• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar filsafati hak buruh untuk berunding berdasarkan Konvensi ILO adalah persamaan hak. Keadilan sosial harus dapat dirasakan oleh para pihak dalam hubungan industrial. Keadilan sosial harus dapat dirasakan oleh masing-masing individu anggota Serikat Buruh. Keadilan dapat tercapai apabila para pihak mempunyai kedudukan yang sama. Persamaan kedudukan ini diwujudkan dalam persamaan posisi dalam melakukan perundingan kolektif. Perundingan yang dilakukan oleh wakil buruh (Serikat Buruh) dengan pengusaha mengenai kondisi kerja. ILO merumuskan hak berunding sebagai hak untuk berunding secara kolektif. Hak berunding terbagai menjadi tiga hak.

Pertama, hak berorganisasi pada dasarnya merupakan suatu hak untuk melaksanakan organisasi, mengatur organisasi secara bebas, mandiri dan tanpa campur tangan. Menjadi kewajiban pemerintah untuk menciptakan suasana kondusif bagi terselenggaranya hak berserikat. Perlindungan terhadap tindakan anti serikat39 merupakan inti dari hak berorganisasi. Hak berorganisasi meliputi hak untuk menyusun konstitusi dan peraturannya sendiri, untuk memilih wakil-wakilnya, untuk mengatur administrasi dan kegiatan-kegiatannya, merumuskan program-programnya secara mandiri tanpa adanya campur tangan dari pihak lain.40

Kedua, hak berunding berlangsung selama hubungan industrial ada. Selama berlangsungnya perundingan, pengusaha

39 Pasal 1 C. 98.

20

harus memberikan perlindungan41 dan fasilitas42 kepada wakil buruh43 dalam melaksanakan fungsi hak berserikatnya tanpa campur tangan.44

Bentuk perlindungan kepada wakil pekerja dalam perusahaan berdasarkan Pasal 1 Convention concerning Protection and

Facilities to be Afforded to Workers' Representatives in the Undertaking (Konvensi tentang Perlindungan dan Fasilitas yang

akan diberikan kepada Perwakilan Pekerja tahun 1971 No. 135 = C. 135) jo. Pasal 5 Recommendation concerning Protection and

Facilities to be Afforded to Workers' Representatives in the Undertaking (Rekomendasi tentang Perlindungan dan Fasilitas

yang akan diberikan kepada Perwakilan Pekerja) tahun 1971 No. 143 = R 143 meliputi perlindungan yang efektif terhadap setiap tindakan merugikan mereka, termasuk pemecatan, berdasarkan status mereka atau kegiatan-kegiatan sebagai perwakilan pekerja atau pada keanggotaan serikat buruh atau partisipasi dalam kegiatan-kegiatan serikat buruh, sejauh mereka bertindak sesuai dengan undang-undang atau perjanjian kolektif atau pengaturan lain disepakati bersama-sama. Penjabaran bentuk perlindungan berdasarkan Pasal 10 – Pasal 15 R 143 meliputi :

1. pemberian cuti dari pekerjaan, tanpa kehilangan gaji atau tunjangan sosial untuk melaksanakan fungsi-fungsi perwakilan mereka.

2. Pemberian izin dari atasan langsung / wakil dari manajemen tanpa dipotong upahnya.

41 Periksa Pasal 1 C. 135 jo Pasal 5, 10-15 R. 143.

42 Pasal 2 C. 135.

43 Pasal 3 C 135 jo Pasal 7 R 143

44 Mekanisme pemberian fasilitas dengan memperhatikan karakteristik dari sistem hubungan industri di negara, ukuran dan kemampuan perusahaan yang bersangkutan serta tidak akan mengganggu proses produksi (Pasal 2 C. 135).

21

3. Pemberian waktu untuk menghadiri pertemuan serikat pekerja, pelatihan, seminar, kongres dan konferensi.

4. Pemberian akses ke semua tempat kerja.

5. Pemberian akses ke manajemen pengelolaan usaha dalam pemberdayaan pengambilan keputusan

6. pengumpulan iuran serikat buruh secara teratur di tempat usaha.

