• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian

2. Data Hasil Wawancara dan Analisinya

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan pada 5 subjek penelitian. Metode wawancara merupakan metode pokok dalam pengumpulan data. Melalui metode wawancara ini dapat diketahui penyebab kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan analisis jawaban hasil tes siswa. Melalui metode ini pula, dapat ditarik kesimpulan tipe kesalahan yang dilakukan siswa serta penyebab kesalahan yang dilakukan siswa tersebut.

Berikut ini disajikan petikan wawancara dengan kelima subjek penelitian dan hasil analisisnya. Adapun S untuk subjek dan P peneliti.

a. Subjek Penelitian 1 1) Soal nomor 1

Petikan 1

P : “Itu mengitung sudut surutnya gimana ?”

S : ”Emm, dari AB diukur pake busur 150 derajat dapetnya AD mas, lha yang AD itu perbandingan proyeksinya yang tadi”

P : “Kok ga kamu kasih tanda ini sudut surut gitu ?” S : “Kemarin lupa mas (sambil tersenyum)”

Dari Petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam melengkapi gambar bangun ABCD.EFGH yaitu tidak jelas dalam menentukan letak sudut surut.

Petikan 2

P : “Oke sekarang kita ke yang disuruh menghitung luas bidang ABP, coba aku dijelasin kok bisa mendapatkan luasnya ini dari mana ?” S : “Untuk menghitung luas ABP itu aku nyari PO dulu mas, terus AB

kan diketahui, ABP itu luasnya setengah AB kali PO hasilnya dua puluh lima akar lima per dua.”

P : “Itu cara mencari panjang PO gimana ?”

S : “Itu kan rusuknya terus lima (menunjuk titik O ditarik ke tengah-tengah ruas EF) per dua itu setengah-tengah rusuknya (menunjuk titik P ditarik ke tengah-tengah ruas EF), terus PO nya lima akar lima per dua centimeter.”

commit to user

Dari petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam menuliskan darimana diperoleh panjang ruas garis PO.

Petikan 3

P : “Oke, sekarang luas ABP.”

S : “Itu salah ngitunge mas, kemarin kurang teliti (sambil tersenyum).” Dari petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam melakukan operasi pembagian bentuk pecahan.

2) Soal nomor 2 Petikan 4

P : “Nomor 2 ini kamu udah bener yang a terus yang b ini gimana ?” S : “Panjang bidang eh jarak bidang mas, kemarin salah tulis, jarak

bidang BQRC dan ADWT 12 cm mas.”

P : “Iya terus kamu langsung menulisnya 12 cm itu diperoleh dari mana?”

S : “Kan yang ditanya jarak bidang e mas, bidange itu sejajar jadi bisa diganti peke panjang AB, kan AB itu tegak lurus kedua bidang itu mas.”

P : “Oh, jadi kalo nyari jarak bidang sejajar itu nyari garis yang sama-sama tegak lurus sama-sama bidangnya ?”

S : “Iya mas, kan ambil titik di salah satu bidang terus dibuat garis tegak lurus, nanti tegak lurus juga sama bidang yang satunya.”

P : “Terus kok milihnya AB apa itu satu-satunya garis yang tegak lurus dengan kedua bidang itu ?”

S : “Ga mas, ada yang lain DC, tapi kan panjangnya sama.” P : “Hanya DC aja ? yang lain tidak ada lagi ?”

S : “Iya mas hanya itu.”

Dari petikan wawancara di atas, siswa sudah mengetahui konsep jarak dua bidang yang sejajar sehingga langsung menuliskan jaraknya tidak disertai alasan tetapi ada pertanyan yang masih mengganjal peneliti tentang konsep jarak dua bidang yang sejajar.

commit to user

Untuk mengetahui lebih luas mengenai konsep jarak dua bidang yang sejajar, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan.

Simak petikan wawancara di bawah ini. Petikan 5

P : “Oke, sekarang kalo aku punya bidang k dan l posisinya sejajar, cara nyari jarake gimana ?”

S : “Ya cari titik di bidang k terus ditarik garis yang tegak lurus, nanti tegak lurus juka dengan k, karena k dan l sejajar.”

P : “Terus nyari titik di bidang k itu gimana?”

S : “Itu terserah mas, kata pak YY cari titik yang enak, atau nanti yang memepermudah perhitungan gitu.”

P : “Titiknya harus di bidang k?”

