718.9 20720.87 0.0095 Jumlah Penduduk Miskin WTI Ribu Orang 8483.91 8187.771 -3.4906 Mig masuk Sumatera dari Jawa-Bali Ribu Orang 287.536 287.5371 0.0003 Mig masuk Sumatera dari WTI Ribu Orang 39.626 39.05487 -1.4412 Mig masuk Jawa-Bali dari Sumatera Ribu Orang 701.401 701.4001 -0.0001 Mig masuk Jawa-Bali dari WTI Ribu Orang 467.480 374.7004 -19.8467 Mig masuk WTI dari Sumatera Ribu Orang 15.930 17.49214 9.8080 Mig masuk WTI dari Jawa-Bali Ribu Orang 166.798 197.4968 18.4048 Mig keluar Sumatera ke Jawa-Bali Ribu Orang 664.967 664.9796 0.0019

Mig keluar Sumatera ke WTI Ribu Orang 15.892 17.49126 10.0609

Mig keluar Jawa-Bali ke Sumatera Ribu Orang 320.174 314.4741 -1.7801

Mig keluar Jawa-Bali ke WTI Ribu Orang 145.627 199.99 37.3307

Mig keluar WTI ke Sumatera Ribu Orang 40.854 40.47577 -0.9254 Mig keluar WTI ke Jawa-Bali Ribu Orang 424.385 225.5614 -46.8498

150

Tabel 49. Lanjutan

Keterangan Satuan Nilai Dasar Nilai %Δ

Ekspor Sumatera ke Jawa-Bali Rp Miliar 2840.98 2839.649 -0.0467

Ekspor Sumatera ke WTI Rp Miliar 2275.90 2272.566 -0.1464

Ekspor Jawa-Bali ke Sumatera Rp Miliar 27304.3 27303.44 -0.0033

Ekspor Jawa-Bali ke WTI Rp Miliar 55140.3 54783.09 -0.6478

Ekspor WTI ke Sumatera Rp Miliar 826.273 826.266 -0.0009

Ekspor WTI ke Jawa-Bali Rp Miliar 1039.99 1039.781 -0.0198

Impor Sumatera dari Jawa-Bali Rp Miliar 577.331 577.3178 -0.0022

Impor Sumatera dari WTI Rp Miliar 688.345 688.3346 -0.0015

Impor Jawa-Bali dari Sumatera Rp Miliar 4622.23 4617.681 -0.0983

Impor Jawa-Bali dari WTI Rp Miliar 6246.40 6240.474 -0.0949

Impor WTI dari Sumatera Rp Miliar 177.306 175.715 -0.8975

Impor WTI dari Jawa-Bali Rp Miliar 91.295 91.22227 -0.0800

Jumlah Pengangguran Sumatera Ribu Orang 2409.34 2410.89 0.0643 Jumlah Pengangguran Jawa-Bali Ribu Orang 7510.18 6633.287 -11.6760

Jumlah Pengangguran WTI Ribu Orang 1174.19 1858.603 58.2887

Ekspor Bersih Sumatera Rp Miliar 3851.20 3846.563 -0.1203

Ekspor Bersih Jawa-Bali Rp Miliar 71576.0 71228.37 -0.4857

Ekspor Bersih WTI Rp Miliar 1597.659 1599.11 0.0908

Migrasi Bersih Sumatera Ribu Orang -353.697 -355.879 -0.6168

Migrasi Bersih Jawa-Bali Ribu Orang 703.080 561.6364 -20.1178

Migrasi Bersih WTI Ribu Orang -282.511 -51.0483 81.9305

Ketimpangan antarwilayah (%) 9.0858 9.9345 9.3406

Peningkatan upah rata-rata di wilayah Timur Indonesia akan dibarengi oleh kenaikan migrasi bersih di wilayah Timur Indonesia, kenaikan upah sebesar 10 persen berdampak pada meningkatnya jumlah migrasi bersih di wilayah Timur Indonesia yang cukup signifkan, yaitu 81.93 persen. Ini menunjukkan bahwa upah di wilayah Timur Indonesia masih merupakan signal utama bagi para migran untuk masuk ke wilayah tersebut. Meningkatnya jumlah migrasi bersih tersebut make sense

karena migrasi masuk akan semakin besar sementara migrasi keluar sendiri akan semakin menurun.

Kenaikan upah tersebut akan berdampak pada penurunan PDRB wilayah Timur Indonesia, namun demikian jumlah penduduk miskin di wilayah Timur Indonesia masih mengalami penurunan sebesar 3.490 persen, hal ini antara lain

disebabkan karena kenaikan upah minimum regional tersebut searah dengan kenaikan upah rata-rata yang diterima oleh pekerja, yang akan mendorong kenaikan pendapatan masyarakat wilayah Timur Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh PDRB tidak serta merta dapat menurunkan tingkat kemiskinan, melainkan jumlah penduduk miskin secara langsung akan berpengaruh dengan tingkat upah yang diterima oleh para pekerja.

