• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN DATA"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN DATA 2.1 Data Literatur

2.1.1 Data Umum

1. Tinjauan Terhadap Museum A. Pengertian Museum

Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Museion”, yang artinya “kuil untuk melakukan pemujaan terhadap 9 Dewi Muse". Dalam mitologi klasik, Muse adalah dewa-dewa literature, musik, tarian, dan semua yang berkaitan dengan keindahan, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan. (Sumber :

Encyclopedia Americana, 1970).

Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of

Museums ( ICOM ), adalah institusi permanen dan nirlaba. Yang melayani

kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, dan mengkomunikasikan. Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. ( Definisi menurut ICOM = International Council of Museeum atau Organisasi Permuseuman Internasional dibawah Unesco ). Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan.

Jadi menurut definisi diatas, pengertian museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merewat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. Sedangkan Museum menurut

(2)

8 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

B. Sejarah Perkembangan Museum

Pengertian tentang museum dari zaman kezaman mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena museum senantiasa mengalami perubahan tugas dan kewajibannya. Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan. Lama kelamaan gedung museum tersebut yang pada mulanya tempat pengumpulan benda-benda dan alat-alat yang diperlukan bagi penyelidikan ilmu dan kesenian, ada yang berubah menjadi tempat mengumpulkan benda-benda yang dianggap aneh. Perkembangan ini meningkat pada abad pertengahan dimana yang disebut museum adalah tempat benda-benda pribadi milik pangeran, bangsawan, para pencipta seni dan budaya, para pencipta ilmu pengetahuan, karena dari kumpulan benda ( koleksi ) yang ada mencerminkan apa yang khusus menjadi minat dan perhatian pemiliknya.

 Museum di Dunia

Dalam sejarah perkembangannya museum dapat dilihat dengan terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat menyimpan benda-benda warisan budaya bangsa yang bernilai luhur dan dirasakan penuh arti nilai sejarah yang tinggi. Kemudian museum fungsinya meluas menjadi suatu pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran benda-benda bersejarah. Kemudian pada akhirnya fungsi tersebut diperluas lagi menjadi suatu sarana pendidikan secara umum dan sebuah kepentingan umum atau kepentigan bersama bagi masyarakat luas. Manusia pada umumnya mempunyai naluri yang alamiah, yaitu “ Naluri untuk melakukan pengumpulan ( Collecting instict ) ”. Sejak 85000 tahun yang lalu diketahui manusia sudah merupakan sebagai makhluk penyimpan,

(3)

9 hal ini terbukti oleh hasil penelitian para arkeolog dalam goa-goa dieropa. Yang pernah berdiam suatu kelompok manusia neanderthal (Lembah neander).

Didalam goa ini juga terdapat kepingan-kepingan batu yang disebut oker, fosil kerangka yang beraneka bentuk, serta batu-batuan yang berbentuk aneh. Koleksi-koleksi aneh ini merupakan penyajian pertama yang disebut “Curio cabinet“ dan merupakan koleksi yang paling tua. Nama curio cabinet ini dipakai sebagai nama museum dalam sejarahnya yang pertama. Perkembangan ini meningkat pada zaman pertengahan dimana yang disebut museum adalah koleksi pribadi milik para pangeran (Princess), para bangsawan, para pelindung dan para pencinta seni dan budaya yang kaya dan makmur serta para pecinta ilmu pengetahuan. Koleksi-koleksi tersebut mencermikan adanya benda-benda khususnya yang menjadi minat dan perhatian orang-orang tersebut. Dalam perjalannnya ke negeri orang atau membayar utusan-utusan guna melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda-benda bersejarah. Museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam bentuk karya tulis, ini terjadi dizaman ensiklopedis yaitu zaman sesudah Reinessance dieropa. Benda-benda hasil seni rupa sendiri ditambah dengan benda-benda dari luar Eropa merupakan modal koleksi yang kelak akan menjadi dasar pertumbuhan museum-museum besar dieropa.

Gambar 2.1 : Museum LouvreUH, HUParisUH, HUPerancisUH. Sumber : internet

 Museum Di Indonesia

(4)

10 Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka, Selain itu dikenal pula Museum Gajah atau Museum Nasional yang dikenal sebagai museum yang terlengkap koleksinya diindonesia. Selain museum nasional terdapat pula museum wayang, museum persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern indonesia.

Indonesia mempunyai sejarah kegiatan ilmu dan kesenian yang lebih tua dari negara-negara lain diasia tenggara, hal ini berkaitan dengan sejarah zaman

kolonoalisme dan imperalisme. Bataviaasch Genootschap mempunyai kedudukan

penting, bukan saja perkumpulan ilmiah tetapi juga karena para anggota pengurusnya merupakan tokoh-tokoh penting dari lingkungan pemerintahan, Perbankan dan perdagangan. Bataviaasch Genootschap juga bertindak sebagai badan penasehat pemerintah hindia belanda untuk hal-hal yang menyangkut pengetahauan tantang sejarah dan adat istiadat penduduk pribumi dan penduduk non eropa lainnya. Tidak aneh apabila perkumpulan ini menjadi pusat pertemuan kalangan sarjana ketimuran ( Orintalist ) dan pernah menjadi tuan rumah salah satu pasific science congress. Museum bataviaasch genootchap van kunsten en

wetenschappen yang kini lebih dikenal dengan nama museum nasional, dan

sebelumnya telah dikenal dengan nama museum pusat atau museum gedung gajah yang merupakan museum tertua di Indonesia.

Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruh Eropa, terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Museum ini dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah Belanda dibawah Gubernur-Jendral Reinier de Klerk sebagai respons adanya perhimpunan

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan

menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda. Museum ini diresmikan pada tahun 1868, tapi secara institusi tahun lahir Museum ini adalah 1778, saat pembentukan

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen oleh pemerintah

Belanda yang juga dikenal sebagai Museum gajah. Museum ini dibuka secara resmi pada tahun 1868. Museum ini dikenal sebagai Gedung Gajah atau Gedung Arca, karena terdapat patung gajah yang terbuat dari perunggu dihalaman depan

(5)

11 yang merupakan hadiah dari yang mulia Somdetch Phra Paramarindr Maha

Chulalonkorn, Raja Siam ( Thailand ) yang pertama, diberikan kepada kota

Batavia sebagai kenang-kenangan atas kunjungannya pada bulan Maret 1871.

Gambar 2.2 : Museum Nasional atau Bataviaasch Genootschap 1880 sumber : internet

Sedangkan disebut sebagai gedung arca karena disini terdapat berbagai jenis dan bentuk patung/arca dari berbagai babakan periode sejarah nusantara. Diantara 40 museum, Gedung Museum Nasional Di Jl. Medan Merdeka Barat Jakarta Pusat ini telah memperoleh nama internasional karena kumpulan benda sejarahnya sejak masa prasejarah. Museum tertua diindonesia ini didirikan oleh

Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atau Perkumpulan

untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan. Perkumpulan ini dibentuk 1778 oleh J.C.M. Radermacher Anggota Dewan Hindia, dan menantu laki-laki dari gubernur jenderal Reinier de Klerk. Bekas kediaman de Klerk hingga kini masih berdiri dengan megah Di Jl. Gajah Mada dan telah direhabilitasi pemerintah Belanda. Gedung yang memiliki pekarangan luas ini pernah dijadikan Gedung Arsip Nasional.

Gedung Museum Nasional yang meniru vila gaya Romawi kuno, mudah dikenali keberadaannya. Satu-satunya gedung yang dihalaman depannya dipasang patung gajah. Museum Nasional berfungsi tidak hanya sebagai lembaga studi dan penelitian warisan budaya bangsa tapi juga berfungsi sebagai pusat informasi yang bersifat edukatif, kultural dan rekreatif. Sejarah panjang Museum Nasional tersebut menjadikan museum ini museum terbesar dan tertua diindonesia.

(6)

12 Gambar 2.3 : Halaman Gedung Museum Nasional 1902 sumber : internet

Gedung Museum Nasional yang memiliki koleksi lengkap masa lalu dan benda-benda seni dari seluruh Nusantara, termasuk dari emas murni. Pada 1963, emas dan permata koleksinya telah digasak perampok bernama Kusni Kasdut. Ketika itu, Bung Karno tengah membangun Monas dengan puncaknya dari emas. Gambar Beberapa Koleksi Dari Museum Nasional.

