DAFTAR LAMPIRAN
IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS
6.2. Dampak Alternatif Kebijakan Berdasarkan Simulas
6.2.2. Dampak Perubahan Kebijakan Upah Minimum Regional di Wilayah Jawa-Bal
ini disebabkan karena jumlah penduduk migrasi keluar lebih tinggi sehingga faktor produksi di wilayah tersebut semakin rendah dan pada akhirnya akan mengakibatkan turunnya PDRB namun demikian tingkat kemiskinan di kedua wilayah mengalami penurunan meskipun penurunannya relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 0.001 persen dan 0.0006. Peningkatan UMR di wilayah Sumatera berdampak pada menurunnya ketimpangan pendapatan antarwilayah.
6.2.2. Dampak Perubahan Kebijakan Upah Minimum Regional di Wilayah Jawa-Bali
Kebijakan meningkatkan upah minimum regional sebesar 10 persen di wilayah Jawa-Bali, akan berdampak pada kenaikan upah rata-rata yang diterima oleh para pekerja sebesar 9.073 persen di wilayah Jawa-Bali. Kenaikan upah menyebab- kan permintaan akan tenaga kerja di Jawa-Bali akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan PDRB wilayah Jawa-Bali.
Meskipun nilai PDRB wilayah Jawa-Bali mengalami penurunan, namun demikian jumlah penduduk miskin di wilayah Jawa-Bali masih mengalami penurunan sebesar 3.839 persen, hal ini antara lain disebabkan karena kenaikan upah minimum regional akan searah dengan kenaikan upah rata-rata yang diterima oleh pekerja, yang searah dengan kenaikan pendapatan masyarakat wilayah Jawa-Bali. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh PDRB tidak
146
serta merta dapat menurunkan tingkat kemiskinan, melainkan jumlah penduduk miskin secara langsung akan berpengaruh dengan tingkat upah.
Tabel 48. Dampak Peningkatan Upah Minimum Regional di Wilayah Jawa-Bali Sebesar 10 Persen terhadap Kinerja Perekonomian Wilayah
Keterangan Satuan Nilai Dasar Nilai %Δ PDRB Sumatera Rp Miliar 355150.3 354653.2 -0.1400 PDRB Jawa-Bali Rp Miliar 1001703.0 982825.8 -1.8845 PDRB WTI Rp Miliar 278977.3 278687.6 -0.1038
Permintaan Tenaga Kerja Sumatera Ribu Orang 17775.48 17742.49 -0.1856 Permintaan Tenaga Kerja Jawa-Bali Ribu Orang 57595.73 56890.97 -1.2236 Permintaan Tenaga Kerja WTI Ribu Orang 17755.33 17741.81 -0.0761 Penawaran Tenaga Kerja Sumatera Ribu Orang 20184.82 20178.19 -0.0328 Penawaran Tenaga Kerja Jawa-Bali Ribu Orang 65105.91 67408.52 3.5367 Penawaran Tenaga Kerja WTI Ribu Orang 18929.51 18843.34 -0.4552
Upah Sumatera Rp Ribu 852.517 852.4599 -0.0066
Upah Jawa-Bali Rp Ribu 837.839 913.8556 9.0730
Upah WTI Rp Ribu 1016.55 1016.475 -0.0073
Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Ribu Orang 8200.26 8203.985 0.0454 Jumlah Penduduk Miskin Jawa-Bali Ribu Orang 20718.9 19923.4 -3.8395
Jumlah Penduduk Miskin WTI Ribu Orang 8483.91 8485.874 0.0231
Mig masuk Sumatera dari Jawa-Bali Ribu Orang 287.536 239.0453 -16.8643
Mig masuk Sumatera dari WTI Ribu Orang 39.626 39.62603 0.0001
Mig masuk Jawa-Bali dari Sumatera Ribu Orang 701.401 745.9695 6.3542 Mig masuk Jawa-Bali dari WTI Ribu Orang 467.480 544.0657 16.3827 Mig masuk WTI dari Sumatera Ribu Orang 15.930 15.92941 -0.0021 Mig masuk WTI dari Jawa-Bali Ribu Orang 166.798 141.0578 -15.4319 Mig keluar Sumatera ke Jawa-Bali Ribu Orang 664.967 667.4007 0.3659
Mig keluar Sumatera ke WTI Ribu Orang 15.892 15.89177 -0.0036
Mig keluar Jawa-Bali ke Sumatera Ribu Orang 320.174 287.8482 -10.0962 Mig keluar Jawa-Bali ke WTI Ribu Orang 145.627 102.3298 -29.7314 Mig keluar WTI ke Sumatera Ribu Orang 40.854 40.72654 -0.3116 Mig keluar WTI ke Jawa-Bali Ribu Orang 424.385 613.5094 44.5644 Ekspor Sumatera ke Jawa-Bali Rp Miliar 2840.98 2781.685 -2.0869
Ekspor Sumatera ke WTI Rp Miliar 2275.90 2275.699 -0.0087
Expor Jawa-Bali ke Sumatera Rp Miliar 27304.3 27285.78 -0.0680
Ekspor Jawa-Bali ke WTI Rp Miliar 55140.3 55119.2 -0.0383
Eksor WTI ke Sumatera Rp Miliar 826.273 826.1216 -0.0184