7. Pemberian izin untuk posting pengumuman di tempat yang telah disepakati serta mudah di akses

8. Pemberian izin untuk mendistribusikan lembaran berita, pamflet, publikasi atau dokumen lain.

Makna fasilitas dengan mengingat hubungan karyawan-menejemen Masing-masing mengandung ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan untuk melindungi wakil-wakil pekerja, peran sertanya dalam kegiatan serikat pekerja serta pemberian fasilitas di perusahaan yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsinya secara efektif dan efisien. Pemberiannya disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Batasan wakil pekerja berdasarkan Pasal 3 C 135 jo Pasal 7 R 143 yaitu :

1. wakil-wakil serikat buruh, yaitu wakil-wakil yang ditunjuk atau dipilih oleh serikat pekerja atau oleh anggota serikat pekerja tersebut;

2. wakil rakyat yang terpilih, yaitu, wakil-wakil yang dipilih secara bebas oleh pekerja yang melakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang nasional atau peraturan atau perjanjian kolektif dan fungsi-fungsi yang tidak termasuk kegiatan yang diakui sebagai hak eksklusif serikat buruh di negara yang bersangkutan;

3. calon wakil pekerja (melalui prosedur yang tepat untuk pemilihan atau penunjukan);dan

22

Untuk mewujudkan prinsip kebebasan berserikat dan hak untuk melaksanakan perundingan bersama, ILO memberikan pedoman terhadap tindakan anti serikat. Dikategorikan sebagai tidak ada upaya perlindungan berdasarkan Pasal 6 ayat 2 R 143 apabila terhadap wakil pekerja terjadi : pemutusan hubungan kerja, penghentian pekerjaan, perubahan yang tidak menguntungkan dalam kondisi kerja, perlakuan tidak adil; pembayaran upah atau hak-hak yang tidak dibayar dan pengurangan tenaga kerja.

Menjadi kewajiban pemerintah untuk menciptakan terlaksananya perlindungan hak berserikat melaui peraturan perundang-undangan dan kelembagaan yang berfungsi dengan benar. Terbuka ruang bagi pihak lain untuk berpartisipasi secara bebas dengan pihak pemerintah dan melakukan tugas mereka tanpa mengalami interferensi.45

Perundingan kolektif dilaksanakan selama berlangsungnya hubungan industrial. Bentuk perundingan kolektif adalah suatu perundingan yang menghasilkan perjanjian atau kesepakatan bersama46 atau hal-hal lainnya diluar perjanjian bersama, misalnya dialog sosial. R 113 mengamanatkan kepada negara anggota ILO agar mengembangkan dialog sosial antar para pelaku produksi yaitu buruh, pengusaha dan penguasa. R 113 memberikan pedoman konsultasi pada tingkat yang lebih tinggi, arahnya untuk meningkatkan hubungan baik antara pemerintah dengan organisasi pekerja dan pengusaha dalam rangka pembangunan perekonomian

45 www.ilo.org, op. cit.

46 Collective Agreements Recommendation atau Rekomendasi

kesepakatan bersama dibuat tahun 1951 dalam Rekomendasi ILO No. 91 (R. 91). R. 91 mengamanatkan kepada negara anggota ILO untuk menjamin hak buruh untuk berunding dan membantu para pihak dalam berunding, merevisi atau memperbaharui perjanjian kolektif. Periksa Aloysius Uwiyono, op. cit., h. 232. Mekanisme kesepakatan bersama disesuaikan dengan kondisi yang ada di setiap Negara (Pasal 1 ayat (1) R. 91).

23

sebagai keseluruhan atau sektor-sektornya, memperbaiki kondisi kerja dan menaikkan standart hidup. Kriteria langkah- langkah yang diambil oleh negara “sesuai dengan kondisi nasional” harus dilakukan tanpa diskriminasi (Pasal 1 ayat (2) R. 113). Konsultasi dan kerjasama harus disediakan untuk atau difasilitasi :

1. dengan tindakan sukarela dari pihak pengusaha dan organisasi pekerja; atau

2. dengan tindakan promosi pada bagian dari otoritas publik atau

3. oleh undang-undang / peraturan atau 4. oleh kombinasi apa pun dari metode ini.