Gambar 2.4 : Museum Nasional / Bataviaasc Genootschap 2008. Sumber : internet Sejak pendirian Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen untuk pengisian koleksi museumnya telah diprogramkan antara lain berasal dari koleksi benda-benda bersejarah dan kepurbakalaan baik dari kalangan pemerintah

(7)

13 maupun masyarakat. Semangat itu telah mendorong untuk melakukan upaya pemeliharaan, penyelamatan, pengenalan bahkan penelitian terhadap peninggalan sejarah dan purbakala. Periode 1962-1967 merupakan masa sulit bagi upaya untuk perencanaan medirikan Museum Nasional dari sudut profesionalitas, karena dukungan keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi. Ditengah kesulitan tersebut, pada tahun 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Museum. Urusan museum diganti menjadi Lembaga Urusan Museum-Museum Nasional pada tahun 1964, dan diubah menjadi Direktorat Museum pada tahun 1966. Pada tahun 1975, Direktorat Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Pada tanggal 17 September 1962 LKI dibubarkan, Museum diserahkan pada pemerintah Indonesia dengan nama Museum Pusat dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Museum Pusat diganti namanya menjadi Museum Nasional pada tanggal 28 Mei 1979.

Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa pada tagun 1998, telah mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini memberikan dampak terhadap permuseuman diindonesia. Direktorat Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Museum dibawah Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2000. Pada tahun 2001, Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman dibawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pada tahun 2002. Direktorat Purbakala dan Permuseuman diubah menjadi Asdep Purbakala dan Permuseuman pada tahun 2004. Akhirnya pada tahun 2005, dibentuk kembali Direktorat Museum dibawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (Tim Direktorat Museum).

Gambar 2.5 : Logo Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sumber : internet

(8)

14 Sampai sekarang diindonesia telah berdiri kurang lebih 300 buah museum, baik itu museum pemerintah maupun museum swasta yang besar maupun kecil dengan berbagai macam jenisnya. Museum diindonesia didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung didalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. Dengan demikian warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan, sehingga dapat memperkenalkan akar kebudayaan nasional yang digunakan dalam menyusun kebudayaan nasional. C. Fungsi dan Peranan Museum

International Council Of Museum (ICOM) atau Badan Museum Internasional menegaskan tentang fungsi museum (Nawa Darma), Sebagai ringkasan yang bertolak dari definisi museum, ada beberapa fungsi museum yaitu sebagai berikut:  Sebagai pengumpulan dan pengamanan warisan alam, ilmu pengetahuan

dan budaya bangsa

 Untuk pusat dokumentasi, informasi dan penelitian ilmiah  Sebagai konservasi dan preservasi

 Sebagai penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum

 Pengenalan dan penghayatan kesenian

 Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa  Sebagai pusat visualisi warisan suaka alam dan budaya

 Cermin sejarah manusia, alam dan budaya sebagai cerminan tumbuh dan berkembangnya peradaban umat manusia.

 Untuk menggugah semangat agar semakian bertakwa dan bersyukur kepada tuhan yang maha kuasa.

(9)

15  Sebagai rekreasi dan berbagai aktivitas lainnya bagi masyarakat.

 Sebagai sarana atau media informasi yang berkaitan dengan dunia kesejarahan.

 Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang sejarah dan purbakala.

 Pusat dokumentasi dan Penelitian llmiah  Pusat penyaluran ilmu untuk umum  Pusat penikmatan karya seni

 Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa  Media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu Pengetahuan.

Benda-benda yang disimpan dimuseum harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni bernilai budaya dan ilmu pengetahuan, dapat diidentifikasi, bernilai seni, serta dapat dijadikan monumen yang mewakili zamannya. Kemudian Benda-benda yang berhasil dikumpulkan sesuai persyaratan, harus melalui perawatan dan pengawetan agar tidak rusak atau musnah. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Museum didukung oleh beberapa bagian diantaranya adalah :

 Kepala museum, yang mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Museum di wilayah kerja Museum.

 Sub Bag Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga, registrasi dan dokumentasi koleksi, perpustakaan dan keamanan.

 Kelompok tenaga teknik dan non teknis, mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan penelitian, penyajian, dan Bimbingan Edukatif Kultural koleksi benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah. Kelompok tenaga teknis dan non teknis pada museum terdiri dari :

(10)

16  Kelompok Tenaga Teknis dan non teknis Koleksi, mempunyai tugas

mengumpulkan, meneliti dan mengolah koleksi benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

 Kelompok Tenaga Teknis dan non teknis Konservasi/Preparasi, mempunyai tugas merawat, mengawetkan dan menyajikan koleksi pada ruang Pameran. Jadi Tanggung jawab dan tugasnya meliputi melakukan konservasi, preparasi, restorasi dan reproduksi koleksi serta persiapan tata pameran.

 Kelompok Tenaga Teknis dan non teknis Bimbingan Edukasi tugasnya meliputi antara lain :

 Kegiatan bimbingan dengan metode edukatif kultural  Penerbitan dan publikasi

 Pemberian informasi atau penerangan koleksi museum kepada masyarakat pengunjung museum

Bimbingan edukasi mempunyai peran penting untuk mengkomunikasikan dan mentransformasikan nilai-nilai budaya yang ada pada museum kepada masyarakat umum.

D. Klasifikasi Museum

1. Berdasarkan Penyelenggaraannya

Museum di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi dua macam menurut penyelenggaraannya yaitu :

• Museum Pemerintah

Museum ini diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah, museum ini juga dapat dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

• Museum Swasta

Museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pihak swasta atau perorangan. Museum swasta bertujuan mencari keuntungan atau profit dengan menyediakan fasilitas sebanyak-banyaknya untuk pengunjung yang datang.

(11)

17 2. Berdasarkan Pelayanan

Museum berdasarkan pelayanan dan koleksinya dibedakan menjadi dua jenis yaitu diantaranya :

 Museum umum

Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material dengan berbagai macam cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Merupakan museum yang mempunyai fasilitas dan pelayanan yang luas dan tidak terbatas, baik dari segi koleksi, wilayah, maupun lokasi museum.

 Museum khusus

Museum yang memiliki bagian dari salah satu cabang-cabang tersebut sudah tentu termasuk museum khusus, Jadi museum khusus itu banyak sekali sub jenisnya. Apabila koleksi suatu museum dapat mewakili dua kriteria atau lebih, maka museum khusus tersebut berubah menjadi museum umum.

 Museum Pendidikan

Museum ini termasuk tipe museum khusus, tetapi bagi Indonesia dirasa sangat perlu adanya penanganan istimewa terhadap jenis-jenis museum pendidikan, sebab berdasarkan suatu perkiraan, tipe museum pendidikan akan lebih banyak mengambil peranannya.

3. Berdasarkan Kedudukannya

Menurut kedudukannya museum dapat dibedakan menjadi tiga macam jenis yaitu diantaranya :

• Museum Nasional Atau Pusat

Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda-benda yang berassal dari pusat, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah indonesia yang bernilai nasional. • Museum Propinsi Atau Daerah

(12)

18 Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda-benda yang berasal dari daerah, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah propinsi museum itu berada.

• Museum Lokal

Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari wilayah sekitar, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya museum tersebut berada.

4. Berdasarkan ilmu pengetahuannya

Berdasarkan ilmu pengetahuannya museum dapat dibedakan, menjadi dua macam jenis yaitu :

 Museum Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi

Museum ini diklasifikasikan menjadi Museum Zoologi, Museum Botani, Museum Geologi, Museum Industri, dan lainnya.

 Museum Ilmu Pengetahuan Sosial ( sejarah dan kebudayaan )

Museum ini diklasifikasikan menjadi Museum Arkeologi, Museum Etnografi, Museum Kesenian. Museum Kesenian diklasifikasikan lagi menjadi Museum Seni Rupa, Museum Seni Gerak, Museum Seni Suara ( Museum Musik ).

Museum terdiri dari 2 komponen yaitu penyelenggara dan pengelola mempunyai museum. Penyelenggara merupakan satu kegiatan pembinaan sedangkan pengelolaan adalah kegiatan otonom dari unit yang dibina. Pada umumnya dalam dunia permuseuman kita ketahui adanya dua unsur utama penyelenggara museum, yaitu unsur pemerintah dan unsur swasta yaitu dalam bentuk perkumpulan dan yayasan yang diatur kedudukan, tugas dan kewajibannya oleh undang-undang. Penyelenggara dan pengelola museum, baik pemerintah maupun swasta diIndonesia harus menyesuaikan kebijakannya dengan dasar-dasar kebijakan pembina pendidikan pemerintah, karena semua kegiatan museum tidak

(13)

19 hanya untuk melayani kelompok tertentu tetapi juga memberikan pelayanan sosial budaya dan pendidikan bagi masyarakat banyak.

E. Persyaratan Museum

Museum perlu mengembangkan ranah materi koleksinya untuk memberikan nuansa kehidupan yang lebih bermakna. Karena itulah koleksi yang disajikan bukan sekedar artifak fisik yang mati belaka, melainkan harus pula mengakomodasikan kegiatan penunjang yang melatari penciptaan artifak fisik tersebut.

