• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Prinsip-Prinsip keberagamaan Muhammadiyah dan NU

1. Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah

1. Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah 2. Dasar-dasar paham keagamaan NU

Bab III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bab ini akan dibahas beberapa laporan penelitian antaralain:

1. Letak geografis dusun Honggosari.

2. Sejarah Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari.

3. Struktur organisasi Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

4. Kondisi obyektif warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

Bab IV PEMBAHASAN

Meliputi :

1. Relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. 2. Cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU

terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari. 3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga

Muhammadiyah dan NU di usun Honggosari.

4. Pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

Bab V PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran 3. Penutup

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kohesi Sosial Intern Umat Islam 1. Kohesi Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 712) salah satu pengertian dari kohesi adalah hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh. Sedangkan, sosial adalah berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan kepentingan umum. Jadi, kohesi sosial adalah kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat untuk tinggal di dalamnya, dan dengan aktif berperan untuk kelompok menjadi kompak. (https://googleweblight.com/, di akses 14 September 2015)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkanbahwa kohesi merupakan usaha suatu kelompok untuk menyatu dengan kelompok yang lain. Sedangkan, sosial adalah hubungan manusia dengan manusia dalam suatu lingkungan, yang di dalamnya terdapat interaksi kehidupan seperti gotong-royong. Jadi, kohesi sosial adalah keterikatan manusia dalam sebuah kelompok yang saling mendorong dan membantu satu sama lain dengan landasan kebersamaan dan persaudaran.

Persatuan adalah buah persaudaraan, di mana masyarakat Islam yang bersaudara adalah masyarakat yang satu dalam akidah, ibadah, akhlak, nilai-nilai kemanusiaan dan dasar-dasar hukumnya. Islam telah menyatukan seseorang dalam ikatan persaudaraan yang di dalamnya

23

terdapat berbagai perbedaan aliran pemikiran, keanekaragaman budaya, serta tingkat kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik (Musa, 2005:68). Kohesi dalam Islam tidak lain adalah ukhuwah, seperti halnya kohesi kelompok dalam bidang akidah atau akhlak dapat dilihat secara real dalam bentuk ukhuwah antar umat Islam.

2. Ukhuwah dalam Islam a. Pengertian Ukhuwah

Ukhuwah berasal dari kata اااخأ- خ اااي– اااخأyang berarti

“menjadikan saudara atau kawan” (Yunus, 1973: 36). Persaudaraan

yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya terbatas pada saudara yang masih punya hubungan darah, melainkan saudara seiman.Sehingga dalam ukhuwah Islamiyah tidak hanya terbatas oleh suku, bangsa dan lain sebagainya.Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.

Ukhuwah (persaudaraan) adalah sesuatu yang telah dicontohkan oleh Rasullullah SAW. dan menjadi salah satu keharusan dalam syariat Islam di mana Islam begitu menjunjung tinggi persaudaraan, baik sesama muslim maupun non muslim, dan inilah bukti bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

24

Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling tolong-menolong, saling pengertian dan tidak mendzalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allah semata. Sedangkan, menurut Muhaimin, (2005: 357) ukhuwah berarti kesamaan dan keserasian dalam banyak hal.Dengan konsep ukhuwah, diharapkan ada persaudaraan dan persamaan yang tidak membeda-bedakan umat manusia atas jenis kelamin, asal-usul, etnis, warna kulit, latar belakang historis, sosial, status ekonomi, mengingat umat Muhammad adalah umat yang satu (QS.Al-Isra’ ayat 27).

Islam sangat menekankan pentingnya ajaran ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antara sesama muslim) baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadis. Ajaran tentang ukhuwah ini sangat ditekankan dengan maksud untuk membina dan mengembangkan terciptanya pilar-pilar kerukunan hidup dan hubungan harmonis antara sesama umat Islam (Faisal, 2004: 41).

Jadi ukhuwah antar umat Islam itu didasarkan pada akidah Islamnya dan pemenuhan kebutuhan sosial yang digambarkan bagaikan satu bangunan, di mana umat Islam satu sama lain saling menguatkan dan juga digambarkan seperti satu tubuh,jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh anggota tubuh merasakan sakit.

Ukhuwah sangat diperlukan bagi manusia dalam mempertahankan hidupnya baik untuk dirinya sendiri, kelompok ataupun untuk berbangsa. Manusia itu sendiri akan membentuk

25

kelompok agar keinginan dapat terwujud, maka setiap kelompok masyarakat harus dapat memelihara keberagaman agama dan kerukunan tersebut.

