• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Survey Museum Wayang

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN DATA (Halaman 93-101)

Letak bangunan gedung Museum Wayang di Jl. Pintu Besar Utara No. 27. pada mulanya merupakan lokasi gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “ de oude Hollandsche Kerk “ sampai tahun 1732 yang berfungsi sebagai tempat untuk peribadatan penduduk sipil dan tentara bangsa Belanda yang tinggal di Batavia.

Pada tahun 1733 gereja tersebut mengalami perbaikan, dan namanya dirubah menjadi “ de nieuwe Hollandsche Kerk “ dan berdiri terus sampai tahun 1808. Di halaman gereja ini yang sekarang menjadi ruangan taman terbuka Museum Wayang, di dalamnya terdapat taman kecil dengan prasasti – prasastinya yang berjumlah 9 (sembilan) buah yang menampilkan nama – nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut.

Diantara prasasti tersebut tertulis nama Jan Pieterszoon Coen, seorang Gubernur Jenderal yang berhasil menguasai kota Jayakarta pada tanggal 30 Mei 1619 setelah kekuasaan P. Jayakarta lumpuh akibat pertentangan dengan Kraton Banten, Dalam tahun 1621 Heeren XVII memerintahkan Coen untuk memakai nama Batavia untuk kota Pelabuhan Jayakarta. Kota Batavia yang dibangun oleh Coen diatas puing reruntuhan Jayakarta dengan membuat suatu kota tiruan sesuai dengan kota – kota di negeri Belanda.

Sebagai akibat terjadinya gempa, bangunan Gereja Belanda Baru itu telah rusak. Selanjutnya lokasi bekas Gereja tersebut dibangunlah gedung yang nampak sebagaimana sekarang ini dengan fungsinya sebagi gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co. Bagian muka museum ini dibangun pada tahun 1912 dengan gaya Neo Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kompeni.

Sesuai besluit pemerintah Hindia Belanda tertanggal 14 Agustus 1936 telah ditetapkan gedung beserta tanahnya menjadi monumen. Selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) yaitu lembaga independent yang didirikan untuk tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni

100 dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang – bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian.

Pada tahun 1937 oleh lembaga tersebut gedung diserahkan kepada Stichting oud Batavia dan kemudian dijadikan museum dengan nama “ de oude Bataviasche Museum “ atau museum Batavia Lama “ yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer (22 Desember 1939).

Sejak pendudukan Jepang dan revolusi kemerdekaan R.I. gedung museum ini tidak terawat. Pada tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) dan sejak itu nama museum diganti menjadi Museum Jakarta Lama. Pada tanggal 1 Agustus 1960 namanya disingkat menjadi Museum Jakarta. Pada tanggal 17

September 1962 oleh LKI diserahkan kepada pemerintah R.I. cq Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pada akhirnya pada tanggal 23 Juni 1968 oleh Dirjen Kebudayaan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan gedung museum diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan di gedung ini pula Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta berkantor.

Sejak kepindahan Museum Jakarta (sekarang Museum Sejarah Jakarta) ke gedung bekas KODIM 0503 Jakarta Barat yang dahulunya disebut gedung Stadhuis / Balaikota, maka bekas gedung Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta kemudian dijadikan Museum Wayang. Gagasan didirikannya Museum Wayang adalah ketika Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin ketika menghadiri Pekan Wayang II tahun 1974. Dengan dukungan panitia acara tersebut, Gubernur DKI Jakarta dengan para pecinta wayang, Pemerintah DKI Jakarta menunjuk gedung yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 sebagai Museum Wayang.

Sebagai pendamping Museum Wayang didirikan Yayasan Nawangi dengan H. Budiardjo sebagai Ketua Umum. Selanjutnya Yayasan menunjuk Ir. Haryono Haryo Guritno sebagai pimpinan proyek pendirian Museum Wayang. Sesudah penataan koleksi wayang selesai maka pada tanggal 13 Agustus 1975

101 diresmikan pembukaan Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin. Museum Wayang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Permuseuman di bidang pewayangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 134 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (BAB VIII, Pasal 33, 1).

Pada tanggal 16 September 2003 Museum Wayang mendapat Hibah tanah & Bangunan di Jl. Pintu Besar No. 29 eks Gedung Milik PT. Mercu Buana ( luas tanah 627 M² dengan luas bangunan berlantai dua 747 M² ) sertifikat HGB 1330/1983 yang dihibahkan oleh Bp. H. Probosutejo kepada Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dengan Berita Acara serah terima hibah pada tanggal 16 September 2003.