Artinya museum juga memfasilitasi minat masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan mengenai nafas kehidupan dari segenap materi koleksi yang dimilikinya. Untuk mendirikan museum yang baik dan benar, maka perlu dipenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut akan menjadikan suatu museum yang baru dan dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan pengertian, fungsi maupun tujuan dari museum tersebut. Untuk mendirikan suatu museum yang baik, seharusnya diawali dengan kegiatan study kelayakan. Persyaratan tersebut adalah :

1. Persyaratan Lokasi Museum  Lokasi museum harus strategis

Strategis disini tidak berarti harus berada dipusat keramaian kota, melainkan tempat yang mudah dijangkau oleh pengunjung baik menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.

 Lokasi museum harus sehat

• Lokasi tidak terletak didaerah industri yang banyak polusi udaranya. • Bukan daerah yang berlumpur / tanah berawa atau tanah yang berpasir. • Elemen-elemen iklim yang berpengauh pada lokasi itu yaitu kelembaban

udara setidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan yaitu atara 55-65 %. 2. Persyaratan Bangunan

(14)

20 Selain memenuhi persyaratan lokasi museum, persyaratan untuk membangun gedung museum harus diperhatikan. Dalam pembuatan pradesain museum harus sudah dipikirkan ruangan-ruangan yang diperlukan untuk kepentingan museum. ( pembagian ruang, jumlah dan ukuran ruangan, faktor elemen iklim yang berpengaruh dan sirkulasi udara yang baik, juga masalah sistem penggunaan cahaya ). Sebaiknya dalam mendirikan gedung museum jangan hanya memikirkan kemegahan atau keindahan bangunan yang mungkin hal itu akan menjadi monumen bagi arsiteknya, tetapi bangunan tersebut harus sanggup menyelamatkan objek museum, pengelola museum dan pengunjung museum.

Kesan museum haruslah mempunyai kesan hangat, ramai, nyaman, bersih dan penampilan dari segi inrerior maupun arsitektur museum sebaiknya dapat menjangkau lapisan masyarakat atas, menengah dan bawah. Persyaratan minimal bangunan museum ada dua komponen yang terdiri dari syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus yaitu diantaranya :

 Syarat-syarat umum

 Bangunan dikelompokan dan dipisahkan menurut :  Fungsi dan aktifitasnya

 Ketenangan dan keramaian  Keamanan

 Pintu masuk utama ( main entrance ) adalah untuk pengunjung museum.  Pintu masuk khusus ( service entrance ) untuk lalu lintas koleksi, bagian

pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus.

 Area publik terdiri dari :

 Bangunan utama ( pameran bersifat permanen dan pameran bersifat temporer ).

(15)

21  Auditorium, keamanan/pos jaga, souvenir shop, cafetaria/bar, mushollah,

lobby/receptionist, toilet, taman, tempat parkir, pusat penerangan Dll.

 Area semi publik yaitu bangunan administrasi diantaranya perpustakaan, ruang simpan koleksi, dan ruang rapat.

 Area private terdiri dari :  Ruang konservasi

 Ruang studio storage dan preparasi  Gudang

 Ruang studio koleksi  Syarat-syarat khusus

 Bangunan utama ( pameran tetap dan pameran temporer )  Dapat memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.  Mudah dicapai baik dari luar maupun dari dalam

 Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung museum.

 Mempunyai sistem keamanan yang baik, baik dari segi kontruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ( cuaca, gempa bumi, banjir dll ) juga dari segi kriminalitas dan pencurian.  Bangunan auditorium haruslah :

 Mudah dicapai oleh umum

 Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah  Bangunan khusus terdiri dari :

 Ruang konservasi

 Studio preparasi dan storage

(16)

22  Gudang

 Ruang simpan koleksi Bangunan khusus ini haruslah :  Terletak pada daerah tenang  Mempunyai pintu masuk khusus

 Memiliki sistem keamanan yang baik terhadap kerusakan, kebakaran, insect, dan kriminalitas yang menyangkut dari segi-segi kontruksi bangunan maupun spesifikasi pada ruang dalam.

 Bangunan administrasi haruslah :

 Terletak startegis terhadap pencapaian umum maupun bangunan-bangunan lain.

 Mempunyai pintu masuk khusus.

Persyaratan minimal bangunan museum terdiri dari dua komponen yaitu sebagi berikut :

 Bangunan Pokok, terdiri dari:  Pameran Tetap

 Pameran Temporer  Auditorium

 Kantor Administrasi dan perpustakaan  Ruang rapat

 Laboratorium Konservasi  Studio Preparasi

 Ruang penyimpanan ( storage )

(17)

23  Bangunan Penunjang, terdiri dari:

 Keamanan  Gift Shop  Kafetaria

 Ticket Box dan Penitipan barang  Lobby dan receptionist

 Toilet

 Tempat parkir, taman, dll 3. Persyaratan Koleksi Museum

Mengingat manajemen koleksi merupakan ciri khas dalam pengelolaan museum bahkan koleksi disebut sebagai basis aktivitas, meskipun demikian secara umum juga dapat dikategorikan kedalam manajemen sumber daya budaya ( CRM ). Mengingat pada umumnya benda koleksi museum adalah tinggalan budaya, maka penanganannya juga menggunakan konsep pelestarian. Prinsip dasar dalam pelestarian adalah pencegahan terhadap proses penuaan yang dikenal dengan preservasi dan penanggulangan terhadap proses pelapukan dan kerusakan yang disebut dengan konservasi. Konsep pelestarian ini selanjutnya digunakan sebagai panduan bagi pengelolaan benda koleksi atau manajemen koleksi. Didalam manajemen koleksi termaktub kebijakan koleksi (collecting policy), proses seleksi koleksi, etika koleksi, mutasi koleksi (pemindahan dan pembuangan), penambahan dan pengurangan koleksi, serta dokumentasi koleksi (Sumber : Antony J. Duggan, 1986 : 113135).

Selanjutnya aktivitas manajemen koleksi adalah pengaturan atau pengorganisasian benda koleksi agar dapat dinikmati oleh orang lain, yaitu menyusun suatu struktur organisasi beserta mekanisme operasional bagi benda koleksi itu dalam suatu museum.

(18)

24 Dibeberapa tempat tata alur itu sering diwujudkan dengan sebuah bagan agar setiap orang yang akan mengikuti perjalanan koleksi itu (staff pengelola museum dan pengunjung) dapat melihat dengan mudah. Pengelolaan koleksi merupakan berbagai aspek kegiatan, dimulai sejak dari pengadaan koleksi, registrasi dan inventarisasi, perawatan, penelitian sampai koleksi tersebut disajikan/dipamerkan atau disimpan pada ruang penyimpanan koleksi. Pengadaan koleksi merupakan suatu kegiatan pengumpulan benda asli atau tidak asli (replica), yang dapat dijadikan koleksi museum. Pengadaan koleksi dapat dilakukan dengan melalui hibah (hadiah atau sumbangan), titipan, pinjaman, tukar–menukar, hasil temuan (hasil survey, eskavasi, sitaan), imbalan jasa (pembelian). Pada umumnya koleksi museum dibedakan atas beberapa hal yaitu diantaranya :

 Etnografika dan Prehistorika  Prehistorika

 Arkeologika dan Historika  Mumismitika dan Heradilka  Naskah

 Benda Grafika (Foto, Peta asli atau setiap reproduksi yang dapat dijadikan dokumen)

 Diorama (Gambaran berbentuk tiga dimensi)

 Benda–Benda Sejarah Alam (flora, fauna, benda batuan dan mineral).

Setiap benda yang akan dikoleksi, paling sedikit harus memenuhi salah satu dari persyaratan berikut ini yaitu diantaranya :

 Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika)

 Dapat diidentifikasi mengenai wujud (morfologi), tipe (tipologi), gaya (style), fungsi, makna, asalnya secara historis dan geografis, genus (dalam orde biologi) atau periode (dalam geologi).

(19)

25  Harus dapat dijadikan suatu monumen atau bakal monumen.

 Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut persyaratan permuseuman

 Benda masterpiece, yaitu benda yang terbaik mutunya

 Benda yang hampir punah, adalah benda yang sulit ditemukan karena dalam jangka waktu yang sudah terlalu lama dan tidak dibuat lagi

 Benda yang langka, adalah benda–benda yang sulit ditemukan karena tidak dibuat lagi atau karena jumlah hasil pembuatannya ( produksinya ) hanya sedikit.

4. Persyaratan Peralatan Museum

Sebelum membicarakan persyaratan untuk peralatan museum perlu terlebih dahulu dikemukakan tentang pengertian peralatan museum, yang dimaksud dengan pralatan museum adalah setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan administratif dan teknis permusiuman. Persyaratan peralatan museum secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

 Peralatan kantor

Peralatan kantor adalah setiap alat atau benda bergerak yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif perkantoran pada museum.