Nilai-nilai sosial yang ditekankan oleh Islam adalah ukhuwah (persaudaraan), maka hendaknya manusia hidup di masyarakat itu saling mencintai dan saling menolong dengan diikat oleh perasaan layaknya anak-anak dalam satu keluarga (Yusuf, 2003: 221).Di antara buah persaudaraan adalah persatuan (wihdah).

Masyarakat Islam tidak pantas bila berpecah-belah seperti masyarakat lainnya yang dipicu oleh fanatisme golongan, ras, warna kulit, tanah air, bahasa, kelas sosial, madzhab, atau yang lainnya sehingga umat Islam dapat bersatu dengan tidak memandang sebelah mata perbedaan yang ada. Perbedaan pendapat tidak boleh menjadi penyebab perpecahan atau permusuhan, karena para sahabat dan tabiin juga berselisih dalam berbagai persoalan.Akan tetapi, hal itu tidak membuat mereka berpecah-belah, bahkan mereka toleran dan saling mendoakan (Yusuf, 2003: 238).

Al-Qur’an menegaskan konsep persaudaraan sesama umat Islam

dalam surat Al-Hujurat [49]: 10

   

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Oleh sebab itu,damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua

26

saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.Al-Hujurat [49]: 10

Berikut merupakan pengertian ukhuwah menurut beberapa ahli: 1) Menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah adalah keterikatan hati

dan jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah.

2) Menurut Ibnu Katsir, ukhuwah adalah semuanya adalah saudara seagama, Rasulullah SAW. bersabda bahwa seorang muslim saudara bagi muslim yang lain, tidak mendzalimi dan tidak mencelakakannya.

Jadi ukhuwah adalah segala apa saja yang terhindar dari sesuatu yang menunjukkan perbedaan ras ataupun golongan. Islam itu didasarkan pada kasih sayang yang mencerminkan persatuan dan persaudaraan.

b. Macam-macam Ukhuwah

Menurut Musa (2005: 67) manusia yang baik adalah manusia yang dapat menjalin dan mempereratukhuwah antar sesama manusia. Ada empat macam ukhuwah yang seharusnya dijalin dikehidupan manusia.

1) Ukhuwah Basyariah adalah persaudaraan yang lahir dari kodrat kehidupan manusia, terutama dalam dimensi kehidupan kebutuhan yakni kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan fisik lainnya. Ini antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan tergantung, sehingga ketika muncul bahaya kelaparan yang ditandai oleh adanya kekurangan makanan dan minuman, maka bahaya

27

kelaparan itu sesungguhnya merupakan tantangan fundamental bagi ukhuwah basyariah. Oleh karenanya, setiap individu sebagai

basyarberkewajiban untuk ikut membantu dan mengatasinya. 2) Ukhuwah Insaniyah adalah persaudaraan yang terbawa oleh kodrat

manusia sebagai makhluk berfikir yang menjadi basis berkembangnya kemampuan penciptaan dan kreativitas. Ukhuwah Insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran, bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah SWT. Sekalipun, Allah memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya.

Apabila Ukhuwah Insaniyah, tidak dilandasi dengan ajaran agama, keimanan, dan ketakwaan, maka yang akan muncul adalah jiwa kebinatangan yang penuh keserakahan dan tak kenal halal atau haram bahkan dapat bersikap kanibal terhadap sesamanya.

3) Ukhuwah Wathoniyah adalah persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme atau jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Semuanya itu adalah saudara yang perlu untuk dijalin, karena sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rasulullah SAW. bersabda “hubbul wathon minal iman” artinya cinta sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.

28

4) Ukhuwah Islamiyah adalahpersaudaraan yang lahir karena keyakinan Islam yang dipeluk oleh sekelompok orang atau masyarakat tanpa membedakan golongan, dengan Islam diletakkan sebagai pedoman bagi kehidupannya. Sama akidahnyalaa ilaaha illallah maka itu adalah saudara dan harus dijalin dengan sebaik-baiknya.

Sesama umat Islam adalah saudara dan wajib menjalin terus persaudaraan di antara sesama umat Islam, marilah yang saudaradijadikan saudara dan janganlah saudara dianggap sebagai musuh hanya karena masalah-masalah sepele kecil yang tidak berarti. Jika dilakukan, maka akan terjadi permusuhan yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa terutama kerukunan umat Islam sendiri. Menurut Yusuf, (2003: 234) masyarakat Islam yang bersaudara adalah masyarakat yang satu dalam sumber hukum sekaligus sebagai sumber hidayah yaitu

Al-Qur’an dan Sunnah, memiliki satu idola yaitu Rasulullah SAW.

sebagai uswah khasanah serta tidak berpecah-belah karena fanatisme golongan, ras, kelas sosial, madzhab sehingga dapat merongrong persatuan.

