• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna hak berunding adalah hak berunding secara kolektif. Hak berunding terdiri dari hak berorganisasi, hak berunding dan hak mogok. Prinsip kebebasan berkontrak adalah dasar dari hak berserikat, termasuk hak berunding. Terdapat empat prinsip hukum yang dapat ditelusuri dari tiga hak berunding, yaitu prinsip hukum

representatif, prinsip hukum itikad baik, prinsip hukum

proporsonalitas dan prinsip hukum transparansi.

Prinsip hukum berasal dari dua kata dasar yaitu prinsip dan hukum. Prinsip sering disebut juga dengan asas. Kata prinsip berasal dari kata principle (bahasa Inggris) atau beginsel (bahasa Belanda) atau principium (bahasa Latin)62 yaitu a general or fundamental law, doctrine, or assumtion; a rule or code of doctrine, devotion to such a code; the laws or facts of nature underlying the working of an artificial device; a primary soruce endowment63 yang artinya unsur, pokok;64 dasar, asas, kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak;65 Prinsip merupakan sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau bertindak atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya.66

62Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, h. 891-892. Periksa Agus Yudha Hernoko, op.cit., h. 18.

63 The Merriam Webster Dictionary, op. cit. , h. 572.

64 J. Muh. Arshat Ro’is, Kamus Praktis Belanda-Indonesia,

Indonesia-Belanda, Keesing, Uitgeversmaatschapplijk, B.V. Amsterdam, 1987, h. 15.

65 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (An

English- Indonesian Dictionary ), Gramedia, Jakarta, 2005, h. 447

38

Prinsip hukum merupakan landasan yang menjadi penopang suatu aturan hukum.67 Terdapat beberapa pendapat dari ahli hukum mengenai prinsip hukum, diantaranya:

1. Ballefroid: asas hukum adalah norma hukum yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum umum itu merupakan pengedepanan hukum positif dalam suatu masyarakat.

2. Van Eikema Homes: asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain asas hukum ialah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

3. Paul Scholten: asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar, yang terdapat di dalam dan di belakang sistim hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim, yang berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.

Posisi asas hukum sebagai meta norma hukum pada dasarnya memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental bagi keberadaan suatu norma hukum. Asas hukum merupakan jantung atau hatinya norma hukum (peraturan hukum). Menurut G.W. Paton, hal ini didasari pemikiran:

67 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1991, h. 32. Periksa juga J.J.H. Bruggink, alih bahasa Arief Sidharta, Refleksi tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 119-120.

39

1. asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu norma hukum. Dengan demikian setiap norma hukum itu pada akhirnya dapat dikembalikan pada asas-asas hukum dimaksud;

2. asas hukum merupakan alasan bagi lahirnya suatu norma atau merupakan ratio legis dari norma hukum . Asas hukum tidak akan pernah habis kekuatannya dengan melahirkan norma hukum-norma hukum baru.

Asas hukum berfungsi sebagai pondasi yang memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental, mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis.68

Prinsip-prinsip hukum dalam hak berunding dapat ditelusuri dari rumusan Konvensi dan Rekomendasi ILO, meliputi prinsip hukum representatif, prinsip hukum itikad baik, prinsip hukum proporsonalitas dan prinsip hukum transparansi. Prinsip kebebasan berkontrak adalah dasar dari hak berunding. Prinsip kebebasan berkontrak adalah prinsip yang menekankan pada kebebasan dari para pihak untuk membuat perjanjian dengan pihak dan obyek/isi yang dikehendakinya. Prinsip kebebasan berkontrak merupakan perwujudan dari kehendak bebas para pihak. Prinsip kebebasan berkontrak dirumuskan sebagai semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Ruang lingkup kebebasan berkontrak adalah :

1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian; 2. Kebebsan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin

membuat perjanjian;

3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya;

4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian;

5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian;

