• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.2. Dasar Pertimbangan

Dalam periode tiga dasawarsa terakhir sektor pertanian dalam arti luas telah menunjukkan peran penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam menggerakkan perekonomian nasional. Sektor pertanian diharapkan masih akan menjadi motor penggerak perekonomian pedesaan ke depan. Beberapa dekade yang lalu, pertumbuhan pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar dan telah memberi kontribusi berarti dalam penurunan tingkat kemiskinan.

Sektor pertanian memiliki multifungsi, antara lain mencakup aspek produksi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, atau penanggulangan kemiskinan dan kelestarian lingkungan. Dalam aspek produksi, pertanian berperan dalam menghasilkan produksi untuk bahan pangan pokok, bahan baku industri domestik, bahan pakan, bio energi, dan produksi untuk ekspor. Dalam aspek peningkatan kesejahteraan masyarakat, sektor pertanian merupakan sumber lapangan kerja dan pendapatan masyarakat, pembentukan kapital yang berperan besar dalam penanggulangan kemiskinan. Penyediaan/produksi berbagai produk pertanian dengan harga yang murah juga telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama konsumen. Sektor pertanian juga berperan dalam menjaga

kelestarian lingkungan melalui perannya dalam menciptakan alam yang hijau dan menciptakan keseimbangan lingkungan, menghindari erosi, dan pengurangan polusi.

Berbagai kebijakan dan program dalam kegiatan pembangunan pertanian yang berjalan, ditujukan untuk memaksimalkan multifungsi di atas. Kebijakan dan program pembangunan tersebut seperti: penyediaan infrastruktur produksi seperti (irigasi, jalan usahatani); pemberian berbagai bantuan, insentif dan subsidi sarana produksi (benih, pupuk) dan subsidi harga; dan dukungan penyuluhan dan pembinaan dalam usahatani serta panen dan pascapanen.

Walaupun pembangunan pertanian telah berdampak positif bagi masyarakat pedesaan, namun belum mampu memecahkan masalah kemiskinan di pedesaan. Meskipun jumlah penduduk miskin di pedesaan menunjukkan penurunan, jumlah penduduk miskin di pedesaan masih besar. Produksi pertanian telah tumbuh secara signifikan, namun kesejahteraan petani belum dapat meningkatkan secara signifikan. Hal ini disebabkan antara lain karena umumnya harga yang diterima petani dan yang dibayar konsumen relatif masih rendah. Hal ini berkaitan dengan rendahnya daya tawar petani. Kondisi ini menunjukkan sistem agribisnis yang terbangun belum dapat sepenuhnya mensejahterakan petani. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya daya tawar petani tersebut seperti kesetaraan kelembagaan dalam pasar, infrastruktur, serta kualitas produk dan lain. Dalam pandangan yang bersifat positif, kondisi demikian menunjukkan bahwa masih ada peluang meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pedesaan secara keseluruhan melalui perbaikan dan melonggarkan kendala-kendala yang ada.

Sektor pertanian mempunyai potensi besar dalam perekonomian nasional.

Potensi pertanian mencakup wilayah yang luas dengan keragaman kondisi agroekosistem dan potensi besar komoditas untuk dikembangkan. Namun, pembangunan pertanian terkendala oleh sejumlah keterbatasan, antara lain: (1) sumberdaya alam yang terbatas dan rusak, (2) ketersediaan infrastruktur

pendukung pengembangan pertanian terbatas, (3) penguasaan lahan oleh rumahtangga relatif kecil, (4) keterbatasan akses petani terhadap modal, (4) kelembagaan pertanian belum kuat, (5) kebijakan dan pembinaan pertanian (agribisnis) yang tersekat oleh banyak lembaga.

Peningkatan kesejahteraan petani telah dan akan menjadi prioritas pembangunan pertanian mendatang, sejalan dengan arahan yang tertuang dalam rencana jangka panjang pembangunan nasional. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam tahapan pelaksanaan pembangunan jangka menengah (PJM) tahun 2004-2009 telah ditetapkan tiga strategi pembangunan ekonomi, yaitu Pro Growth, Pro Jobs, dan Pro Poor. Strategi pembangunan nasional tersebut dilanjutkan pada PJM 2010-2014 dengan memperluas fokus menjadi Triple + One Track Strategy, yaitu Pro Growth, Pro Poor, Pro Jobs, dan Pro Environment. Dalam strategi pembangunan tersebut, aspek kesejahteraan masyarakat termasuk masyarakat pertanian (petani) menjadi perhatian, sehingga agenda peningkatan kesejahteraan rakyat tetap menjadi prioritas dari pemerintah mendatang. Wujud akhir dari perbaikan kesejahteraan akan tercermin pada peningkatan pendapatan, penurunan tingkat pengangguran dan perbaikan kualitas hidup rakyat. Dalam RPJM tahun 2015-2019 diyakini fokus kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pendalaman dari strategi Triple + One Track Strategy, yaitu Pro Growth, Pro Poor, Pro Jobs, dan Pro Environment masih akan menjadi perhatian utama.

Sebagai negara agraris, jumlah masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertanian/agribisnis relatif besar. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan masyarakat pertanian (petani) akan mendapat perhatian besar pembangunan nasional melalui kegiatan pembangunan pertanian. Oleh karena itu, dalam setiap tahapan kegiatan pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan dan yang sedang berjalan, kesejahteraan petani selalu menjadi salah satu tujuan utama dan

ke depan diyakini masih menjadi salah satu prioritas/target utama pembangunan pertanian.

Dengan orientasi pembangunan pertanian ke arah perbaikan kesejahteraan pelaku pembangunan, yaitu petani, maka sangat relevan untuk mengkaji tingkat kesejahteraan petani dan dampak pembangunan yang dilaksanakan terhadap kesejahteraan petani. Pengetahuan secara mendalam tingkat kesejahteraan petani dalam bentuk alat ukur nilai tukar petani, dampak pembangunan dan identifikasi faktor-faktor penentu nilai tukar akan sangat berguna bagi perencanaan kebijakan pembangunan, perbaikan program-program pembangunan ke depan.

1.3. Tujuan

Secara umum kajian bertujuan untuk merumuskan kebijakan peningkatan nilai tukar petani sebagai bahan penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanian.

Secara lebih rinci tujuan kajian adalah:

1) Menganalisa perilaku nilai tukar petani Indonesia,

2) Menganalisa faktor-faktor dan kebijakan yang mempengaruhi nilai tukar petani,

3) Menganalisa nilai tukar pendapatan usahatani dan pendapatan rumahtangga, 4) Merumuskan kebijakan peningkatan kesejahteraan petani sebagai bahan

dasar RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanian.

1.4. Keluaran

Sesuai dengan tujuan, maka keluaran kajian adalah rumusan kebijakan peningkatan nilai tukar petani sebagai bahan penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanian. Secara lebih rinci keluaran kajian adalah:

1) Analisa perilaku nilai tukar petani Indonesia,

2) Analisa faktor-faktor dan kebijakan yang mempengaruhi nilai tukar petani, 5) Analisa nilai tukar pendapatan usahatani dan pendapatan rumahtangga,

6) Rumusan kebijakan peningkatan kesejahteraan petani sebagai bahan dasar RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanian.

BAB II