• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM (Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM (Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM

(Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah

dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro

Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

NILASARI UMININGSIH

11111180

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan

Dan . . . kekuatan terbesar adalah DO”A

“Cukuplah Allah bagiku dan hanya kepada

-

Nya aku bertawakal “

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk. . .

Bapakku, Kamidi dan Ibuku, Sutarni;

Jerih payahmu tidak akan pernah bisa aku balas”

“Senantisa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah

putus untuk anak-anaknya, Terimakasih untuk segalanya”

Adik-adiku, Rico Dwi Maulana dan Arga Maulana;

“Yang membuatku termotivasi dan semangat untuk melangkah menuju

kesuksesan”

Bapak Drs. K.H.Nasafi, M.Pd.I dan Ibu Nyai. Asfiyah

selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga”

“Yang senantiasa membimbingku dan memberikan bekal ilmu duniawi dan

akhirati

Teman-

teman PAI E (ExcLusive) dan Sahabat”ku;

Teruntuk teman-teman PAI E angakatan 2011 khususnya sahabat-sahabatku

yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka

selama kuliah, terimakasih banyak. "

...”Tiada hari yang indah tanpa kalian semua" ...

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW., sehingga penyusunan skripsi yang berjudul KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang) di IAIN Salatiga dapat terselesaikan.

Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan dengan diiringi doa semoga amal baik yang telah di berikan,mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT.

Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.

(9)

ix

4. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesainya penelitian ini. Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangannyadan penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan.

Salatiga,15 September 2015

(10)

x ABSTRAK

Ningsih Nilasari Umi, 2015.KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang). Dosen Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag

Kata kunci: Kohesi Sosial Intern Umat Islam yang Berbeda Pemahaman

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: kohesi sosial intern umat Islam (studi terhadap relasi antara warga muhammadiyah dan warga NU di dusun Honggosari. Sehubungan dengan itu hendak diketahui bagaimana relasi sosial antara kedua kelompok keagamaan tersebut serta faktor-faktor apa yang mendukung terjadinya kohesi sosial yakni warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama(NU). Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? (2) Bagaimana cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari? (3)Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi Sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? (4)Bagaimana pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data maka digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Subyek penelitian ini adalahwarga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.Setelah dianalisis dan disimpulkan bahwa perbedaan paham antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) itu tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari karena selama semua itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Serta, kohesi sosial intern umat Islam antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari ini baik. Baik ini karena hubungan di antara mereka didasarkan pada beberapa faktor, antara lain:1) kerjasama, baik dalam bidang keagamaan dan sosial. Misalnya, dalam pengelolaan masjid, semua warga Muhammadiyah maupun NU dilibatkan, dalam pengelolaan TPA, walaupun lembaga TPA didirikan oleh warga Muhammadiyah, tetapi ada kerjasama dari warga NU, yaitu dengan mengajikan anaknya di TPA tersebut. 2) Adanya rasa toleran, yaitu saling menghargai pemahaman yang berbeda dan tetap berpegang terhadap pemahaman masing-masing. Contohnya; ketika hari raya warga NU sholat ied di Masjid dan warga Muhammadiyah di Lapangan, dan hal itu bagi warga NU maupun Muhammadiyah tidak menjadi masalah. 3) Adanya kebersamaan antara warga Muhammadiyah dan NU, seperti sholat bersama, mengurus masjid bersama. 4) Serta cara pandang yang tidak fanatik, yaitu membiarkan orang lain berbeda dengan pemahamannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankannya, di sisi lain tetap berpegang teguh kepada yang diyakini benar.

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian ... 9

(12)

xii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kohesi Sosial Intern Umat Islam ... 22

1. Kohesi sosial ... 22

2. Ukhuwah dalam Islam... 23

a. Pengertian ukhuwah ... 23

b. Macam-macam ukhuwah ... 26

c. Tingkatanukhuwah ... 28

d. Pentingnya ukhuwah... .. 29

B. Sekilas Sejarah Berdirinya NU dan Muhammadiyah ... 30

1. Muhammadiyah... 30

a. Sejarah berdirinya Muhammadiyah ... 30

b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah ... 32

c. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah ... 33

2. Nahdlatul Ulama(NU) ... 35

a. Sejarah berdirinya NU ... 35

b. Ukhuwah NU ... 37

c. Basis massa NU ... 38

C. Pemahaman Keagamaan Antara Muhammadiyah dan NU ... 39

1. Paham keagamaan Muhammadiyah ... 39

2. Paham keagamaan Nahdlatul Ulama ... 40

D. Prinsip-Prinsip keberagamaan Muhammadiyah dan NU ... 42

1. Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah ... 42

(13)

xiii BAB III LAPORAN PENELITIAN

A. Letak Geografis Dusun Honggosari ... 46

1. Keadaan Monografi... 46

2. Keadaan Demografi ... 46

B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama ... 50

C. Struktur Organisasi Muhammadiyah dan NU ... 53

D. Kegiatan Bersama Muhammadiyah dan NU ... 56

E. Kerukunan dan Upaya Peningkatan ... 57

F. Temuan Penelitian ... 62

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

C. Penutup ... 84 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Instrumen 2. Pedoman Wawancara 3. Daftar Riwayat Hidup 4. Daftar SKK

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai keanekaragaman agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, serta pemahaman agama yang berbeda-beda. Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan suatu ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat dunia akhirat serta sarana bagi manusia untuk melakukan hubungan atau komunikasi dengan Tuhan.Agama merupakan wujudyang mengatur kehidupan rohani manusia.

Islam yang berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan patuh mengandung pengertian yang menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengajarkan pada pemeluknya untuk menyebarkan benih perdamaian, keamanan, dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia, dan kepada lingkungan sekitarnya sehingga dapat menciptakan suasana yang rukun. Perdamaian, keamanan, dan keselamatan ini hanya dapat diperoleh setiap muslim yang taat dan patuh pada perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-Nya seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Sedangkan, kerukunan adalah suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang berlainan, dan setiap unsur tersebut saling menguatkan (Didiek, 2012: 54)

(16)

2

lemah, hal itu salah satunya disebabkan oleh rendahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam. Persatuan dikalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata, perbedaan pemahaman sering kali menjadi sebab kerenggangan umat Islam kadang kala di masyarakat, seperti warga Muhammadiyah dan NU.Contohnya di desa Ketanggi kabupaten Suruh antara warga Muhammadiyah dan NU ada semacam sekat.Misalnya, warga NU mempunyai hajat, tetapi warga Muhammadiyah sama sekali tidak ikut berpartisipasi dan sebaliknya. Maka dengan keadaan tersebut sangat terlihat ketidakrukunan antara warga Muhammadiyah dengan NU di desa Ketanggi. Namun, di dusun Honggosari ini antara warga Muhammadiyah dan NU sangat rukun, mereka saling bergotong-royong baik masalah agama maupun masalah sosial. Misalnya, sholat berjamaah antara warga Muhammadiyah dan warga NU walaupun yang menjadi imam dari salah satu pihak, ketika ada yang meninggal dunia baik warga Muhammadiyah maupun NU, semua ikut berpartisipasi dalam proses pemakaman.

(17)

3

selama ajaran - ajaran tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis. Maka, hal tersebut tidak boleh dipermasalahkan karena hal itu dapat menimbulkan kerenggangan bahkan dapat menjadi perpecahan antara umat Islam sendiri.

Di dalam Al-Qur’an di jelaskan dalam QS.Ali-imron[ 3] : 103



























































































Artinya:Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah SWT.menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS.Ali-imron [3]: 103)

(18)

4

baik,sebab agama yang baik adalah agama yang mengajarkan kehidupan yang rukun, damai, dan saling mengahargai satu sama lain.

Berbeda dengan yang telah dipaparkan di atas bahwa warga dusun Honggosari meskipun mereka berbeda paham keagamaannya (ada yang muhammadiyah dan ada yang NU), akan tetapi mereka dapat bekerjasama dalam lingkup keagamaan maupun sosial.Di dusun Honggosari ini, mereka saling menghargai satu sama lain dan menjadikan perbedaan pemahaman ini suatu ilmu yang baru dan semata-mata dengan niat mencari ridho Allah SWT.

Kehidupan yang multikultural ini bisa berdamai dan saling tolong-menolong dalam suka maupun duka. Manusia adalah insan sosial, dengan demikian dia tidak bisa berdiri sendiri, antara satu sama lain saling membutuhkan. Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda, kendati demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani kehidupannya.

(19)

5

malam selasa di masjid tersebut ada kegiatan pengajian warga Muhammadiyah dan warga NU pun juga ikut serta dalam pengajian tersebut. Perbedaan paham itu tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari karena selama semua itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Penulis mengangkat judul ini agar dapat menjadi contoh di kalangan umat Islam yang lain.

Dari paparan di atas penulis merasa tertarik membahas masalah tersebut. Maka, dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan judul KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi Terhadap Relasi antara Warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang).

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? 2. Bagaimana cara pandangkeagamaan warga Muhammadiyah dan NU

terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari?

3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari?

4. Bagaimana pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari?

C.Tujuan Penelitian

(20)

6

1. Untuk mengetahuirelasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

2. Untuk mengetahui cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari.

3. Untuk mengetahui apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

4. Untuk mengetahui pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari

D.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentangkohesi intern umat Islam studi terhadap relasi antara warga Muhammadiyah dan NUdi dusun Honggosari.Dari informasi tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun praktisyaitu: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun Honggosari dan menambah toleransi sesama umat Islam.

2. Secara Praktis

(21)

7

a. Dapat mempererat tali silaturrahim dan menghindari terjadinya perpecahan.

b. Dapat menciptakan suasana damai dalam bermasyarakat. c. Meminimalisir konflik yang mengatasnamakan agama. E. Penegasan Istilah

Sebelum diuraikan lebih panjang tentang penelitian ini terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam skripsi ini, dengan maksud agar nantinya tidak salah pengertian di kalangan pembaca dalam memahami skripsi ini. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah:

1. Kohesi Sosial

Kohesi adalah kesatuan, kohesi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ukhuwah, kata ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan dan sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain mengalami kesulitan.

2. Umat Islam

(22)

8

yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW. (KBBI, 1982: 388). Sedangkan menurut Mudjahid (1996: 125) Islam adalah penyerahan diri. Islam mempunyai lima tiang utama yaitu : syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji,Islam mengajarkan bahwa Allah SWT.menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.

Jadi umat Islam adalah sekelompok orang yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. yang wajib disembah dan Muhammad adalah utusan-Nya serta mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika mampu.

3. Muhamadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi yang lahir sebagai alterntif berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam di Indonesia sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20 yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan(Mulkhan, 1990:1).

(23)

9 4. Nahdatul Ulama (NU)

Nahdatul Ulama (NU) adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh Syaikh Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya (Jaiz, 2006:141). NU pada dasarnya adalah sebuah identitas kultural keagamaan yang dianut mayoritas umat Islam Nusantara. Warga NU menganut paham ahlussunah wal jama’ah, bahwa mereka mengakui empat

madzhab dan menganut satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i,

Hambali) tersebut dalam menjalankan ibadahnya.

Jadi yang peneliti maksudkan kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman adalah tidak terjadinya perpecahan umat Islamantara Muhamadiyah dan NU dan saling menghargai pendapat satu sama lain. F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Lexy J.Moleong menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.Misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 1988:6).

(24)

10

Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing,sehingga teori yang dihasilkan bukan teori subtansif dan teori-teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti hanya mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif yang berada di dusun Honggosari.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alatbantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung.Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak diperlukan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang mulai bulan April hingga selesai.

