• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang terdapat pada instansi-intansi tertentu yang sudah berbentuk tabel-tabel atau dokumen-dokumen yang lain. Teknik pengumpulan data sekunder disajikan pada Tabel 3.

93

Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data Sekunder Sumber Teknik

Sasaran sekolah SMA untuk penerapan kurikulum 2013 di Kota Banjarmasin dan jumlah guru SMA Jurusan Ilmu Sosial

Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin

Studi Dokumen

Metode Penelitian, UU NO 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah No 69 tahun 2013, Kupas Tuntas Kurikulum 2013, Pengembangan Profesi Guru, Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi, Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, PP Nomor 74 Tahun 2008, Panduan

Buku-buku dan UU dan Peraturan Pemerintah dan jurnal-jurnal.

Studi Pustaka

Sumber : Hasil analisis (diolah 2014) E. Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan cara editing, skoring dan tabulating F. Analisis Data

Analisis data menggunakan rumus statistika yaitu rumus Banyak kelas, kelas interval, dan persentase.

1. Rumus Banyak Kelas

(Masduki,dkk.,1990) Keterangan :

n = Jumlah data 2. Rumus Kelas Interval

(Masduki, dkk.,1990)

Keterangan : I = Kelas Interval

R= Rank (data terbesar dikurang data terkecil) K= Banyak Kelas

3. Rumus Persentase

(Sudijono, 2010) Keterangan:

P= Persentase jawaban responden

% 100 N x Pf

K IR

Banyaknya Kelas = 1 + (3,3) Log n

f= Frekuensi jawaban

N= Jumlah responden yang memberikan jawaban IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di SMAN yang telah menerapkan kurikulum 2013 yaitu SMAN 1 Banjarmasin, SMAN 2 Banjarmasin, SMAN 3 Banjarmasin, SMAN 6 Banjarmasin, kecuali SMAN 7 Banjarmasin dengan menggunakan metode penelitian deskriftif kuantitatif yaitu membagi angket pada guru mata pelajaran jurusan ilmu sosial yaitu guru Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan Sejarah. Angket yang telah di isi oleh responden perlu diklarisifikasi sehingga hasil jawaban dari responden tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah peneltian.

Pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 ialah pengetahuan guru secara keseluruhan mengenai struktur kurikulum 2013 yang tercantum PP No 69 Tahun 2013 yang meliputi kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar dan kompetensi dasar. Skor total pengetahuan guru secara kelseluruhan tentang kurikulum 2013 adalah 89 yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengetahuan Guru SMA di Kota Banjarmasin Tentang Kurikulum 2013

No Nama Responden Skor Total Jawaban Responden

1 Dwi Sari Retnani, S.Pd 36

2 Noor Liana Waty, S.Pd 37

3 Hj. Nurhayati, S.Pd 34

4 Hermidah, S.Pd 66

5 Dra. Hj. Masliana 43

6 Rusniah, S.Pd 52

7 Dra. Hj. ST. Khairiah 69

8 Yohana, SE 34

9 Dra. Hj. Gusti Noor C 41

10 Hj. Hamidah, S.Pd 35

11 Azimatun Azimah, S.Pd 49

12 Nuryana, S.Pd 31

13 Riduansyah, S.Pd 22

14 Muhammad Redho, S.Pd 18

15 Dra. Hj. Yuspiana S 32

16 Eva Maya K,.S.Pd 25

17 Drs.H. Noorhasani R. 29

18 Rusdah, S.Pd 25

19 Hj. Dewi Fitria, S.Pd 35

20 Nunung Y, S.Pd 38

21 Sri Artati Indriani 61

22 Tri Guwati,S.Pd 43

23 Dra.Afifah Hairin Noor 34

24 Sri Fahriani, S.Pd 57

25 Drs. M. Hifni 33

95

No Nama Responden Skor Total Jawaban Responden

26 Dra.Hj. Noorhidayati 28

27 Dr. Hj. Trisnawati 23

28 Dra. Nooryani 19

29 Sri Hariyanti, S.Pd 35

30 Siti Noorhayah, S.Pd 27

31 Mahrita, S.Pd 36

32 Sasmiati, S.Pd 38

33 Mastora, S.Pd 35

34 Siti Nurhamidah, S.Pd 34

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, Maret 2014

Pengetahuan responden tentang kurikulum 2013 menggunakan rumus analisis sebagai berikut :

