• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji Hastuti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji Hastuti"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Terbit setiap dua bulan sekali pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September dan November yang kajian bidang geografi dan pendidikan geografi . ISSN

Ketua Penyunting:

Deasy Arisanty Penyunting Pelaksana:

Sidharta Adyatma, Nasruddin, Arif Rahman Nugroho, Ellyn Normelani, Karunia Puji Hastuti, Parida Angriani, Eva Alviawati, Rosalina Kumalawati,

Norma Yuni Kartika, Nevy Farista Aristin.

Penelaah:

Junun Sartohadi (Universitas Gadjah Mada), Herry Porda Nugroho Putro (Universitas Lambung Mangkurat), Wahyu (Universitas Lambung Mangkurat), Ariyani (Universitas Negeri Semarang), Iya Setiasih (Universitas Mulwarman),

Nugroho Hari Purnomo (Universitas Negeri Surabaya).

Pembantu Tata Laksana:

Hasa Noor Hasadi

Alamat Penyunting:

Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP, Jl. H. Hasan Basry, Telp. (0511) 3304914, Fax: (0511) 3304914, Banjarmasin, 70123, E- mail:geografiunlam@gmail.com, HP 081348260253.

Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional Kalimantan. Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji Hastuti. Terbit pertama kali tahun 2014 dengan nama JPG (Jurnal Pendidikan Geografi).

Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat diperiksa pada Petunjuk Bagi Penulis disampul belakang dalamjurnal ini.

(2)

DAFTAR ISI

Jurnal Halaman

1. Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) Terhadap

Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin ... 1 2. Pengetahuan Guru IPS Terpadu Smp/Sederajat di Kecamatam

Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 ... 15 3. Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor PadaRuas Jalan di

Kecamatan Banjarmasin Tengah ... 25 4. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013... 34 5. Pengetahuan Guru IPS Terpadu Smp/SederajatKecamatan Sungai

Tabuk Tentang Kurikulum 2013 ... 45 6. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Sebuku

Iron Lateritic Ores (Pt. Silo) Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru ... 56 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) Melati Raya di Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar ... 70 8. Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap

Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9

Banjarmasin ... 77 9. Pengetahuan Guru Sma Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013 ... 87 10. Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Pada Mata

Pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014 ... 98

(3)

1

PENGARUH PEMANFAATAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 9

BANJARMASIN Oleh:

Rahimah, Arif Rahman Nogruho, Parida Angrini Abstrak

Judul penelitian ini adalah “pengaruh pemanfaatan bantuan siswa miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan bantuan siswa miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarasin.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa penerima BSM kelas VII, VII, dan IX SMP Negeri 9 Banjarmasin yaitu berjumlah 154 siswa, karena teknik pengambilan sampel menggunakan sampel penuh maka sampel yang diambil seluruh populasi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan analisis persentase dan korelasi product moment.

Hasil penelitan yang telah dilakukan di SMP Negeri 9 Banjarmasin menunjukkan bahwa (26,62%) siswa menggunakan BSM untuk membeli buku pelajaran, (16,13%) siswa menggunakan BSM untuk membeli buku bacaan, (55,84%) siswa menggunakan BSM untuk membeli alat tulis sekolah, (33,77%) siswa manggunakan BSM untuk membeli seragam sekolah, (61,04%) siswa menggunakan BSM untuk membeli perlengkapan sekolah, (5,19%) siswa menggunakan BSM untuk biaya transportasi ke sekolah, (19,48%) siswa menggunakan BSM untuk uang saku ke sekolah, (13,64%) siswa menggunakan BSM untuk biaya kursus. ((92,86%) semangat siswa untuk mengulang pelajaran, (73,38%) keinginan siswa untuk mengikuti ekstra kurikuler, (30,52%) siswa mengikuti kursus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pemanfataan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa.

Kata kunci: Pemanfaatan, Bantuan Siswa Miskin (BSM), Motivasi Belajar.

I. PENDAHULUAN

SMP Negeri 9 Banjarmasin adalah sekolah dengan jumlah penerima dana BSM yang paling banyak dibandingkan dengan sekolah yang lainnya. Jumlah penerima dana BSM di SMP Negeri 9 Banjarmasin yaitu 166 siswa, diantaranya terdiri dari 65 siswa laki-laki dan 101 siswa perempuan.

Penerima dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) tahun ajaran 2013/2014 untuk kelas VII, VIII dan IX, di mana kelas VII berjumlah 77 siswa, kelas VIII berjumlah 48 siswa, dan kelas IX berjumlah 41 siswa. Target utama penerima dana BSM adalah siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dan ditujukan untuk membantu siswa dalam memenuhi kebutukan sekolah selama duduk dibangku sekolah seperti membeli buku pelajaran, alat tulis dan perlengkapan siswa yang lainnya.

(4)

Siswa yang mendapatkan dana BSM diharapkan dapat termotivasi untuk lebih giat belajar dan mempermudah siswa dalam proses belajar. Motivasi belajar adalah usaha seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasisme dalam melaksanakan sesuatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu maupun luar individu (Haryanto dan Yudhawati, 2011 dalam Fatmawati, 2012).

Hasil observasi awal peneliti yaitu wawancara dengan salah satu murid di SMP Negeri 9 Banjarmasin yang bernama Hidayatullah, menyatakan bahwa ia hampir putus sekolah karena tidak ada biaya untuk sekolah sebelum mendapatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM), setelah mendapatkan dana BSM ia manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya dan membuat lebih semangat untuk belajar.