Ekspor WTI ke Jawa-Bali Rp Miliar 1039.99 1029.76 -0.9834
Impor Sumatera dari Jawa-Bali Rp Miliar 577.331 577.0786 -0.0436
Impor Sumatera dari WTI Rp Miliar 688.345 688.1348 -0.0306
Impor Jawa-Bali dari Sumatera Rp Miliar 4622.23 4430.585 -4.1461
Tabel 48. Lanjutan
Keterangan Satuan Nilai Dasar Nilai %Δ
Impor WTI dari Sumatera Rp Miliar 177.306 177.2117 -0.0534
Impor WTI dari Jawa-Bali Rp Miliar 91.295 91.29098 -0.0048
Jumlah Pengangguran Sumatera Ribu Orang 2409.34 2435.698 1.0939 Jumlah Pengangguran Jawa-Bali Ribu Orang 7510.18 10517.55 40.0439
Jumlah Pengangguran WTI Ribu Orang 1174.19 1101.532 -6.1876
Ekspor Bersih Sumatera Rp Miliar 3851.20 3792.171 -1.5327
Ekspor Bersih Jawa-Bali Rp Miliar 71576.0 71970.88 0.5517
Ekspor Bersih WTI Rp Miliar 1597.659 1587.379 -0.6434
Migrasi Bersih Sumatera Ribu Orang -353.697 -404.621 -14.3976 Migrasi Bersih Jawa-Bali Ribu Orang 703.080 899.8572 27.9878
Migrasi Bersih WTI Ribu Orang -282.511 -497.249 -76.0104
Ketimpangan antarwilayah (%) 9.0858 8.5883 -5.4760
Penurunan output wilayah Jawa-Bali yang diwakili oleh PDRB wilayah Jawa- Bali akan berdampak pada penurunan nilai ekspor ke setiap daerah tujuan dan nilai impor dari setiap wilayah asal. Namun demikian terlihat bahwa ekspor bersih Jawa- Bali masih mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena penurunan impor lebih besar dari penurunan ekspor itu sendiri. Secara keseluruhan ekspor Jawa-Bali meningkat 0.551 persen. Simulasi kebijakan UMR di wilayah Jawa-Bali, merupakan bukti bahwa salah satu faktor utama para migran bermigrasi ke wilayah tertentu adalah harapan memperoleh upah yang lebih tinggi di wilayah yang dituju.
Ketika kebijakan pemerintah berupa UMR berintegrasi dengan upah rata-rata yang diterima pekerja, maka kebijakan dengan menaikkan upah akan berdampak kenaikan upah rata-rata yang akan mendorong para migran untuk masuk bermigrasi ke wilayah Jawa-Bali, hal ini terlihat dari migrasi bersih Jawa-Bali meningkat sebesar 27.987 persen.
Menigkatnya migrasi bersih wilayah Jawa-Bali, akan menambah besarnya jumlah penawaran tenaga kerja, dan hal ini secara makro berdampak buruk bagi
148
daerah yang dituju, dimana jumlah jumlah pengangguran Jawa-Bali meningkat sebesar 40.043 persen. Oleh karena, kebijakan peningkatan UMR perlu dievaluasi, karena kenaikan ini akan mendorong pada buruknya kinerja ekonomi daerah yang digambarkan lewat rendahnya PDRB dan tingginya tingkat pengangguran. Dalam rangka penerapan kebijakan kenaikan upah minimum regional harus diperhatikan kesiapan daerah untuk menampung dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi semua para migran yang masuk ke wilayah Jawa-Bali, karena expektasi para migran yang masuk ke wilayah Jawa-Bali adalah untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Untuk mengurangi pengangguran, dapat juga dilakukan dengan melakukan reformasi administrasi kependudukan dan memperketat masuknya penduduk ke wilayah Jawa- Bali sehingga tingkat dan jumlah pengangguran di wilayah Jawa-Bali dapat dikontrol dengan baik.
Dampak kenaikan upah minimum regional terhadap wilayah lain (Wilayah Sumatera dan Wilayah Timur Indonesia) secara keseluruhan menurunkan PDRB, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk migrasi keluar lebih tinggi sehingga faktor produksi di wilayah tersebut semakin rendah dan pada akhirnya akan mengakibatkan turunnya PDRB namun demikian tingkat kemiskinan di kedua wilayah mengalami kenaikan meskipun kenaikan relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 0.045 persen dan 0.0023 persen. Seperti yang terjadi di wilayah Suamtera, skenario kebijakan penetapan peningkatan upah minimum regional di wilayah Jawa-Bali bali juga berdampak pada menurunnya tingkat ketimpangan antarwilayah, dimana tingkat ketimpangan antarwilayah menurun sebesar 5.476 persen.
6.2.3. Dampak Perubahan Kebijakan Upah Minimum Regional di Wilayah