• Tidak ada hasil yang ditemukan

dari yayasan pusat dan perwakilan”

Dalam dokumen JUBILEUM AGUSTUS 2020 (Halaman 31-35)

Tjahja Utama (Romo Tommy) dari Perwakilan Mojokerto memberi

kabar bahwa murid-murid, guru, dan karyawan sekolah dalam keadaan sehat. Dalam masa pandemi ini,

“Berkaitan dengan

persiapan keadaan new

normal, perlu ada SOP

(Standard Operating

Procedure) bersama

dari yayasan pusat dan

perwakilan”

Romo Tommy, Yayasan Yohanes Gabriel Perwakilan Mojokerto.

sekolah juga menerapkan kebijakan untuk penyesuaian, yaitu meniadakan beberapa kegiatan. Uang kegiatan yang telah dibayarkan, dikembalikan sebesar 80%, yang 20% dialokasikan untuk membantu siswa yang orang tuanya terkena dampak pandemi mungkin adalah penyelenggaraan

pelatihan bersama dari yayasan pusat bila memungkinkan.

Dari Sub Perwakilan Rembang,

RD. F. Soni Apri Untoro Nugroho

melaporkan bahwa terjadi penurunan jumlah murid baru secara signifikan. Di bawah 50% dibandingkan tahun lalu. Kegiatan promosi saat PPDB, terutama dengan cara kunjungan langsung terhambat karena adanya pembatasan mobilitas. Sama dengan keadaan beberapa perwakilan di kota lain. Saat pembelajaran via daring, SPP juga seret. Beberapa orang tua mengeluh kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari, apalagi membayar SPP. Hal ini berimbas pada pemotongan gaji guru dan karyawan dari bulan Mei, jumlah pemotongan di kisaran 15%. Dihitung-hitung, jika kondisi keuangan terus seperti ini, secara operasional hanya bisa bertahan hingga 4 bulan. Hal yang disyukuri adalah ada banyak waktu

untuk konsolidasi dan koordinasi dengan Kepala Sekolah. Guru dan

karyawan juga tetap bersemangat walau dilaksanakan PJJ. Berkaitan dengan situasi Kenormalan Baru yang akan dihadapi, mulai mempersiapkan sarana dan prasarana, serta Standart Operational Procedure (SOP).

secara signifikan. Mengenai proses belajar mengajar, metode yang dilakukan adalah mix antara offline dan online. Tetap ada pertemuan tatap muka di kelas, walau ada penyesuaian dari desain tata letak ruang kelas. Ada sharing dari beberapa orang tua murid yang masih kesulitan mendampingi anaknya belajar dengan metode online.

Hampir sama dengan keadaan yang disampaikan oleh Romo Eko dari Perwakilan Blora, guru sekolah yang beragama Katolik jumlahnya minim. Banyak yang tidak bertahan lama sebagai guru, imbasnya nanti adalah kesulitan dalam mencari kader untuk menjadi Kepala Sekolah Katolik. Berkaitan dengan persiapan keadaan New Normal, Romo Tommy berhadap adanya SOP (Standard Operating Procedure) bersama dan kerjasama dalam persiapan sarana

prasarana. Penyesuaian yang dilakukan adalah 1 bangku kelas untuk 2 murid kini tidak memungkinkan lagi, jadi harus direhabilitasi atau dipermak (modifikasi-red).

Dari Perwakilan Kediri I, RD.

Yohanes Darmokusumo Atmodjo Sugiharto (Romo Andik) menyatakan

rasa syukurnya karena para guru

bersemangat membina diri dan

memberikan effort terbaiknya dalam bidang pengajaran. Saat ini para guru sedang membuat video per tema materi pelajaran dan dibagikan via WA atau e-mail. Jadi bisa lebih menghemat kuota karena tidak harus streaming.

Sedangkan hal yang memprihatinkan adalah jumlah atau kuantitas guru yang beragama Katolik sedikit. Padahal dari segi murid, jumlah murid SMA Katolik masih banyak. Kegiatan belajar mengajar di era new normal. Sumber: blue.kumparan.com

Berbeda halnya dengan SD dan SMP Katolik, ada sekolah yang jumlah muridnya sangat minim. Dalam hal ini, yang dilakukan adalah melakukan pengkaderan guru-guru muda agar bisa meningkat menjadi guru tetap.