Langkah-langkah pemerintah berdasar Pasal 5 R.113, dapat meliputi :

1. persiapan dan pelaksanaan perUndang-Undangan;

2. pembentukan dan fungsi badan-badan nasional (yang bertanggung jawab untuk organisasi kerja), pelatihan kejuruan dan pelatihan ulang, perlindungan tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, produktivitas, jaminan sosial dan kesejahteraan dan

3. perluasan dan pelaksanaan rencana pembangunan ekonomi dan sosial.

Materi hak berunding diwujudkan dalam kesepakatan atau perjanjian bersama (berbentuk tertulis) berisi tentang syarat dan kondisi kerja atau hal-hal yang mengatur hubungan antara pengusaha dan pekerja; dan/atau mengatur hubungan antara pengusaha atau organisasi pengusaha dan organisasi pekerja47 serta isinya mengikat pihak yang membuatnya (pengusaha dan Serikat

47 Pasal 2 Convention concerning the Promotion of Collective Bargaining C 154 (Konvensi mengenai perundingan bersama) tahun 1981 No. 154 (=C. 154).

24

Buruh). Kedudukan kesepakatan bersama adalah mengikat pihak-pihak yang menandatangani. Muatan perjanjian kerja tidak boleh lebih rendah daripada kesepakatan bersama. Muatan perjanjian kerja yang lebih menguntungkan bagi para pekerja daripada yang ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama tidak boleh dianggap sebagai bertentangan dengan kesepakatan bersama48

Ruang lingkup perundingan bersama berdasarkan Pasal 2 C. 154 untuk : menentukan kondisi kerja dan syarat-syarat kerja; dan / atau mengatur hubungan antara pengusaha dan pekerja; dan/atau mengatur hubungan antara pengusaha atau organisasi pengusaha dan organisasi pekerja. Syarat dan kondisi kerja dijabarkan dalam Pasal 2 R. 91 jo Pasal 1 R. 94. Definisi kesepakatan bersama adalah kesepakatan secara tertulis mengenai kondisi kerja dan syarat-syarat kerja yang dibuat antara pemberi kerja (sekelompok pemberi kerja atau satu atau lebih organisasi pemberi kerja), di satu sisi, dan satu atau lebih perwakilan organisasi pekerja (para wakil terpilih) sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional (Pasal 2 ayat (1) R. 91).

Recommendation concerning Consultation and Co-operation between Employers and Workers at the Level of the Undertaking

(Rekomendasi kerjasama pada tingkat usaha) tahun 1952 No. 94. R. 94 mengamanatkan kepada negara anggota ILO untuk mendorong terbentuknya hubungan kerjasama antara pengusaha dan buruh dalam membahas kepentingan bersama di luar materi perjanjian perburuhan. R. 94 mengatur tentang petunjuk bagi negara untuk mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkan konsultasi dan kerjasama antara pengusaha dan pekerja di tingkat perusahaan yang berkaitan dengan penentuan persyaratan dan kondisi kerja (Pasal 1 R.94). Pelaksanaannya sesuai dengan kebiasaan atau praktek nasional, seperti konsultasi dan kerjasama harus :

25

1. didasarkan pada kesepakatan sukarela antara para pihak, atau 2. diwujudkan dengan undang-undang/peraturan yang akan membentuk badan untuk konsultasi dan kerjasama, menentukan ruang lingkup, fungsi, struktur dan metode operasi mungkin sesuai dengan kondisi di berbagai usaha. (Pasal 2 R.94)

Perundingan bersama merupakan suatu proses sukarela, antara pengusaha dengan buruh/ Serikat Buruh (atau melalui wakilnya) berunding bersama untuk membahas dan menegosiasikan hubungan mereka, khususnya tentang syarat dan kondisi kerja. Perpanjangan kesepakatan bersama harus ditujukan untuk memperluas penerapan dan sebelum diperpanjang masing-masing pihak harus diberi kesempatan untuk mengajukan pengamatan mereka (Pasal 5 R. 91).