Diketahui : K = 6 Jawab :

Rentang = data terbesar –data terkecil = 89-0

= 89 K IR

6

 89 I

= 14,8

≈ 15

Tabel 5. Nilai Responden Pengetahuan Guru Tentang Kurikulum 2013 Kriteria Nilai Responden Jumlah Responden

(Jiwa)

Persentase (%)

Sangat Rendah 0-14 0 0

Rendah 15-29 9 26,5

Cukup Rendah 30-44 19 55,9

Cukup Tinggi 45-59 3 8,8

Tinggi 60-74 3 8,8

Sangat Tinggi 75-89 0 0

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, Maret 2014

Tabel 5 menunjukkan pengetahuan guru SMA Kota Banjarmasin tentang Kurikulum 2013 dengan jumlah 34 responden terdiri dari 9 responden (26,5%) pengetahuan guru rendah, 19 responden (55,9%) pengetahuan guru cukup rendah, 3 responden (8,8%) pengetahuan guru cukup tinggi dan 3 responden (8,8%) pengetahuan guru tinggi.

Hasil wawancara pada saat menyebar angket para guru jurusan ilmu sosial menyatakan mereka sudah mengetahui tentang Kurikulum 2013, namun hanya mengetahui sedikit isi dan tata pelaksanaan Kurikulum 2013, hal ini disebabkan bahwa guru yang pelatihan dan sekolah yang ditunjuk untuk menerapkan kurikulum 2013 lebih pada implementasinya sehingga kurang memperhatikan isi dan tata pelaksanaan kurikulum 2013. Menurut guru yang mengalami pelatihan, kurikulum 2013 sebenarnya mempermudahkan guru dalam hal mengajar dan mendidik peserta didik karena yang lebih banyak aktif pada proses belajar adalah siswa, guru berperan bagaimana caranya membentuk karakter peserta didik sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai pada saat pembelajaran berlangsung. Guru harus memberikan model dan metode pembelajaran yang berbeda setiap mengajar tapi guru masih kesulitan untuk implementasi kurikulum 2013 karena keterbatasan sumber belajar.

Wakasek kurikulum salah satu sekolah penelitian mengatakan sekolah ditunjuk menerapkan kurikulum 2013, tapi guru-guru kurang memperhatikan isi struktur kurikulum 2013 sesuai dengan PP 69 Tahun 2013. Jadi, guru hanya diberikan informasi bahwa kurikulum 2013 harus menggunakan metode dan model pembelajaran aktif , membentuk krakter peserta didik dan informasi lainnya yang masih simpang siur tentang kurikulum 2013.

V. KESIMPULAN

Pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 yaitu :

a. Pengetahuan keseluruhan mengenai struktur kurikulum 2013 pendidikan menengah yang tercantum pada PP No 69 Tahun 2013 yang meliputi kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar dan kompetensi dasar.

b. Hasil penelitian bahwa 19 responden (55,9%) pengetahuan guru masih cukup rendah tentang kurikulum 2013 dan pengetahuannya yang tinggi hanya 3 responden (8,8%) dan hipotesis peneliti terbukti, walaupun sekolah yang dilakukan untuk penelitian telah menerapkan kurikulum 2013.

c. Cukup rendahnya pengetahuan guru disebabkan bahwa guru yang pelatihan dan sekolah yang ditunjuk untuk menerapkan kurikulum 2013 lebih pada implementasinya seperti setiap mengajar harus menggunakan metode dan model pembelajaran aktif dan bervariasi sehingga kurang memperhatikan isi dan tata pelaksanaan kurikulum 2013 pendidikan menengah sesuai PP No 69 Tahun 2013.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga jurnal ini dapat selesai, kedua orangtua yang selalu memberikan motivasi baik moril dan materil, dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan serta semua dosen Program studi Pendidikan Geografi yang memberikan motivasi dan tidak untuk semua sahabat dan teman yang selalu memberikan do’a dan motivasi.

