• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Studi Awal Berkaitan dengan Listrik Indonesia

2.10 Distribusi Radionuklida dan Dampak lingkungan

2.10.4 Dampak Radionuklida pada Lingkungan

Perubahan perilaku lingkungan yang terkena radionuklida tergantung pada pertimbangan sifat kimia fisika bahan kimia radionuklida terdeposit, tergantung pada kondisi hujan atau kering ketika radionuklida jatuh dan tergantung pada sifat lingkungan yang terkena dampak cemaran radionuklida tersebut. Dampak radiologi untuk manusia yang paling penting dan perlu diwaspadai adalah dampak cemaran radionuklida I-131, Cs-137 dan Sr-90 baik dari deposisi langsung ataupun melalui jalur paparan yang menuju tubuh manusia. Untuk radionuklida yang berumur pendek seperti I-131, jalur utama perpindahan paparan kepada manusia adalah radionuklida yang terdeposit pada sayur-mayur yang dikonsumsi dalam beberapa hari terjadinya cemaran, atau pada rumput rumput yang dikonsumsi ternak sapi atau kambing, yang akan menimbulkan pencemaran susu.

Dampak cemaran selain bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, radionuklida akan terdeposit di atas permukaan air dan di atas permukaan darat yang akan mencemari tumbuh-tumbuhan dan tanah. Jumlah yang terdeposisi pada tumbuh-tumbuhan tertahan berdasarkan waktu paruhnya sampai sekitar dua minggu sebelum deposit tersebut dapat mencapai permukaan tanah.

Perpindahan jangka panjang dari deposit I-131 di tanah ke produk yang biasa dikonsumsi perlu dipertimbangkan beberapa minggu kemudian setelah terjadinya deposit radionuklida di tanah, oleh karena I-131 memiliki sifat fisik kimia dengan waktu paruh pendek sekitar 8 hari. Radionuklida yang terdeposit dalam tanah akan turun berpindah tempat dan sebagian akan terserap pori-pori tanah serta akan diserap oleh akar tanaman yang akhirnya akan terjadi migrasi naik ke dalam batang tumbuh-tumbuhan tersebut. Laju dan arah migrasi radionuklida ke dalam tanah ditentukan pula oleh sifat alamiah tanah yang terkena deposit, mencakup pori-pori tanah, jenis tanah, struktur dan permukaan relief tanah, kondisi-kondisi hidrologi dan pola-pola cuaca ketika terjadinya deposit radionuklida.

Migrasi vertikal Cs-137 dan Sr-90 di tanah pada berbagai rumput, serapannya agak lambat dan fraksi radionuklida masih berada pada lapisan atas (0,10 cm). Rata-rata, radionuklida yang terdeposit di tanah ditemukan pada kedalaman 0,5 cm lapisan tanah yang mencapai 90% untuk Cs-137 dan Sr-90. Dalam kasus tanah yang berbeda, radionuklida dapat terjadi migrasi yang lebih cepat dan hanya 40%-70% yang berada di lapisan permukaan tanah (IAEA 2000).

Pengujian waktu paruh efektif pada lapisan akar padang rumput (0.10 cm) dalam mineral tanah diperkirakan radionuklida memiliki waktu paruh efektif pada kisaran 10 sampai 25 tahun untuk radionuklida Cs-137, sedangkan untuk radionuklida Sr-90 memiliki waktu paruh efektif dalam mineral tanah 1.23 kali lebih cepat dibandingkan dengan Cs-137, sehingga waktu paruh efektif untuk Sr- 90 diperkirakan antara 7 sampai 12 tahun (Alexakhin 1991; Ageyets 1991). Setelah 8 tahun kecelakaan koefisien transfer Cs-137 di dalam tanah rata-rata menurun 1.5 sampai 7 kali (IAEA 2000). Karakteristik secara umum untuk Cs- 137 di permukaan tanah pada zona jauh dari titik kecelakaan setelah 4 tahun terjadi pelarutan oleh air di permukaan tanah dan telah terjadi penurunan konsentrasi radionuklida yang mencapai 70% (Hilton 1992).

