• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kepadatan Sumsum dalam Rongga Tulang

Semua jenis sel darah berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah. Penghitungan persen (%) kepadatan sumsum tulang dilakukan untuk mengetahui banyaknya massa sumsum

39

yang mengisi rongga tulang. Semakin padat massa yang mengisi rongga tulang tersebut maka makin banyak pula sel-sel darah yang dihasilkan dan disirkulasikan. Hasil pengamatan dari pengaruh jintan hitam terhadap kepadatan sumsum dalam rongga tulang dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kepadatan sumsum dalam rongga tulang (%)

Kelompok Kontrol Preventif Kuratif HS + madu

65.80±0.89d 79.41±0.55c 89.27±1.87b 97.88±0.64a

61.58±0.79d 77.48±2.39c 86.04±0.92b 95.01±0.85a

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan

adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.

Berdasarkan analisis data dari Tabel 13 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persen kepadatan sumsum tulang dengan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) pada ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kepadatan sumsum tulang tiap kelompok tersebut juga dapat dibedakan secara jelas melalui Gambar 17.

Gambar 17 Fotomikrografi kepadatan sumsum tulang dengan perbesaran 40× pada perlakuan (A) kontrol, (B) preventif, (C) kuratif, (D) campuran jintan hitam dengan madu pada kelompok mencit jantan.

A B

Gambar 17 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan massa sumsum yang mengisi rongga tulang dimulai dari kelompok kontrol sebesar (65.80%), preventif (79.41%), kuratif (89.27%), dan campuran jintan hitam dengan madu (97.88%). Peningkatan persen (%) kepadatan tersebut menunjukkan bahwa sumsum tulang terstimulasi sehingga lebih banyak menghasilkan sel-sel darah. Sel-sel darah yang dihasilkan oleh sumsum tulang yaitu eritrosit, leukosit (limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil basofil), yang berdiferensiasi dari sel induk masing-masing. Peningkatan kepadatan sumsum tulang biasanya diikuti dengan peningkatan sel-sel di dalamnya (sel-sel limfoid dan sel-sel myeloid). Peningkatan kepadatan tulang ini selaras dengan peningkatan jumlah leukosit yang beredar pada sirkulasi darah. Gambaran peningkatan kepadatan sumsum tulang pada mencit betina juga dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Fotomikrografi kepadatan sumsum tulang dengan perbesaran 40× pada perlakuan (A) kontrol, (B) preventif, (C) kuratif, (D) campuran jintan hitam dengan madu pada kelompok mencit betina.

Sedangkan peningkatan massa sumsum yang mengisi rongga tulang pada kelompok mencit betina dimulai dari kelompok kontrol sebesar (61.58%),

A B

41

preventif (77.48%), kuratif (86.04%), dan campuran jintan hitam dengan madu (95.01%). Peningkatan persen kepadatan dapat terlihat dari semakin banyaknya massa sumsum yang mengisi rongga tulang pada ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan persen kepadatan sumsum tulang pada ketiga kelompok perlakuan disebabkan karena adanya zat-zat yang mampu merangsang atau menstimulasi kerja sumsum tulang. Jintan hitam selain mampu menstimulasi sumsum tulang dengan meningkatkan jumlah sel yang memproduksi antibodi sel-B, kandungan mineral dan vitamin dalam jintan hitam juga mampu merangsang pembentukan sel-sel darah merah yang kaya akan hemoglobin. Kandungan vitamin dalam jintan hitam seperti piridoksin (B6) dan asam folat juga penting dalam proses metabolisme asam amino, sintesis protein, pembentukan sel-sel darah, dan proses pematangan eritrosit (Kee dan Hayes 1994; Tambayong 2000; Campbell 2004). Karena terus-menerus harus memenuhi kebutuhan akan sel darah merah, maka sel-sel sumsum tulang merupakan sel yang tumbuh dan bereproduksi paling cepat di seluruh tubuh (Guyton dan Hall 2005).

Vitamin B6 berperan dalam pembentukan protein tubuh, merangsang pertumbuhan sel-sel darah merah, mempertahankan keseimbangan hormon dan sistem imun, serta membantu sintesa DNA dan RNA. Sedangkan asam folat bersifat penting sebagai bahan pembentuk senyawa tetrahidrofilik (THF), yaitu koenzim yang diperlukan dalam sintesis sintesis DNA. Asam folat adalah bahan normal yang ditemukan pada sayuran hijau, buah-buahan, hati, dan makanan lain. Namun bahan ini dengan mudah dihancurkan selama makanan dimasak juga sulitnya diserap oleh individu yang memiliki kelainan absorbsi pada ususnya (Guyton dan Hall 2005; Vitahealth 2008). Oleh karena itu, pemberian suplemen herbal berupa ekstrak minyak jintan hitam mampu mensuplai kebutuhan asam folat bagi tubuh dan meningkatkan penyerapannya pada usus.