Jadi Islam memandang bahwa keempat bentuk ukhuwah itu sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dan harus dijalankan secara seimbang.Sebagai seorang muslim harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengaktualiksasikan keempat macam

29

ukhuwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Apabila keempatnya terjadi secara bersamaan, maka yang harus diprioritaskan adalah Ukhuwah Islamiyah, karena ukhuwah ini menyangkut kehidupan dunia dan akhirat.

c. Tingkatan Ukhuwah

1) Kadar ukhuwah umat Islam menurun ke tingkat paling rendah dan sewaktu-waktu bisa terjadi disintegrasi, manakala masalah-masalah paham keagamaan ditanggapi tidak dengan pemahaman, melainkan dengan emosi atau hawa nafsu.

2) Kadar ukhuwah umat Islam dapat mencapai tingkat tinggi dan utuh serta tidak ada lagi batas minna wa minhum,manakala interaksi antar kelompok umat Islam dilaksanakan menurut ketentuan

Al-Qur’an dan Hadis (Sjamsudduha, 1999:151).

d. Pentingnya Ukhuwah Dalam Kehidupan

Di tengah-tengah kehidupan zaman modern kerukunan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai, menjaga kerukunan adalah suatu bentuk ketakwaan kepada Allah SWT.

Ada beberapa keutamaan dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat Islam, diantaranya:

1) Ukhuwah menciptakan wihdah (persatuan)

Sebagai contoh dapat dilihat dalam kisah heroik perjuangan para pahlawan, bangsa negeri yang bisa dijadikan landasan, betapa

30

ukhuwah benar-benar mampu mempersatukan para pejuang pada waktu itu. Tidak ada rasa sungkan untuk berjuang bersama, tidak terlihat lagi perbedaan suku, ras dan golongan, yang ada hanyalah keinginan bersama untuk merdeka, dan kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan persatuan.

2) Ukhuwah menciptakan quwwah (kekuatan)

Adanya perasaan ukhuwah dapat menciptakan kekuatan (quwwah) karena rasa persaudaraan atau ikatan keimanan yang sudah ditanamkan dapat menentramkan dan menenangkan hati yang awalnya gentar menjadi tegar sehingga ukhuwah yang telah terjalin dapat menimbulkan kekuatan yang maha dahsyat.

3) Ukhuwah menciptakan mahabbah (cinta dan kasih sayang)

Sebuah kerelaan yang lahir dari rasa ukhuwah yang telah tertanam kuat dengan baik pada akhirnya memunculkan rasa kasih sayang antar sesama saudara seiman,yang dulunya belum kenal sama sekali namun setelah dipersaudarakan semuanya dirasakan bersama. Inilah puncak tertinggi dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat Islam (http://cakhakam.blogspot.com, di akses 6 Agustus 2015).

Oleh karena itu, ikatan persaudaraan khususnya antara sesama mukmin merupakan model persaudaraan yang paling berharga dan hubungan paling mulia antara sesama manusia. Apabila umat Islam bisa membangun persaudaraan yang lebih kokoh, tanpa memandang

31

perbedaan akidah dan saling melengkapi satu sama lain, maka agama Islam akan lebih indah dan bermakna. Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dikatakan bahwa “hubungan

antara muslim itu bagaikan anggota tubuh yang tidak bisa terpisah

satu sama lain”.

B. Sekilas Sejarah Muhammadiyah dan NU 1. Muhammadiyah

a. Sejarah Muhammadiyah

Nama kecil KH Muhammad Dahlan ialah Muhammad Darwis, semasa kecilnya, Muhammad Darwis tidak pernah pergi ke Sekolah. Ayah Darwis sendirilah yang mendidiknya, seperti mengaji sebelum mengirimkannya ke ulama lain untuk memperdalam agamanya, kemudian ia menuntut ilmu di Mekkah dan melaksanakan ibadah haji pada tahun 1890 saat berusia 22 tahun. Setelah melaksanakan haji, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Ia pernah berguru selama 2 tahun kepada Syekh Ahmad Chatib, ulamakelahiran Bukit Tinggi yang berkedudukan di Masjid Al-Haram sebagai imam mazhab Syafii. Ahmad Dahlan juga diperkenalkan kepada Hasyim Asy’ariyang kelak menjadi pendiri Nahdlatul Ulama (Rusli, 1986: 3).