Peneliti menemukan masalah berdasaarkan pada uraian sebelumnya, masalah di SMP Negeri 9 yaitu terdapat anak yang terancam putus sekolah karena kekurangan biaya untuk memenuhi kebutuhannya bersekolah. Peneliti tertarik untuk melukukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”.

Tujuan penelitian adalah “mengetahui pengaruh pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”.

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bantuan siswa miskin (BSM)

a. Pengertian Bantuan Siswa Miskin (BSM)

Bantuan bagi siswa miskin disebut dengan Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah pemberian bantuan dari pemerintah bagi siswa miskin berupa uang tunai yang diberikan langsung kepada siswa sekolah sesuai kriteria yang telah ditetapkan (Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 16/PB/2012).

b. Tujuan BSM

BSM memiliki tujuan untuk (Muhammad, 2013), yaitu: 1) Menghilangkan halangan siswa miskin untuk akses pelayanan pendidikan; 2) Mencegah angka putus sekolah dan menarik siswa miskin untuk bersekolah kembali; 3) Membantu siswa miskin untuk memenuhi kebutuhan personal dalam kegiatan pembelajaran;

4) Mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan menengah universal.

c. Pemanfaatan BSM

Dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) dimanfaatkan oleh siswa untuk pembiayaan keperluan pribadi siswa dalam rangka penyelesaian pendidikan pada jenjang pendidikan masing-masing siswa penerima BSM, antara lain digunakan untuk: 1) Pembelian buku dan alat tulis sekolah; 2) Pembelian pakaian dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll); 3) Biaya transportasi ke sekolah; 4) Uang saku siswa ke sekolah; 5) Biaya kursus/les tambahan (Muhammad, 2013).

(5)

3 2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012). Motivasi adalah kakuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasisme dalam melaksanakan sesuatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu maupun luar individu (Haryanto dan Yudhawati, 2011 dalam Fatmawati, 2012). Motivasi adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini seperti guru untuk mendorong, mengaktifkan, dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (Munadi, 2013).

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2005).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Tabel 1 menunjukkan jumlah penerima dana BSM Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 1. Jumlah Populasi Penerima Dana BSM Tahun Ajaran 2013/2014

No Kelas Jumlah siswa penerima dana BSM

1 VII 71

2 VIII 46

3 IX 37

Jumlah 154

Sumber: SMP Negeri 9 Banjarmasin

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa penerima dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) kelas VII, VIII dan IX Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 154 siswa.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data: (1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Ngadiyana,dkk., 2011). Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan pengumpulan data yang pertama diambil dari sumber pertama, meliputi observasi dan kuiseoner dari siswa penerima dana BSM di SMP Negeri 9 Banjarmasin. (2) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbegai sumber yang telah ada (Ngadiyana,dkk., 2011). Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data melalui studi dokumen dan studi pustaka.

(6)

Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh atau angka yang siap dianalisis yang dapat diwujudkan dalam bentuk tabel, diagram atau grafik (Ngadiyana,dkk., 2011). Data spasial diwujudkan dalam bentuk peta tematik.

Langkah-langka pengolahan data dalam penelitian ini yaitu: (1) Editing (Pengeditan), (2) Coding (Pengkodean), (3) Scoring (Skor), (4) Tabulating (Tabulasi).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan adalah rumus persentase dan korelasi product moment. bertujan untuk mengetahui hubungan dana bantuan siswa miskin dengan motivasi belajar siswa.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Bantuan siswa miskin (BSM)

a. Pembelian Buku

Jumlah persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli buku pelajaran disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Responden yang Membeli Buku Pelajaran Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 41 26,62

Tidak 113 73,38

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 2 dengan Tabel 3.

Tabel 3. Buku Pelajaran yang di Beli Responden Alternatif jawaban Harga Frekuensi

(F) Persentase (%)

IPS Terpadu > Rp 60.000 8 12,12

IPA Terpadu >Rp 60.000 10 15,15

Matematika >Rp 60.000 8 12,12

B.Inggris >Rp 60.000 10 15,15

B. Indonesia Rp 31.000- Rp 40.000 11 16,67

Pendidikan Agama

Islam (PAI) Rp 31.000-Rp 40.000 4 6,06

Detik-Detik UN >Rp 60.000 15 22,73

Jumlah 66 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin yang diberikan oleh pemerintah untuk membeli buku. Buku yang dibeli oleh siswa adalah buku pelajaran. Buku pelajaran yang dibeli seperti buku IPS Terpadu, IPA Terpadu, Matematika, B.Inggris, B.Indonesia, Pendidikan Agama Islam (PAI), Detik-detik UN. Siswa yang mendapatkan Dana BSM namun tidak digunakan untuk membeli buku, dimanfaatkan sebagai tabungan. Siswa yang

(7)

5

memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan bukanlah pemanfaatan yang dimaksudkan oleh pemerintah, namun jika yang dimaksudkan siswa dengan tabungan adalah untuk pembelian buku tahun ajaran berikutnya, hal ini tidak dilarang selama pemanfaatannya masih sesuai dengan tujuan pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM).

b. Pembelian Buku Bacaan

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli buku bacaan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Responden yang Membeli Buku Bacaan Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 25 16,23

Tidak 129 83,77

Jumlah 154 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 5 dengan Tabel 5.

Tabel 5. Buku Bacaan yang di Beli Responden Alternatif

jawaban Harga Frekuensi

(F) Persentase (%)

Novel >Rp 50.000 19 63,33

Cerpen Rp 21.000 - Rp 30.000 3 10 Komik /Rp 21.000 - Rp 30.000 6 20

Cerita Dongeng - - -

Majalah Rp 21.000 – Rp 30.000 2 3,03

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin yang diberikan oleh pemerintah untuk membeli buku. Buku yang dibeli oleh siswa salah satunya adalah buku bacaan. Buku bacaan yang dibeli oleh siswa seperti novel, komik, cerpen, dan majalah, hal ini sesuai dengan tujuan diadakannya program bantuan siswa miskin. Siswa yang mendapatkan Dana BSM namun tidak digunakan untuk membeli buku, dimanfaatkan sebagai tabungan.

Siswa yang memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan bukanlah pemanfaatan yang dimaksudkan oleh pemerintah, namun jika yang dimaksudkan siswa dengan tabungan adalah untuk pembelian buku tahun ajaran berikutnya, hal ini tidak dilarang selama pemanfaatannya masih sesuai dengan tujuan pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM).

c. Pembelian Alat Tulis Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli alat tulis sekolah disajikan pada Tabel 6.

(8)

Tabel 6. Responden yang Membeli Alat Tulis Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 86 55,84

Tidak 68 41,16

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 6 dengan Tabel 7.

Tabel 7. Alat Tulis Sekolah yang di Beli Responden

Alternatif jawaban Harga perbuah Frekuensi (F) Persentase (%)

Pulpen Rp.500-Rp 3000 86 22,63

Buku Tulis Rp.3100-Rp.4000 70 18,42

Buku Gambar Rp.3100-Rp.4000 38 10,00

Penggaris Rp.500-Rp 3000 69 18,15

Pensil Rp.500-Rp 3000 66 17,37

Pensil Warna >Rp.5000 36 9,47

Kotak Pensil >Rp.5000 6 1,58

Jangka >Rp.5000 3 0,79

Jumlah 380 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin untuk membeli alat tulis sekolah seperti pulpen, buku tulis, buku gambar, penggaris, pensil, pensil warna, kotak pensil, dan jangka, serta alat tulis sekolah yang lainnya yang diperlukan oleh siswa. Tujuan dari memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah pembelian alat tulis sekolah.

d. Pembelian Seragam Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli seragam sekolah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Responden yang Membeli Seragam Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 52 33,77

Tidak 102 66,23

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 8 dengan Tabel 9.

(9)

7

Tabel 9. Seragam Sekolah yang Dibeli Responden

Alternatif jawaban Harga Frekuensi (F) Persentase (%)

Putih Biru > Rp 70.000 46 43,39

Sasirangan Rp 41.000-Rp.50.000 21 19,81

Batik >Rp 70.000 1 0,94

Pramuka >Rp 70.000 21 19,81

Olahraga Rp 41.000-Rp50.000 18 16,98

Jumlah 106 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk membeli pakaian sekolah (seragam sekolah) seperti seragam sekolah putih biru, sasirangan, barik, pramuka, dan seragam olah raga. Siswa SMP Negeri 9 Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu untuk membeli pakaian sekolah e. Pembelian Perlengkapan Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk membeli perlengkapan sekolah disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Responden yang Membeli Perlengkapan Sekolah Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 94 61,04

Tidak 60 38,96

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 10 dengan Tabel 11.

Tabel 11. Perlengkapan Sekolah yang Dibeli Responden Alternatif jawaban Harga perbuah Frekuensi

(F)

Persentase (%)

Sepatu sekolah >Rp50.000 74 36,09

Tas Sekolah >Rp 50.000 52 25,36

Topi Sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 34 16,58

Dasi sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 34 16,58

Kacu Pramuka Rp 21.000-Rp 30.000 6 2,92

Kaos Kaki Rp 21.000-Rp 30.000 2 0,97

Kerudung sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 2 0,97

Jumlah 205 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin untuk membeli perlengkapan sekolah sekolah seperti sepatu sekolah, tas sekolah, topi sekolah, dasi sekolah, kacu pramuka, kaos kaki, dan kerudung sekolah, serta perlengkapan sekolah lainnya yang diperlukan oleh siswa. Tujuan

(10)

dari memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah pembelian perlengkapan sekolah.

f. Biaya Tansportasi Ke Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk biaya transportasi ke sekolah disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Responden yang Menggunakan BSM untuk BiayaTransportasi ke Sekolah

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 8 5,19

Tidak 145 94,16

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 12 dengan Tabel 13.

Tabel 13. Transportasi yang Digunakan Responden

Alternatif jawaban Harga perbulan Frekuensi (F) Persentase (%)

Angkot Rp 60.000 1 12,5

Ojek Rp 60.000 6 75

Sepeda Motor Rp 60.000 1 12,5

Jumlah 8 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin sebagai biaya transportasi ke sekolah biaya angkot, ojek, dan biaya pembelian bahan bakar minyak untuk sepeda motor bagi siswa yang berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor pribadi. Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin yang mendapatkan dana BSM juga banyak yang menggunakan sepeda dan diantar oleh orangtuanya ke sekolah dan dana BSM yang mereka dapatkan tidak digunakan untuk biaya transportasi melainkan untuk ditabung. Tujuan dari memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah pemanfaatan untuk biaya transportasi ke sekolah.

g. Uang Saku Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan sebagai uang saku ke sekolah disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Responden yang Menggunakan BSM untuk Uang Saku ke Sekolah

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 30 19,48

Tidak 124 80,52

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

(11)

9

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 14 dengan Tabel 15.