68 Periksa Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 45. Periksa juga Agus Yudha Hernoko, ibid., h. 20.

40

6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional (aanvullend,

optional)69

Berunding adalah suatu proses untuk mencapai suatu kesepakatan. Hak berunding yang dilakukan oleh Serikat Buruh dengan pengusaha/organisasi pengusaha pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Pihak yang melakukan perundingan harus mempunyai kedudukan yang sama. Sayangnya antara buruh dengan pengusaha secara sosial ekonomis berbeda. Terdapat sisi positif dan negatif antara buruh dan pengusaha selama melaksanakan hubungan industrial. Buruh cenderung mempunyai motivasi kerja yang rendah dan menuntut hal yang berlebihan tidak sesuai dengan kompetensi atau hasil kerja. Pengusaha cenderung menerapkan prinsip ekonomi dengan menempatkan upah buruh sebagai bagian dari biaya produksi yang harus ditekan untuk mengejar keuntungan. Pengusaha cenderung bertindak sewenang-wenang. Untuk mensejajarkan posisi buruh dan pengusaha dibutuhkan suatu wadah yaitu Serikat Buruh.

Serikat Buruh diharapkan mampu menjadi wakil buruh dalam melakukan perundingan kolektif yang berkaitan dengan pembentukan kesepakatan bersama, dialog sosial atau upaya penyelesaian perselisihan. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak yang membuatnya. Dengan demikian hasil dari perundingan kolektif yang telah disepakati oleh Serikat Buruh dan pengusaha mempunyai akibat hukum yang mengikat seperti Undang-Undang bagi kedua belah pihak.

69 Sutan Remi Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang

Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut

Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, h. 47. Periksa Agus Yudha Hernoko, op. cit., h.95-96.

41

Prinsip Representatif

Prinsip representatif adalah prinsip keterwakilan. Adanya prinsip representatif dapat ditelusuri dari rumusan Pasal 3 jo Pasal 7 C. 87. Prinsip representatif bermakna hak untuk memilih wakil-wakilnya dengan kebebasan penuh; hak untuk mendapatkan status badan hukum yang tidak membatasi dan hak untuk dilindungi dari tindakan anti serikat. Batasan wakil pekerja adalah:

1. wakil-wakil serikat buruh, yaitu wakil-wakil yang ditunjuk atau dipilih oleh serikat pekerja atau oleh anggota serikat pekerja tersebut;

2. wakil rakyat yang terpilih, yaitu, wakil-wakil yang dipilih secara bebas oleh pekerja yang melakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang nasional atau peraturan atau perjanjian kolektif dan fungsi-fungsi yang tidak termasuk kegiatan yang diakui sebagai hak eksklusif serikat buruh di negara yang bersangkutan;

3. calon wakil pekerja (melalui prosedur yang tepat untuk pemilihan atau penunjukan);dan

4. pekerja yang tidak lagi menjadi wakil pekerja.70

Hak untuk dilindungi dari tindakan anti serikat yaitu tindakan yang menyebabkan pemecatan, merugikan seorang pekerja karena alasan keanggotaan serikat pekerja, peran sertanya dalam kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, peran sertanya dalam kegiatan serikat pekerja dengan ijin pengusaha dalam jam kerja, 71

penghentian pekerjaan, perubahan yang tidak menguntungkan dalam kondisi kerja, perlakuan tidak adil, pembayaran upah atau

70 Pasal 3 C 135 jo Pasal 7 R 143

42

hak-hak yang tidak dibayar, pengurangan tenaga kerja.72

Penjabaran bentuk perlindungan meliputi:

1. pemberian cuti dari pekerjaan, tanpa kehilangan gaji atau tunjangan sosial untuk melaksanakan fungsi-fungsi perwakilan mereka.

2. Pemberian izin dari atasan langsung / wakil dari manajemen tanpa dipotong upahnya.

3. Pemberian waktu untuk menghadiri pertemuan serikat pekerja, pelatihan, seminar, kongres dan konferensi.

4. Pemberian akses ke semua tempat kerja.

5. Pemberian akses ke manajemen pengelolaan usaha dalam pemberdayaan pengambilan keputusan

6. pengumpulan iuran serikat buruh secara teratur di tempat usaha.