Penurunan output wilayah Timur Indonesia yang diwakili oleh PDRB wilayah Timur Indonesia akan berdampak pada penurunan nilai ekspor ke setiap daerah tujuan dan nilai impor dari setiap wilayah asal. Namun demikian terlihat bahwa ekspor bersih Timur Indonesia masih mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena penurunan impor lebih besar dari penurunan ekspor itu sendiri. Secara keseluruhan ekspor bersih wilayah Timur Indonesia meningkat 0.090 persen. Simulasi kebijakan UMR di wilayah Timur Indonesia menunjukkan kepada kita bahwa bahwa faktor

beaten path di wilayah Timur Indonesia tidak terbukti. Beaten path disini dapat diartikan bahwa para migran bermigrasi ke wilayah Timur Indonesia akan melihat dan memperhitungkan faktor apakah sanak saudara atau para pendahulunya telah memiliki tempat tinggal di WTI dengan tujuan untuk mengurangi biaya bermigrasi, dimana biaya hidup di WTI relatif tinggi dibanding dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Ketika kebijakan pemerintah berupa UMR berintegrasi dengan upah rata-rata yang diterima pekerja, maka kebijakan dengan menaikkan upah akan berdampak pada kenaikan upah rata-rata dan secara makro berdampak buruk bagi daerah yang

152

dituju, dimana jumlah pengangguran wilayah Timur Indonesia meningkat sebesar 58.28 persen. Berbeda halnya dengan wilayah Sumatera dan Jawa-Bali, dimana meningkatnya jumlah pengangguran di wilayah Timur Indonesia, bukan disebabkan karena tinggi arus migasi masuk, melainkan karena tingginya penurunan pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar 1.747 persen dan menurunkan permintaan akan tenaga kerja sebesar 1.281 persen.

Penerapan peningkatan UMR perlu dievaluasi, karena akan mendorong pada buruknya kinerja ekonomi daerah yang digambarkan lewat turunnya permintaan tenaga kerja, menurunkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran wilayah Timur Indonesia. Penerapan peningkatan upah minimum regional di wilayah Timur Indonesia belum dapat diterapkan mengingat bahwa upah yang diterima sekarang juga telah lebih besar dibanding dengan upah rata-rata yang diterima di wilayah lain di Indonesia. Dari hasil simulasi juga menunjukkan bahwa expektasi para migran untuk masuk ke wilayah Timur Indonesia juga signal upah masih faktor yang utama, bukan faktor beaten path seperti yang dikemukan oleh (Blair, 1991). Untuk mengurangi pengangguran, dapat juga dilakukan dengan melakukan perbaikan dan pembangunan infrastruktur darat dan laut yang akhirnya juga untuk mengurangi biaya produksi dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam. Dampak kenaikan upah minimum regional terhadap wilayah lain (Wilayah Sumatera dan Wilayah Jawa-Bali) secara keseluruhan berdampak pada menurunnya PDRB dan menurunkan ekspor bersih kedua wilayah dan jumlah penduduk miskin kedua wilayah mengalami kenaikan meskipun relatif kecil.

Simulasi UMR di wilayah Timur Indonesia selainnya adalah meningkatkan pengangguran di wilayah Timur Indonesia itu sendiri, juga meningkatkan jumlah pengangguran di wilayah Sumatera sebesar 0.064 persen, sedangkan jumlah pengangguran di wilayah Jawa-Bali justru mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang bermigrasi keluar ke wilayah Timur Indonesia lebih besar dibanding dengan migrasi yang masuk ke wilayah Jawa-Bali yang berasal dari WTI dan Sumatera, sehingga migrasi bersih Jawa-Bali mengalami penurunan sebesar 11.676 persen.

Skenario peningkatan UMR di wilayah Timur Indonesia akan berdampak pada miningkatnya tingkat ketimpangan wilayah, yaitu sebesar 9.34 persen. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi jika dilakukan di wilayah Sumatera ataupun di Jawa- Bali, karena pada dasarnya upah yang diterima oleh para pekerja secara historis jauh lebih besar dibandingkan dengan upah rata-rata yang diterima di wilayah lainnya, sehingga stimulus UMR tersebut lebih memperlebar ketimpangan pendapatan antarwilayah.

6.2.4. Dampak Perubahan Kebijakan Upah Minimum Regional di Wilayah