Bagaimana mekanisme hak berunding dilaksanakan merupakan kajian yang berkaitan dengan prosedur. Prosedur hak berunding kolektif dilaksanakan selama berlangsungnya hubungan industrial. Baik ketika perundingan pembuatan perjanjian bersama atau tidak, ketika terjadi perselisihan industrial atau tidak atau dalam rangka pelaksanaan dialog sosial yang dilakukan antara pengusaha/organisasi pengusaha, Serikat Buruh dan pemerintah.

Pasal 4 Recommendation concerning Consultation and

Co-operation between Public Authorities and Employers' and Workers' Organisations at the Industrial and National Levels (Rekomendasi

konsultasi dan kerjasama antara otoritas publik, pengusaha dan organisasi pekerja di tingkat industrial dan nasional) tahun 1960 No. 113. Konsultasi dan kerjasama harus bertujuan untuk mempromosikan saling pengertian dan hubungan baik antara otoritas publik, pengusaha dan organisasi pekerja. Tujuan lain untuk mengembangkan ekonomi, meningkatkan kondisi kerja dan

26

meningkatkan taraf hidup49 Adanya kepercayaan antar para pihak menjadi landasan keberhasilan perundingan kolektif, baik berupa perjanjian bersama atau dialog sosial.

Tujuan diadakannya dialog sosial adalah mengembangkan ekonomi, meningkatkan kondisi kerja dan meningkatkan taraf hidup. Kedua bentuk kerjasama itu harus dilakukan secara sukarela dan berlandaskan pada adanya kepercayaan (trust). Untuk mewujudkan rasa saling percaya diantara para pihak, ILO memberikan pedoman bagi Negara untuk menjamin terselenggaranya komunikasi dengan baik (R. 129). Trust akan terwujud apabila informasi yang diberikan kedua pihak (buruh-pengusaha) bersifat obyektif, tidak menyebabkan kerusakan, saling menghargai, serta sesuai dengan kondisi perusahaan. Media komunikasi dapat melalui pertemuan, buletin, media massa, kotak saran. Hal yang terpenting guna tercapainya trust adalah obyek yang diinformasikan, meliputi kondisi kerja, diskripsi pekerjaan, pelatihan, K3, layanan kesejahteraan, jaminan sosial dan pemeriksaan keluhan. Timbulnya rasa percaya antar para pihak dapat dilakukan melalui mekanisme komunikasi dengan memberikan informasi yang benar, jujur dan terbuka. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 7 R 163, yaitu: Kewajiban pengusaha adalah memberikan informasi keadaan sosial ekonomi yang menjadi dasar perundingan bersama. Kewajiban pemerintah untuk memberikan informasi keadaan sosial ekonomi sepanjang pengungkapan informasi ini tidak merugikan kepentingan nasional. Hal ini mengimplikasikan:

1. Upaya untuk mencapai kesepakatan;

2. Melaksanakan negosiasi yang jujur dan konstruktif; 3. Menghindari penundaan yang tidak dapat dibenarkan;

4. Menghormati kesepakatan yang diambil dan diterapkan secara jujur; dan

27

5. Memberi waktu yang cukup untuk para pihak dalam membahas dan

6. menyelesaikan perselisihan kolektif.

Berunding secara jujur dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima bersama. Apabila kesepakatan ini tidak dapat dicapai, maka prosedur penyelesaian perselisihan yaitu mulai dari konsiliasi melalui mediasi hingga arbitrase, dapat dilakukan.50

ILO memberikan pedoman tentang prinsip dasar komunikasi,51 media komunikasi dan jenis informasi yang harus diberikan oleh pengusaha. Prinsip dasar berkomunikasi dijabarkan dalam Recommendation concerning Communications between

Management and Workers within the Undertaking (Rekomendasi

tentang komunikasi antara menejemen dan pekerja) tahun 1967 No. 129. R.129 merupakan penyempurnaan dari R.94, mengamanatkan kepada negara anggota ILO untuk menjamin berjalannya komunikasi antara buruh dan manajemen di tingkat perusahaan.