(25)

11 4. Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Lofland dan Lofland seperti yang dikutip oleh Moelong (2010: 157) sumber data primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata perilaku dan data tambahan seperti dokumen. Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan pola kerukunan hidup intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang. Sedangkan, data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari dokumen, serta data yang telah dikumpulkan oleh kantor balai desaJogonegoro. Adapun data yang dapat diambil, sebagai berikut :

1) Data primer : data yang diambil dari hasil interview dengan tokoh masyarakat setempat seperti pak lurah, pak kadus, tokoh masyarakat, serta sebagian warga dusun Honggosari, yaitu tentang keadaan sosio kultural masyarakat dusun Honggosari, bentuk kerukunan hidup intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun Honggosari, dan faktor yang melatarbelakangi kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

2) Data sekunder :Keadaan geografis dusun Honggosari, sejarah Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari, serta struktur organisasi Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

(26)

12

Jenis data Sumber Data Tekhnik

Data Primer

4. Kegiatan masyarakat antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari 5. Struktur organisasi warga Muhammadiyah dan NU

6. Prosedur Pengumpulan Data

a. Observasi

(27)

13

(perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa memengaruhi fenomena yang diobservasi yaitu dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis (Thobrani, 2001: 167).Menurut peneliti observasi adalah mengamati objek untuk dijadikan ukuran ada tidaknya kerukunan intern agama Islam yang berbeda pemahaman di dusun tersebut.

Black dan Champion mengelompokkan observasi dalam dua kelompok besar yaitu observasi nonpartisipan dan observasi partisipan. Observasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak banyak dituntut peranan tingkah laku atau keterlibatannya terhadap kegiatan atau fenomena dari subjek yang diteliti. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Dan observasi ini bersifat terbuka karena diketahui oleh subjek yang diteliti (Suprayogo,2003:167).

Data-data yang akan digali melalui observasi pengumpulan data dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Kondisi obyektif warga dusun Honggosari

(28)

14

2) Kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman

Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing warga Muhammadiyah dan warga NU dengan menggunakan pedoman wawancara.

b. Interview / Wawancara

Interview yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu(Moleong,2011:186). Sedangkan menurut Zulganef (2008:162) wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan responden dimana pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden secara lisan, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya.

(29)

15

Untuk membantu mendapatkan data penting maka peneliti menggunakan tape recorder. Dalam wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga informan bersedia bekerjasama dan merasa bebas berbicara serta dapat memberikan informasi yang sebenarnya.

Wawancara akan dilakukan dengan beberapa warga dusun Honggosari yang berpaham Muhammadiyah dan NU baik itu laki-laki maupun perempuan. Metode ini digunakan untuk mencari informasi mengenai kohesi sosial intern umat Islam studi terhadap relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

c. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (1998:236) menjelaskan metode dokumentasi yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan tertulis dengan sengaja untuk menyimpan keterangan atau merumuskan keterangan mengenai peristiwa untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dan buku.

Data-data yang akan digali melalui dokumentasi, antara lain sebagai berikut :

1) Letak geografis dusun Honggosari 2) Sejarahmasjid Honggosari

(30)

16 7. Teknik Analisis Data

Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikupas secara runtut.

Menurut Salim (Maslikhah, 2013:323) proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Verifikasi dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi. Jadi, dalam analisis data terdapat tiga hal yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

(31)

17 8. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data yang dikumpulkan, peneliti menggunakan trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2011:330).

Dalam penelitian ini, Triangulasi yang peneliti gunakan yaitu, metode wawancara, sumber, dan observasi. Triangulasi wawancara adalah menggali kebenaran informan melalui wawancara dari informan tersebut, dan triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informan tertentu melalui sumber yang berbeda. Sedangkan, triangulasi observasi adalah menggali kebenaran informan tertentu dengan mengamati langsung dan dokumentasi. (http://mudjiarahardjo.com/component/content.html, diakses 8April 2015). Misalnya dengan bertanya kepada orang terdekat dari informan untuk memperkaya pengetahuan peneliti.

9. Tahap-tahap penelitian

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penelitian laporan.Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum kelapangan

(32)

18

lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun honggosari.

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman. Kemudian, dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti, selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d. Tahap Laporan

(33)

19

tersebut dengan peneliti skripsi yang sempurna.Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

BABI PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan akan dibahas: A. Latar belakang masalah

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Penegasan Istilah F. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian 2. Kehadiran Peneliti 3. Lokasi Penelitian 4. Sumber Data

5. Prosedur pengumpulan Data 6. Analisis Data

7. Pengecekan Keabsahan Data 8. Tahap-tahap Penelitian G. Sistematika penulisan

(34)

20

Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain:

A. Kohesi sosialintern umat Islam 1. Kohesi sosial

2. Ukhuwah dalam Islam a. Pengertian ukhuwah b. Macam-macam ukhuwah c. Tingkat ukhuwah

d. Pentingnya ukhuwah

B. Sekilas Sejarah Muhammadiyah dan NU 1. Muhammadiyah

a.Sejarah Muhammadiyah

b.Konsep ukhuwah Muhammadiyah c.Keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah 2. Nahdalatul Ulama (NU)

a. Sejarah NU b. Ukhuwah NU c. Basis massa NU

C. Pemahaman keagamaan antara Muhammadiyah dan NU 1. Paham Muhammadiyah

2. Paham Nahdlatul Ulama (NU)

(35)

21

1. Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah 2. Dasar-dasar paham keagamaan NU

Bab III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini akan dibahas beberapa laporan penelitian antaralain: 1. Letak geografis dusun Honggosari.

2. Sejarah Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari.

3. Struktur organisasi Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

4. Kondisi obyektif warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

Bab IV PEMBAHASAN

Meliputi :

1. Relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. 2. Cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU

terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari. 3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga

Muhammadiyah dan NU di usun Honggosari.

4. Pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.

Bab V PENUTUP

(36)

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kohesi Sosial Intern Umat Islam

1. Kohesi Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 712) salah satu pengertian dari kohesi adalah hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh. Sedangkan, sosial adalah berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan kepentingan umum. Jadi, kohesi sosial adalah kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat untuk tinggal di dalamnya, dan dengan aktif berperan untuk kelompok menjadi kompak. (https://googleweblight.com/, di akses 14 September 2015)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkanbahwa kohesi merupakan usaha suatu kelompok untuk menyatu dengan kelompok yang lain. Sedangkan, sosial adalah hubungan manusia dengan manusia dalam suatu lingkungan, yang di dalamnya terdapat interaksi kehidupan seperti gotong-royong. Jadi, kohesi sosial adalah keterikatan manusia dalam sebuah kelompok yang saling mendorong dan membantu satu sama lain dengan landasan kebersamaan dan persaudaran.