 Peralatan teknis

Peralatan teknis adalah setiap jenis alat atau benda bergerak yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis perkantoran museum. Adapun peralatan kantor yang hasus dimiliki oleh suatu museum tidak ubahnya dengan peralatan kantor yang diperklukan oleh instansi lain pada umumnya, misalnya : mesin tik, mesin hitung, mesin stensil, mesin fotocopy,

komputer, almari, filing cabinet, rak buku, peti besi, cardex, papa tulis, meja tamu, meja kerja, telepon, mesin penyedot debu dll. Sedangkan peralatan teknis museum yang diperlukan bagi suatu museum meliputi peralatan

(20)

26 untuk bidang koleksi antara lain untuk penelitian koleksi misalnya kamera dan tape recorder, peralatan konservasi dan prevasi misalnya microscope, peralatan untuk bidang bimbingan misalnya sound system, slide proyektor dan overhead projektor.

5. Persyaratan Organisasi dan Ketenagakerjaan

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, maka seharusnya setiap museum mempunyai susunan organisasi sebagai berikut :

 Bagian tata usaha, menangani kegiatan yang berhubungan dengan registrasi,ketertiban/keamana, kepegawaian dan keuangan.

 Bagian koleksi, menagani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan identifikasi, klarifikasi, katalogisasi koleksi, menyusun konsepsi yang berhubungan dengan kegiatan presentasi sesta penelitian atau pengkajian yang beerhubungan dengan kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat ilmiah dan populer serta mempersiapkan bahan untuk label.

 Bagian konservasi, menagani kegiatan yang berhubungan dengan perawatan koleksi yang bersifat preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembababan suhu diruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium konservasi.

 Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran dan penanganan bengkel reparasi.

 Bagian bimbingan dan edukasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan bimbingan edukatif kultural, penerbitan, yang bersifat duia dan populer serta penanganan audio visual.

 Bagian pengelolaan perpustakaan, menangani kegiatan yang berhubungan dengan kepustakaan/referensi.

F. Cara Mendirikan Museum  Tujuan

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa tujuan pokok mendirikan museum adalah untuk melestarikan dan memanfaaatkan bukti maerial manusia

(21)

27 dan lingkungannya. Selain itu juga untuk mengembangkan seni, budaya, ilmu dan teknologi dalam rangka peningkatan pengkhayatan nilai budaya dan kecerdasan kehidupan bangsa.

 Perencanaan

Sebelum mendirikan sebuah museum, sebaiknya perencanaan yang matang harus dipikirkan juga. Perencanaan tersebut berisi tentang jenis museum yang akan didirikan, lokasi, keadaan tanah, bangunan, koleksi, surat-surat perizinan dsb. Untuk itu perlu dibuat sebuah masterplan yang baik dan benar.

 Jenis Museum

Jenis museum haruslah ditentukan terlebih dahulu, apakah museum itu museum umum atau museum khusus.

 Koleksi Museum

Setelah jenis museum direncanaakan, maka selanjutnya dapat direncanakan koleksi-koleksi yang diadakan. Setelah menentukan jenis koleksi yang akan diadakan atau direncanakan, Harus pula diadakan pembatasan atau seleksi sesuai dengan tujuan dan kemampuan biaya yang tersedia.

 Lokasi Museum

Museum dibuat bukan untuk kepentingsn pendirinya, tetapi untuk kepentingan masyarakat umum baik itu pelajar, mahsiswa, ilmuan, wisatawan dan masyarakat umum lainnya. Oleh karena itu mendirikan museum harus ditempat atau lokasi yang mudah dijangkau oleh pengunjung, kecuali museum memorial atau museum sejarah. Karena museum tersebut akan menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi disuatu tempat atau bangunan, dan akan ditampilkan sebagaimana terjadinya peristiwa tersebut. Maka untuk hal ini tidak perlu memenuhi persyaratan lokasi menurut ilmu permuseuman, lokasi biasanya sesuai dengan persyaratan yang telah ditntukan. Biasanya tidak hanya satu kemungkinan tetapi ada beberapa alternatif, untuk itu harus dipilih tempat atau lokasi yang terbaik untuk pendirian museum.  Bangunan Museum

Bangunan untuk sebuah museum tidak sama dengan bangunan untuk sebuah rumah tinggal atau sebuah toko, Bangunan museum haruslah berdasarkan pada persyaratan tertentu seperti telah diuraikan diatas.

 Peralatan

(22)

28 Setelah ditentukan rencana jenis museum yang akan didirikan, termasuk bangunan serta koleksi yang akan diadakan. Maka selanjutnya perlu direncanakan pula tentang peralatan yang akan diadakan, baik peralatan teknis maupun peralatan kantor. Peralatan teknis perlu untuk menunjang kegiatan pokok museum yaitu pameran, pemberian informasi, perawatan dan kegiatan kuratorial. sedangkan peralatan kantor perlu diadakan sebagai penunjang kegiatan sehari-hari dalam rangka fungsionalisasi museum.

 Ketenagaan

Faktor ketenagaan merupakan hal yang paling penting dari suatu organisasi, demikian pula dengan sebuah museum akan tampil baik atau bagus/buruk disebabkan oleh faktor ketenagaan, disamping itu tentu saja faktor biaya.

 Kepala museum

Sebaiknya kepala museum memilki keahlian atau latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis museum serta memeiliki pengetahuan tentang management.

 Tenaga tata usaha

Tenaga ini akan menangani kegiatan-kegiatan ketata usahaan yang meliputi : surat menyurat, kearsipan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kebersihan dan keamanan. Disamping itu juga mengurus registrasi koleksi dan pengamanan.  Tenaga pengelola koleksi

Koleksi adalah nyawa dari museum, jadi harus dikelola dengan baik. Tenaga-tenaga pengelola koleksi haruslah seseorang yang profesional, sehingga dapat mengkaji koleksi agar museum dapat menginformasikan koleksinya dengan benar, tepat dan jelas.

 Tenaga konservasi/perawatan

Biasanya tenaga ini mempunyai keahlian dibidang kimia, fisika, biologi dan ilmu pengetahuan tentang bahan. Dengan adanya konservasi maka setidaknya dapat dicegah timbulnya proses kerusakan pada koleksi.

 Tenaga preparasi

Penyajian koleksi museum yang paling tepat adalah dengan cara pameran, teknik pameran merupakan suatu pengetahuan yang membutuhkan fantasi, imajinasi dan keterampilan teknis serta artistik tertentu.

(23)

29  Tenaga bimbingan dan publikasi

Sebuah museum tidak akan banyak manfaatnya jika koleksinya tidak dipublikasikan atau dikomunikasikan kepada publik.

 Pelaksanaan Atau Perancangan

Setelah semua ruangan dibuat dengan baik, maka rencana-rencana tersebut harus dilaksanakan. Dalam melaksanakan pendirian suatu museum terlebih dahulu harus ada izin dari pihak yang berwenang sesuai dengan peraturan pemerintah tentang permuseuman, Selain itu juga harus ada izin dari :

 Izin penggunaan tanah

Yaitu digunakan untuk pembangunan museum, untuk memperoleh hak atas status tanah haruslah diajuakn kekantor badan pertahanan nasional ( sertifikat ). Dan untuk memperoleh izin peruntukan lokasi bangunan, museum harus diajukan kedinas tata kota ( rencana tata kota atau advice planning ).

 Izin mendirikan bangunan ( IMB )

Izin ini diajaukan kedinas pengawasan pembangunan sampai memperoleh IMB ( izin mendirikan bangunan ).

Setelah memperoleh izin mendirikan bangunan dari dinas pengawasan pembangunan, Maka didirikannlah museum tersebut sesuai dengan rencana ( master plan ) yang telah ada. yaitu lokasi, bentuk bangunan, bahan bangunan dll. Apabila biaya terbatas maka pendirian museum dapat dilaksanakan secara bertahap dengan sistem skala prioritas. Sambil mendirikan bangunan museum, harus pula mempersiapkan tenaga-tenaga ahli atau tenaga pengelola.

G. Sistem Operasional Pada Museum

Untuk dapat memberikan pengalaman menyeluruh ( total experience ) yang bermakna kepada para pengunjungnya. Museum harus mengemas segala kompetensinya dalam suatu bentuk layanan yang terpadu. Layanan museum dapat dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri atas :

 Operasi layanan yaitu tempat atau saat elemen produk layanan/jasa yang diciptakan.

(24)

30  Penyampaian layanan yaitu tempat atau saat perakitan akhir elemen-elemen tersebut terjadi untuk kemudian disampaikan kepada konsumen atau pengunjung.

Konsep pengelolaan layanan museum ditunjukkan dalam beberapa hal yang diharapkan pada ketiga pihak yang terkait tersebut merasa puas demi suksesnya layanan museum, yaitu diantaranya :

• Relasi eksternal adalah menunjukkan kegiatan membentuk harapan pengunjung dengan menetapkan janji-janji museum tentang segala yang akan diunjukkan, termasuk layanan yang andal dan bertanggung jawab. • Relasi internal adalah para staf museum dibekali kemampuan untuk

memenuhi janji-janji museum terhadap pengunjung/penggunanya. Dalam hal ini pengelola museum dapat melakukan kegiatan rekruitmen yang baik, pelatihan yang relevan, pemberian motivasi, maupun pemberian paket kompensasi yang realistis untuk menciptaan tujuan ganda yaitu kepuasan pengunjung dan efektivitas pelayanan.

• Relasi interaktif atau real time relation adalah saat service delivery yang sesungguhnya, atau saat pemenuhan janji-janji telah terjadi. Pada saat inilah kualitas relasi akan benar-benar dirasakan oleh pengunjung atau pengguna museum.

H. Struktur Organisasi Museum

Agar fungsi museum dapat dioptimalkan dengan semaksimal mungkin untuk masyarakat, maka diperlukan adanya struktur organisasi museum, khusus di Indonesia di atur oleh Keputusan Presiden RI no. 45 tahu 1974 dan Keputusan Mentri P dan K no. 079/0/1975. Dari dua keputusan tersebut, kemudian lahirlah Direktorat Museum, yang terdiri atas dua unsur yaitu : Unsur pembina adalah Direktorat Museum dan unsur objek pembinaan adalah Museum-museum. Pada dasarnya museum di Indonesia ditangani secara langsung oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang termasuk di dalamnya adalah

(25)

31 Direktorat Museum, Direktorat Sejarah dan Kepurbakalaan. Sedangkan Direktorat Jendral Kebudayaan akan menugaskan kepada unit-unit pembina teknis terhadap masing-masing badan dengan bidangnya. Struktur Organisasi Museum ditetapkan berdasarkan keputusan menteri P dan K.

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Museum Swasta. Sumber : ( Moh. Amir Sutarga, 1989 : 39 )

Diagram 2.2 Struktur Organisasi Museum Pemerintah. Sumber : ( Moh. Amir Sutarga, 1989 : 40 ) BADAN PENDIRI BADAN PENGAWAS BADAN PENASEHAT BADAN PENGURUS MUSEUM BADAN PEMERINTAH

UNIT PEMBINAAN TEKHNIS PERMUSEUMAN

MUSEUM MUSEUM MUSEUM MUSEUM

(26)

32 Berdasarkan tugas dan fungsinya, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :

 Pembidangan Tata Usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi ketertiban/keamanan, kepegawaian dan keuangan.

 Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi.

 Pembidangan Pengelola Koleksi yang meliputi konservasi preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium koleksi.

 Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel reparasi.

 Pembidangan Bimbingan dan Publikasi yang meliputi kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.

 Pembidangan Pengelolaan Perpustakaan yang meliputi kegiatan penanganan kepustakaan/ referensi.

Setiap pembidangan tersebut di atas dipimpin oleh kepala yang bertanggung jawab kepada kepala Museum. Susunan organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat kedudukan dan status museum.

I. Regionalisasi Museum

Untuk mengatasi bebrbagai persoalan dimuseum antara lain juga karena kelangkaan sumber dana dan tenaga, maka dalam bidang sejarah terutama bidang pelayanan koleksi museum timbul kebutuhan-kebutuhan akan suatu koordinasi regional. Museum pemerintah hampir semuanya dibangun secara merata, terkadang dibangun diibukota provinsi atau kabupaten secara kebetulan karena

(27)

33 alasan sejarah dan warisan budaya bangsa. Sering kali pula sangat berdekatan dengan museum lain, sehingga penyebaran museum itu tidak merata diseluruh tanah air. Penyebaran museum lebih mengikuti pola sosial ekonomi dan keadaan sejarah tempo doeloe pada suatu daerah dari pada kebutuhan masyarakat.

Dengan cara koordinasi regional atau regionalisasi museum, maka berbagai massalah yang timbul dari tidak meratanya penyebaran museum dapat diatasi. Daerah-daerah yang terpencil dan daerah yang memiliki hambatan tertentu dapatg tertolong dengan sistem regionalisasi ini. Komunikasi dan transportasi antara museum-museum regional dapt dikembangkan dengan pola tertentu, sehingga dapat menguntungkan daerah-daerah terpencil. Dengan cara perwilayahan museum-museum maka pengembangan museum dapat meningkatkan pelayanan pengetahuan masyarakat yang direncanakan lebih teliti dan dilaksanakan dengan lebih baik lagi. Dengan cara ini maka pengembangan museum didalam wilayah tertentu dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor-faktor berikut ini :

 Kepadatan penduduk dan arah arus penduduk  Sarana-sarana komunikasi dan transportasi  Letak dan sifat geografis museum

 Kondisi sosial ekonomis wilayah museum  Pendidikan dan pengetahuan masyarakat

Didalam struktur regionalisai museum maka museum-museum lokal atau perorangan yang terletak diwilayah yang sama, merupakan barisan terbawah atau instansi pelayanan yang terdepan. Yang memberikan pelayanan museum ditingkat daerah, yang menrima rujukan pertama dan merupakan koordinasi pertama untuk wilayah. Struktur perwilayahan atau regionalisasi ini dapat disesuaikan dengan wilayah administratif pemerintah daerah, akan tetapi kepentingan pelayanan pengetahuan tentang sejarah, teknis atau non teknis dan faktor komunikasi yang ditonjolkan.

J. Jenis-jenis Pameran di Museum

Pengertian pameran adalah salah satu atau lebih koleksi dimuseum yang ditata berdasarkan tema dan sistemmatika tertentu, yang bertujuan untuk

(28)

34 mengungkapkan keadaan, isi dan latar belakang koleksi-koleksi tersebut untuk diperlihatkan kepada pengunjung museum. Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan pameran, pameran dimuseum terbagi menjadi dua jenis yaitu :

 Pameran tetap atau permanen

Pameran tetap atau permanen adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun. Tema pameran untuk museum umum adalah penggambaran kesatuan wilayah dalam bidang sejarah alam, sejarah budaya dan wawasan nusantara. Sedangkan untuk museum khusus adalah gambaran suatu aspek tertentu dari sejarah alam, sejarah budaya, wawasan nusantara dan teknologi.

 Pameran tidak tetap atau temporer  Pameran khusus temporer

Adalah pameran yang diselenggarakan didalam museum jangka waktu tertentu, yaitu satu minggu sampai satu tahun dengan mengambil tema sesuai dengan jenis tema tersebut. Pameran khusus ini bertujuan untuk mengundang lebih banyak pengunjung kemuseum, dan untuk mengenal serta menghayati jenis koleksi yang disajikan oleh museum.

 Pameran umum temporer

Merupakan pameran yang diselenggarakan diluar museum dalam jangka waktu tertentu dengan tema khusus, sesuai dengan koleksi yang dimiliki oleh museum tersebut. Dan koleksi tersebut dipamerkan atau dipublikasikan dari satu tempat ketempat yang lain.

 Pameran keliling

Pameran koleksi yang diselenggarakan diluar lingkungan museum. Sebaiknya pameran keliling menggunakan replika koleksi, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan koleksi.

2 Tinjauan Terhadap Wayang A. Pengertian Wayang

Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Dalam disertasinya berjudul Bijdrage

(29)

35 Tot De Kennis Van Het Javaansche Toonel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda GA.J. Hazeau menunjukan keyakinan bahwa wayang nerupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Hazeau itu adalah Walulang Inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada klir. Dengan demikian wayang yang dimaksud tentunya adalah wayang kulit seperti yang kita kenal sekarang. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden.

Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol diantara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang. Budaya wayang yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di pulau Jawa.

Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama hindu masuk kepulau Jawa. Namun cerita wayang yang popular dimasyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia. Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga mahluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh Punakawan dalam pewayangan sengaja diciptakan para budayawan Indonesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk memperkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandung unsur kebaikan dan kejahatan.

Mengenai asal-usul Wayang di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti

(30)

36 sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang temasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan mereka cukup kuat. Bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di Negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Ressers. Sebagian besar kedua kelompok ini adalah sarjana inggris. Sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari Negara lain.

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zanam pemerintah Prabu Airlangga, raja kahuripan (976-1012), ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Naskah sastra kitab Ramayana Kakimpoi berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari kitan Ramayana karangan pujangga india, Walkmiki. Para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukan filsafah Jawa kedalamnya. 9 Wayang sebagai suatau pergelaran dan sudah dipertontonkan sejak zaman pemerintahan raja Airlangga.

Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata “Mawayang” dan “Aringgit” yang magsudnya adalah pertunjukan wayang. Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam wayang (1945), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von HeineGaldren, Prehis toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indonesia (halaman 987).

