Sel darah putih (leukosit) berasal dari bahasa Yunani, yaitu leukos yang berarti putih dan cytes yang berarti sel. Menurut Guyton dan Hall (2005), sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari sistem pertahan tubuh. Fungsi utama dari leukosit adalah merusak bahan-bahan infeksius dan toksik melalui proses fagositosis (dilakukan oleh makrofag dan neutrofil) serta membentuk antibodi. Leukosit memiliki lebih dari satu jenis sel yang bersirkulasi dengan fungsi yang berbeda-beda dalam waktu yang bersamaan dan dapat keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam melaksanakan fungsinya (Dellmann dan Brown 1989).
Sel darah putih dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama granulosit disimpan di dalam sumsum tulang sampai mereka diperlukan di dalam sirkulasi dan sebagian lagi dibentuk di jaringan limfe (Guyton dan Hall 2005). Menurut
Jain (1993), leukopenia atau penurunan jumlah leukosit di dalam sirkulasi, umumnya disebabkan karena neutropenia atau limfopenia. Leukositosis merupakan keadaan bila jumlah leukosit meningkat, yaitu melebihi 10.000/µl. Leukositosis merupakan suatu reaksi terhadap adanya cidera. Leukositosis ini disebabkan produksi sumsum tulang yang meningkat, sehingga jumlahnya dalam darah cukup untuk menyelenggarakan emigrasi pada waktu ada jaringan cidera atau radang (Guyton dan Hall 2005). Leukosit terbagi atas dua golongan besar berdasarkan ada tidaknya granula.
Leukosit Agranulosit 2.4.3.1Limfosit
Limfosit termasuk dalam leukosit agranular karena di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula. Berdasarkan ukurannya, limfosit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu limfosit besar (large lymphocyte) dan limfosit kecil (small lymphocyte). Pada fetus, limfosit dibentuk di sumsum tulang dan dipengaruhi oleh beberapa fungsi baik oleh kelenjar timus untuk limfosit-T maupun bursa equivalen oleh limfosit-B dan kemudian akan berdiferensiasi, sehingga dapat menghasilkan antibodi pada anak-anak (Ganong 2005). Pada akhir masa fetal dan post natal, kebanyakan limfosit diproduksi di limpa, limfonodus dan usus yang berhubungan dengan jaringan limfoid. Limfopoiesis pada organ sekunder bergantung pada stimulasi antigenik.
Limfosit sebagian besar disimpan dalam berbagai area jaringan limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah. Limfosit tersebar dalam limfonodus namun dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid khusus, seperti limpa, daerah submukosa dari traktus gastrointestinal, dan sumsum tulang. Masa hidup limfosit berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, hal ini dikarenakan ketergantungan tubuh akan sel-sel tersebut (Guyton dan Hall 2005). Secara umum limfosit berupa sel bulat kecil berdiameter 7-12 µm, dengan nukleus berlekuk yang terpulas gelap dan sedikit sitoplasma biru terang (Fawcett 2002).
17
Gambar 7 Limfosit (sumber: Sobotta 1993).
Menurut Tizard (1987) fungsi utama limfosit adalah memproduksi antibodi atau sebagian sel efektor khusus dalam menanggapi antigen yang dibawa oleh makrofag, menghasilkan berbagai limfokin, salah satunya adalah migration inhibitor factor (MIF) yang mencegah perpindahan makrofag. Menurut Dellmann dan Brown (1989) zat lain yang juga dihasilkan dari limfosit yang terstimulasi adalah faktor kemotaktik untuk makrofag, lymphocyte transforming factor dan faktor penyebab peradangan. Jumlah limfosit dalam darah dipengaruhi oleh jumlah produksi, resirkulasi dan proses penghancuran limfosit. Setelah limfosit hancur atau dihancurkan, kemudian akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke hati (Jain 1993; Tizard 1987).
2.4.3.2Monosit
Monosit adalah leukosit terbesar berdiameter 15-20 µm. Sitoplasmanya lebih banyak daripada sitoplasma sel limfosit. Nukleus seperti ginjal atau mirip tapal kuda. Monosit darah tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke dalam jaringan menjadi makrofag tetap pada sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru-paru dan jaringan limfoid (Dellmann dan Brown 1989).
Gambar 8 Monosit (sumber: Sobotta 1993).
Monosit berperan sebagai prekursor untuk makrofag dimana sel ini akan mencerna dan membaca antigen. Monosit juga berfungsi melindungi tubuh
terhadap organisme penyerang terutama dengan fagositosis (Guyton dan Hall 2005). Aktivitas fagositosis dari monosit tergantung dari bahan yang difagosit (Tizard 1987).
Monosit memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam. Begitu masuk ke dalam jaringan sel-sel ini membengkak dengan ukuran yang sangat besar untuk membentuk makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini sel-sel tersebut dapat bertahan hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kecuali bila mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik (Guyton dan Hall 2005).