Organisasi Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Masehi (Umar Hasyim, 1990:5). Nama Muhammadiyah mengandung pengertian sebagai sekelompok orang yang berusaha

32

mengidentifikasikan dirinya atau membangsakan dirinya sebagai pengikut, penerus, dan pelanjut perjuangan dakwah Rasulullah dalam mengembangkan tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian,Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk mengembangkan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki Islam (Mulkhan, 1990: 8).

Organisasi Muhammadiyah ini pada mulanya hanya terbatas pada lingkup Yogyakarta, kemudian berkembang di berbagai tempat Pulau Jawa, dan pada akhirnya ke seluruh Indonesia. Perkembangan gerakan Muhammadiyah yang cepat itu didukung oleh tiga faktor, yaitu: keberadaan K.H.Ahmad Dahlan sebagai anggota yang berpengaruh di organisasi Budi Utomo (BU), pengaruh kalangan pedagang dari Sumatera Barat yang beroperasi di Pulau Jawa, sikap K.H.Ahmad Dahlan sendiri yang akomodatif terhadap pihak-pihak yang dipengaruhinya. Hal inilah yang menjadikan Muhammadiyah mampu menjalin hubungan yang baik dengan pihak-pihak lain, sehingga perkembangan Muhammadiyah pun semakin mengalami peningkatan (Zudi, 2007: 71)

Organisasi Islam yang mempunyai peranan sangat penting di Indonesia adalah Organisasi Muhammadiyah. Perjuangannya sangat gigih dalam menyebarkan misi dakwah pada waktu itu, yang masih

33

umatnya pada kesyirikan sehingga akan membawa kesesatan pada umat manusia (Rusli, 1986: 290).

b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah

Menurut Amin (1995: 66) konsep ukhuwah Muhammadiyah ini dikembalikan pada tahuid atau keesaan Allah. Jalan akan lebih mudah kalau berpegang pada tauhid dan amal shaleh sebagai hal yang pokok dalam Islam. Perbedaan-perbedaan ajaran agama tidak menjadi masalah untuk masuk surga selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan bagi KH. Ahmad Dahlan, perbedaan adalah rahmat. Ia tidak akan mengusik perbedaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat bila tidak bersinggungan dengan agama Islam. Islam mengajarkan bagaimana umatnya untuk selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan syariat Islam (M. Sanusi, 2013: 158).

Sebagai seorang muslim seharusnya tidak perlu berdebat soal dikotomi tradisional atau modern, qunut, tarawih 11 atau 23 rakaat, doa pakai mengangkat dua tangan atau satu tangan. Semua itu tidak perlu dipersoalkan yang penting adalah kesamaannya yaitu iman dan amal shaleh. Kesamaan itulah yang harus menjadi perekat dalam ukhuwah Islamiyah.

c. Keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah

keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah adalah menyangkut fungsi dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan,

34

khususnya di lingkungan masyarakat dan bangsa Indonesia, bahwa Muhammadiyah mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur, dan diridhoi Allah SWT.

Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah sebagai buah pemikiran dasar Muhammadiyah yang mengandung risalah atau misi Muhammadiyah,sertapaham Muhammadiyah tentang Islam dan tanggung jawab Muhammadiyah terhadap Negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila ini diyakini dan menjadi cita-cita hidup Muhammadiyah (Haedar, 1992: 30). Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah antara lain sebagai berikut:

1) Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT. untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka bumi.

2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada nabi penutup yaitu Muhammad SAW. sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi, serta ukhrawi.

35

3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.

4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah dan muamalah. 5) Muhammadiyah mengajak lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 untuk bersama-samamenjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT.

Menurut Rusli (1998:288) cita-cita hidup Muhammadiyah adalah pengalaman Islam dalam rangka terjelmanya masyarakat yang mulia. Ia membawakan suatu simponi wahyu Allah yang terakhir, yang digemakan oleh nabi Muhammad SAW. yang memberi uswah khasanah kepada umat manusia (muslimin) untuk mengubah dunia dengan iman, amal, dan ilmu, serta akhlakul kharimah.

2. Nahdatul Ulama

a. Sejarah Nahdatul Ulama (NU)

Nahdatul Ulama (NU) didirikan oleh para ulama pesantren di Surabaya Jawa Timur pada tahun 1926. Secara sosiologis-antropologis, NU berakar kuat pada sendi-sendi paham keagamaan dan tradisi para kiai serta ulama. Paham dan ajaran para kiai sangat kental mewarnai

36

dasar-dasar pemahaman, bangunan tradisi dan perilaku sosial keagamaan, dan kebudayaan yang dianut oleh NU (Faisal, 2004: 73).