Tabel 15. Uang Saku yang Digunakan Responden

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Rp 60.000 / bulan 22 73,33

Rp 80.000 / bulan 4 13,33

Rp 150.000 / bulan - -

>Rp 150.000 / bulan 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan uang saku ke sekolah. Siswa SMP Negeri 9 Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu sebagai uang saku ke sekolah

h. Biaya Kursus

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk biaya kursus disajikan pada Tabel 16.

Tabel 17. Responden yang Menggunakan BSM untuk Biaya Kursus Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 21 13,64

Tidak 133 86,36

Jumlah 154 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 16 dengan Tabel 17.

Tabel 17. Kursus yang Diikuti Oleh Responden Alternatif jawaban Biaya Persemester Frekuensi

(F)

Peresentase (%)

Les Private Rp.100.000-Rp.150.000 9 40,90

Primagama >Rp.250.000 3 13,63

Ganesha >Rp.250.000 1 4,54

Kursus B. Inggris Rp.200.000-Rp.250.000 4 18,18

Kursus Komputer >Rp.250.000 3 13,63

Kursus Matematika Rp.150.000-Rp.200.000 1 4,54 Kursus IPA Terpadu Rp.150.000-Rp.200.000 1 4,54

Jumlah 22 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk biaya kursus seperti les private, primagama, ganesha, kursus B.Inggris, kursus komputer, kursus Matematika, kursus IPA Terpadu. Siswa SMP Negeri 9

(12)

Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu untuk biaya kursus.

2. Motivasi Belajar

a. Semangat Mengulang Pelajaran

Persentase responden yang menjawab semangat mengulang pelajaran disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Semangat Responden Mengulang Pelajaran Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 143 92,86

Tidak 11 7,14

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 28 dengan Tabel 19 dan Tabel 20.

Tabel 19. Buku Pelajaran yang Sering Dibaca Responden Alternatif jawaban

Belajar saat di rumah dalam

seminggu

Frekuen si (F)

Persentase (%)

IPS Terpadu 2 kali 114 17,24

IPA Terpadu 2 kali 121 18,30

Matematika 2 kali 117 17,70

B.Indonesia 2 kali 104 15,73

B. Inggris 2 kali 99 14,97

Pendidikan Agama Islam (PAI) 1 kali 90 13,61

PKN 1 kali 5 0,75

TIK 1 kali 7 1,05

Keterampilan 1 kali 1 0,15

Pendidikan Agama Kristen 1 kali 1 0,15

Detik-Detik UN 3 kali 4 0,60

Jumlah 661 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

(13)

11

Tabel 20. Durasi Waktu Belajar Responden Alternatif jawaban

Durasi waktu belajar di

rumah

Frekuensi (F)

Persentase (%)

IPS Terpadu 1 jam 113 17,27

IPA Terpadu 1-2 jam 120 18,34

Matematika 1-2 jam 118 17,88

B.Inggris 1 jam 103 15,74

B. Indonesia 1 jam 99 15,13

Pendidikan Agama Islam (PAI) 1 jam 89 13,60

PKN 1 jam 4 0,61

TIK 1 jam 5 0,76

Keterampilan 1 jam 1 0,15

Pendidikan Agama Kristen 1 jam 1 0,15

Detik-Detik UN 1-2 jam 4 0,61

Jumlah 654 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki semangat untuk belajar seperti belajar IPS Terpadu, IPA Terpadu, Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, pendidikan Agam Islam (PAI), PKN, TIK, Keterampilan, Pendidikan Agama Kristen, dan Detik-detik UN, dapat dilihat dari hasil analisis penelitian yang menyatakan bahwa siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin bersemangat untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012).

b. Keinginan Siswa Untuk Mengikuti Kegiatan Ekstra Kurikuler

Persentase responden yang menjawab keinginan untuk mengikuti ekstra kurikuler disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Keinginan Responden untuk Mengikuti Ekstra Kurikuler Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 113 73,38

Tidak 40 25,97

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 21 dengan Tabel 22.

(14)

Tabel 22. Ekstra Kurikuler yang Diikuti Oleh Responden

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, mading, puisi, pidato, drumband, habsy, karate, futsal, paskibraka, pencak silat, tari, basket, pengembangan bahasa, paduan suara, sasirangan. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012).

c. Dorongan Dari Diri Siswa Untuk Mengikuti Kursus

Persentase responden yang keinginan untuk mengikuti kursus disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Responden yang Mengikuti untuk Kursus Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 47 30,52

Tidak 107 69,48

Jumlah 154 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan frekuensi antara Tabel 23 dengan Tabel 24.