Radionuklida Cs-137 dan Sr-90 memiliki kapasitas terserap oleh tanah dan akar tanaman tidak terus menurun dengan waktu setelah kecelakaan (Balonov 1996b). Selama 4 sampai 5 tahun setelah kecelakaan tidak ada perubahan signifikan koefisien migrasi dari tanah ke rumput terhadap konsentrasi Sr-90. Hal

ini dapat disebabkan dengan dua proses yang terjadi: (a) konversi Sr-90 dari bentuk sulit larut menjadi bentuk yang dapat larut, sehingga ada kelambatan berasimilasi dengan akar tumbuhan dan (b) migrasi vertikal Sr-90 ke lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga tidak terjadi asimilasi dengan tumbuh-tumbuhan (Shutov 1993).

Deposisi bahan radioaktif juga terjadi di atas permukaan air terutama di permukaan laut atau samudra menghasilkan dosis yang sangat tendah karena bahan radioaktif dengan cepat dapat terlarut dalam volume air yang besar, tetapi di permukaan air sungai atau danau relatif kecil pelarutan relatif kecil. Radionuklida Sr-90 dan Cs-137 yang terlarut di air dalam jumlah kecil dideteksi pada zona 30 km (Amano 1999), tetapi radionuklida Cs-137 banyak terkonsentrasi pada tulang ikan (Konoplev 1998). Hasil penelitian Konoplev (1998) pada masyarakat wilayah dekat lokasi kecelakaan nuklir yang tercemar Cs- 137 di seluruh tubuhnya diperoleh aktivitas sebesar 7.4± 1.2 kBq pada 38 orang dewasa yang tidak mengkonsumsi ikan danau, dan terdapat perbedaan ± 8 kBq pada 30 orang yang sering mengkonsumsi ikan danau di selutuh tubuhnya setelah 10 tahun kecelakaan nuklir.

Hasil penelitian lain dari kecelakaan nuklir di Chernobyl dengan memonitor pekerja dan penduduk di sekitar kejadian yang telah menerima paparan radiasi tinggi antara lain: diidentifikasikan adanya penyakit leukemia di antara para pekerja fasiltas nuklir dan adanya kanker gondok pada anak-anak pada masyarakat di sekitar lokasi kecelakaan. Gangguan kesehatan lainnya yang terus dalam kajian adalah adanya somatik non-cancer (seperti kelainan gondok dan efek imunologi), efek reproduktif dan efek psikologis, hasil penelitian IAEA (1996) dan Ilyin (1994) menjelaskan hal yang serupa. Hasil penelitian lainnya dari dosis iradiasi internal yang diketahui dari penelitian terhadap 23 orang yang meninggal terkena penyakit radiasi akut diperoleh data dosis radiasi di bagian paru-paru berkisar 0.00026 - 0.04 Gy dan pada kelenjar gondok berkisar 0.021 - 4.1 Gy. Penelitian terhadap 375 penyelamat dalam keadaan darurat ketika kecelakaan, dosis radiasi rata-rata sebesar 36 mGy yang berada pada sumsum tulang, 280 mGy berada di permukaan tulang (Kutkov 1995).

Hasil penelitian terhadap penduduk yang diungsikan mulai pada zona 30 km di sekitar reaktor untuk melihat dampak radionuklida I-131 terhadap 17,000 pengungsi dari wilayah zona tersebut diketahui iradiasi internal I-131 lebih berperan dari pada iradiasi eksternalnya. Radiasi internal I-131 perananannya berkisar 60%-80% dibanding dengan radionuklida lain yang berumur pendek (Ba- 140, La-140, Te-132 dan I-132) maupun radionuklida berumur panjang (Cs-137). Sementara Cs-137 peranannya pada iradiasi internal hanya pada kisaran 3% sampai 5 % (Savkin 1995). Sepanjang tahun pertama setelah kecelakaan, dosis dari iradiasi eksternal di area dekat reaktor mulai muncul Cs-137 sebagai cemaran yang perlu diperhatikan, dan pada tahun berikutnya dosis yang diterima oleh populasi dengan paparan eksternal adalah adanya Cs-134 dan Cs-137 yang terkontaminasi dalam bahan makanan yang berasal dari daerah tercemar oleh Cs- 134 dan Cs-137. Bila makanan dikonsumsi maka akan terjadi paparan internal jangka panjang (Balonov 1996a).