Sejarah perkembangan NU secara luas bisa dibagi dalam tiga fase: periode awal sebagai organisasi sosial keagamaan, periode tengah sebagai partai politik atau menjadi unsur formal dari sebuah partai, dan periode terakhir kembali ke aktivitas-aktivitas sosial keagamaan (Grek, 1996: 1).

Nahdatul Ulama (NU) adalah organisasi yang dalam hal berfiqih menganut salah satu madzhab empat, dalam berakidah menganut

Asy’ari Maturidi. Bermazdhab adalah mengikuti salah satu mazdhab.

“Mazdhab” itu sendiri artinya aliran atau jalan, bagi orang NU kalau tidak mau mengikuti NU berarti bukan orang NU. Sebab, bagi orang NU beragama harus memakai dasar Al-Qur’an dan Hadis, tidak sembarang orang boleh diikuti. Para ulama NU bersepakat, imam yang layak dijadikan sebagai panutan hanya empat mujtahid, sedang madzhab-madzhab yang sah diikuti oleh orang NU tidak lebih dari empat madzhab yaitu; Hanafi, Maliki, syafi’i, dan Hambali.

Jadi ajaran Nahdlatul Ulama amat menghargai perbedaan pendapat dan menjaga jangan sampai umat Islam terpecah-belah

dikarenakan berbeda melakukan ritual syari’ah. Dalam masyarakat,

perbedaan merupakan sebuah perbedaan yang pasti ada. Oleh karena itu, saling menghargai sangat diperlukan agar hubungan antarsesama manusia dapat berjalan dengan baik. Sebagai umat Islam, harus tetap

37

menjaga harga diri dan identitas serta sikap sebagai seorang muslim yang teguh dan baik. Dengan demikian, tugas manusia sebagai

rahmatan lil-alamindapat dilaksanakan dengan baik.

Keberagaman adalah keniscayaan hidup, tidak mungkin dunia bisa diseragamkan, bahkan dalam suatu komunitas pun susah memaksakan seluruh manusianya agar sepemikiran atau sepaham (Ahmad, 2012: 84).Perbedaan merupakan sunatullah yang ditetapkan Allah SWT. bagi sekalian makhluk-Nya, maka dengan perbedaan itulah kehidupan di muka bumi ini dapat berlangsung dengan dinamis dan interaktif. Untuk itulah,umat Islam harus meneladani contoh Rasulullah SAW. bertoleransi dalam perbedaan yang ada.

b. Ukhuwah Nahdatul Ulama

Nahdatul Ulama dibangun berlandaskan perdamaian (islah).Hal ini selaras dengan cita-cita pembangunan nasional secara aktif dan positif bukan sekedar menjalankan tanggung jawab sebagai bangsa tapi juga untuk melaksanakan kewajiban agama serta untuk merealisasikan cita-cita (Grek, 1996: 82).

Tiga prinsip utama dalam paham ahlussunah wal jama’ah : 1) Tawasuth

NU memiliki prinsip tawasuthyang dimaksudkan sebagai sikap tengah, yang berintikan pada prinsip hidup yang menjujung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan bersama dan menghindari sikap ekstrim.

38 2) Tasamuh

Tasamuh bagi NU diartikan sebagai sikap toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam masalah keagamaan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan. NU mengajarkan untuk tidak pernah bersikap keras apalagi memusuhi umat beragama lain.

3) Tawazun

NU memegang teguh prinsip tawazun yang berarti dalam setiap gerakan maupun langkahnya harus bersikap seimbang. Sikap ini menekankan keseimbangan pengabdian manusia terhadap Allah SWT. dan sesama manusia. Warga NU menyeimbangkan antara hubungannya dengan Allah serta hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya. NU juga memiliki sebuah prinsip, yakni mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik atau dapat juga diartikan menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (Nur Khalik, 2010: 463).

c. Basis massa NU

Pembentukan NU sebagai sebuah organisasi keagamaan merupakan upaya peneguhan kembali sebuah tradisi keagamaan dan sosial. Lembaga-lembaga pesantren, kiai, santri, jama’ah, serta perkumpulan tarekat berpaham ahlussunnah wal jama’ah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air sebagai unit-unit komunitas sosial budaya masyarakat Islam yang telah menjadikan NU lebih mudah dalam melebarkan sayap

39

organisasinya (Zudi, 2007:79). Basis massa NU atau jumlah warga NU diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang yang berasal dari beragam profesi, dan sebagian dari mereka adalah rakyat biasa baik di kota maupun di desa.

Penyebaran NU di desa-desa pun menunjukkan hal yang menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota NU yang semakin bertambah banyak. Mereka tidak hanya berasal dari kalangan

Dokumen terkait