R. 129 berisi tentang pembentukan dan penerapan kebijakan tentang komunikasi antara manajemen dan pekerja di dalam usaha (Pasal 1 R.129). Diakui bahwa pentingnya iklim saling pengertian dan kepercayaan dalam usaha yang menguntungkan baik untuk efisiensi usaha dan aspirasi para pekerja (Pasal 2 ayat (1) R.129). Prinsip dasar komunikasi dijabarkan sebagai :

1. Penyebaran, pertukaran informasi yang objektif dan selengkap mungkin, yang berkaitan dengan berbagai aspek

50Prinsip-prinsip Ketenagakerjaan; Global Compact – Perserikatan Bangsa Bangsa: Panduan untuk Dunia Usaha/ Organisasi Perburuhan Internasional - Jakarta: ILO, 2009 dalam http://www.ilo.org/wcmsp5/ groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publi cation/ wcms_126247.pdf

28

kehidupan untuk usaha dan kondisi sosial pekerja (Pasal 2 ayat (2) R.129).

2. Pengungkapan informasi tidak akan menyebabkan kerusakan pada salah satu pihak (Pasal 3 R.129).

3. Metode komunikasi harus sama sekali tidak menghina diri dari kebebasan berserikat (Pasal 4 R.129)

4. Adanya saling konsultasi dan pertukaran pandangan dalam rangka untuk memeriksa langkah-langkah yang harus dilakukan dengan tujuan untuk mendorong dan meningkatkan penerimaan komunikasi efektif kebijakan dan aplikasi mereka (Pasal 5 R.129)

5. Kebijakan komunikasi harus disesuaikan dengan sifat perusahaan yang bersangkutan, memperhitungkan ukuran dan komposisi dan kepentingan tenaga kerja (Pasal 8 R.129)

Sangat diperlukan adanya media komunikasi. Untuk itu Pasal 13 R 129 memberikan pedoman media komunikasi yang meliputi:

1. pertemuan untuk tujuan bertukar pandangan dan informasi; 2. media yang ditujukan pada kelompok yang diberikan pekerja,

seperti buletin pengawas dan kebijakan personalia manual; 3. media massa seperti rumah jurnal dan majalah; berita-surat

dan selebaran informasi; papan pengumunan; laporan keuangan tahunan (disajikan dalam bentuk yang dapat dimengerti untuk semua pekerja); surat karyawan; pameran; film; dan slide; radio dan televisi;

4. media yang bertujuan memungkinkan para pekerja untuk mengirimkan saran dan untuk mengekspresikan ide-ide mereka pada pertanyaan yang berkaitan dengan pengoperasian usaha.

29

Di sisi lain berdasarkan Pasal 15 R. 129, juga dirumuskan jenis informasi yang harus diberikan oleh pengusaha, meliputi :

1. kondisi kerja umum, termasuk mutasi dan pemutusan hubungan kerja;

2. deskripsi pekerjaan dan tempat pekerjaan tertentu dalam struktur usaha;

3. kemungkinan pelatihan dan prospek kemajuan dalam usaha; 4. kondisi kerja umum;

5. peraturan keselamatan dan kesehatan kerja serta petunjuk untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja;

6. prosedur pemeriksaan keluhan;

7. personil pelayanan kesejahteraan (perawatan medis, kesehatan, kantin, perumahan, rekreasi, tabungan dan fasilitas perbankan, dll);

8. jaminan sosial atau skema bantuan sosial dalam usaha; 9. peraturan program jaminan sosial nasional yang dikenakan

para pekerja berdasarkan pekerjaan mereka dalam usaha; 10. situasi umum dari usaha dan prospek atau rencana untuk

pembangunan masa depan;

11. penjelasan tentang keputusan yang mungkin langsung atau tidak langsung mempengaruhi situasi pekerja di usaha; 12. metode diskusi dan konsultasi dan kerjasama antara

manajemen dan wakil-wakilnya di satu pihak dan para pekerja dan wakil-wakil mereka di sisi lain.