Sebagai bangunan tua yang dihibahkan selanjutnya akan memiliki fungsi sesuai rencana pengembangan gedung museum wayang yang serasi untuk kebutuhan sebuah museum dengan mengoptimalkan ruang dan bangunanan, baik untuk tempat pergelaran, peragaan, maupun pameran, dan lain-lain. Bangunan tua ini, kondisinya memerlukan renofasi dan rekonstruksi untuk dapat berfungsi dengan perobahan yang tetap memperhatikan estetika dengan pandangan jauh kedepan bagi pembenahan dan pelestarian lingkungan kota tua yang bersejarah. Ini merupakan bagian penting dari pertumbuhan kota Jakarta yang terus berkembang.

 Lokasi

 Museum wayang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.27, Pinangsia, Jakarta Barat 11110

 Museum wayang terletak bersebelahan dengan café bawavia pada sebelah kiri, dan rumah makan bangi kopitiam pada sebelah kanan. Museum ini berhadapan dengan museum keramik. Untuk museum lainnya yang berada di sekitar museum wayang, yang menarik untuk dapat kita kunjungi adalah Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, Jembatan Kota Intan, Hotel Batavia, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pelabuhan Sunda Kelapa, Stasiun Beos .

102  Untuk mengunjungi Museum Wayang dapat menggunakan taksi atau

kendaraan umum seperti Busway. Bila menggunakan Busway, gunakan Busway Koridor satu yaitu jurusan Blok M – Kota. Anda turun di Stasiun Kota yang merupakan stasiun terakhir dari rute koridor satu. Dan anda harus berjalan ke arah di mana memasuki daerah kota Fatahillah, dan mengarah lurus pada bangunan café Batavia. Museum wayang terletak diantara café Batavia dan rumah makan bangi kopitiam.

 Site plan letak Museum Wayang

Gambar 2.43 : Site Plan Lokasi Museum Wayang. (sumber : http://www.museumwayang.com/Beranda.html)

 Denah Museum Wayang

103 Gambar 2.44 : Denah Museum Wayang. (sumber :

http://www.museumwayang.com/Beranda.html)

104 B. Data Suevei Museum Bank Indonesia

 Sejarah Bank Indonesia

Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan internasional. Sementara di daratan Eropa, merkantilisme telah berkembang menjadi revolusi industri dan menyebabkan pesatnya kegiatan dagang Eropa. Pada saat itulah muncul lembaga perbankan sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746 mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama berpuluh-puluh tahun bank tersebut beroperasi dan berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa Kerajaan Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet 1922. Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di wilayah NICA sedangkan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia.

 Lokasi

 Museum Bank Indonesia beralamat di Jl. Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat

 Lokasi Museum Bank Indonesia terletak bersebelahan dengan Museum Bank Mandiri dan berhadapan dengan stasiun kota Jakarta (Beos) di

105 kawasan Kota Tua Jakarta. Museum lainnya dan banguna menarik disekitar lokasi museum seperti, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Batavia Café, Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Hotel Batavia, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pelabuhan Sunda Kelapa.

 Untuk mengunjungi Museum Bank Indonesia dapat menggunakan taksi atau kendaraan umum seperti Busway. Bila menggunakan Busway, gunakan Busway Koridor satu yaitu jurusan Blok M – Kota. Anda turun di Stasiun Kota yang merupakan stasiun terakhir dari rute koridor satu. Letak Museum Bank Indonesia persis diseberang stasiun Kota.

 Site Plan

Gambar 2.45 : Site Plan Lokasi Museum Bank Indonesia. (sumber : http:/bi.go.id/Beranda.html)

106  Denah Museum Bank Indonesia

Gambar 2.46 Denah Lantai 1 dan 2. Sumber :

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Museum/Tentang+Museum/Denah+Museum/ Lantai 1:

1) Pintu masuk belakang 2) Ruang serba guna 3) Ruang gelar budaya

107 4) Ruang jeda

5) Ruang penerbitan & pengedaran uang 6) Ruang perpustakaan

Lantai 2:

1) Pintu masuk utama 18) Ruang gubernur 2) Ruang penitipan barang 19) Ruang meeting 3) Ruang manager 20) Ruang gelar budaya 4) Ruang lobby hall & loket 21) Ruang Inspirasi 5) Ruang pelayanan pengunjung 22) Ruang Jeda

6) Ruang peralihan 23) Ruang numismatik 7) Ruang theater 24) Ruang BI future 8) Ruang informasi BI 25) Ruang kerja 9) Ruang sejarah pra BI 26) Ruang Emas 10) Ruang sejarah BI periode-1 27) Ruang Souvenir 11) Ruang sejarah BI periode-2

12) Ruang sejarah BI periode-3 13) Ruang sejarah BI periode-4 14) Ruang sejarah BI periode-5 15) Ruang sejarah BI periode-6 16) Ruang jeda & children corner 17) Ruang direktur

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN DATA (Halaman 93-101)

Dokumen terkait