Berbagai mineral diperlukan untuk fungsi tubuh, misanya zat besi (fero-sulfat, glukonat, atau fumarat) adalah mineral yang vital dan sangat dibutuhkan untuk regenerasi hemoglobin. Sebanyak 60% dari zat besi dalam tubuh terdapat di dalam hemoglobin (Kee dan Hayes 1994). Ketika zat besi diabsorbsi dari usus

halus, zat besi tersebut segera bergabung dalam plasma darah dengan β-globulin,

plasma. Apotransferin disekresikan oleh hati melalui duktus empedu ke dalam duodenum. Zat besi ini berikatan secara longgar dengan molekul globulin, dan akibatnya dapat dilepaskan ke setiap sel jaringan pada setiap tempat dalam tubuh. Kelebihan zat besi dalam darah disimpan dalam seluruh sel tubuh, terutama di hepatosit hati dan sedikit di retikuloendotelial sumsum tulang. Dalam sitoplasma sel, zat besi ini terutama bergabung dengan suatu protein yakni apoferitin untuk membentuk feritin. Bila jumlah zat besi dalam plasma sangat rendah, maka zat besi dengan sangat mudah dilepaskan dari feritin. Selanjutnya, zat besi diangkut dalam plasma dalam bentuk transferin menuju bagian tubuh yang memerlukan. Bersama dengan zat besi yang terikat, transferin masuk ke dalam eritroblast dalam sumsum tulang dengan cara endositosis. Di sini transferin mengirimkan zat besi secara langsung ke mitokondria tempat dimana heme disintesis (Guyton dan Hall 2005).

Kecepatan absorbsi zat besi dalam usus sangat lambat, sehingga makanan yang mengandung zat besi hanya dapat diabsorbsi sebagian saja. Menurut Kee dan Hayes (1994), vitamin C mampu meningkatkan absorbsi zat besi, sehingga kandungan vitamin C yang terdapat dalam madu pada campuran jintan hitam dengan madu menunjukkan aktivitas sinergisme dengan jintan hitam. Selain kandungan vitamin C, dalam madu juga terkandung mineral besi, vitamin B6, dan asam folat yang mampu meningkatkan sintesis eritrosit dan hemoglobin. Hal ini selaras dengan penelitian Zaoui (2002) yang menyebutkan bahwa jintan hitam mampu meningkatkan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin dalam darah sehingga terbukti bahwa jintan hitam mampu mempengaruhi kondisi homeostasis darah. Selain itu, jintan hitam juga mampu memperlancar peredaran darah dan mengurangi tekanan darah dengan meningkatkan ekskresi ion Cl-, K+, Na+, dan urea dalam urin. Kandungan kalsium dalam jintan hitam juga berfungsi sebagai mineral untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Menurut Frandson (1992), mineral-mineral terutama kalsium dan fosfor yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta dalam kontraksi otot.

43

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Konsumsi secara teratur ekstrak minyak jintan hitam atau campuran ekstrak minyak jintan hitam dengan madu memiliki khasiat antara lain:

1. mampu menstimulasi sumsum tulang dalam menghasilkan sel-sel darah yang ditunjukkan dengan peningkatan persen kepadatan sumsum yang mengisi rongga tulang baik pada mencit jantan maupun betina,

2. meningkatkan status imunitas tubuh dengan peningkatan jumlah limfosit yang bersirkulasi,

3. mengurangi tingkat kerusakan sel yang diakibatkan oleh berbagai infeksi yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah monosit yang bersirkulasi, 4. dapat menurunkan jumlah neutrofil, eosinofil, dan basofil yang

bersirkulasi.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan pemeriksaan kimia darah yang lain (hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCHC) untuk mengetahui status peningkatannya dalam komponen darah akibat pemberian ekstrak minyak jintan hitam.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang pemberian ekstrak minyak jintan hitam dengan menggunakan hewan model yang terinfeksi agen penyakit dan mengalami gangguan homeostasis darah.

Dokumen terkait