Proses perundingan bersama juga mencakup fase sebelum negosiasi aktual dilakukan yaitu : berbagi informasi, konsultasi, penilaian bersama – serta melaksanakan kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama harus mencakup ketentuan tentang penyelesaian perselisihan. Perundingan bersama memberi kesempatan untuk mengadakan dialog yang bersifat konstruktif dan mencari penyelesaian konflik, dan kegiatan ini difokuskan pada

30

solusi yang memberi manfaat bagi perusahaan dan masyarakat pada umumnya.52

Selama melakukan perundingan bersama keberadaan wakil-wakil tidak digunakan untuk melemahkan posisi organisasi pekerja yang bersangkutan (Pasal 3 C. 154). Pelaksanaanya disesuaikan dengan kondisi nasional harus dilakukan untuk memfasilitasi pembentukan dan pertumbuhan, secara sukarela, bebas, mandiri antara perwakilan pengusaha dan organisasi pekerja (Pasal 2 R 163). Tidak boleh terhambat oleh tidak adanya peraturan yang mengatur prosedur perundingan (Pasal 5 C. 154) serta tidak menghalangi mekanisme, konsiliasi dan/atau lembaga-lembaga arbitrase (Pasal 6 C. 154).

Petunjuk yang dapat dilakukan oleh negara dalam memberikan jaminan perundingan bersama adalah memberikan pelatihan kepada negosiator di semua tingkatan yang isi dan pengawasannya disesuaikan kebutuhan yang didasarkan pada itikad baik (Pasal 5 R 163). Kewajiban pengusaha adalah memberikan informasi keadaan sosial ekonomi yang menjadi dasar perundingan bersama. Kewajiban pemerintah untuk memberikan informasi keadaan sosial ekonomi sepanjang pengungkapan informasi ini tidak merugikan kepentingan nasional (Pasal 7 R 163).

Ketiga, hak mogok merupakan alat penyeimbang kaum buruh dari kontrol ekonomis pengusaha53 Pemogokan adalah suatu hak kolektif buruh untuk menghentikan pekerjaan dengan maksud agar tuntutannya dipenuhi. Pemogokan merupakan bagian dari kegiatan Serikat Buruh. Hak mogok merupakan unsur penting dari hak-hak

52 www.ilo.org, op.cit.

53 Patricia H Werhane, Persons, Rightsm and Corporations, New Jersey : Prentice-Hall Inc. Engelwood Clifs, 1985, h. 116-117. Periksa Aloysius Uwiyono, op. cit., h. 57.

31

Serikat Buruh.54 Hak mengatur kegiatan menjadi hak setiap organisasi (Serikat Buruh).55 Pelarangan hak mogok oleh buruh selain pejabat pemerintah, dapat menjadi penghambat Serikat Buruh dalam melaksanakan kegiatannya yang potensial.56 Pelarangan umum atas pemogokan merupakan pembatasan besar-besaran terhadap kesempatan yang terbuka bagi Serikat Buruh dalam membela kepentingan anggota serta hak mereka untuk menyelenggarakan kegiatannya secara bebas.57 Hak mogok adalah salah satu cara penting yang tersedia bagi kaum buruh dan Serikat Buruh untuk meningkatkan perlindungan kepentingan sosial dan ekonomi mereka.58 Hak mogok merupakan senjata buruh untuk memperjuangkan kepentingannya apabila perundingan gagal. Lock

out merupakan senjata pengusaha apabila perundingan gagal.

Mogok dan lock out harus dihindari, mekanisme konsiliasi dan arbitrasi diharapkan sebagai media penyelesaian perselisihan.

Berkaitan dengan hal konsiliasi, Recommendation concerning

Voluntary Conciliation and Arbitration (Rekomendasi Konsiliasi

dan Arbitrase Sukarela) tahun 1951 No. 92. R. 92 dimaksudkan untuk mendorong pembentukan mekanisme konsiliasi bersama berdasar perwakilan setara pengusaha dan pekerja menekankan sifat kesukarelaan prosedur konsiliasi dan arbitrasi dan memperjelas bahwa ketentuan ini tidak membatasi hak mogok.

54 Hasil Pertemuan dari survey umum kedua tahun 1952 Komite Kebebasan Berserikat dan komite Ahli tentang pelaksanaan Konvensi dan Rekomendasi ILO. Periksa Aloysius Uwiyono, ibid.

55 Pasal 3 C. 87.

56 Hasil Pertemuan dari survey umum ketiga tahun 1959 Komite Kebebasan Berserikat dan komite Ahli tentang pelaksanaan Konvensi dan Rekomendasi ILO. Periksa Aloysius Uwiyono, op. cit., h. 58.