7. Pemberian izin untuk posting pengumuman di tempat yang telah disepakati serta mudah di akses;

8. Pemberian izin untuk mendistribusikan lembaran berita, pamflet, publikasi atau dokumen lain.73

Hubungan antara anggota dan Serikat Buruh mendasarkan pada pemberian kuasa (mandatory) dalam hal keterwakilannya. Ada tiga bentuk union security clauses:

1. A closhed shop, requiring the employer to hire only union members;

2. A union shop, requiring employees to become union members after hired in order to keep their jobs;

3. An agency shop, requiring employees to pay union dues after hired in order to keep their jobs74

72 Pasal 6 (2) R. 143

73 Pasal 10 – Pasal 15 R. 143

74 John W. Budd, Labor Relation : Striking a Balance, McGraw-Hill Irwin, New York, 2005, h. 325.

43

Prinsip Itikad Baik

Prinsip itikad baik harus menjadi landasan dari setiap hubungan hukum, termasuk hubungan industrial. Itikad baik menjadi dasar terciptanya sebuah kepercayaan (trust) diantara para pihak. Antara subyek (Buruh, Serikat Buruh, pengusaha dan negara) harus mempunyai kewajiban yang dilandasi itikad baik. Masing-masing pihak mempunyai kewajiban yang dapat menciptakan terselenggaranya hak berserikat.

Prinsip itikad baik tercermin pada saat Serikat Buruh dengan Pengusaha menyusun perundingan bersama75 dan menyelesaikan perselisihan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat perundingan bersama :

1. Ruang lingkup perundingan bersama: menentukan kondisi kerja dan syarat-syarat kerja; dan / atau mengatur hubungan antara pengusaha dan pekerja; dan / atau mengatur hubungan antara pengusaha atau organisasi pengusaha dan organisasi pekerja (Pasal 2 C. 154).

2. Muatan Perjanjian kerja yang lebih tinggi dari perundingan bersama dianggap tidak bertentangan dengan perundingan bersama (Pasal 3 R. 91)

3. Perpanjangan perundingan bersama harus ditujukan untuk memperluas penerapan dan sebelum diperpanjang masing-masing pihak harus diberi kesempatan untuk mengajukan pengamatan mereka (Pasal 5 R. 91).

4. Selama melakukan perundingan bersama keberadaan wakil-wakil tidak digunakan untuk melemahkan posisi organisasi pekerja yang bersangkutan (Pasal 3 C. 154).

44

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menyelesaian perselisihan :

1. Mekanisme konsiliasi sesuai kodisi nasional (Pasal 1 R. 92.) 2. Perwakilan yang sama pengusaha dan buruh (Pasal 2 R. 92.) 3. Prosedur harus gratis dan cepat (Pasal 3 R. 92.)

4. Menghindari mogok dan lockout selama upaya penyelesaian berlangsung (Pasal 4 R. 92.)

5. Arbitrase sebagai upaya terakhir dan dihindari mogok dan lockout (Pasal 6 R. 92.)

Antara buruh/Serikat Buruh dengan pengusaha harus memberikan pertukaran informasi yang objektif (Pasal 2 R.129); saling berusaha untuk tidak akan menyebabkan kerusakan pada salah satu pihak (Pasal 3 R.129); berusaha menggunakan metode yang tidak bertentangan dengan kebebasan berserikat (Pasal 4 R.129); bertujuan untuk mencari langkah-langkah perbaikan (Pasal 5 R.129) serta disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan kepentingan buruh (Pasal 8 R.129). Untuk mendukung tercapainya suasana kondusif di tempat kerja, pengusaha dapat mengagendakan pertemuan berkala, menyediakan media (dengan sasaran kelompok, individual) serta menyediakan sarana peran serta (Pasal 13 R.129). Kewajiban pengusaha adalah memberikan informasi keadaan sosial ekonomi yang menjadi dasar perundingan bersama. (Pasal 7 R. 163). Adapun jenis informasi yang wajib diberikan oleh pengusaha meliputi kondisi kerja umum, termasuk mutasi dan pemutusan hubungan kerja; deskripsi pekerjaan dan tempat pekerjaan tertentu dalam struktur usaha; kemungkinan pelatihan dan prospek kemajuan dalam usaha; kondisi kerja umum; peraturan keselamatan dan kesehatan kerja serta petunjuk untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja; prosedur pemeriksaan keluhan; personil pelayanan kesejahteraan (perawatan medis, kesehatan, kantin, perumahan, rekreasi, tabungan dan fasilitas perbankan, dll);