S : “(siswa diam sejenak) Ga mas bisa diperpanjangannya, o alah mas, ini tadi jarake bisa dihitung panjang PQ, SR, TU dan WV ga cuman AB atau CD saja.”

P : “Oke, terus kalo misal mau mencari jarak garis yang sejajar itu gimana dek ?”

S : “Ya sama mas cari titik di garis yang satunya terus ditarik tegak lurus sampe motong garis satunya.”

P : “Jadi harus tegak lurus ya ?”

S : “Iya mas, nek ga tar nek nyamping jarake beda no mas.”

Dari petikan wawancara di atas, siswa mengetahui konsep jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar.

3) Soal nomor 3 Petikan 6

P : “Mencarinya sudut alpha ?”

S : “Pake sin mas, depan dibagi miring, depane kan 30 cm yang diangkat tadi terus miringe 60 cm panjang kacane, 30 per 60, setengah, 60 derajat.”

commit to user

S : “Iya mas, eh ga ding, alphanya itu, iya alphane mas, alphannya 60 derajat.”

P : “Lha kok ga di tulis ini alphannya ?” S : “Kurang teliti ini mas (sambil tersenyum).”

Dari petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam menuliskan besar sudut alpha.

b. Subjek Penelitian 2 1) Soal nomor 1

Petikan 1

S : ”Ini luasnya pertama mencari panjang PZ, kan itu membentuk segitiga siku-siku di V jadi bisa dicari PZ kuadrat samadengan PV kuadrat ditambah VZ kuadrat. Terus hasile ini lima per dua akar dua.” P : “Hasilnya benar itu ?”

S : “(mencoba menghitung kembali) Eh itu hitungannya salah mas, seharusnya lima per dua akar lima.”

P : “Oke, terus ga lupa sesuatu ?” S : “Apa e mas ?”

P : “Yang kamu cari itu tadi apa ?”

S : “PZ, panjang PZ (diam sejenak), oh lupa satuane mas cm harusnya (tersenyum)”

Dari petikan wawancara di atas, siswa tidak teliti dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan dan siswa lupa dalam menuliskan satuan panjang ruas garis.

Petikan2

P : “Terus-terus luas bidang ABP nya ?”

S : “Kan ABP itu segitiga jadi luasnya setengah alas kali tinggi, ini tingginya PZ alasnya AB”

P : “Lha kok tidak ditulis ?”

S : “Kemarin kecepatan og mas, buru-buru jadi langsung aja tak tulis itu mas, penting jawabane bener mas (tersenyum).”

commit to user

Dari petikan wawancara di atas, siswa terburu-buru dalam menuliskan darimana diperoleh luas bidang ABP yang merupakan segitiga, sehingga siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban.

Petikan 3

P : “Itu bener itungane ?”

S : “Iya mas kan dua sama dua bisa dicoret (diam sejenak), eh ga bisa ding mas, itu salah berarti kerjaanku, harusnya jawabannya dua lima per empat akar lima.”

Dari petikan wawancara di atas, siswa tidak teliti dalam melakukan operasi pembagian yang melibatkan bilangan pecahan.

2) Soal nomor 2 Petikan 4

P : “Oke sekarang yang nomor 2, 2a coba dilihat lagi.”

S : “(melihat pekerjannnya kemudian tersenyum) Ini sama seperti tadi mas PQ, QR sama PT kurang satuan”

P : “Emang kalau mengerjakan selalu sepeti itu dek ?”

S : “Iya mas aku baru nyadare ini (tertawa), tapi kadang ya tak tulis satuannya.”

Dari petikan wawancara di atas, siswa memang kurang teliti dalam melengkapi panjang suatu ruas garis dengan satuannya.

Petikan 5

P : “Oke untuk yang volume baloknya ini kamu sudah benar, sekarang ke nomor 2b, bisa dijelasin?”

S : “Iya mas, itu jarak dua bidange bisa diwakilin sama PQ atau AB atau TU mas, 12 cm.”

P : “Alasannya?”

S : “Kan garis itu (PQ, AB dan TU) tegak lurus mas sama kedua bidang.” P : “Lha kok yang kamu tulis PQ aja?”

S : “Ya gapapa kan mas, kan panjange sama AB.”