57 Hasil Pertemuan dari survey umum keempat tahun 1973 Komite Kebebasan Berserikat dan komite Ahli tentang pelaksanaan Konvensi dan Rekomendasi ILO. Periksa Aloysius Uwiyono, ibid.

58 Hasil Pertemuan kelima tahun 1983 Komite Kebebasan Berserikat dan komite Ahli tentang pelaksanaan Konvensi dan Rekomendasi ILO. Periksa Aloysius Uwiyono, ibid.

32

Mekanisme konsiliasi sesuai dengan kondisi nasional (Pasal 1 R.92). Mencakup perwakilan yang sama pengusaha dan pekerja (Pasal 2 R.92) Prosedur harus gratis dan cepat (Pasal 3 R.92) harus didorong untuk menjauhkan diri dari pemogokan dan lockouts sementara perdamaian yang sedang berlangsung (Pasal 4 R. 92). Arbitrase dilaksanakan untuk penyelesaian akhir dengan persetujuan dari semua pihak yang berkepentingan, yang terakhir harus didorong untuk menjauhkan diri dari pemogokan dan

lockouts sementara arbitrase sedang berlangsung (Pasal 6 R.92).

Komite Ahli ILO menyatakan bahwa hak mogok tidak dapat dipisahkan dari hak berorganisasi, hak mogok bukanlah hak mutlak tanpa batas dam hak mogok dapat diatur sesuai kebutuhan masyarakat melalui pembatasan-pembatasan, bahkan dalam hal-hal tertentu dilarang. 59 Sebagai suatu bentuk kerja paksa apabila terdapat hukuman karena ikut serta dalam pemogokan.

Dasar hukum hak mogok terdapat dalam Pasal 1 Abolition of

Forced Labour Convention (Konvensi tentang Penghapusan Kerja

Paksa), tahun 1957 No. 105 (C.105), mewajibkan negara anggota untuk tidak menggunakan kerja paksa dalam segala bentuk, meliputi:

1. as a means of political coercion or education or as a punishment for holding or expressing political views or views ideologically opposed to the established political, social or economic system;

2. as a method of mobilising and using labour for purposes of economic development;

3. as a means of labour discipline;

4. as a punishment for having participated in strikes;

5. as a means of racial, social, national or religious

discrimination.

33

Dari ketentuan Pasal 1 C. 105 dapat diketahui bahwa bentuk– bentuk kerja paksa meliputi sebagai alat pemaksaan politik atau pendidikan atau sebagai hukuman untuk memegang atau mengekspresikan pandangan politik atau pandangan ideologis bertentangan dengan sistem politik, sosial atau ekonomi mapan; sebagai metode memobilisasi dan menggunakan tenaga kerja untuk tujuan pembangunan ekonomi; sebagai alat disiplin tenaga kerja; sebagai hukuman karena ikut serta dalam pemogokan; sebagai alat diskriminasi rasial, sosial, nasional atau agama.

Alasan ILO memperjuangkan agar hak berunding kolektif dapat terlaksana atas dasar kemanfaatan. Sesuatu (ilmu) harus dapat memberikan kamanfaatan pada manusia60 Pengaturan hak berserikat itu penting karena akan memberikan manfaat bagi manusia secara umum dan tiga pihak (buruh, pengusaha dan Negara) secara khusus. Manfaat yang diberikan dari hak berserikat adalah adanya peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan. Perundingan bersama seringkali lebih efektif dan fleksibel daripada peraturan perundang-undangan nasional. Perundingan bersama dapat membantu mengantisipasi masalah potensial serta mengembangkan mekanisme damai dalam mengatasi persoalan intern di tempat kerja; membantu menemukan mencari jalan keluar yang mempertimbangkan prioritas dan kebutuhan pengusaha maupun pekerja. Perundingan bersama yang efektif akan memberi manfaat bagi kedua pihak, pengusa atau buruh dan perdamaian dan ketenangan akan memberi manfaatkan kepada masyarakat secara lebih luas. Perundingan bersama dapat menjadi lembaga tata kelola yang penting karena akan menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan mereka yang diatur dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka

Dokumen terkait