Leukosit Granulosit 2.4.3.3Neutrofil
Neutrofil merupakan sel leukosit dengan mobilitas tinggi sehingga menjadi sel pertama yang sampai ke jaringan penghasil substansi kimia yang bersifat kemotaksis. Substansi kimia tersebut mampu merangsang neutrofil keluar dari pembuluh darah melalui proses diapedesis atau gerakan amuboid (Ganong 2005). Menurut Dellmann dan Brown (1989) sel neutrofil dewasa berukuran 10-12 µm. Inti bergelambir 2-5, sitoplasma bergranul eosinofilik dan basofilik. Setelah 6-10 jam di dalam darah, memasuki jaringan dan tahan 1-2 hari. Waktu paruh rata-rata sel neutrofil di dalam sirkulasi adalah 6 jam. Untuk dapat mempertahankan kadar normal di dalam peredaran darah diperlukan pembentukan lebih dari 100 milyar sel neutrofil per hari.
Gambar 9 Neutrofil (sumber: Sobotta 1993).
Secara klinis apabila jumlah neutrofil muda meningkat dalam sirkulasi disebut left shift. Kondisi ini ditemukan pada saat infeksi akut. Sedangkan apabila jumlah neutrofil abnormal dengan hipersegmentasi disebut right shift yang ditemukan pada infeksi kronis atau stres (Dellmann dan Brown 1989). Menurut
19
Tizard (1987), fungsi utama neutrofil adalah penghancur bahan asing melalui proses fagositosis yaitu menghancurkan benda asing dengan segera. Oleh karena itu, neutrofil disebut sebagai lini pertahanan pertama. Bersama dengan makrofag, neutrofil dalam sirkulasi darah meningkat cepat saat terjadi infeksi yang akut.
2.4.3.4Eosinofil
Eosinofil termasuk leukosit granulosit yang berukuran hampir sama dengan neutrofil. Jumlah eosinofil dalam aliran darah berkisar 2-8% dari total jumlah leukosit. Sel ini berkembang dalam sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam aliran darah (Tizard 1987). Diameter eosinofil 10-15 µm dengan granula berwarna merah di dalam sitoplasmanya sehingga dapat dikenal dengan nama asidofil. Jangka waktu hidup sel ini 3-5 hari.
Gambar 10 Eosinofil (sumber: Sobotta 1993).
Eosinofil memiliki waktu paruh yang singkat di dalam sirkulasi. Eosinofil melepaskan protein, sitokinin dan kemokin yang mengakibatkan reaksi peradangan tetapi mampu membunuh organisme yang menyusup ke dalam tubuh. Jumlah eosinofil yang beredar dalam sirkulasi darah akan meningkat pada penyakit alergi (Ganong 2005). Eosinofil berperan sebagai sel fagosit tetapi bukan terhadap bakteri atau runtuhan-runtuhan sel, melainkan terhadap komponen asing yang telah bereaksi dengan antibodi pada penderita infeksi parasit (Guyton dan Hall 2005). Eosinofil ditarik ke lokasi terjadinya reaksi antigen-antibodi kemudian memakan kompleks antigen-antibodi tersebut (Swenson 1984). Sedangkan menurut (Tizard 1987), enzim yang ada dalam eosinofil efektif menghancurkan larva cacing dan mampu menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil oleh karena itu sel ini juga berfungsi mengendalikan atau mengurangi reaksi hipersensitivitas.
2.4.3.5Basofil
Basofil merupakan sel myeloid yang jumlahnya paling sedikit di dalam darah. Jumlah basofil berkisar 0-1.5% dari total leukosit. Basofil berdiameter 10-12 µm dengan inti bergelambir dua atau tidak teratur. Butirnya berukuran 0.5-1.5 µm berwarna biru tua sampai ungu sering menutupi inti yang berwarna agak cerah. Butir-butir tersebut mengandung heparin, histamin, asam hialuron, kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik (Dellmann dan Brown 1989). Antikoagulan heparin yang ada dalam basofil akan dilepaskan di daerah peradangan untuk mencegah timbulnya pembekuan serta stasis darah dan limpa (Frandson 1992).
Gambar 11 Basofil (sumber: Sobotta 1993).
Pembentukan basofil terjadi dalam sumsum tulang bersamaan dengan pembentukan neutrofil. Basofil berperan sebagai mediator untuk aktivitas pendarahan dan alergi, memiliki reseptor imunoglobulin E (IgE) dan imunoglobulin G (IgG) yang menyebabkan degranulasi dan membangkitkan reaksi hipersensitif dengan sekresi yang bersifat vasoaktif (Dellmann dan Brown 1989). Adanya rangsangan alergen yang bereaksi dengan IgE maka basofil akan melepaskan berbagai mediator dan mengakibatkan reaksi anafilaktik. Masa hidup basofil beberapa hari sedangkan sel mast bisa berminggu-minggu sampai berbulan-bulan (Jain 1993).
21