Alternatif jawaban

Ekstra kurikuler di sekolah dalam

seminggu

Frekuensi (F) Persentase (%)

Pramuka 1 kali 53 34,64

PMR 1 kali 16 10,45

Mading 1 kali 6 3,92

Puisi 1 kali 3 1,96

Pidato 1 kali 2 1,30

Drum Bnad 1 kali 18 11,76

Habsy 1 kali 6 3,92

Karate 1 kali 6 3,92

Futsal 2 kali 13 8,49

Paskibaka 2 kali 4 2,61

Pencak silat 1 kali 4 2,61

Tari 1 kali 3 1,96

Basket 2 kali 8 5,22

Pengembangan Bahasa 1 kali 4 2,61

Paduan suara 1 kali 6 3,92

Sasirangan 1 kali 1 0,65

Jumlah 153 100

(15)

13

Tabel 24. Kursus yang Diikuti Oleh Responden Alternatif jawaban Kursus dalam

seminggu

Frekuensi (F)

Peresentase (%)

Les Private 2 kali 23 38,98

Primagama 2 kali 4 6,77

Ganesha 2 kali 5 8,47

Kursus B. Inggris 2 kali 7 11,86

Kursus Komputer 3 kali 4 6,77

Kursus Matematika 3 kali 10 16,94

Kursus Dance 2 kali 1 1,96

Wahana Vidya >3 kali 1 1,96

Kursus IPA Terpadu 2 kali 3 5,08

Kursus IPS Terpadu 2 kali 1 1,69

Jumlah 22 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki dorongan dari dalam diri sendiri untuk mengikuti kursus seperti les private, primagama, ganesha, kursus B.Inggris, kursus komputer, kursus matematika, kursus dance, kursus vidya, kursus IPA Terpadu, kursus IPS Terpadu. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman, 2012).

3. Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap Motivasi Belajar

Hasil penelitan yang telah dilakukan di SMP Negeri 9 Banjarmasin adalah tidak ada pengaruh antara pemanfataan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa. Siswa tidak banyak menggunakan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai dana untuk keperluan sekolah melainkan menjadikan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan. Siswa lebih banyak memanfaatkan dana bantun siswa miskin untuk membeli alat tulis sekolah dan perlengkapan sekolah. Alat tulis sekolah yang dimaksudkan seperti pulpen, pensil, buku tulis, buku gambar, pensil warna, penggaris, sedang perlengkapan sekolah seperti sepetu, tas, topi, dasi, kacu pramuka, kaos kaki, dan kerudung sekolah.

V. KESIMPULAN

Hasil penelitian tentang pengaruh pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin dapat disimpulkan bahwa pemanfatan Bantuan Siswa Miskin di SMP Negeri 9 Banjarmasin tidak ada pengaruh terhadap motivasi belajar.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih dIsampaikan kepada: (1) Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat; (2) Ketua Program Studi

(16)

Pendidikan Geografi; (3) Bapak Arif Rahman Nugroho, S.Pd., M.Sc. dan Ibu Farida Angriani, M.Pd.; (4) Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Geografi; (5) Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin beserta staf; (6) Bapak kepala SMP Negeri 9 Banjarmasin beserta dewan guru; (7) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati. 2012. Motivasi Siswa Kelas IX SMP Negeri Se-Kecamatan Banjarmasin Barat Melanjutkan ke SMA/Sederajat di Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: Strata Satu FKIP UNLAM.

Margono, S. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhammad, H. dan Achmad Jazidie. 2013. Panduan (BSM) bantuan siswa miskin SD, SMP, SMA, dan SMK. Jakarta: Kemdikbud.

Munadi, Y. 2013. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: GP Press Group.

Nakman. 2012. Pengaruh Penggunaan Bantuan Siswa Miskin Tehadap Semangat Belajar Siswa, (online),(http: //SKRIPSI/Perpustakaan STAIN Salatiga.htm, diakses 13 Januari 2014)

Ngadiyana, Y.M. Sidharta Adiyatma. Nasriddin. Ellyn Normelani. Dessy Arisanty. Rosalina Kumalawati. Eva Alviawati. Norma Yuni Kartika.

Karunia Puji Hastuti. Parida Angriani. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-16/PB/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan dan Penyaluran dan Bantuan Siswa Miskin dan Beasiswa Bakat dan Prestasi. Jakarta: Kementerian Keuangan Rapublik Indonesia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(17)

15

PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAM BANJARMASIN TIMUR MENGHADAPI

PENERAPAN KURIKULUM 2013 Oleh:

Mita Ariany, H.Sidharta Adyatma, Parida Angriani.

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur yaitu sebanyak 28 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 28 orang sehingga menggunakan sampel penuh. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan tabulasi. Analisis data menggunakan rumus banyak kelas, rumus kelas interval dan rumus persentase.

Hasil dari penelitian tentang Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 diketahui bahwa mayoritas Guru IPS memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase 82,14%, hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013.

Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013 I. PENDAHULUAN

Mutu bangsa Indonesia tergantung pada pendidikan, terutama melalui pendidikan formal yang diterima anak-anak di sekolah karena pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Kunandar, 2013: 16). Undang – Undang No 20 Tahun 2003 pada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Indonesia sejak masa awal kemerdekaannya telah melakukan sepuluh kali pergantian kurikulum. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberi

(18)

nama kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kunandar, 2013: 16). Kementrian Pendidikan & Kebudayaan menyatakan bahwa Kurikulum 2013 mengalami perubahan struktur pada semua jenjang satuan pendidikan.

Peranan seorang guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangat penting karena pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab seorang guru, pernyataan disamping sejalan dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (1) menyatakan bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, didukung pada ayat (2) bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memiliki hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru dapat menjadi ujung tombok serta garda terdepan dalam pelaksanakan kurikulum. Pentingnya pengetahuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum selain kompetensi, komitmen dan tanggung jawab serta kesejahteraan yang harus terjaga. Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan tapi bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu dan merefleksi (Hidayat, 2013).

