• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PERLINDUNGAN HAM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA

PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP TKI DI LUAR NEGERI A. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan

C. Dasar Hukum Penempatan TKI di Luar Negeri

Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, migrasi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda melalui penempatan buruh kontrak ke Negara Suriname, Amerika Selatan, yang juga merupakan wilayah koloni Belanda. Bahan yang diperoleh dari Direktorat Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) menyebutkan, sejak 1890 pemerintah Belanda mulai mengirim sejumlah besar kuli kontrak asal Jawa bahkan Madura, Sunda, dan Batak untuk dipekerjakan di Suriname.

Tujuannya untuk mengganti tugas para budak asal Afrika yang telah dibebaskan pada 1 Juli 1863 sebagai wujud pelaksanaan politik penghapusan perbudakan sehingga para budak tersebut beralih profesi serta bebas memilih lapangan kerja yang dikehendaki. Dampak pembebasan para budak itu membuat perkebunan di Suriname terlantar dan mengakibatkan perekonomian Suriname yang bergantung dari hasil perkebunan turun drastis.

Adapun dasar pemerintah Belanda memilih TKI asal Jawa adalah rendahnya tingkat perekonomian penduduk pribumi (Jawa) akibat meletusnya Gunung Merapi dan padatnya penduduk di Pulau Jawa.Gelombang pertama pengiriman TKI oleh Belanda diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 dengan kapal SS Koningin Emma.

Dasar hukum penempatan TKI di luar negeri:

a. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

35

b. Undang – Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

c. Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

d. Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Reformasi Kebijakan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

e. Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor Per 53/Ka-BNP2TKI/II/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BNP2TKI Pasal 48 dan Pasal 49.

f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER14/MEN/X/2010 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri oleh Pemerintah.

h. Konvensi ILO dan PBB tentang Migrant Worker

i. Pandangan Para Ahli Mengenai Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

j. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia.

k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.07/MEN/III/2005 tentang Ketentuan Sanksi Administratif dan Tata Cara Penjatuhan Sanksi Dalam Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

l. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.07/IV/2005 tentang Standar Tempat Penampungan Calon Tenaga Kerja Indonesia.

m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor:

PER.32/MEN/XI/2006 tentang Rencana Kerja Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Sarana dan Prasarana Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

n. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor:

PER.10/MEN/V/2009 tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan dan Pencabutan Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

o. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor:

PER.23/MEN/IX/2009 tentang Pendidikan dan Pelatihan Kerja Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: PER.07/MEN/V/2010 tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia.

p. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor KEP262/MEN/XI/2010 tentang Penunjukan Pejabat Penerbit Ijin Penempatan TKI di Luar Negeri untuk Kepentingan Perusahaan Sendiri.

q. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor SE04/MEN/IV/2011 tentang Pengetatan Penempatan Dalam Peningkatan Perlindungan TKI di Luar Negeri.

37

Mengatasi persoalan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah di luar negeri, tentu tidak lepas dari diplomasi yang harus dilakukan terhadap negara yang bersangkutan, untuk melakukan hal tersebut, dalam hal ini negara harus terlebih dulu memenuhi hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pekerjaan di dalam negeri. Ada hal-hal yang perlu disepakati terlebih dulu dimana hal yang paling penting adalah masalah hak asasi manusia. Hak asasi manusia bagi warga negara Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri yang pertama-tama harus dipenuhi adalah hak untuk memperoleh pekerjaaan di dalam negeri. Karena kebijakan penghentian pengiriman TKI ke luar negeri atau moratorium itu seringkali ditentang karena alasan melanggar hak asasi manusia warga negara untuk bekerja di luar negeri. Meskipun ada konvensi mengenai free movement, tetap saja kita harus memperhatikan mengenai pemenuhan hak warga negara di dalam negeri untuk mendapatkan pekerjaan. Akar permasalahan TKI sebenarnya disebabkan oleh pengelola negara yang berifat swasta. Regulasi mengenai TKI itu rumusannya adalah peraturan penempatan dan perlindungan, dimana seolah-olah perlindungan TKI itu menjadi sub ordinat dari penempatan TKI. Menjadi prioritas itu adalah perlindungan terhadap TKI sejak dari calon TKI direkrut, diberangkatkan, ditempatkan, hingga pemulangan kembali ke keluarganya di tanah air. Harus ada pemilahan yang jelas antara peran dan tanggung jawab negara pengirim, negara penempatan dan individu TKI itu sendiri. 57

Menurut putusan MK No. 12/PUU-XIV/2016, dimana kasus ini menceritakan seorang tenaga kerja Indonesia yang meminta hak-hak mereka

57 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000 hal. 52

selama bekerja diluar negeri. Karena pada dasarnya banyaknya kasus dimana tenaga kerja Indonesia yang mengalami kasus kekerasan saat mereka bekerja diluar negeri. Hal inilah yang mendorong para pekerja menuntut pemerintah Indonesia untuk memenuhi hak-hak mereka.

Salah satu daerah asal TKI yang cukup besar di Indonesia adalah NTB khususnya pulau lombok. Sampai dengan akhir tahun 2009 berdasarkan data pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB jumlah TKI yang bekrja di luar negeri mencapai 650.000 orang. Remittance yang dikirim oleh TKI sebanyak 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) per hari belum termasuk yang dikirim lewat teman yang pulang atau dibawa langsung oleh TKI yang bersangkutan. 58Untuk melindungi TKI yang bekerja di luar negeri (work in overseas) pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan TKI diluar negeri dan peraturan pelaksanaanya.

Salah satu daerah asal TKI yang cukup besar di Indonesia adalah NTB khususnya pulau lombok. Sampai dengan akhir tahun 2009 berdasarkan data pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB jumlah TKI yang bekrja di luar negeri mencapai 650.000 orang. Remittance yang dikirim oleh TKI sebanyak 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) per hari belum termasuk yang dikirim lewat teman yang pulang atau dibawa langsung oleh TKI yang bersangkutan (Burhanuddin,2007). Untuk melindungi TKI yang bekerja di luar negeri (work in overseas) pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004

58 Tita Naovalita, Perlindungan Sosia Buruh Migran Perempuan, Jakarta:, Djambatan,

39

tentang penempatan dan perlindungan TKI diluar negeri dan peraturan pelaksanaanya.

Perlindungan TKI menurut Pasal 1 point (4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 yang menjelaskan bahwa perlindungan tenaga kerja indonesia adalh segala upaya melindungi kepentingan calon Tenga Kerja Indonesia maupun Tenaga Kerja Indonesia dalam mewujudkan terjadinya pemenuhan hak-hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja. Jadi perlindungan hukum adalah perbuatan yang diberikan kepada seseorang atas dasar peraturan perundangan yang berlaku agar seseorang itu terjamin hak-haknya, setelah seseorang itu melakukan kewajibannya, sehingga terwujud kesejahteraan dan kedamaian didalam pergaulan hidup masyarakat. 59

Dalam pemberian perlindungan hukum untuk TKI diatur di Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Pasal 77 yang menyatakan bahwa:60

1. Setiap calon TKI atau TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundnag-udangan

2. Perlindungan sebgaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilaksnakan mulai dari penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan.

Adapun dasar hukum perlindungan Tenaga kerja Idonesia di luar negeri dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia. Sementara itu perlindungan

59 Sunawar Sukowati, “Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia”. Semarang: Sekripsi Universitas Negeri Semarang hal. 22

60 Ibid.

hukum di luar negeri diberikan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 pasal 80 yang menyatakan bahwa:61

1. Pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan hukum peraturan perundang-undangan negara tujuan serta hukum dan kebiasaan Internasional.

2. Pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan peraturan perundang-undangn di negara TKI ditetapkan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 Pasal 80 menunjukkan adanya perlindungan calon TKI maupun TKI. Perlindungan calon TKI dan TKI sesuai dengan langkah-langkah berikut:

1. Disnakertrans Kabupaten atau Kota daerah asal calon TKI melakukan seleksi tentang umur, pendidikan, kesehatan, baik fisik maun administratif. Bagi yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai calon TKI dan akan disulurkan melalui PPTKIS untuk proses penempatan 2. Calon TKI menandatangani perjanjian penempatan dengan PPTKIS

diketahiu ole Disnakertrans kabupaten kota atau kota setemapat.

3. Calon TKI dipastikan diikutkan dalam progam asuransi perlindungan TKI, sehingga apabila terjadi musibah atau kecelakaan calon TKI atau TKI mendapatkan santunan sesuai dengan ketentuan

4. Calon TKI mengikuti Pembelaan Akhir Pemberangkatan (PAP) sebelum keberangkatan luar negeri. Sehingga calon TKI mampu

61

41

memahami cara yang harus ditempuh apabila menghadapi permasalahan diluar negeri.

D. Kesepakatan Antara Indonesia dengan Malaysia Terkait