97 VII. DAFTAR PUSTAKA

Evanita. 2013. Analisis Kompetensi Pedagogik Dan Kesiapan Guru Sekolah Menengah Atas Dalam Mendukung Implementasi Kurikulum 2013.

http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/3147/PR OS_evanita%20SW_%20Implementasi%20Strategi%20Pembelajaran_

Abstract.pdf?sequence=1 (Online, diakses 04 Januari 2014).

Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Islam. Bandung : Alfabeta.

Masduki, M., dkk. 1990. Pengantar Statistika.Banjarmasin: Percetakan Media Kampus.

Mulyoto. 2013. Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta.

Muzamiroh, M.L. 2013 . Kupas Tuntas Kurikulum 2013.Jakarta : Kata Pena.

Ngadiyana,Y.M., dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin : Eja Publisher.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Poerwati, L.E. dan Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013.

Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Saud.U.S. 2010 . Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta.

Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Indeks.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suhardiman, Bima. 2011. Pemanfaatan Internet dalam Meningkatkan

Pengetahuan Guru di SMA Muhammadiyah 1

Tanggerang.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1 88/1/101133-BIMA%20SUHARDIMAN-FDK.PDF (online, diakses 03 Maret 2014).

Tanpa Nama. 2013. Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tanpa Nama. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

KARAKTER SISWA KELAS XI IPS 1 SMAN 10 BANJARMASIN PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh:

Nurul Dayanti, Karunia Puji Hastuti, Eva Alviawati.

Abstrak

Penelitian ini berjudul Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Pada Mata Pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakter siswa kelas XI IPS 1 Tahun Ajaran 2013/2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin dengan jumlah 26 siswa, dengan sampel sebesar 26 siswa menggunakan teknik sampel penuh. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan observasi di lapangan , sedangkan data sekunder diperoleh dari tata usaha SMAN 10. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan teknik Persentase dan Klasifikasi Interval.

Hasil Penelitian menunjukkan membuktikan adanya karakter (tanggung jawab, partisipasi/peduli sosial, peduli lingkungan dan kreatif) siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin.

Kata Kunci : Karakter, Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin, Mata Pelajaran Geografi.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1).

Secara etimologis, kata karakter bisa berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakterisik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari proses alamiah sebagai hasil yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir (Fathurrohman, 2013).

Menurut Screnco, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya sungguh-sungguh dengan cara dimana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta praktik emulasi.

Anne Lockword mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa (Wiyani, 2012).

Pendidikan moral sangat penting, karena di tengah memburuknya tatanan sosial, sekolah harus mengajarkan dan menanamkan karakter yang baik pada siswa atau anak-anak. Karakter yang baik terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan : pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.

Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan dan melakukan kebaikan.

99

SMAN 10 Banjarmasin terletak di Jalan Tembus Mentuil, Gang Gandapura Kel. Kelayan Selatan Kec. Banjarmasin. Status sekolah SMAN 10 Banjarmasin adalah Negeri, didirikan pada 23 Agustus 1993. SMAN 10 Banjarmasin adalah salah satu sekolah di Banjarmasin yang memiliki akreditasi sekolah B. Penetapan akreditasi sekolah SMAN 10 Banjarmasin adalah pada tanggal 9 November 2009 (Data Sekunder, Tahun 2013).

Berdasarkan observasi, sebagian siswa di SMAN 10 Banjarmasin ada yang melanggar peraturan sekolah (menurut penjelasan dari guru mata pelajaran, baik itu mata pelajaran geografi maupun mata pelajaran lainnya dan guru BK/Bimbingan Konseling), seperti: datang terlambat ke sekolah, berpakaian tidak rapi, ribut dalam kelas, membolos, merokok dalam kelas dan pelanggaran lainnya.

Hal tersebut menunjukkan karakter siswa yang tidak sesuai atau melenceng dari pendidikan yang diajarkan di sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul

“Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Tahun Ajaran 2013/2014”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Istilah karakter sering dikaitkan dengan sikap, pola perilaku dan atau kebiasaan yang mempengaruhi interaksi seseorang terhadap lingkungan. Karakter menentukan sikap, perkataan, dan tindakan. Hampir setiap masalah dan kesuksesan yang dicapai seseorang ditentukan oleh karakter yang dimiliki (Fathurrohman, 2013).

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Wiyani, 2012).

Pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti.

Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya (Zuriah, 2007).

- Unsur-unsur Karakter antara lain; 1) Sikap, 1. Emosi

2. Kepercayaan

3. Kebiasaan dan Kemauan

4. Konsepsi Diri (Self-Conception)

- Faktor Terbentuknya Karakter 1. Nature (faktor alami atau fitrah) 2. Nurture (faktor lingkungan) - Karakter Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1).

Salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam menentukan perkembangan karakteristik adalah faktor lingkungan.Kondisi lingkungan dengan berbagai karakter tiap kelompok masyarakat yang berbeda-beda dimana pasti ada yang baik dan ada yang buruk.

- Fungsi Pendidikan Karakter 1. Pengembangan

2. Perbaikan 3. Penyaring

- Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan tanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pilihan, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Dengan prinsip ini peserta didik belajr melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan social dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk social. Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter:

1) Berkelanjutan

2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar (value is neither cought nor taught, it is learned)

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

- Pendidikan Karakter Dalam Implementasi KTSP

Implementasi KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah untuk memahami karakteristik peserta didik. Pemahaman peserta didik ini perlu disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing, misalnya pada tingkat pendidikan dasar harus dipahami karakteristik peserta didik pada tingkat pendidikan dasar; demikian halnya apabila kurikulum akan diimplementasikan pada tingkat pendidikan menengah maka harus dipahami dulu perkembangan peserta didik pada pendidikan menengah. Sedikitnya terdapat tiga hal berkaitan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik yang harus dipahami dan dipertimbangkan dalam implementasi KTSP, yaitu pertumbuhan dan

101

perkembangan kognitif, tingkat kecerdasan, kreativitas, serta kondisi fisik (Mulyasa, 2009).

- Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan budaya dan karakter diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai-nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalisme, produktif dan kreatif (Sudrajad, 2010).

- Pendidikan Karakter di Sekolah

Penanaman karakter diselipkan pada RPP dan silabus. Guru harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, sebagaimana dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus.Berbagai program sekolah bisa dijadikan program untuk membangun karakter anak menuju peradaban bangsa. Karena itu langkah-langkah pembentukan karakter bisa dilakukan semua warga sekolah dan menjadi pembiasaan.

a) Masukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara: (a) knowing the good, yakni menanamkan kebaikan kepada anak, (b) desiring the good, yakni menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik, (c) loving the good, yakni mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik, (d) acting the good, yakni melaksanakan perbuatan baik.

b) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah.

c) Pemantauan secara kontinu d) Penilaian orang tua. (Aqib,2012).

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di SMAN 10 Banjarmasin, karena dengan alasan sebagai berikut:

1. Di SMAN 10 Banjarmasin belum pernah diadakan penelitian tentang karakter siswa untuk mata pelajaran Geografi.

2. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan terdapat sebagian siswa-siswi SMAN 10 Banjarmasin yang menunjukkan karakter yang kurang baik, berupa pelanggaran tata tertib, khususnya mata pelajaran Geografi (diketahui dari catatan buku pelanggaran tata tertib sekolah).

A. Populasi dan Sampel Penelitian