(37)

23

terdapat berbagai perbedaan aliran pemikiran, keanekaragaman budaya, serta tingkat kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik (Musa, 2005:68). Kohesi dalam Islam tidak lain adalah ukhuwah, seperti halnya kohesi kelompok dalam bidang akidah atau akhlak dapat dilihat secara real dalam bentuk ukhuwah antar umat Islam.

2. Ukhuwah dalam Islam

a. Pengertian Ukhuwah

Ukhuwah berasal dari kata اااخأ- خ اااي– اااخأyang berarti

“menjadikan saudara atau kawan” (Yunus, 1973: 36). Persaudaraan

yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya terbatas pada saudara yang masih punya hubungan darah, melainkan saudara seiman.Sehingga dalam ukhuwah Islamiyah tidak hanya terbatas oleh suku, bangsa dan lain sebagainya.Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.

(38)

24

Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling tolong-menolong, saling pengertian dan tidak mendzalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allah semata. Sedangkan, menurut Muhaimin, (2005: 357) ukhuwah berarti kesamaan dan keserasian dalam banyak hal.Dengan konsep ukhuwah, diharapkan ada persaudaraan dan persamaan yang tidak membeda-bedakan umat manusia atas jenis kelamin, asal-usul, etnis, warna kulit, latar belakang historis, sosial, status ekonomi, mengingat umat Muhammad adalah umat yang satu (QS.Al-Isra’ ayat 27).

Islam sangat menekankan pentingnya ajaran ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antara sesama muslim) baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadis. Ajaran tentang ukhuwah ini sangat ditekankan dengan maksud untuk membina dan mengembangkan terciptanya pilar-pilar kerukunan hidup dan hubungan harmonis antara sesama umat Islam (Faisal, 2004: 41).

Jadi ukhuwah antar umat Islam itu didasarkan pada akidah Islamnya dan pemenuhan kebutuhan sosial yang digambarkan bagaikan satu bangunan, di mana umat Islam satu sama lain saling menguatkan dan juga digambarkan seperti satu tubuh,jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh anggota tubuh merasakan sakit.

(39)

25

kelompok agar keinginan dapat terwujud, maka setiap kelompok masyarakat harus dapat memelihara keberagaman agama dan kerukunan tersebut.

Nilai-nilai sosial yang ditekankan oleh Islam adalah ukhuwah (persaudaraan), maka hendaknya manusia hidup di masyarakat itu saling mencintai dan saling menolong dengan diikat oleh perasaan layaknya anak-anak dalam satu keluarga (Yusuf, 2003: 221).Di antara buah persaudaraan adalah persatuan (wihdah).

Masyarakat Islam tidak pantas bila berpecah-belah seperti masyarakat lainnya yang dipicu oleh fanatisme golongan, ras, warna kulit, tanah air, bahasa, kelas sosial, madzhab, atau yang lainnya sehingga umat Islam dapat bersatu dengan tidak memandang sebelah mata perbedaan yang ada. Perbedaan pendapat tidak boleh menjadi penyebab perpecahan atau permusuhan, karena para sahabat dan tabiin juga berselisih dalam berbagai persoalan.Akan tetapi, hal itu tidak membuat mereka berpecah-belah, bahkan mereka toleran dan saling mendoakan (Yusuf, 2003: 238).

Al-Qur’an menegaskan konsep persaudaraan sesama umat Islam

dalam surat Al-Hujurat [49]: 10









(40)

26

saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.Al-Hujurat [49]: 10

Berikut merupakan pengertian ukhuwah menurut beberapa ahli: 1) Menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah adalah keterikatan hati

dan jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah.

2) Menurut Ibnu Katsir, ukhuwah adalah semuanya adalah saudara seagama, Rasulullah SAW. bersabda bahwa seorang muslim saudara bagi muslim yang lain, tidak mendzalimi dan tidak mencelakakannya.

Jadi ukhuwah adalah segala apa saja yang terhindar dari sesuatu yang menunjukkan perbedaan ras ataupun golongan. Islam itu didasarkan pada kasih sayang yang mencerminkan persatuan dan persaudaraan.

b. Macam-macam Ukhuwah

Menurut Musa (2005: 67) manusia yang baik adalah manusia yang dapat menjalin dan mempereratukhuwah antar sesama manusia. Ada empat macam ukhuwah yang seharusnya dijalin dikehidupan manusia.

(41)

27

kelaparan itu sesungguhnya merupakan tantangan fundamental bagi ukhuwah basyariah. Oleh karenanya, setiap individu sebagai

basyarberkewajiban untuk ikut membantu dan mengatasinya. 2) Ukhuwah Insaniyah adalah persaudaraan yang terbawa oleh kodrat

manusia sebagai makhluk berfikir yang menjadi basis berkembangnya kemampuan penciptaan dan kreativitas. Ukhuwah Insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran, bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah SWT. Sekalipun, Allah memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya.

Apabila Ukhuwah Insaniyah, tidak dilandasi dengan ajaran agama, keimanan, dan ketakwaan, maka yang akan muncul adalah jiwa kebinatangan yang penuh keserakahan dan tak kenal halal atau haram bahkan dapat bersikap kanibal terhadap sesamanya.

(42)

28

4) Ukhuwah Islamiyah adalahpersaudaraan yang lahir karena keyakinan Islam yang dipeluk oleh sekelompok orang atau masyarakat tanpa membedakan golongan, dengan Islam diletakkan sebagai pedoman bagi kehidupannya. Sama akidahnyalaa ilaaha illallah maka itu adalah saudara dan harus dijalin dengan sebaik-baiknya.

Sesama umat Islam adalah saudara dan wajib menjalin terus persaudaraan di antara sesama umat Islam, marilah yang saudaradijadikan saudara dan janganlah saudara dianggap sebagai musuh hanya karena masalah-masalah sepele kecil yang tidak berarti. Jika dilakukan, maka akan terjadi permusuhan yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa terutama kerukunan umat Islam sendiri. Menurut Yusuf, (2003: 234) masyarakat Islam yang bersaudara adalah masyarakat yang satu dalam sumber hukum sekaligus sebagai sumber hidayah yaitu

Al-Qur’an dan Sunnah, memiliki satu idola yaitu Rasulullah SAW.

sebagai uswah khasanah serta tidak berpecah-belah karena fanatisme golongan, ras, kelas sosial, madzhab sehingga dapat merongrong persatuan.