Sebagaimana beberapa perwakilan lain, semangat para guru

dan karyawan membuat RP. Paulus

Eko Nurbandrio, CM, Sub Perwakilan Magetan merasa bersyukur. Tidak ada gejolak mengenai SPP, para orang

tua murid bisa menerima keadaan yang ada. Walau PJJ, selalu ada guru piket hadir di sekolah. Yang menjadi keprihatinan adalah dari 5 unit sekolah di wilayah Magetan, murid baru yang mendaftar sangat minim. Yang menjadi kekhawatiran adalah SMK, dari tahun lalu jumlah siswa sedikit. Beberapa waktu lalu SMK sudah berencana akan melakukan promosi door to door. Dalam menghadapi keadaan New Normal, banyak sarana dan prasarana yang harus diperbaiki karena kondisinya memprihatinkan.

Dari Perwakilan Kediri II, virtual meeting dihadiri oleh RD.

Agustinus Made Hadiprasetyo, Ketua

Perwakilan III (Mojokerto, Jombang, Pare, Nganjuk, Kediri I, dan Kediri II) Yayasan Yohanes Gabriel. Romo Made menginformasikan bila jumlah murid baru yang masuk pada tahun ajaran sekarang normal atau sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Untuk gaji guru dan karyawan juga tidak mengalami pemotongan. Jumlah murid baru yang stabil itu juga berarti stagnan. Untuk peningkatan dan perkembangan lebih lanjut harus ada usaha yang lebih lagi.

Pada Perwakilan III dan VII, guru dan kepala sekolahnya solid. Selalu berkumpul, memikirkan gagasan-gagasan ke depannya, membahas mengenai kelas online.

Sebelum pandemi merebak dan PJJ dijalankan, para guru sudah belajar mengenai Google Class dan sebagainya. Hal tersebut

mempermudah gerak PJJ saat ini.

Sedangkan pada sekolah yang di desa yang belum terjangkau fasilitas untuk online, guru tetap datang ke sekolah, murid-murid datang untuk mengambil materi dan tugas, dikumpulkan keesokan harinya. Ada pun yang menjadi kendala adalah fasilitas ruangan. Sebelum pandemi ruangan sudah dipartisi karena sekolah mendapat banyak tambahan siswa.

Dalam menghadapi New Normal, harus mempersiapkan infrastruktur tambahan seperti washtafel, saluran air, dan lain-lain. Kendalanya adalah bakal muncul tambahan biaya dan space yang tersedia semakin minim. Selain itu masih belum menentukan pola pengajaran yang diterapkan karena belum ada ‘aturan baku’. Apakah akan mengadopsi metode gabungan antara offline dan online seperti Perwakilan Mojokerto.

RP. Antonius Yuni Wimarta, CM (Romo Yuni) dari Perwakilan Bojonegoro melaporkan bahwa para

guru, orang tua, dan siswa mampu memanfaatkan media komunikasi dengan baik walau beberapa murid di rumahnya kesulitan mendapatkan sinyal internet. Solusinya adalah saling berbagi. Murid yang di rumahnya kesulitan mendapatkan sinyal datang ke rumah temannya yang sinyal internetnya lancar. Dari sinilah

murid-murid juga mempraktekkan prinsip-prinsip solidaritas dan subsidiaritas.

Saat PJJ, siswa-siswi SMP lebih bisa praktek dan mengeksplorasi

pelajaran-pelajaran yang bersifat ketrampilan seperti deklamasi, menyanyi, bercocok tanam, dan memasak.

Mengenai siswa baru, SMAK Ignatius Slamet Riyadi telah menerima 26 siswa baru, 21 diantaranya dari Kalimantan Barat. Dengan adanya pandemi banyak orang tuanya yang merasa keberatan. “Bagaimana anak kami di Jawa nanti? Apakah ada jaminan keselamatan?” Demikian pertanyaan dari orang tua calon

siswa. Sedangkan mengenai gaji guru tidak ada pemotongan. Adapun yang menjadi keprihatinan adalah beberapa guru yang qualified memasuki masa pensiun dan belum ada pengganti yang mumpuni.

Dari Perwakilan Jombang, RD.

Johannes Sentosa merasa bersyukur

bahwa semua orang tua murid tidak ada yang protes mengenai SPP, masih pengertian dan mendukung pihak sekolah demi kelancaran proses belajar mengajar. Yang perlu

dibenahi adalah infrastruktur fisik seperti gedung dan meja kursi dalam kelas. Pada masa penerimaan siswa baru dilakukan sosialisasi protokol kesehatan melalui banner-banner yang dipasang. Dilakukan pendisiplinan kebiasaan dalam menjalankan protokol kesehatan, serta pengadaan fasilitas-fasilitas seperti washtafel. Usulan dari Romo Sentosa adalah adanya SOP bersama dari pusat. Sedangkan hal yang sedang dikaji adalah unit usaha mandiri bersama yang menunjang operasional sekolah.

“Dulu penggunaan IT

Dalam dokumen JUBILEUM AGUSTUS 2020 (Halaman 31-35)