Jumlah SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur adalah 12 Sekolah yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Jumlah Guru IPS Terpadu di Kecamatan Banjarmasin Timur adalah 28 Guru.

Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin menyatakan bahwa seluruh SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur belum menerapkan kurikulum 2013 dan masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Penerapan kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2014/2015. Hasil observasi awal terhadap guru IPS Terpadu di SMP Negeri 16 menyatakan bahwa guru mengaku sudah mengetahui tentang Kurikulum 2013 tetapi guru mengaku masih bingung dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 karena kompetensi guru bukan hanya menguasai apa yang harus diajarkan tapi bagaimana mengajarkan siswa dengan cara menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu dan merefleksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lahirnya kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan dan pergeseran paradigma pembangunan, hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

(19)

17

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Kunandar, 2013: 16). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa Guru diwajibkan melaksanakan struktur kurikulum 2013 yang terdiri dari:

a. Kompetensi Inti

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut :

1). Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual 2). Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial 3). Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan 4). Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kompetensi Inti Kelas

VII

Kompetensi Inti Kelas VIII

Kompetensi Inti Kelas IX

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan

menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan

kejadian tampak mata

3. Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan

kejadian tampak mata

3. Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

(20)

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang

dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang

dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

b. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu

Mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yaitu : 1) Struktur Kurikulum mata pelajaran dan alokasi waktu (ISI) yang terdiri dari :

a). TIK menjadi media semua mata pelajaran

b). Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler

c). Jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10

d). Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

2). Proses Pembelajaran yang terdiri dari :

a). Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

b). Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat

c). Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

d). Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan e). IPS diajarkan secara terpadu

3). Penilaian hasil belajar yang terdiri dari : a). Penilaian berbasis kompetensi

b). Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)

(21)

19

c). Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

d). Penilaian tidak hanya pada level KD (Kompetensi Dasar), tetapi juga kompetensi inti dan SKL (Standar Kelulusan)

e). Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.

c. Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester dan satu tahun pembelajaran.

1). Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu.

Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam pembelajaran.

Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 40 menit.

2). Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.

3). Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.

4). Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu.

5). Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu.

d. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut :

1). Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1

2). Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2

3). Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3

4). Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

e. Muatan Pembelajaran

Muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies.

Muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Mata pelajaran

(22)

IPS merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Tujuan pendidikan IPS menekankan pada pemahaman tentang bangsa, semangat kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Integrasi berbagai konsep dalam mata pelajaran IPS menggunakan pendekatan trans-disciplinarity dimana batas-batas disiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas dan jelas, karena konsep-konsep disiplin ilmu berbaur atau terkait dengan permasalahan- permasalahan yang dijumpai di sekitar. Kondisi diatas memudahkan pembelajaran IPS menjadi pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat dimana manusia beraktivitas, koneksi antar ruang menggambarkan mobilitas manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu menggambarkan masa dimana kehidupan manusia terjadi.

III. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan tabulasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan dilaksanakan untuk mengetahui Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013.

a. Pengetahuan Terhadap Kompetensi Inti

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi yaitu Kompetensi Inti-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual, Kompetensi Inti-2 untuk kompetensi inti sikap sosial, Kompetensi Inti-3 untuk kompetensi inti pengetahuan dan Kompetensi Inti-4 untuk kompetensi inti keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sebanyak 14 guru dengan persentase 50%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi sebanyak 3 guru dengan persentase 14,29%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap Kompetensi Inti sebanyak 21 guru dengan persentase 75%.

b. Pengetahuan Terhadap Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan

(23)

21

kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Mata pelajaran dan alokasi waktu terdiri dari struktur mata pelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah sebanyak 14 guru dengan persentase 50%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan sedang sebanyak 3 guru dengan persentase 10,71%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap mata pelajaran dan alokasi waktu yaitu sebanyak 25 guru dengan persentase 89,29%.

c. Pengetahuan Terhadap Beban Belajar

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sebanyak 8 guru dengan persentase 28,57%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan sangat tinggi sebanyak 1 guru dengan persentase 3,57%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap beban belajar yaitu sebanyak 16 guru dengan persentase 57,14%.

d. Pengetahuan Terhadap Kompetensi Dasar

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah yaitu sebanyak 16 guru dengan persentase 57,14%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi yaitu sebanyak 3 guru dengan persentase 10,71%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap kompetensi dasar yaitu sebanyak 25 guru dengan persentase 89,29%.

e. Pengetahuan Terhadap Muatan Pembelajaran

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah yaitu sebanyak 17 guru dengan persentase 60,71%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi yaitu sebanyak 1 guru dengan persentase 3,57%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki

(24)

pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap kompetensi dasar yaitu sebanyak 21 guru dengan persentase 74,99%.

f. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 menjelaskan tentang 5 subvariabel yaitu pengetahuan kompetensi inti yang terdiri dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan mata pelajaran dan alokasi waktu yang terdiri dari struktur mata pelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar, pengetahuan beban belajar yang terdiri dari beban belajar per minggu, durasi setiap satu jam pembelajaran, beban belajar satu semester dan beban belajar satu tahun, pengetahuan kompetensi dasar yang terdiri dari rumusan sikap spiritual, rumusan sikap sosial, rumusan pengetahuan mata pelajaran IPS dan rumusan keterampilan mata pelajaran IPS dan pengetahuan muatan pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran, jenis modul pelatihan dan orientasi program pendidikan mata pelajaran IPS.