(43)

29

ukhuwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Apabila keempatnya terjadi secara bersamaan, maka yang harus diprioritaskan adalah Ukhuwah Islamiyah, karena ukhuwah ini menyangkut kehidupan dunia dan akhirat.

c. Tingkatan Ukhuwah

1) Kadar ukhuwah umat Islam menurun ke tingkat paling rendah dan sewaktu-waktu bisa terjadi disintegrasi, manakala masalah-masalah paham keagamaan ditanggapi tidak dengan pemahaman, melainkan dengan emosi atau hawa nafsu.

2) Kadar ukhuwah umat Islam dapat mencapai tingkat tinggi dan utuh serta tidak ada lagi batas minna wa minhum,manakala interaksi antar kelompok umat Islam dilaksanakan menurut ketentuan

Al-Qur’an dan Hadis (Sjamsudduha, 1999:151).

d. Pentingnya Ukhuwah Dalam Kehidupan

Di tengah-tengah kehidupan zaman modern kerukunan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai, menjaga kerukunan adalah suatu bentuk ketakwaan kepada Allah SWT.

Ada beberapa keutamaan dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat Islam, diantaranya:

1) Ukhuwah menciptakan wihdah (persatuan)

(44)

30

ukhuwah benar-benar mampu mempersatukan para pejuang pada waktu itu. Tidak ada rasa sungkan untuk berjuang bersama, tidak terlihat lagi perbedaan suku, ras dan golongan, yang ada hanyalah keinginan bersama untuk merdeka, dan kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan persatuan.

2) Ukhuwah menciptakan quwwah (kekuatan)

Adanya perasaan ukhuwah dapat menciptakan kekuatan (quwwah) karena rasa persaudaraan atau ikatan keimanan yang sudah ditanamkan dapat menentramkan dan menenangkan hati yang awalnya gentar menjadi tegar sehingga ukhuwah yang telah terjalin dapat menimbulkan kekuatan yang maha dahsyat.

3) Ukhuwah menciptakan mahabbah (cinta dan kasih sayang)

Sebuah kerelaan yang lahir dari rasa ukhuwah yang telah tertanam kuat dengan baik pada akhirnya memunculkan rasa kasih sayang antar sesama saudara seiman,yang dulunya belum kenal sama sekali namun setelah dipersaudarakan semuanya dirasakan bersama. Inilah puncak tertinggi dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat Islam (http://cakhakam.blogspot.com, di akses 6 Agustus 2015).

(45)

31

perbedaan akidah dan saling melengkapi satu sama lain, maka agama Islam akan lebih indah dan bermakna. Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dikatakan bahwa “hubungan

antara muslim itu bagaikan anggota tubuh yang tidak bisa terpisah

satu sama lain”.

B. Sekilas Sejarah Muhammadiyah dan NU

1. Muhammadiyah

a. Sejarah Muhammadiyah

Nama kecil KH Muhammad Dahlan ialah Muhammad Darwis, semasa kecilnya, Muhammad Darwis tidak pernah pergi ke Sekolah. Ayah Darwis sendirilah yang mendidiknya, seperti mengaji sebelum mengirimkannya ke ulama lain untuk memperdalam agamanya, kemudian ia menuntut ilmu di Mekkah dan melaksanakan ibadah haji pada tahun 1890 saat berusia 22 tahun. Setelah melaksanakan haji, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Ia pernah berguru selama 2 tahun kepada Syekh Ahmad Chatib, ulamakelahiran Bukit Tinggi yang berkedudukan di Masjid Al-Haram sebagai imam mazhab Syafii. Ahmad Dahlan juga diperkenalkan kepada Hasyim Asy’ariyang kelak menjadi pendiri Nahdlatul Ulama (Rusli, 1986: 3).

(46)

32

mengidentifikasikan dirinya atau membangsakan dirinya sebagai pengikut, penerus, dan pelanjut perjuangan dakwah Rasulullah dalam mengembangkan tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian,Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk mengembangkan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki Islam (Mulkhan, 1990: 8).

Organisasi Muhammadiyah ini pada mulanya hanya terbatas pada lingkup Yogyakarta, kemudian berkembang di berbagai tempat Pulau Jawa, dan pada akhirnya ke seluruh Indonesia. Perkembangan gerakan Muhammadiyah yang cepat itu didukung oleh tiga faktor, yaitu: keberadaan K.H.Ahmad Dahlan sebagai anggota yang berpengaruh di organisasi Budi Utomo (BU), pengaruh kalangan pedagang dari Sumatera Barat yang beroperasi di Pulau Jawa, sikap K.H.Ahmad Dahlan sendiri yang akomodatif terhadap pihak-pihak yang dipengaruhinya. Hal inilah yang menjadikan Muhammadiyah mampu menjalin hubungan yang baik dengan pihak-pihak lain, sehingga perkembangan Muhammadiyah pun semakin mengalami peningkatan (Zudi, 2007: 71)

Organisasi Islam yang mempunyai peranan sangat penting di Indonesia adalah Organisasi Muhammadiyah. Perjuangannya sangat gigih dalam menyebarkan misi dakwah pada waktu itu, yang masih

(47)

33

umatnya pada kesyirikan sehingga akan membawa kesesatan pada umat manusia (Rusli, 1986: 290).

b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah

Menurut Amin (1995: 66) konsep ukhuwah Muhammadiyah ini dikembalikan pada tahuid atau keesaan Allah. Jalan akan lebih mudah kalau berpegang pada tauhid dan amal shaleh sebagai hal yang pokok dalam Islam. Perbedaan-perbedaan ajaran agama tidak menjadi masalah untuk masuk surga selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan bagi KH. Ahmad Dahlan, perbedaan adalah rahmat. Ia tidak akan mengusik perbedaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat bila tidak bersinggungan dengan agama Islam. Islam mengajarkan bagaimana umatnya untuk selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan syariat Islam (M. Sanusi, 2013: 158).

Sebagai seorang muslim seharusnya tidak perlu berdebat soal dikotomi tradisional atau modern, qunut, tarawih 11 atau 23 rakaat, doa pakai mengangkat dua tangan atau satu tangan. Semua itu tidak perlu dipersoalkan yang penting adalah kesamaannya yaitu iman dan amal shaleh. Kesamaan itulah yang harus menjadi perekat dalam ukhuwah Islamiyah.

c. Keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah

(48)

34

khususnya di lingkungan masyarakat dan bangsa Indonesia, bahwa Muhammadiyah mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur, dan diridhoi Allah SWT.

Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah sebagai buah pemikiran dasar Muhammadiyah yang mengandung risalah atau misi Muhammadiyah,sertapaham Muhammadiyah tentang Islam dan tanggung jawab Muhammadiyah terhadap Negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila ini diyakini dan menjadi cita-cita hidup Muhammadiyah (Haedar, 1992: 30). Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah antara lain sebagai berikut:

1) Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT. untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka bumi.

(49)

35

3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.

4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah dan muamalah. 5) Muhammadiyah mengajak lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 untuk bersama-samamenjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT.

Menurut Rusli (1998:288) cita-cita hidup Muhammadiyah adalah pengalaman Islam dalam rangka terjelmanya masyarakat yang mulia. Ia membawakan suatu simponi wahyu Allah yang terakhir, yang digemakan oleh nabi Muhammad SAW. yang memberi uswah khasanah kepada umat manusia (muslimin) untuk mengubah dunia dengan iman, amal, dan ilmu, serta akhlakul kharimah.

2. Nahdatul Ulama

a. Sejarah Nahdatul Ulama (NU)

(50)

36

dasar-dasar pemahaman, bangunan tradisi dan perilaku sosial keagamaan, dan kebudayaan yang dianut oleh NU (Faisal, 2004: 73).

Sejarah perkembangan NU secara luas bisa dibagi dalam tiga fase: periode awal sebagai organisasi sosial keagamaan, periode tengah sebagai partai politik atau menjadi unsur formal dari sebuah partai, dan periode terakhir kembali ke aktivitas-aktivitas sosial keagamaan (Grek, 1996: 1).

Nahdatul Ulama (NU) adalah organisasi yang dalam hal berfiqih menganut salah satu madzhab empat, dalam berakidah menganut

Asy’ari Maturidi. Bermazdhab adalah mengikuti salah satu mazdhab.

“Mazdhab” itu sendiri artinya aliran atau jalan, bagi orang NU kalau

tidak mau mengikuti NU berarti bukan orang NU. Sebab, bagi orang NU beragama harus memakai dasar Al-Qur’an dan Hadis, tidak sembarang orang boleh diikuti. Para ulama NU bersepakat, imam yang layak dijadikan sebagai panutan hanya empat mujtahid, sedang madzhab-madzhab yang sah diikuti oleh orang NU tidak lebih dari empat madzhab yaitu; Hanafi, Maliki, syafi’i, dan Hambali.

Jadi ajaran Nahdlatul Ulama amat menghargai perbedaan pendapat dan menjaga jangan sampai umat Islam terpecah-belah

dikarenakan berbeda melakukan ritual syari’ah. Dalam masyarakat,

(51)

37

menjaga harga diri dan identitas serta sikap sebagai seorang muslim yang teguh dan baik. Dengan demikian, tugas manusia sebagai

rahmatan lil-alamindapat dilaksanakan dengan baik.

Keberagaman adalah keniscayaan hidup, tidak mungkin dunia bisa diseragamkan, bahkan dalam suatu komunitas pun susah memaksakan seluruh manusianya agar sepemikiran atau sepaham (Ahmad, 2012: 84).Perbedaan merupakan sunatullah yang ditetapkan Allah SWT. bagi sekalian makhluk-Nya, maka dengan perbedaan itulah kehidupan di muka bumi ini dapat berlangsung dengan dinamis dan interaktif. Untuk itulah,umat Islam harus meneladani contoh Rasulullah SAW. bertoleransi dalam perbedaan yang ada.

b. Ukhuwah Nahdatul Ulama

Nahdatul Ulama dibangun berlandaskan perdamaian (islah).Hal ini selaras dengan cita-cita pembangunan nasional secara aktif dan positif bukan sekedar menjalankan tanggung jawab sebagai bangsa tapi juga untuk melaksanakan kewajiban agama serta untuk merealisasikan cita-cita (Grek, 1996: 82).

Tiga prinsip utama dalam paham ahlussunah wal jama’ah : 1) Tawasuth

(52)

38 2) Tasamuh

Tasamuh bagi NU diartikan sebagai sikap toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam masalah keagamaan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan. NU mengajarkan untuk tidak pernah bersikap keras apalagi memusuhi umat beragama lain.

3) Tawazun

NU memegang teguh prinsip tawazun yang berarti dalam setiap gerakan maupun langkahnya harus bersikap seimbang. Sikap ini menekankan keseimbangan pengabdian manusia terhadap Allah SWT. dan sesama manusia. Warga NU menyeimbangkan antara hubungannya dengan Allah serta hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya. NU juga memiliki sebuah prinsip, yakni mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik atau dapat juga diartikan menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (Nur Khalik, 2010: 463).

c. Basis massa NU

Pembentukan NU sebagai sebuah organisasi keagamaan merupakan upaya peneguhan kembali sebuah tradisi keagamaan dan sosial. Lembaga-lembaga pesantren, kiai, santri, jama’ah, serta perkumpulan tarekat berpaham ahlussunnah wal jama’ah yang tersebar di seluruh

(53)

39

organisasinya (Zudi, 2007:79). Basis massa NU atau jumlah warga NU diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang yang berasal dari beragam profesi, dan sebagian dari mereka adalah rakyat biasa baik di kota maupun di desa.

Penyebaran NU di desa-desa pun menunjukkan hal yang menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota NU yang semakin bertambah banyak. Mereka tidak hanya berasal dari kalangan pesantren, tetapi juga masyarakat desa terutama di sekitar pondok pesantren. Basis massa NU yang paling dominan hingga saat ini memang masih terkonsentrasi di pondok-pondok pesantren. Hal ini karena NU lahir dari kalangan pondok pesantren yang pada umumnya terletak di pedesaan. Namun seiring berjalanya waktu, perkembangan NU mampu mencakup wilayah pinggiran kota dan kota, kemudian banyak didirikan pondok pesantren di wilayah perkotaan (Zudi, 2007: 86).