Dari petikan wawancara di atas, siswa tetap mempertahankan jawabannya yaitu jarak antara bidang BQRC dengan bidang ADWT dapat

commit to user

diwakili oleh panjang ruas garis PQ tetapi peneliti belum mengetahui apakah siswa mengerti benar mengenai jarak dua bidang yang sejajar tanpa melakukan kesalahan konsep.

Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar. Simak petikan wawancara di bawah ini.

Petikan 6

P : “Oke sekarang kalau aku punya dua bidang sejajar, bidang k dan bidang l, itu cara nyari jarak dua bidange gimana?”

S : “Itu mas kita ambil titik dibidang k terus ditarik garis tegak lurus menumbus l, lha jarak dua bidange ya panjang garisnya itu.”

P : “Ngambilnya titik di bidang k itu gimana?” S : “Sembarang mas.”

P : “Titiknya harus dibidangnya itu ?”

S : “Ga mas, bisa aja di perpanjangan bidang k itu, sama kayak panjang PQ tadi, titik P tidak di bidang tapi di perpanjangan bidang (ADWT).” P : “Oke sekarang kalau jarak dua garis sejajar ?”

S : “Sama kayak bidang mas, di ambil satu titik di garis k terus ditarik garis tegak lurus nembus garis l.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa mengerti tentang konsep jarak dua bidang dan garis yang sejajar sehingga siswa tidak melakukan kesalahan konsep.

c. Subjek Penelitian 3 1) Soal nomor 1

Petikan 1

S : “Panjang sisine mas, harusnya 5 cm tapi ini hanya tak gambar 3,5 cm (sambil mengukur sisi gambar pada pekerjaannya)”

P : “Kemarin kok ga digambar utuh ukurannya sama sudut surutnya ga kamu tunjukin ?”

commit to user

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak memperhatikan perintah dalam soal, sehingga siswa melakukan kesalahan.

Petikan 2

P : “Oke sekarang tunjukin coba, yang diketahui pada soal sama gambar kamu !”

S : “Panjung rusuk ini 5 cm tapi cuma tak gambar 3,5 cm terus ABFE frontal itu yang depan ini, terus AB horizontal (sambil menunjuk gambar pada pekerjaannya), sudut surut 150 derajat (diam dan berfikir)”

P : “Kenapa kok diam (sambil tersenyum)?”

S : “Ini mas saya bingung, kan sudut surutnya 150 derajat terus masa ntar, bentuke jelek no (tersenyum).”

P : “Piye-piye ? lha letaknya sudut surut itu dimana sih ?”

S : “Letake disini mas. (menunjuk sudut yang dibentuk antara ruas garis AD dan ruas garis AB)”

P : “Terus kalo sudutnya itu berapa ? ngukure gimana ?”

S : “Gini mas, kayake kalu lebih dari 90 derajat sudut surute itu di sini (menunjuk sudut yang dibentuk antara ruas garis AB dan ruas garis BC)”

P : “Oh gitu terus ngukurnya gimana?”

S : “Nolnya di AB mas, terus 150 derajat jadi BC.” P : “Yakin disitu sudut surutnya ?”

S : “Iya mas yakin (tersenyum)”

P : “Pak YY juga jelasinnya kayak gitu?”

S : “Kemarin hanya dikasih contoh satu gambar tok mas, dan aku ga begitu paham bener.”

P : “Terus pernah latihan gambar kayak gini ?”

S : “Ga mas, tak kira gambar ini gga masuk materi penting og mas.” Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui letak sudut surut gambar bangun ABCD.EFGH sehingga melakukan kesalahan,

commit to user

kesalahan disebabkan karena guru hanya memberikan satu contoh dan siswa kurang aktif.

Petikan 3

P : “Oke terus lanjutkan yang perbandingan proyeksi itu ?”

S : “(melihat lagi soal) Bukane ini haruse masuk soal yang selanjutnya itu mas, mencari luas ABP ?”

P : “Lha gimana perbandingan proyeksi itu keg gimana ?”

S : “(berfikir sejenak) Anu mas, ehm, aku ga tau perbandingan proyeksi itu apa, hehe (sambil tertawa)”

P : “Lha dulu pas dijelasin pak YY ga di perhatiin ya?” S : “Perhatiin mas, tapi aku ga ngerti.”

P : “Kok ga tanya kalau belum mudheng sam pak YY.” S : “(tersenyum) Ga biasa tanya og mas.”

P : “Sama temen-temen juga ga pernah tanya?” S : “Ga mas (tersenyum)”

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengerti tentang perbandingan proyeksi dalam menggambar kubus ABCD.EFGH dikarenakan tidak bertanya ketika kesulitan bertanya baik kepada guru atau temannya.

Petikan 4

P : “Terus panjang PA sama panjang PQ nya itu bener ?”

S : “(melihat pekerjaan dan berfikir sejenak) Ada akar-akare ruwet mas,tapi kemarin udah tak hitung ya benar kok.”

P : “Yakin ini benar ? Coba dicek lagi !”

S : “(diam dan memperhatikan jawaban) Iya mas udah benar ini PA nya.” P : “Terus PQ nya ?”

S : “(memperhatikan jawaban sambil menunjuk perhitungan pada lembar pekerjaan) Iya mas ini PQ juga benar.”

P : “Okelah, terus luasnya bidang ABP ?”

commit to user

Dari petikan wawancara diatas, siswa kesulitan dalam pengkuadratan bilangan yang mengandung bentuk akar sehingga melakukan kesalahan dalam melakukan operasi hitung aljabar.

Petikan 5

P : “Dari mencari panjang PA dan PQ ada yang kelupaan ga dek?” S : “Maksudnya mas?”

P : “Ya itu udah bener lengkap?”

S : “(memperhatikan jawaban) Oh, ini kurang cm mas, centimeter P : “Apa centimeter itu ?”

S : “Satuan panjang mas, yang luas ABP juga sama kurang satuan luas cm kuadrat.”

P : “Kemarin kok ga dilengkapi ?” S : “Lupa mas ga teliti.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa kurang teliti dalam melengkapi satuan panjang ruas garis dan satuan luas bidang.

2) Soal nomor 2 Petikan 6

P : “Oke, lha ini kerjaanmu bisa dijelasin dapetnya jarak dari mana ?” S : “Itu gini mas kan yang ditanya jarak bidang ADWT ke BQCR

yaudah jawabnya segitu.”

P : “Akar tiga kuadrat ditambah dua belas kuadrat dapetnya darimana ? S : ”Itu AT kuadrat ditambah AB kuadrat terus di akar mas.”

P : “Berarti itu sama kayak nyari BT dong ?”

S : “Iya mas, soale kan yang ditanya jarak bidang ADWT ke bidang BQRC jadi isa diganti cuma nyari BT aja.”

P : “Bisa milihnya BT itu darimana dek ?”

S : “Itu kalo jarak bidang kan haruse milih titik ditegah-tengah bidang, tapi bisa titik di pojok bidang mas.”

P : “Kok ga pakai yang di tengah bidang ?”

S : “Sulit mas, kan nanti sama aja jarake kan bidangnya sejajar.” P : “Yakin itu hitungannya benar ?”

commit to user

S : “Sik mas (diam sejenak), udah bener ini mas (tertawa)”

Dari petikan wawancara diatas, siswa menganggap bahwa jarak bidang ADWT dengan bidang BQRC dapat diganti dengan hanya mencari panjang ruas garis BT.

Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar.

Simak petikan wawancara di bawah ini. Petikan 7

P : “Oke dek sekarang kalo aku punya dua bidang sejajar bidang k dan l, itu cara nentuin jaraknya gimana ?”

S : “Sama kayak ini tadi mas, dicari titik tengah k dan titik tengah l terus dihubungin dicari panjangnya.”

P : “Udah gitu tok ?”

S : “Bisa pakai titik dipojokannya mas atau di pinggir-pinggirnya.” P : “Oke-oke sekarang kalau jarak dua garis yang sejajar ?”

S : “Ya sama mas, dicari titik tengahnya terus dihubungin.” P : ”Pakai titik pinggirnya atau ujungnya bisa ?”

S : “Bisa mas.”

P : “Kalau garisnya tak berhingga?” S : “Maksude mas?”

P : “Kan ada kan garis yang tak berujung ?”

S : “Nek itu pakai titik yang ambil sembarang mas.” P : “Jadi boleh pakai sembarang titik ?”

S : “Boleh mas.”

P : “Terus titik sama titik dihubungin ?”

S : “Iya mas panjangnya itu nanti jadi jarak garis sejajarnya.” P : “Kalau panjangnya itu miring boleh ?”

S : “Boleh mas nanti bisa pakai phytagoras, yang sepetti tadi tak pakai.” P : “Pas pak YY dulu jelasin selalu merhatiin dek?”

S : “Iya mas, tapi ya kadang ga perhatiin, tapi kalau yang ini aku merhatiin kok.”

commit to user

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui konsep jarak dua bidang yang sejajar dan konsep jarak dua garis yang sejajar dikarenakan terjadi miskonsepsi.

3) Soal nomor 3 Petikan 8

P : “Oke sekarang nomor 3 dek, lihat pekerjaanmu coba ! kok bisa dapet gambar itu gimana ?”

S : “(sambil melihat gambar dan membaca soal lagi) Itu mas kan yang ditanya sudut antara kaca dengan meja, terus yang diangkat itu sisi yang 30 cm (menunjuk pada sisi 30 cm yang diangkat).”

P : “Terus terus ?”

S : “Yo, terus setengahya 60 ini kan 30 jadi kan ikut keangkat, (tertawa) bener ga mas ?”

P : “Weh kok ragu, yang yakin no (tersenyum)”

S : “(berfikir sejenak) Iyo mas yakin, itu kan yang diangkat sisi 30 cm, jadi ya mbentuk alpha itu (sambil menunjuk sudut alpha)”

P : “Oke, terus sudutnya berapa ?” S : “Ya itu 90 derajat.”

P : “Nyarinya pakai sin ya ?”

S : “Yoimas sin i demi, depan miring, depan per miring samadengan 30 per 30 samadengan satu, alphane 90 derajat.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak dapat mengilustrasikan soal dalam bentuk gambar sehingga jawaban salah.

Petikan 9

P : “Oke siip, pernah dikasih soal kayak gini ?”

S : “Ga mas, nek soal cerita kayak gini ga pernah, tapi nek suruh nyari sudut didalam kubus itu pernah.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak dapat menyelesaikan tipe soal yang berbeda dengan soal yang biasa dicontohkan guru.

commit to user d. Subjek Penelitian 4

1) Soal nomor 1 Petikan 1

P : “Iya kok bisa gambar itu gimana ?”

S : “(membaca lagi soalnya) Ini rusuknya 5 cm, terus aku gambar ABFE frontal ini depannya ini, terus AB horizontal, terus sudut surutnya (diam)”

P : “Sudut surut itu apa ya ?”

S : “Aku ga tau mas, sik-sik mas, (berfikir sejenak)”

P : “Kalo ga tau ya gapapa lho dek, tenang ga tak kandake pak YY (tersenyum)”

S : “Iyo mas aku ga tau.”

P : “Dulu pas pak YY jelasin ga perhatiin ya?”

S : “Iya mas dulu pas dijelasin hanya dikasih satu contoh aja, terus dulu aku agak sakit jadi ga konsen.”

P : “Terus ga tanya sama teman-teman lain?’” S : “(tersenyum)”

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengerti mengenai sudut surut dan letaknya, sehingga tidak menggambar dengan benar. Penyebab kesalahan karena siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, pegaruh karena siswa sedang sakit dan kurang aktif bertanya.

Petikan 2

P : “Oke, sekarang luas bidang ABP nya itu dapatnya dari mana ?” S : “Ini RP nya dicari dulu mas”

P : “R nya mana kok ga ada di gambarnya ?” S : “Itu kemarin buru-buru mas.”

P : “Terus R nya dimana ?”

S : “R itu di tengahnya AB mas, terus ada Q juga itu di tengah-tengah EF.”

commit to user

S : “RP itu samadengan akar QP kuadrat ditambah QR kuadrat, ini nulise salah mas, tapi jawabane bener kok (tersenyum)”

P : “Kok salah nulise gimana kemarin ?” S : “Tergesa-gesa mas akunya.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa tergesa-gesa dalam menjawab sehingga kurang teliti dalam menuliskan darimana diperoleh panjang suatu ruas garis.

Petikan 3

P : “Hitungannya udah benar ?”

S : “(mengecek jawaban) Sudah benar mas.” P : “Sudah dihitung lagi ?”

S : “Iya mas udah benar.” P : “Ada yang kurang ?”

S : “Udah mas, oh satuannya belum mas harusnya centimeter.” P : “Kemarin kok ga ditulis ?”

S : “Lupa mas, biasanya ya tak tulis, ini kemarin tak kerjain belakangan terus mepet waktunya.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa kurang mengerti tentang penjumlahan bentuk pecahan dan siswa lupa dalam menuliskan satuan panjang suatu ruas garis.