Hasil perhitungan persentase jawaban Guru IPS yang berjumlah 28 guru dapat diketahui bahwa mayoritas Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap penerapan Kurikulum 2013 yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase 82,14% sehingga hipotesis pada penelitian terbukti.

Guru bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi proses pembelajaran merupakan titik sentral dalam pendidikan. Dalam hal ini, gurulah yang melaksanakan proses pembelajaran secara langsung kepada siswa.

Proses pendidikan yang baik dapat dicapai apabila guru memiliki kemampuan yang memadai. Guru memberikan peranan sangat besar pada kualitas pendidikan (Praditaliana, 2012: 19). Kurangnya Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 diakui karena guru masih menggunakan kurikulum lama sehingga belum mempersiapkan diri menghadapi penerapan kurikulum 2013 dan kurang adanya sosialisasi maupun pelatihan yang didapat dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013. Sebagian besar guru mengaku belum mengetahui dan memahami isi dari kurikulum 2013, sehingga sebagian guru mengaku hanya mendapat informasi tentang kurikulum 2013 lewat media internet. Pelatihan tentang Kurikulum 2013 memang pernah diadakan tetapi hanya beberapa orang guru yang menjadi perwakilan sekolah dan informasi tentang kurikulum 2013 yang disampaikan diakui beberapa guru masih bersifat umum dan mengenai informasi kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPS Terpadu masih belum pernah disampaikan secara khusus, maka sebagian besar guru mengaku kesulitan ketika ditanya tentang penerapan kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan guru berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor yang berasal dari dalam diri guru yaitu motivasi, bakat, intelegensi, kemandirian, kreativitas, dan penguasaan ilmu pengetahuan.

(25)

23

Faktor yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, pendidikan formal, informasi dunia kerja, sarana dan prasarana belajar, serta pengalaman mengajar (Praditaliana, 2012: 23). Sebagian besar guru berharap agar diadakan sosialisasi maupun pelatihan dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran IPS Terpadu.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan responden yaitu guru IPS Terpadu tentang Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur menghadapi penerapan Kurikulum 2013 maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur menghadapi penerapan Kurikulum 2013 memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase 82,14%, sehingga hipotesis pada penelitian terbukti. Kurangnya pengetahuan guru disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih oleh penulis sampaikan kepada dosen pengampu yang telah memberikan pemahaman kepada penulis mengenai penyusunan jurnal penelitian.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hayati, Rahmah. 2010. Upaya Orang Tua Siswa SMP Negeri 2 Bati-Bati Memotivasi Kegiatan Belajar Di Rumah Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi.

Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Hidayat, Sholeh. 2013. Kesiapan Guru Menyongsong Kurikulum 2013, (Online), (http://untirta.ac.id.html, diakses 02 Januari 2014).

Khairiah. 2010. Kesiapan Guru SMP Negeri 5 Banjarmasin dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Kusuma. 2013. Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jurnal. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kunandar. 2013. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers.

Masduki, M. dkk. 1990. Pengantar Statistika. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.

Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.

Ngadiyana, Y. M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/

Madrasah Tsanawiyah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

(26)

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Susilo, Try. 2010. Kesiapan Guru SMAN 1 Plaihari Kecamatan Plaihari Kabupaten Tanah Laut dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin:

FKIP UNLAM.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(27)

25

KEBISINGAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR PADA RUAS JALAN DI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

Oleh

Khairina, Deasy Arisanty, H.Sidharta Adyatma Abstrak

Penelitian ini berjudul “ Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kendaraan bermotor, skala intensitas tingkat kebisingan dan hubungan jumlah kendaraan dengan tingkat kebisingan pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kendaraan bermotor. Sampel dalam penelitian ini adalah semua kendaraan bermotor yang melintas pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Pengolahan data dengan cara editing dan tabulating. Analisis data menggunakan rumus interval, persentase dan analisis regresi linear: satu prediktor.Hasil dari penelitian tentang Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah bahwa rerata tingkat jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) adalah agak banyak berjumlah 89 unit dengan persentase 41%, siang (12.30-14.00 WITA) adalah agak banyak berjumlah 68 unit dengan persentase 33%, dan sore (16.30-18.00 WITA) adalah sangat sedikit berjumlah 72 unit dengan persentase 33%. Rerata skala intensitas tingkat kebisingan saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) adalah keras, rerata tingkat kebisingan/menit 76,6 dB A dengan persentase 67%, siang (12.30- 14.00 WITA) adalah keras yaitu 74,7 dB A dengan persentase 92%, dan sore (16.30-18.00 WITA) adalah keras yaitu 76,7 dB A dengan persentase 75%. Ada hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan pada ruas di Kecamatan Banjarmasin Tengah, hal ini disebabkan jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah adalah jalan utama sehingga banyak kendaraan bermotor yang melintas, sehingga menyebabkan tingkat kebisingan tinggi.