C. Pemahaman Keagamaan antara Muhammadiyah dan NU

1. Paham keagamaan Muhammadiyah

Muhammadiyah menganut paham amar ma’ruf nahi mungkar.

(54)

40

tidak dijelaskan secara detail baik dalam Al-Qur’an dan Hadis. Jadi, masalah dunia adalah masalah yang dipercayakan kepada kreativitas manusia, dan Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar

ma’ruf nahi mungkar berakidah Islam yang bersumber pada Al-Qur’an

dan Hadis.

Kata Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yaitu nama Rasulullah SAW. artinya bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang mengikuti jejak perjuangan nabi Muhammad SAW. Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari

yang munkar sehingga hidup manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia dan akhirat. Maka, seluruh warga, pimpinan hingga berbagai komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah, termasuk amal usaha dan orang-orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami Muhammadiyah serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, QS.Ali Imran [3]: 104

















































(55)

41

Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyahmengandung isyarat agar umat Islam dalam menjalankan dakwah secara terorganisasi dan menjadi umat yang bergerak dalam kebajikan.

2. Paham keagamaan Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama menganut paham ahlussunah waljamaa’ah,

sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah, karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur’an dan Hadis, tetapi juga menggunakan kemampuan akal dan realita. ASWAJA (ahlusunnah wal

jama’ah) terbentuk dari tiga kata dasar yakni,Ahl, al-Sunnah, dan

al-Jama’ah. Dari kamus al-Munawwir, Ahl berarti family atau kerabat,

al-Sunnah berarti perilaku, dan al-jama’ah berarti kelompok (Badrun, 2000: 23). Menurut Zudi, (2007: 97) ahlussunnah berarti penganut sunnah nabi Muhammad SAW. dan wal jama’ah adalah penganut

i’tiqad (kepercayaan) jama’ah sahabat-sahabat nabi Muhammad SAW.

Menurut istilah adalah kaum yang menganut i’tiqad yang dianut oleh nabi Muhammad dan para sahabatnya.Sedangkan, menurut Fattah

(2006: 7) ahlusunnah wal jama’ah terdiri dari kata ahlun yang artinya

(56)

42

Nahdlatul Ulama menerapkan ahlussunah wal jama’ah sebagai pemahaman keagamaan dengan metode yang komprehensif, yakni dengan memadukan antara wahyu dan akal yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Dengan metode ini, NU merumuskan tiga prinsip

utama dalam paham ahlussunah wal jama’ah yang dianut oleh NU,

yaitu: tawasuth, tawazun, dan tasamuh (Zudi, 2007: 103).

Dalam menjalankan ritual agamanya warga NU menganut satu dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Empat

ulama tersebut telah diakui para ulama di seluruh dunia bahwa mereka sangat mumpuni dan termasuk tingkatan mujtahid karena kedalaman ilmu agamanya, mereka berhak mengambil ketentuan ijtihad atas hukum Islam dari sumbernya, yakni Al-Qur’an dan Hadits.

Dari pemahaman-pemahaman tersebut yang sering menyebabkan munculnya perbedaan pendapat adalah :

1) Adanya paham-paham keagamaan yang dianggap sebagai kebenaran. 2) Kebenaran paham keagamaan yang dipegangi secara kukuh oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut menyebabkan mereka merasa paling benar

3) Kelompok yang berbeda paham keagamaan itu bersaing menawarkan kebenaran pahamnya kepada orang-orang yang belum menganutnya.

(57)

43

1. Dasar-dasar keberagamaan Muhammadiyah

Muahammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan pada

Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan

ajaran Islam. Penggunaan akal fikiran hanya untuk mengembangkan pemahaman dan pengalaman ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan, Menurut Haedar (1992: 104) ulama-ulama pada zaman dahulu menunjuk Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas sebagai sumber ajaran Islam, maka majlis tarjih berpendirian hanya Al-Qur’an dan Hadis yang menjadi sumber ajaran Islam, selebihnya masuk ke dalam ijtihad. Dengan demikian, ijtihad di lingkungan Islam menurut Muhammadiyah mutlak diperlukan.

1) Bidang Akidah, Muhammadiyah mengikuti ahlusunnah wal jama’ah. tetapi tidak dibatasi dengan kriteria Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Akal diperlukan untuk mengukuhkan kebenaran Nash (Al-Qur'an dan Hadis ), bukan untuk mentakwil ajaran akidah yang memang di luar jangkauan akal.

2) Di bidang Fiqih, Muhammadiyah berfiqih namun tidak dibatasi oleh madzhab.

(58)

44

4) Di bidang Ijtihad, tidak dibatasi oleh hasil pemikiran ulama terdahulu, maka langsung merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah, serta ada lembaga tarjih.

2. Dasar-dasar paham keagamaan Nahdlatul Ulama (NU)

Menurut Nur Khalik (2010: 462) Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya pada sumber ajaran agama Islam yaitu

Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Dalam memahami dan menafsirkan

Islam dari sumber-sumbernya, NU mengikuti paham ahlussunnah wal

jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan madzhab, antara lain

sebagai berikut:

1) Di bidang akidah, Nahdlatul Ulama mengikuti ahlussunnah wal

jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam

Abu Manshur al-Maturidi.

2) Di bidang fiqih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, dan Imam Ahmad bin Hanbal.

3) Di bidang tasawuf, mengikuti antara lain Imam Junaid al-Baghdadi, dan Imam al-Ghazali serta imam-imam yang lain.

(59)

45

Sebagai suatu organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, NU memiliki prinsip yang berkaitan dengan upaya untuk memahami dan mengamalkan serta melaksanakan ajaran Islam, baik yang berhubungan dengan komunikasi (vertikal) dengan Allah SWT. maupun komunikasi (horizontal) dengan sesama manusia. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia.

Seperti halnya dalam tabel berikut :

Aspek Muhammadiyah Nahdlatul Ulama

Akidah Ahlusunnah wal jama’ah tetapi tidak dibatasi dengan kriteria di atas

Ahlusunnah wal jama’ah

Fiqih Berfiqih tapi tidak dibatasi oleh madzhab

mengikuti salah satumadzhab Tasawuf Tidak terlembagakan dalam

tasawuf dan thariqot

Mengikuti imam al-Junaid al Baghdadi dan imam ghazali Ijtihad Tidak dibatasi oleh hasil

pemikiran ulama terdahulu (langsung merujuk kepada

Al-Qur’an dan sunnah) dan

ada lembaga tarjih

(60)

46 BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Letak Geografisdusun Honggosari desa Jogonegoro

1. Keadaan Monografi

Desa Jogonegoro terdiri dari 9 dusun dan dusun Honggosari adalah salah satunya. Desa Jogonegoro merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Mertoyudankabupaten Magelang.