45

jaminan sosial atau skema bantuan sosial dalam usaha; peraturan program jaminan sosial nasional yang dikenakan para pekerja berdasarkan pekerjaan mereka dalam usaha; situasi umum dari usaha dan prospek atau rencana untuk pembangunan masa depan; penjelasan tentang keputusan yang mungkin langsung atau tidak langsung mempengaruhi situasi pekerja di usaha; metode diskusi dan konsultasi dan kerjasama antara manajemen dan wakil-wakilnya di satu pihak dan para pekerja dan wakil-wakil mereka di sisi lain.

Prinsip Proporsionalitas

Prinsip proporsionalitas bermakna adanya pembagian beban kewajiban yang fair. Proporsionalitas terletak pada subyeknya yaitu buruh/Serikat Buruh; pengusaha dan Negara. Proporsionalitas di dalam menyusun konstitusi (Pasal 3 C. 87), mengatur administrasi, kegiatan dan menyusun program (Pasal 3 C. 87). Menjadi kewajiban buruh, pengusaha, Serikat Buruh untuk menghormati hukum nasional yang tidak menghalang-halangi hak berserikat (Pasal 8 C. 87).

Prinsip proporsionalitas berasal dari prinsip keadilan. Aristoteles memberikan asumsi “untuk hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan secara tidak sama secara proporsional.76 Pembagian beban kewajiban diletakkan pada prinsip fairness.

Penekanan prinsip proporsionalitas berada dalam proses dan mekanisme pertukaran hak dan kewajiban yang berlangsung secara

fair. Peter Mahmud Marzuki menyebut prinsip proporsionalitas

sebagai equitability contract dengan unsur justice serta fairness. Makna equitability menunjukkan suatu hubungan yang setara (kesetaraan), tidak berat sebelah dan adil (fair), artinya hubungan

46

kontraktual tersebut pada dasarnya berlangsung secara proporsional dan wajar.77 Unsur fairness merujuk pada pendapat John Rawls bahwa justice as fairness ditandai dengan prinsip rasionalitas, kebebasan dan kesamaan. Just berarti adil secara substansi (substantive justice) fair berarti adil secara prosedural (procedural

justice). 78

Yohanes Sogar Simamora menyatakan prinsip proporsionalitas merupakan landasan dalam pendistribusian kemampuan anggota masyarakat dalam memikul beban kewajiban. Prinsip proporsionalitas menekankan pada keseimbangan dalam pembagian kewajiban, bukan keseimbangan posisi tawar (bergaining position). 79 Agus Yudha Hernoko menyatakan, proporsionalitas merupakan asas yang mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya. Proporsionalitas pembagian hak dan kewajiban ini diwujudkan dalam seluruh proses hubungan kontraktual, baik pada fase pra kontraktual, pembentukan kontrak maupun pelaksanaan kontrak. Asas proporsionalitas tidak mempermasalahkan keseimbangan (kesamaan) hasil, namun lebih menekankan proporsi pembagian hak dan kewajiban diantara para pihak.80

Pengujian prinsip proporsionalitas menurut Rudhi Prasetya tampak dalam kalusul-klausul kontrak apakah tidak bertentangan dengan kepatutan dan keadilan (bilijkheid en redelijkheid).81

77 Peter Mahmud Marzuki, “Batas-Batas Kebebasan Berkontrak”,

Yuridika, Vol.18 No.3 Tahun 2003, h. 205 (dalam Agus Yudha Hernoko, ibid. ,

h.72-73).

78 Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi (Telaah Filsafat Politik

John Rawls), Kanisius, Yogjakarta, 1999, h. 21 , dalam ibid., h. 44-45.