Petikan 4

P : “Oke, sekarang luasnya gimana ? luas bidang ABP ?”

S : “Bidang ABP itu kan segitiga jadi tadi alasnya AB tingginya RP.” P : “Oke udah bener ini jawabane ?”

S : “Bener mas, kan ini duane bisa dicoret, luas bidang ABP jadi dua lima akar dua centimeter kuadrat.”

P : “Okee, siip.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak memahami pembagian bilangan bentuk pecahan.

commit to user 2) Soal nomor 2

Petikan 5

P : “Lanjut nomor dua, ini yang a udah bener yang b jelasin dong !” S : “(garuk-garuk kepala sambil membaca pekerjaannya)Panjang bidang

BQRC dan ADWT samadengan jarak garis PQ, eh ini keliru mas, seharusnya jarak bidang BQRC dan ADWT samadengan panjang garis PQ, salah nulis lagi akunya mas.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa kurang teliti dalam menuliskan kata jarak antara dua bidang yang sejajar sehingga terbalik penulisan jarak dan panjang.

Petikan 6

P : “Oke itu kok bisa samadengan panjang PQ ya ?”

S : “(berpikir sejenak) Itu nek panjang AQ kan ga mungkin mas kan miring, seingetku nek jarak i harus lurus ga boleh miring.”

P : ”Lha itu yang lurus hanya PQ ?”

S : “Ga mas haruse AB tapi kan AB itu samadengan PQ, yawis tak tulis aja panjang PQ.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa menjawab benar, peneliti masih ragu dengan alasan siswa dalam menjawab.

Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar.

Simak petikan wawancara di bawah ini. Petikan 7

P : “Oke, sekarang nek tak gambar dua bidang sejajar p dan k, cara nyai jarake gimana?”

S : “(berfikir sejenak) Ya dibikin garis yang lurus, terus kayak nembus itu lho mas, tapi haris lurus.”

P : “Luruse yang gimana? Letake itu gimana ?”

S : “Ya lurus mas pokoke tidak miring, ya sembarang mas asal lurus.” P : “Kalo lurus, ini ruas AQ juga lurus kan ?”

commit to user

P : “Berarti ini AQ juga boleh jadi jaraknya ?” S : “Kayake sih ya boleh mas.”

P : “Panjang AQ sama dengan panjang PQ ?”

S : “Ga mas, sik-sik mas, kayake aku deh yang salah mas, biasanya itu kalo cari jarak du bidang sejajar pakai titik tengah atau pinggirnya i.” P : “(tersenyum) Piye-piye ?”

S : “Iya mas ini aku yang salah haruse malah pakai AQ.” P : “Benar pakai yang AQ?”

S : “Iya mas, kerjaanku yang salah.”

P : “Oke sekarang kalo ada dua garis sejajar mencari jarake gimana?” S : “Ya sama mas pakai titik tengahnya nanti bisa ditarik garis.” P : “Letake garis itu gimana? Sama dua garis yang sejajar itu ?” S : “Ya nanti bisa otomatis lurus mas.”

P : “Lurus gimana?”

S : “Ya lurus mas, tidak membengkok.” P : “Pak YY jelasin juga begitu dek ?” S : “Iya mas setauku ya gitu.”

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui konsep jarak dua bidang yang sejajar dan konsep jarak dua garis yang sejajar dikarenakan terjadi miskonsepsi pada siswa.

3) Soal nomor 3 Petikan 8

P : “Sekarang nomor 3 ya, dilihat jawabanmu kemarin coba ! kok dapet gambarnya itu darimana?”

S : “Itu mas kan kaca diangkat ke atas, tapi yang satunya masih berimpit, itu aku gambarya dari samping aja mas.”

P : “Terus-terus?”

S : “Yaa, ini AB nya itu tinggi yang diangkat, terus CB itu mejanya, kan tadinya kaca diatas meja, terus AC nya kaca pas diangkat.”

P : “Itu ngangkatnya kan 30 cm terus keteranganmu ini meja 60 maksudya?”

commit to user

S : “Kan kacanya mula-mula berimpit dengan meja ya itu kayak alasnya sehitiga itu lho mas, jadi BC ya 60 cm, terus tingginya AB 30 cm, sudutya alpha.”

P : “Sebelumnya pernah ngerjain soal seperti ini dek ?”

Dokumen terkait