Adapun dusun-dusun yang berbatasan dengan dusun Honggosari sebagai berikut.

1) Sebelah utara :dusun Soroyudan. 2) Sebelah Selatan : perumahan Laguna. 3) Sebelah Timur : desa Sukorejo. 4) Sebelah Barat : dusun Kemaran.

Luas dusun Honggosari ± 5 ha yang terdiri dari 4 RT yaitu RT 01, RT 02, RT 03, RT 04.

2. Keadaan Demografi

(61)

47 Tabel 3.1.

Jumlah penduduk menurut kelompok umur

No Uraian / Jenis Data jumlah Satuan

Masyarakat dusun Honggosari semua beragama Islam, namun terdapat dua paham yaitu Muhammadiyah dan NU. Adapun paham yang dianut oleh masyarakat dusun Honggosari adalah sebagai berikut:

(62)

48

No Agama Pemahaman Prosentase

1 ISLAM Muhammadiyah 40%

NU 60%

Sumber: Dokumen dusun Honggosari

4. Keadaan Pendidikan dan Mata Pencaharian

Dusun Honggosari ini letaknya sangat strategis, dusun ini dekat dengan kantor walikota Magelang, Artos, dan kota Magelang. Maka, masyarakat dusun Honggosari ini memiliki motivasi untuk memperoleh pendidikan sangat besar, hal ini terbukti bahwa masyarakat dusun Honggosari telah dinyatakan bebas dari tiga buta sejak 1990. Hal ini berarti bahwa para orang tua memiliki kemauan yang tinggi untuk memasukkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun harus ke luar kota.

Eksistensi pendidikan merupakan satu hal penting yang harus dipenuhi oleh setiap orang untuk memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Pendidikan membentuk dasar dari setiap masyarakat, karena pertumbuhan masyarakat tergantung pada kualitas pendidikan yang disampaikan. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memacu pemikiran masyarakat yang maju. Pendidikan biasanya akan mempertajam pola pikir individu sehingga mudah menerima informasi dan tidak gagap teknologi.

(63)

49 Tabel 3.3.

Pendidikan Masyarakat

No Jenis Pendidikan Jumlah

1 Universitas D4/S1/S2 32

Adapun sarana pendidikan yang ada di dusun Honggosari Tabel 3.4.

Perekonomian masyarakat dusun Honggosari dapat digolongkan maju, terbukti sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai pegawai negeri, pedagang, buruh dan petani.

Adapun pekerjaan menurut lapangan usaha Tabel 3.5

Pekerjaan menurut lapangan usaha

No Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha Jumlah

1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan 14 Orang

2 Pertambangan dan Penggalian 4 Orang

3 Industri Pengolahan 45 Orang

4 Listrik, Gas, dan Air bersih 4 Orang

(64)

50

6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan hotel 51 Orang 7 Angkutan Penggudangan dan Komunikasi 2 Orang 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah,

dan Jasa Perusahaan

4 Orang

9 Jasa kemasyarakatan 18 Orang

10 Rumah Usaha 8 Orang

11 Lain-lain 127Orang

Sumber: Dokumen dusun Honggosari

B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama

1. Keadaan Masjid

Dahulunya dusun Honggosari ini tidak mempunyai masjid sendiri, masyarakat dusun ini ketika sholat berjamaah khususnya sholat jum’at di

(65)

51

Masjid tersebut memiliki 7 kubah, karena yang mewaqofkan tanah tersebut 7 bersaudara dan masjid ini juga menjadikan kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. Sebab, 7 kubah yang dimaksud di sini mempunyai arti satu keturunan, 7 bersaudara tersebut melahirkan generasi baru yaitu anak dan cucu yang juga bertempat tinggal di dusun Honggosari. Jadi, 45 % masyarakat yang ada di dusun Honggosari ini, masih kerabat keluarga dan di dalam keluarga tersebut juga terdapat dua paham yaitu Muhammadiyah dan NU, sehingga menjadikan dusun ini rukun dan damai karena warganya mayoritas masih kerabat keluarga dan mayoritas dari keluarga tersebut menjadi tokoh masyarakat di dusun ini. Seperti halnya yang di ungkapakan Bapak Fauzi,

kebetulan 45 % tokoh-tokoh yang ada di sini juga keluarga semua. Cikal bakal dusun Honggosari ini kan mbah-mbah saya, ya kebetulan pahamnya mbah-mbah saya di sekolahkan di Muhammadiyah. Jadi, kerukunan sudah tertanam sejak dulu”.(wawancara halaman 14) 2. Keadaan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an)

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.4.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian evaluasi pelaksanaan IB di Kecamatan Gedangan menunjukkan bahwa IB yang dilakukan pada awal birahi memiliki tingkat keberhasilan sebesar 51,3%, pelaksanaan IB

(2014) yang menunjukan hasil bahwa rancangan bauran ritel yang terdiri dari produk, harga, promosi, pelayanan dan fasilitas fisik yang berpengaruh terhadap keputusan

memberikan respon yang sama terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tepung daun bintaro sehingga peningkatan konsentrasi yang diberikan tidak menimbulkan

Berdasarkan uji BNT rata-rata jumlah tunas tertinggi pada perlakuan konsentrasi filtrat bawang merah 18% +Rootone-F berbeda secara signifikan dengan perlakuan konsentrasi filtrat

Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari

Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Jambu Biji Putih (Psidium guajava Linn ).. Bali: Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit

Pemarkah aspektualitas leksikal reduplikasi verba pungtual yang menyatakan berkali- kali dan sebagainya, sufiks-i berkali-kali dan sebagainya, ’sering’, ’jarang’

Analisa bahan yang digunakan terhadap penulisan ini dilakukan dengan mencermati Putusan Hakim No:857/Pid.B/2010/PN.MLG Dalam Perkara Pencurian Dengan