79 Ian Mc Leod, Legal Method, Mcmillan Press Ltd, London, 1996, p. 212 dalam Yohanes Sogar Simamora, op. cit. , h. 43.

80 Agus Yudha Hernoko, op. Cit., h. 29.

81 Rudhi Prasetya, “Analisa Hukum ekonomi terhadap Kontrak dalam

Menyongsong Era Globalisasi”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 2 1997, h. 21

47

Prinsip proporsionalitas sangat penting di dalam perumusan PKB mengingat penekanannya adalah keseimbangan beban kewajiban antara pengusaha dengan buruh (Serikat Buruh). Keseimbangan beban kewajiban dapat dirumuskan dalam klausula PKB yang berisi tentang hak dan kewajiban para pihak.

Prinsip Transparansi

Prinsip transparansi adalah keterbukaan. Terkandung hak untuk mendirikan organisasi (Pasal 2 C. 87), menyusun konstitusi (Pasal 3 C. 87), mengatur administrasi, kegiatan dan menyusun program (Pasal 3 C. 87). Kewajiban negara untuk mengambil langkah (secara legal) untuk menjamin hak berserikat (Pasal 11 C. 87) jo (Pasal 3 C.98) dengan memfasilisitasi perundingan bersama (Pasal 4 C.98) jo (Pasal 1 R.91) jo (Pasal 5 C. 154) (Pasal 2 R.163) ke dalam aturan hukum. Negara dapat membentuk peraturan tentang terbentuknya badan konsultasi dan kerjasama yang mendukung kondisi tercapainya perundingan bersama (Pasal 2 R.94); memberikan pelatihan kepada negosiator di semua tingkatan (Pasal 5 R. 163); memberikan informasi keadaan sosial ekonomi tidak merugikan kepentingan nasional (Pasal 7 R. 163). Selain itu negara dapat membentuk peraturan tentang komunikasi antara manajemen dan pekerja di dalam usaha (Pasal 1 R.129) yang mendasarkan pada iklim saling pengertian dan kepercayaan untuk efisiensi dan aspirasi buruh (Pasal 2 R.129) berupa :

1. pertukaran informasi yang objektif (Pasal 2 R.129)

2. tidak akan menyebabkan kerusakan pada salah satu pihak (Pasal 3 R.129).

3. penggunaan metode yang tidak bertentangan dengan kebebasan berserikat (Pasal 4 R.129)

48

5. disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan kepentingan buruh (Pasal 8 R.129)

Kewajiban pengusaha adalah memberikan informasi keadaan sosial ekonomi yang menjadi dasar perundingan bersama. (Pasal 7 R. 163). Pengusaha dapat menciptakan sarana yang dapat mendukung perundingan melalui pertemuan, ada media (dengan sasaran :kelompok, individual) sarana peran serta (Pasal 13 R.129). Jenis informasi yang sangat dibutuhkan untuk keberhasilan perundingan bersama adalah: kondisi kerja umum, termasuk mutasi dan pemutusan hubungan kerja; deskripsi pekerjaan dan tempat pekerjaan tertentu dalam struktur usaha; kemungkinan pelatihan dan prospek kemajuan dalam usaha; kondisi kerja umum; peraturan keselamatan dan kesehatan kerja serta petunjuk untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja; prosedur pemeriksaan keluhan; personil pelayanan kesejahteraan (perawatan medis, kesehatan, kantin, perumahan, rekreasi, tabungan dan fasilitas perbankan, dll); jaminan sosial atau skema bantuan sosial dalam usaha; peraturan program jaminan sosial nasional yang dikenakan para pekerja berdasarkan pekerjaan mereka dalam usaha; situasi umum dari usaha dan prospek atau rencana untuk pembangunan masa depan; penjelasan tentang keputusan yang mungkin langsung atau tidak langsung mempengaruhi situasi pekerja di usaha; metode diskusi dan konsultasi dan kerjasama antara manajemen dan wakil-wakilnya di satu pihak dan para pekerja dan wakil-wakil mereka di sisi lain. (Pasal 15 R.129).

Prinsip keterbukaan mengandung makna isi (substantive) dan prosedur82 menjadi dasar bagi buruh / Serikat Buruh dan pengusaha untuk menumbuhkan rasa saling pengertian dan kepercayaan. Adanya keterbukaan menjadi dasar dalam memperkecil terjadinya perselisihan perburuhan dan mewujudkan ketenangan kerja.

50

BAB IV

Dokumen terkait