Kata Kunci: Kendaraan Bermotor, Lalu Lintas dan Kebisingan I. PENDAHULUAN

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination) (Adisasmita, 2012). Transportasi berfungsi sebagai faktor penunjang, perangsang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the service sector) bagi perkembangan ekonomi (Nasution dalam Petrus, 2010). Transportasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

transportasi darat, transportasi air, transportasi udara. Transportasi darat tidak lepas dari adanya kegiatan kendaraan bermotor, semakin meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor, baik milik pribadi maupun yang dipergunakan untuk usaha, semakin meningkatkan kepadatan arus lalulintas di jalan raya.

Transportasi dapat menurunkan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh

(28)

padatnya arus lalulintas, antara lain : kebisingan, polusi udara dan getaran (Zaini, 2013).

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh pendengaran manusia yang mempunyai multi frekuensi dan multi amplitudo dan umumnya terjadi pada frekuensi tinggi (Nasri dalam Leksono, 2009). Kebisingan memiliki efek terhadap kesehatan. Efek kebisingan terhadap kesehatan terbagi menjadi dua yaitu efek terhadap pendengaran dan efek terhadap non pendengaran. Efek terhadap pendengaran terdiri dari pergeseran nilai ambang batas sementara yang bersifat sementara dan non patologis dan pergeseran nilai ambang batas menetap yang bersifat patologis dan menetap, terjadi di tempat kerja karena trauma akustik dan kebisingan dan terjadi bukan di tempat kerja. Efek terhadap gangguan bukan pendengaran, dapat berupa: penyakit akibat stress, kelelahan, perubahan penampilan dan ganggguan komunikasi (Mokuno dalam Rahayu, 2010).

Kebisingan lalu lintas jalan merupakan sumber utama yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Sumber bising lalulintas jalan antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan (Depkes, 1995).

Kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan angka pertumbuhannya sangat pesat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terjadi pada tiap moda kendaraan dimana untuk prosentase peningkatan diatas 10% pada moda sepeda motor dengan prosentase peningkatan sebesar 13% pertahunnya (Badan Pusat Statistik – Kepolisian Republik Indonesia, 2013).Data kendaraan bermotor di wilayah Kota Banjarmasin dari tahun 2009 hingga 2010 juga mengalami kenaikan yaitu dari 315.552 unit menjadi 365.630 unit; pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami sedikit penurunan dari 367.697 unit menjadi 360.611 dan tahun 2013 mengalami peningkatan lagi menjadi 391.766. Tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan namun kepadatan di Kota Banjarmasin terus meningkat apalagi di kecamatan Banjarmasin Tengah, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Banjarmasin No

Tipe Kendaraan

Bermotor

2009 2010 2011 2012 2013

1 Sedan 3.991 4.253 3.955 3.892 3.732

2 Jeep 6.824 7.324 7.560 7.371 7.783

3 S.Wagon 0 0 42 35.643 431

4 M.Bus 24.756 28.749 32.618 405 40.362

5 Bus 79 65 65 19 19

6 Pick Up 9.974 11.234 12.081 13.690 14.620

7 Truck 9.653 9.918 10.014 9.275 9.693

8 A.Berat 3 1 1 45 64

(29)

27 No

Tipe Kendaraan

Bermotor

2009 2010 2011 2012 2013 9 Spd.Motor 226.276 249.907 224.698 194.104 180.86

8 10 Scoter 33.502 53.685 76.214 95.615 113.35

9

11 R3 Bermotor 40 494 449 552 601

Jumlah 315.552 365.630 367.697 360.611 371.53 2 Sumber : Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin, 2014

Arus lalu lintas di jalan terdiri dari berbagai tipe kendaraan antara lain:

sepeda motor, mobil penumpang, taksi, mini bus, pick up, bus, truk ringan dan kendaraan berat yang mempunyai tingkat kebisingan masing-masing, sehingga kebisingan lalu lintas dipengaruhi oleh jenis kendaraan yang melintasi jalan (Wardika, 2010). Kecamatan Banjarmasin Tengah adalah salah satu kecamatan di Kota Banjarmasin. Kecamatan Banjarmasin Tengah mempunyai luas wilayah 11,66 km2 (BPS, 2013). Jalan arteri di kecamatan Banjarmasin Tengah berjumlah tiga jalan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Nama Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah

No Nama Jalan Tipe

Jalan

Klasifikasi Jalan

Fungsi/Peranan Pembinaan 1 Perintis Kemerdekaan 2/2 UD Arteri Sekunder Kota 2 Jendral Sudirman 4/2 D Arteri Sekunder Kota 3 Pangeran Samudera 4/1 UD Arteri Primer Nasional Sumber:Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Banjarmasin, 2014

Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang terwujud dalam pusat-pusat kegiatan. sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan(Adisasmita, 2012). Jalan arteri di Kecamatan Banjarmasin Tengah merupakan jalan yang sering mengalami kepadatan yang cukup tinggi, di sajikan dalam Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan objek penelitian yang dalam hal ini adalah perusahaan manufaktur yang listed di BEI periode tahun 2007-2010, penelitian ini akan menganalisis

Dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan ini menjadikan pihak manajemen Grama Tirta Jatiluhur untuk lebih meningkatkan segala hal baik itu program kerja dan

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilkukan oleh Rahayu \DQJ EHUMXGXO ³3HQJDUXK Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

[r]

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak limpahan berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sesuai

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR.. TAMANSARI I

Berdasarkan pada tujuan dan hipotesis yang diungkapkan dalam penelitian ini, maka metode analisis data yang dapat diterapkan adalah analisis regresi