• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Hasil Penelitian

Dari 47 penderita Asma terdiri dari wanita 32 orang ( 79 %) dan pria 15 orang (21 %). Pada kelompok kontrol terdapat 39 orang wanita ( 71 %) dan 16 orang pria (29 %) dimana dengan metode statistik tidak terdapat perbedan yang bermakna terhadap perbedaan jenis kelamin pada kelompok asma dan kontrol (p=0,757). Indeks Massa Tubuh (IMT) rata-rata pada kelompok Asma 24,93 ± 3,78 sedangkan pada kelompok kontrol adalah 22,00 ± 2,08 walaupun IMT pada kelompok kontrol lebih tinggi, tetapi secara statistik tidak didapat perbedaan yang bermakna antara keduanya ( p = 0,277) hal ini menunjukkan bahwa IMT antara kelompok asma dan kontrol adalah setara. Dengan menggunaka uji t-independent rata-rata umur penderita asma dan kontrol sesungguhnya berbeda (p<0,05) ( terlihat pada tabel 4)

Tabel 4. Karakteristik demografi penderita asma dan kontrol Karakteristik Asma ( 47 ) Kontrol ( 55 ) P Usia (Mean ± SD) 47,98 ±11,74 25,36 ± 5,37 0.000 Lk : Pr 32 : 15 39 : 16 0.757 T B 156,37 ± 6,30 161,13±7,37 0.314 B B 61,01 ± 10,46 57,31 ± 9,66 0.830 IMT ( Mean ± SD) 24,93 ± 3,78 22,00 ± 2,84 0,277

Dari tabel 5 terlihat bahwa dengan mengunakan uji Anova pada kelompok asma terdapat perbedaan yang bermakna antara beratnya asma dengan skor frekwensi, skor keparahan dan skor RGE total dengan nilai p berturut-turut : 0,048 ; 0,042 ; 0,035 (Tabel 5)

Tabel 5. Derajat asma dan skor RGE total ,skor Frekwensi RGE dan skor Keparahan RGE

Karakteristik D e r a j a t A s m a Nilai P Persisten Ringan Persisten Sedang Persisten Berat

Skor RGE total 1.67± 2.64 6.79 ± 7.24 7.19 ± 5.88 0,035 Skor frekwensi 0.83 ± 1.53 2.74 ± 2.75 3.38 ± 3.20 0,048 Skor keparahan 0.83 ± 1.34 4.05 ± 4.81 4.00 ± 3.1.83 0,042

Gambar 4 memperlihatkan dengan jelas hubungan antara skor RGE dengan derajat keparahan beratnya asma dimana tergambar bahwa semakin berat derajat keparahan asma maka skor RGE akan semakin tinggi

Persis ringanPersis sedangPersis berat 0 2 4 6 8 Mean of rge

Gambar 4. Hubungan antara berat asma dgn skor RGE

Terdapat perbedaan yang bermakna Prevalensi simtom RGE pada penderita asma dibandingkan dengan kontrol (tabel 6) dengan nilai p=0,029 akan tetapi terhadap simtom : heartburn, regurgitasi serta , heartburn dan regurgitasi tidak didapati perbedaan yang bermakna (dengan nilai p berturut-turut 0,169; 0,135; 0,527). Tabel 6 juga memperlihatkan bahwa Prevalensi simtom RGE dijumpai 61,7% pada kelompok asma sedangkan pada kelompok kontrol hanya sebesar 40,0% . Begitu juga didapati prevalensi heartburn (31,9%:20,0%), regurgitasi (51,1%:36,4%), dan yang mengalami baik heartburn maupun regurgitasi (21,3%:16,4%) .

Tabel 6. Prevalensi Simtom RGE, Heartburn, Regurgitasi pada kelompok Asma dan Kontrol

Simtom RGE ( % ) Heartburn ( % ) Regurgitasi ( % ) Heartburn & Regurgitasi (% ) Asma : Kontrol 61,7 : 40 31,9:20.0 51,1 : 36.4 21,3 : 16,4 P 0.029 0.169 0.135 0.527

Tabel 7. Gambaran perbedaan nilai rata rata skor RGE menurut beratnya asma

Derajat Asma Perbedaan nilai Mean Skor RGE

Signifikansi

Persis. Ringan Persis. sedang Persis. berat -5,123 -5,521 0,023* 0,019* Persis.sedang Persis.ringan Persis. berat 5,123 0,398 0,023* 0,844 Keterangan : * = signifikan (p. <0,05)

Tabel 8. Korelasi Skor RGE dengan beratnya asma

K o r e l a s i

r

p.