(31)

37 B. Asal Mula Wayang

Sebelum agama Hindu masuk ke Indonesia, wayang telah dikenal di Jawa sebagai sarana penghubung dengan roh leluhur nenek moyang kita. Naskah-naskah pewayangan yang ada sekarang kurang jelas didalam membicarakan awal mula wayang di Indonesia. Banyak didalamnya menyebut tokoh dan nama yang sulit diidentifikasikan dengan tokoh sejarah. Sumber tertulis lain terdapat dalam prasati Balitung tahun 907, antara lain menyebutkan: "Silagilio ma wayang buat Hyang macarita Rimaya kumara". Yang berarti bahwa pertujukan wayang pada waktu itu untuk penyembahan kepada Hyang atau untuk upacara agama atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat pada waktu itu. (DDK DJK Proyek Pembinaan Permuseuman DIY, 1989-1990:5)

Banyak cerita wayang diabadikan dalam relief candi dari mulai abad 10 hingga 14. Namun pertunjukan wayang sendiri baru mulai digelar pada abad 11. Hal ini diyakini dengan adanya isi dari naskah Arjuna wiwaha yang dikarang oleh Empu Kanwa ketika jaman Erlangga memerintah Kediri abad 11, yaitu pada syair yang ke-5 bait ke-9 berbunyi sebagai berikut:

Pagelaran pada waktu itu membuat penonton menangis tersedu-sedu, biarpun mereka tahu bahwa pertujukan itu wayang dari kulit yang diukir, digerakkan dan diucapkan. (PDKI Jakarta, 1994: 9)

Hal itu menunjukkan bahwa pertunjukan itu mampu menggelitik penonton. Jadi jelas, disamping wayang sudah dipertontonkan, juga wayang sudah dibuat dengan kulit hewan. Jaman Majapahit, pada tahun 1361 M Prabu Branata membuat Wayang Purwa berisi cerita Ramayana dan Mahabarata yang dilukis diatas kertas digulung dan ditambahkan perlengkapan tabuhannya. Kemudian pemerintahan dilanjutkan oleh Prabu Brawijaya pada tahun 1378, yang memerinlahkan kepada putranya Raden Sungging Prabangkara untuk memberi warna wayang Beber. Maka pemberian warna wayang sekarang dikenal menyungging.

C. Perkembangan Wayang

Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang purwa disebutkan bahwa kesenian wayang mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan

(32)

38 Mamenang/Kediri. Sekitar abad ke-10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar.

Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Bhatara Guru atau Sang Hyang Jagadnata, yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.

Perkembangan pada masa berikutnya yaitu : 1. Perkembangan pada masa Kerajaan Jenggala

kegiatan penciptaan wayang semakin berkembang. Semenjak Raja Jenggala Sri Lembuami luhur wafat, maka pemerintahan dipegang oleh putranya yang bernama Raden Panji Rawisrengga dan bergelar Sri Suryawisesa. Semasa berkuasa, Sri Suryawisesa giat menyempurnakan bentuk wayang purwa. Wayang-wayang hasil ciptaannya dikumpulkan dan disimpan dalam peti yang indah. Sementara itu diciptakan pula pakem cerita wayang purwa. Setiap ada upacara penting di istana diselenggarakan pagelaran wayang purwa dan Sri Suryawisesa sendiri bertindak sebagal dalangnya. Para sanak-keluarganya membantu pagelaran dan bertindak sebagai penabuh gamelan. Pada masa itu pagelaran wayang purwa sudah diiringi dengan gamelan laras slendro. Setelah Sri Suryawisesa wafat, digantikan oleh putranya yaitu Raden Kudalaleyan yang bergelar Suryaamiluhur. Selama masa pemerintahannya beliau giat pula menyempurnakan wayang. Gambar-gambar wayang dari daun lontar hasil ciptaan leluhurnya dipindahkan pada kertas dengan tetap mempertahankan bentuk yang ada pada daun lontar. Dengan gambaran wayang yang dilukis pada kertas ini, setiap ada upacara penting di lingkungan keraton diselenggarakan pagelaran wayang.

2. Perkembangan pada masa kerajaan Majapahit

Pada zaman Majapahit usaha melukiskan gambaran wayang di atas kertas disempurnakan dengan ditambah bagian-bagian kecil yang digulung menjadi satu. Wayang berbentuk gulungan tersebut, bilamana akan dimainkan maka gulungan harus dibeber. Oleh karena itu, wayang jenis ini biasa disebut

(33)

39 wayang beber. Semenjak terciptanya wayang beber tersebut terlihat pula bahwa lingkup kesenian wayang tidak semata-mata merupakan kesenian keraton, tetapi malah meluas ke lingkungan di luar istana walau pun sifatnya masih sangat terbatas. Sejak itu masyarakat di luar lingkungan keraton sempat pula ikut menikmati keindahannya. Bilamana pagelaran dilakukan di dalam istana, diiringi dengan gamelan laras slendro. Tetapi bilamana pagelaran dilakukan di luar istana, maka iringannya hanya berupa rebab dan lakonnya pun terbatas pada lakon Murwakala, yaitu lakon khusus untuk upacara ruwatan.

Pada masa pemerintahannya berakhir, Raja Brawijaya kebetulan sekali dikaruniai seorang putra yang memunyai keahlian melukis, yaitu Raden Sungging Prabangkara. Bakat putranya ini dimanfaatkan oleh Raja Brawijaya untuk menyempurkan wujud wayang beber dengan cat. Pewarnaan dari wayang tersebut disesuaikan dengan wujud serta martabat dari tokoh itu, misalnya raja, kesatria, pendeta, dewa, punakawan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pada masa akhir Kerajaan Majapahit, keadaan wayang beber semakin semarak.

Semenjak runtuhnya Kerajaan Majapahit dengan sengkala Geni Murub Siniram Jalma Saka (1433 / 1511 M ), maka wayang beserta gamelannya diboyong ke Demak. Hal ini terjadi karena Sultan Demak Syah Alam Akbar I sangat menggemari seni kerawitan dan pertunjukan wayang. Pada masa itu, sementara pengikut agama Islam ada yang beranggapan bahwa gamelan dan wayang adalah kesenian yang haram karena berbau Hindu. Timbulnya perbedaan pandangan antara sikap menyenangi dan mengharamkan tersebut memunyai pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan kesenian wayang itu sendiri. Untuk menghilangkan kesan yang serba berbau Hindu dan kesan pemujaan kepada arca, maka timbul gagasan baru untuk menciptakan wayang dalam wujud baru dengan menghilangkan wujud gambaran manusia.

Berkat keuletan dan keterampilan, para pengikut Islam yang menggemari kesenian wayang, terutama para Wali, berhasil menciptakan bentuk baru dari wayang purwa dengan bahan kulit kerbau yang agak ditipiskan dengan wajah digambarkan miring, ukuran tangan dibuat lebih panjang dari ukuran tangan

(34)

40 manusia, sehingga sampai di kaki. Wayang dari kulit kerbau ini diberi warna dasar putih yang dibuat dari campuran bahan perekat dan tepung tulang, sedangkan pakaiannya dicat dengan tinta. Pada masa itu terjadi perubahan secara besar-besaran di seputar pewayangan. Di samping bentuk wayang baru, diubah pula tehnik pakelirannya, yaitu dengan mempergunakan sarana kelir/layar, mempergunakan pohon pisang sebagai alat untuk menancapkan wayang, mempergunakan blencong sebagai sarana penerangan, mempergunakan kotak sebagai alat untuk menyimpan wayang. Dan diciptakan pula alat khusus untuk memukul kotak yang disebut cempala. Meski pun demikian dalam pagelaran masih mempergunakan lakon baku dari Serat Ramayana dan Mahabarata, namun di sana-sini sudah mulai dimasukkan unsur dakwah, walau pun masih dalam bentuk serba pasemon atau dalam bentuk lambang-lambang. Ada pun wayang beber yang merupakan sumber, dikeluarkan dari pagelaran istana dan masih tetap dipagelarkan di luar lingkungan istana.

3. Perkembangan pada masa kerajaan Demak

Pada zaman pemerintahan Sultan Syah Alam Akbar III atau Sultan Trenggana, perwujudan wayang kulit semakin semarak. Bentuk-bentuk baku dari wayang mulai diciptakan. Misalnya bentuk mata, diperkenalkan dua macam bentuk liyepan atau gambaran mata yang mirip gabah padi atau mirip orang yang sedang mengantuk. Dan mata telengan yaitu mata wayang yang berbentuk bundar. Penampilan wayang lebih semarak lagi karena diprada dengan cat yang bewarna keemasan. Pada zaman itu pula Susuhunan Ratu Tunggal dari Giri, berkenan menciptakan wayang jenis lain yaitu wayang gedog. Bentuk dasar wayang gedog bersumber dari wayang purwa. Perbedaannya dapat dilihat bahwa untuk tokoh laki-laki memakai teken. Lakon pokok adalah empat negara bersaudara, yaitu Jenggala, Mamenang/Kediri, Ngurawan, dan Singasari. Menurut pendapat G.A.J. Hazeu, disebutkan bahwa kata "gedog" berarti kuda. Dengan demikian pengertian dari wayang gedog adalah wayang yang menampilkan cerita-cerita kepahlawanan dari "Kudawanengpati" atau yang lebih terkenal dengan sebutan Panji Kudhawanengpati. Pagelaran wayang Gedog diiringi dengan gamelan pelog.

(35)

41 Sunan Kudus salah seorang wali di Jawa menetapkan wayang gedog hanya dipagelarkan di dalam istana. Berhubung wayang gedog hanya dipagelarkan di dalam istana, maka Sunan Bonang membuat wayang yang dipersiapkan sebagai tontonan rakyat, yaitu menciptakan wayang Damarwulan. Yang dijadikan lakon pokok adalah cerita Damarwulan yang berkisar pada peristiwa kemelut Kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Ratu Ayu Kencana Wungu, akibat pemberontakan Bupati Blambangan yang bernama Menak Jinggo. Untuk melengkapi jenis wayang yang sudah ada, Sunan Kudus menciptakan wayang golek dari kayu. Lakon pakemnya diambil dari wayang purwa dan diiringi dengan gamelan slendro, tetapi hanya terdiri dari gong, kenong, ketuk, kendang, kecer, dan rebab. Sunan Kalijaga tidak ketinggalan juga, untuk menyemarakkan perkembangan seni pedalangan pada masa itu dengan menciptakan topeng yang dibuat dari kayu. Pokok ceritanya diambil dari pakem wayang gedog yang akhirnya disebut dengan topeng panji. Bentuk mata dari topeng tersebut dibuat mirip dengan wayang purwa. Pada masa Kerajaan Mataram diperintah oleh Panembahan Senapati atau Sutawijaya, diadakan perbaikan bentuk wayang purwa dan wayang gedog. Wayang ditatah halus dan wayang gedog dilengkapi dengan keris.

Di samping itu, baik Wayang Purwa maupun Wayang Gedog diberi bahu dan tangan yang terpisah dan diberi tangkai. Pada masa pemerintahan Sultan Agung Anyakrawati, wayang beber yang semula dipergunakan untuk sarana upacara ruwatan diganti dengan wayang purwa dan ternyata berlaku hingga sekarang. Pada masa itu pula diciptakan beberapa tokoh raksasa yang sebelumnya tidak ada, antara lain Buto Cakil. Wajah mirip raksasa, biasa tampil dalam adegan Perang Kembang atau Perang Bambangan. Perwujudan Buta Cakil ini merupakan sengkalan yang berbunyi: Tangan Jaksa Satataning Jalma (1552 J/1670 M). Dalam pagelaran wayang purwa tokoh Buta Cakil merupakan lambang angkara murka. Bentuk penyempurnaan wayang purwa oleh Sultan Agung tersebut diakhiri dengan pembuatan tokoh raksasa yang disebut Buta Rambut Geni, yaitu merupakan sengkalan yang berbunyi Urubing Wayang Gumulung Tunggal (1553 J/1671 M ).

(36)

42 Sekitar abad ke-17, Raden Pekik dari Surabaya menciptakan wayang klitik, yaitu wayang yang dibuat dari kayu pipih, mirip wayang purwa. Dalam pagelarannya dipergunakan pakem dari cerita Damarwulan, pelaksanaan pagelaran dilakukan pada siang hari.

4. Perkembangan pada masa kerajaan Mataram

Pada tahun 1731 Sultan Amangkurat I menciptakan wayang dalam bentuk lain, yaitu wayang wong. Wayang wong adalah wayang yang terdiri dari manusia dengan mempergunakan perangkat atau pakaian yang dibuat mirip dengan pakaian yang ada pada wayang kulit. Dalam pagelaran dipergunakan pakem yang berpangkal dari Serat Ramayana dan Serat Mahabharata. Perbedaan wayang wong dengan wayang topeng adalah: pada waktu main, pelaku dari wayang wong aktif berdialog; sedangkan pada wayang topeng dialog para pelakunya dilakukan oleh dalang.

5. Perkembangan pada masa Kasunanan Kartasura

Pada zaman pemerintahan Sri Amangkurat IV, beliau dapat warisan kitab Serat Pustakaraja Madya dan Serat Witaraja dari Raden Ngabehi Ranggawarsito. Isi buku tersebut menceriterakan riwayat Prabu Aji Pamasa atau Prabu Kusumawicitra yang bertakhta di negara Mamenang/Kediri, kemudian pindah keraton di Pengging. Isi kitab ini mengilhami beliau untuk menciptakan wayang baru yang disebut wayang madya. Cerita dari wayang madya dimulai dari Prabu Parikesit, yaitu tokoh terakhir dari cerita Mahabharata hingga Kerajaan Jenggala yang dikisahkan dalam cerita panji. Bentuk wayang madya, bagian atas mirip dengan wayang purwa, sedang bagian bawah mirip bentuk wayang gedog.

6. Perkembangan pada abad XX

Semasa zaman Revolusi fisik antara tahun 1945-1949, usaha untuk mengumandangkan tekad pejuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu usaha ialah melalui seni pedalangan. Khusus untuk mempergelarkan cerita-cerita perjuangan tersebut, maka diciptakanlah wayang suluh. Wayang suluh berarti wayang penerangan, karena kata suluh berarti pula "obor" sebagai alat yang biasa dipergunakan untuk menerangi tempat yang gelap. Bentuk wayang suluh, baik potongannya

(37)

43 mau pun pakaiannya mirip dengan pakaian orang sehari-hari. Bahan dipergunakan untuk membuat wayang suluh ada yang berasal dari kulit ada pula yang berasal dari kayu pipih. Ada sementara orang berpendapat bahwa wayang suluh pada mulanya lahir di daerah Madiun yang di ciptakan oleh salah seorang pegawai penerangan dan sekaligus sebagai dalangnya. Tidak ada bentuk baku dari wayang suluh, karena selalu mengikuti perkembangan zaman. Hal ini disebabkan khususnya cara berpakaian masyarakat selalu berubah, terutama para pejabatnya.

D. Fungsi Wayang

Dalam era globalisasi dewasa ini seni wayang dan pedhalangan telah mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

 Upacara Ritual

Setiap manusia mempunyai harapan dan cita-cita yang ingin dicapainya. Berbagai upaya dan usaha dalam mencapai cita-cita tersebut apabila usaha secara fisik mengalami beberapa hambatan maka mereka mengarah ke usaha metafisik spiritual. Untuk itulah wayang sering dipakai sebagai sarana spiritual.  Media Pendidikan

Selain waracarita pewayangan yang mcngandung pendidikan yang lengkap, beberapa tokoh cerita juga menujukkan sifat dan peringai sebagai gambaran kehidupan manusia didalam masyarakat. Misalnya:

• Pendidikan filsafat, dalam lakon Dewa Ruci (Nawa Ruci) • Pendidikan genetika, dalam lakon Lara Amis atau Durgandini

• Pendidikan berumah tangga, lakon dewi Windradi telah bersuamikan Resi Gotama

• Pendidikan moral, cerita peperangan antara Alengka dengan Pancawati • Pendidikan patriotisme, yang ditunjukkan oleh Kombakarna adik Rahwana • Pendidikan kesetiaan kepada negara, lakon patih Suwanda dani Maespati

 Media Penerangan

Penerangan kepada masyarakat akm lebih menarik, mudah diterima, tidak menjemukan apabila masyarakat terpukau oleb penampilan dan metode juru

(38)

44 penerang. Wayang telah mendapat tempat dihati masyarakat. Oleh sebab itu pesan-pesan disampaikan lewat media wayang akan berjalan dengan licin dan lancar.

 Hiburan

Beberapa golongan masyarakat terutama golongan orang tua, wayang merupakan hiburan tersendiri bagi mereka. Selain menikmati keindahan bentuk wayang, suara merdu dalang dan waranggana merupakan kebahagian tersendiri. Pagelaran wayang semalam suntuk dengan suluknya patet enem, sanga dan manyura mempunyai arti tersendiri. Itulah salah satu daya pikat seni wayang untuk tetap segar dan tidak membosankan.

 Lain-lain

Wayang dalam perkembangannya, akhir-akhir ini mengalami beberapa kegunaan selain untuk pagelaran. Sesuai dengan kegunaan baru tersebutlah muncul kreasi-kreasi baru. Antara lain digunakan sebagai hiasan dinding dan cinderamata.

E. Jenis-jenis Wayang 1. Wayang Purwa (Kulit)

Oleh masyarakat Jawa, kata Purwa berarti purba (jaman dahulu), juga berarti wayang yang menyajikan cerita-cerita jaman dahulu (purwa). Wayang kulit purwa terbuat dari bahan kulit kerbau yang ditatah dan diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan wayang pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding dan gapit. Pada jenis ini ada beragam, antara lain:

• Wayang Kulit Purwa • Wayang Kidang Kencana • Wayang Purwa Gedog • Wayang Krucil

• Wayang Sabrangan • Wayang Rama • Wayang Kaper

(39)

45 Gambar 2.6 : Tokoh Kresna dalam Wayang Purwa. Sumber : Wikipedia

2. Wayang Madya

adalah salah satu jenis seni pertunjukan wayang di Indonesia khususnya di Jawa. Bentuk figurnya merupakan perpaduan antara Wayang Purwa dan Wayang Gedog yakni bagian bawahnya meniru Wayang Gedog (berkain rapekan dan memakai keris).

Wayang Madya diciptakan oleh K.G.P.A.A. Mangkunegara IV di Surakarta pada tahun 1870 – 1873 M, karena beliau tertarik dari isi buku Pustaka Raja Madya karangan R. Ng. Ranggawarsita. Mangku-negara ke IV berkeinginan membuat tokoh yang baru untuk mewujudkan isi cerita tersebut dan setelah jadi disebut Wayang Madya.

Gambar 2.7 : Tokoh Lembu Amiluhur wayang madya. Sumber : www.pitoyo.com

(40)

46 3. Wayang Gedog

Terbuat dari kulit yang ditatah dengan sunggingan yang serasi mengambil pola dasar wayang kulit Purwa jenis kesatria sabrangan. Cerita mengambil dari cerita Panji.

Gambar 2.8 : Panji Asmarabangun bersama abdi. Sumber : Wikipedia

4. Wayang Menak

Yang terbuat dari kayu disebut Wayang Golek atau Wayang Tengul. Cerita Menak disadur dari kepustakaan Persia, berjudul Qissai Emr Hamza. Inti cerita adalah Amir Hamzah/ Wong Agung Jayengrana bermusuhan dengan Prabu Nusirwan dari Kerajaan Medayin. (Senawangi, 1999: 901)

Gambar 2.9 : Wayang Menak di Masjid Agung Jawa Tengah. Sumber : Wikipedia.

5. Wayang Modern

(41)

47 Merupakan wayang yang telah berkembang sesuai dengan kebutuhan dan presiasi daerah setempat. Antara lain : Wayang Sulub, Kancil, Dupara, Wahyu, dan Sadat.

Gambar 2.10 : Wayang Modern. Sumber : Anaranews.com.

F. Proses Pembuatan Wayang

Seni kriya dalam wayang kulit adalah seni pembuatan bentuk dan karakter tokoh wayang kulit. Seni kriya menjadi penting dalam wayang karena watak dan karakter tokoh wayang ditentukan oleh ciri detail bentuk dan wajahnya. Dalam perkembangannya bentuk dan pewatakan tokoh wayang mengalami perubahan sesuai jamannya. Seperti halnya dalam pertunjukan wayang, seni kriya juga mengandung filsafat dan gambaran jiwa. Kesenian bagi masyarakat Jawa merupakan representasi simbolis dari keadaan batin manusia. Seni kriya menjadi salah satu media representasi ini. Wayang penuh dengan makna dan simbol yang membuat seni kriya menjadi penting untuk diperhatikan. Seni kriya memperhatikan setiap bagian seorang tokoh wayang mulai dari wajah, perlengkapan, pakaian, dan bagian-bagian tubuh wayang itu.

 Bahan

Bahan pokok untuk membuat wayang adalah kulit kerbau. Kulit sapi dapat digunakan sebagai bahan baku namun tidak sebaik kulit kerbau, karena kulit sapi lebih lentur. Proses dimulai dengan pembersihan dan pengeringan kulit kerbau. Hasil dari proses ini adalah lembaran-lembarahan kulit. Kulit kerbau yang masih muda akan lebih baik mutunya daripada kulit kebau yang sudah tua. Kulit kerbau muda akan lebih mudah ditatah. Kulit kerbau yang punya

(42)

48 penyakit kurap lebih baik mutunya karena memiliki kadar lemak yang rendah. Perajin-perajin kulit mentah banyak dijumpai di daerah pengrajin wayang.  Perlengkapan

 Tatah

Tatah atau pahat yang digunakan untuk menatah wayang kulit adalah tatah-tatah kecil yang berjumlah 20-25 buah. Ada dua macam tatah-tatah yang digunakan yaitu tatah kuku dan tatah lantas. Tatah kuku berbentuk seperti kuku, sementara tatah lantas berbentuk datar.

 Ganden

Ganden adalah semacam palu besar yang terbuat dari kayu keras. Ganden digunakan untuk memukul tatah agar dapat menembus kulit.

 Malam atau lilin

Malam atau lilin dioleskan sesekali pada tatah agar tatah menjadi licin dan lebih mudah digunakan untuk menatah.

 Jangka

Jangka digunakan untuk membuat pola berbentuk bulat. Misalnya untuk membuat pola gelung supit urang.

 Penggaris

Penggaris dipakai untuk membuat pola berbentuk lurus, seperti tangan wayang.  Batu asahan dan Air

Batu asahan digunakan untuk mengasah tatah apabila tatah terasa mulai tumpul. Air digunakan ketika mengasah tatah.

 Penindih

Penindih biasanya berupa sepotong besi atau benda berat lainnya. Funsinya adalah membuat wayang tidak bergeser pada waktu ditatah.

 Pandukan

(43)

49 Pandukan merupakan sepotong kayu besar yang digunakan sebagai landasan ketika menatah wayang.

 Paku corekan

Paku corekan digunakan untuk membuat pola pada wayang. Caranya adalah dengan menggoreskannya pada wayang.

G. Cara Perawatan Wayang

Perawatan dan perbaikan pada wayang sangat diperlukan untuk menjaga dan memperbaiki wayang-wayang yang termakan oleh zaman. Karena wayang merupakan benda yang sangat sensitif terhadap cuaca dan suhu. Oleh karena itu, sangat rawan terhadap air, kelembapan, jamur, udara, suhu.

Perawatan yang paling sering adalah pada gapit, atau penjepit pada wayang. yang semuanya terbuat dari tanduk kebo. Bengkok, berjamur, salah ukuran bisa menjadi bagi wayang. bengkok karena cuaca selanjutnya bisa merusak wayang itu sendiri. begitu juga dengan jamur. merusak warna dan kualitas dari wayang itu sendiri. Bagaimana jika sudah terkena jamur? Salah satu caranya adalah dengan menyikat dengan sikat halus. Karena wayang biasanya sudah dilapisi dengan pernis atau dikenal dengan istilah di dus. Sehingga cukup bisa melapisi dan menjaga warna wayang dalam waktu tertentu. Sedangkan salah ukuran gapit pada wayang bisa menjadi masalah pada bentuk wayang dan estetika dan standart ukuran wayang. sehingga bisa tertekuk, patah, wayang menjadi tidak rata atau molet dalam istilah jawa. Jika digunakan untuk pewayangan yang sebenarnya kurang baik karena bisa patah. Penyeselesaiannya dengan cara di reh, seperti dikerok dan dipanasi menggunakan lampu minyak. oleh karena itu perlu di angin-anginkan minimal seminggu sekali. Dibuat seperti pemepe tapi sekedar untuk angin-angin saja. agar tidak lembab.

(44)

50 Gambar 2.11 : Tenaga ahli konservasi wayang. Sumber : www.sonobudoyo.com.

Gambar

Diagram 2.2 Struktur Organisasi Museum Pemerintah. Sumber : ( Moh. Amir Sutarga,  1989 : 40 )  BADAN PENDIRI  BADAN PENGAWAS BADAN PENASEHAT BADAN PENGURUS MUSEUM BADAN PEMERINTAH
Gambar 2.7 : Tokoh Lembu Amiluhur wayang madya. Sumber : www.pitoyo.com
Gambar 2.9 : Wayang Menak di Masjid Agung Jawa Tengah. Sumber : Wikipedia.
Gambar 2.10 : Wayang Modern. Sumber : Anaranews.com.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil intervensi, monitoring, dan evaluasi diet yang telah dilakukan hingga hari ketiga intervensi gizi, pasien belum dapat mengkonsumsi asupan sesuai target dengan

Kemudian Pemerintah menyampaikan le- wat sosialisasi baik di tiap pertemuan ma- syarakat rukun lingkungan, di kantor kelurahan, serta lingkungan RT dan RW d)

Saya merasa akrab dengan lingkungan merupakan hal yang tidak

Izin Mendirikan Bangunan nomor 503.648/3790/Bg yang telah dicabut oleh Bupati Kabupaten Deli Serdang dalam perlindungan hukum pencabutan surat izin mendirikan

Model regresi penalized spline terbaik yang telah diperoleh digunakan untuk memprediksikan data out sample , yaitu data IHSG pada periode 1 Februari 2015 sampai

Melakukan assessment terhadap sumber daya manusia (SDM) TI yang terkait dengan peran dalam monitor dan evaluasi kinerja TI untuk mengetahui tingkat kompetensi

Hasil perhitungan analisis data dari variabel lingkungan fisik organisasi (servicescape) dan keputusan untuk mengunjungi Museum yang telah dilakukan, maka dapat

Berkaitan dengan biaya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang merupakan perubahan keempat atas UU No.7 Tahun