Skor RGE dgn keparahan Asma

0,326 0,012

Tabel 8 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara skor RGE dengan beratnya asma dengan nilai koefisien korelasi (r=0,326). Nilai positif menunjukkan sifat hubungan yang berbanding lurus jika derajat asma semakin berat maka skor RGE akan semakin tinggi. Sifat hubungan ini juga dapat dilihat pada gambar berikut.

0 5 10 15 20 25 11.5Derajat Asma22.53 Observed Linear Skor RGE

BAB V PEMBAHASAN

Walaupun hubungan yang kuat antara RGE dengan asma telah dilaporkan berulang kali, namun hubungan di antaranya masih belum jelas. Berbagai data yang telah dipublikasikan mendukung dan menentang hipotesa yang menyatakan bahwa RGE menyebabkan asma, asma menyebabkan RGE, dan pengobatan dengan bronkodilator menyebabkan RGE. Hubungan yang kuat antara RGE dan asma, dan juga laporan-laporan yang menyebutkan bahwa RGE menyebabkan timbulnya gejala-gejala pernafasan pada penderita asma telah membawa banyak peneliti untuk menduga bahwa hubungan tersebut merupakan yang disebabkan karena RGE menyebabkan asma (Tanjung, 2003).

Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang di dapat oleh Field (1996), Vincent dkk, Sontag dkk dan penelitian lainnya yang mendapatkan prevalensi simtom RGE bervariasi dari 34% hingga 89% dari penderita asma yang diteliti, kami mendapatkan bahwa prevalensi simtom RGE pada asma sebesar 61,7% yang berbeda bermakna bila dibanding dengan kelompok kontrol yang hanya sebesar 40,0% dengan nilai p=0,029. Begitu juga dengan simtom heartburn (31.9% : 20.0%), regurgitasi (51.1% ; 36.4%), berturut turut dengan nilai p = 0.169 ; 0.135 akan tetapi terhadap simtom heartburn dan regurgitasi tidak didapati perbedaan yang bermakna dimana didapati 21,3% : 16,4% dengan nilai p=0,527

Karena ada pengaruh antara simtom RGE dengan IMT dan IMT > 30% maka pada penelitian ini kami juga menghitung IMT masing masing sampel. Pada

penelitian ini di dapati IMT pada kelompok kontrol dan asma tidak berbeda bermakna dengan nilai p=0,277 dan semuanya dengan IMT<30% .

Terdapat perbedaan usia yang bermakna antara kelompok asma dan kontrol dengan p<0,01 akan tetapi ini bisa diterima karena memang usia bukanlah merupakan faktor perancu sehingga perbedaan usia yang diperoleh dari sampel penelitian tidak akan menimbulkan bias.

Faktor-faktor yang berperan menimbulkan RGE pada penderita asma meliputi disregulasi otonom, peningkatan tekanan gradien antara esofagus dan lambung,gangguan fungsi krural diafragma, dan penggunaan obat-obat bronkodilator .

Terdapat hubungan antara skor RGE dengan beratnya keparahan asma dimana semakin berat tingkat keparahan asma maka skor RGE akan semakin tinggi dengan nilai p=0,035. Ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuncer Tug (2003) dimana didapati tidak ada perbedaan skor RGE dengan keparahan asma dengan nilai p>0,05. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena pada penelitian kami tidak dilakukan evaluasi terhadap lamanya menderita asma pada setiap penderita. Sebagaimana diketahui bahwa lamanya seseorang menderita asma akan berhubungan dengan makin lamanya pemaparan terhadap faktor-faktor yang yang berperan menimbulkan RGE pada penderita asma yaitu disregulasi otonom, peningkatan tekanan gradien antara esofagus dan lambung,gangguan fungsi krural diafragma, dan penggunaan obat-obat bronkodilator yang oleh banyak peneliti dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya RGE pada penderita asma.

Pada Asma persisten ringan dibanding dengan asma persisten sedang dan asma persisten berat didapati perbedaan skor RGE yang

berbeda bermakna dengan nilai p. berturut turut 0,023 dan 0,019. Sedangkan bila dibandingkan antara asma persisten sedang dan asma persisten berat tidak dijumpai perbedaan nilai yang bermakna terhadap skor RGE (nilai p = 0,844).

Dengan menggunakan Uji Spearman untuk melihat hubungan antara skor RGE dengan beratnya asma diperoleh nilai p=0,012. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara beratnya asma dengan skor RGE, walaupun hubungan itu adalah bersifat lemah (dengan nilai r=0,326)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait