• Tidak ada hasil yang ditemukan

FV Dataran Denudasional Miosen Endapan kipas aluvium Dataran fluvio vulkanik 64,68 0,90 2 D2 Perbukitan Denudasional Miosen Batu liat, batu kapur,

batu lumpur, tuff Perbukitan denudasional berbatu liat,tertoreh ringan 95,78 1,34 3 D3 Kerucut Denudasional Miosen Batu kapur, batu pasir,

tuff, batu lumpur Perbukitan denudasional,berbatu liat tertoreh sedang 1302,08 18,18 4 D4 Perbukitan Denudasional Miosen Batu kapur, batu pasir,

tuff, batu lumpur Perbukitan, denudasional, berbatu liat, tertoreh kuat 577,71 8,07 5 F1 Dataran Fluvial Pleistosen Andesit, alluvium-

vulkan Lembah sungai lereng atas bermaterial alluvium 283,89 3,96 6 F2 Dataran

bergelombang Fluvial Misosen Batu kapur, batu pasir, tuff, batu lumpur Lembah sungai dataran banjir dan teras alluvial bermaterial alluvium 471,01 6,58 7 K1 Perbukitan Karts Miosen Batu kapur, batu liat, tuff Perbukitan karst berbatu gamping tertoreh sedang 631,28 8,81 8 K2 Kerucut Karst Miosen Batu kapur, batu pasir,

tuff, batu lumpur Tebing karst berbatu gamping 134,73 1,88 9 K3 Dataran

puncak perbukitan

Karst Miosen Batu kapur, batu pasir,

tuff, batu lumpur Dataran puncak perbukitan karst berbatu gamping 20,47 0,29 10 DV1 Perbukitan Denudasional,

vulkanik Miosen Batu kapur, batu pasir, tuff, batu lumpur Perbukitan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh ringan 332,70 4,65 11 DV2 Kerucut Denudasional,

vulkanik Miosen Batu kapur, batu pasir, tuff, batu lumpur Perbukitan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh sedang 489,87 6,84 12 DV3 Kerucut Denudasional,

vulkanik Pleistosen Andesit, alluvium-vulkan Lereng atas pegunungan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh sangat ringan 33,22 0,46 13 DV4 Perbukitan Denudasional,

vulkanik Pleistosen Andesit, alluvium-vulkan Lereng bawah pegunungan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh ringan 321,25 4,49 14 DV5 Kerucut Denudasional,

vulkanik Pleistosen Andesit, alluvium-vulkan Lereng atas pegunungan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh ringan 141,05 1,97 15 DV6 Kerucut Denudasional,

vulkanik Pleistosen Andesit, alluvium-vulkan Lereng atas pegunungan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh sedang 166,18 2,32 16 DV7 Kerucut Denudasional,

vulkanik Pleistosen Andesit, alluvium-vulkan Pegunungan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh kuat 1042,96 14,56 17 DV8 Pegunungan Denudasional,

vulkanik Miosen Batu kapur, batu pasir Pegunungan denudasional vulkanik berbatu lava tertoreh sedang 624,90 8,72

Gambar 10 Peta Bentuklahan diatas Citra SRTM 30

31

(a) Lembah Sungai Dataran Banjir & Teras Alluvial (F2)

(b) Perbukitan Kasrt (K1) Lembah Sungai Alluvium (F2) Perbukitan Denudasional Berbatu Liat (D3) Sungai Cileungsi

Batu Gamping Yang Tersingkap

32

(c) Tebing Karst (K2)

(d) Perbukitan Denudasional Vulkanik (DV2)

(e) Dataran Puncak Perbukitan Karst (K3)

Gambar 11 Gambaran Bentuklahan di Lokasi Penelitian Tebing Karts

33 Hubungan bentuklahan dan kemiringan lereng

Kemiringan lereng adalah bagian dari morfologi bentuklahan yang mencerminkan ukuran derajat kemiringan permukaan lahan terhadap bidang horisontal. Kemiringan ini dilahirkan oleh proses geomorfik, baik endogen maupun eksogen, yang perkembangannya banyak dipengaruhi oleh faktor litologi dan struktur material penyusun bentuklahan. Oleh karena itu karakter bentuklahan seharusnya dapat dihubungkan dengan pola kemiringan lereng yang dimilikinya. Hubungan antara bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng dalam

penelitian ini dihasilkan dari proses tumpang-tindih (overlay) antara peta

bentuklahan dengan peta lereng. Dalam hal ini peta lereng hasil analisis dari peta RBI secara manual diambil contoh untuk overlay karena pada peta ini tidak

memerlukan proses filterisasi guna mendapatkan kelas lereng yang bersih (tanpa poligon berukuran kecil) karena keduanya dihasilkan dari interpretasi dan analisis manual. Gambaran hasil overlay disajikan pada Gambar 12, sedangkan besarnya

persentase dari luas kelas kemiringan lereng pada setiap bentuklahan disajikan pada Gambar 13.

Gambar 12 Tumpang Tindih Antara Peta Bentuklahan dengan Peta Kelas Lereng

34 0 20 40 60 80 100 120

Dataran puncak perbukitan, karst Dataran Bergelombang

LU A S KE LA S LE R E N G (h a)

DATARAN

A B C D E (a) (b) (c) 0 20 40 60 80 100 120 LU A S K E LA S LE RE NG (h a)

PERBUKITAN

A B C D E 0 20 40 60 80 100 120

Lembah sungai lereng atas Lembah sungai dataran banjir dan teras aluvial

LU A S KE LA S LE R E N G (h a)

LEMBAH

A B C D E

35 (d)

(d)

Pada Gambar 12 dapat dilihat hubungan antara bentuklahan dengan kelas kemiringan lereng yang dikelompokkan berdasarkan morfografi dalam hal ini adalah hubungan luasan kelas kemiringan lereng pada setiap bentuklahan. Secara tabular persebaran luas kelas kemiringan lereng pada setiap bentuklahan dapat dilihat pada Tabel 11 dan berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 13 tersebut terlihat bahwa pada bentuklahan dengan morfografi Lembah, kelas lereng C dan D

mendominasi bentuklahan Lembah Sungai Lereng Atas, sedangkan pada

bentuklahan Lembah Sungai Dataran Banjir dan Teras Alluvial lebih didominasi

oleh kelas lereng A. Hal ini tampak logis karena bentuklahan yang pertama persebarannya berada di daerah perbukitan dan pegunungan atau di daerah erosional (hulu), sedangkan bentuklahan yang kedua berada di daerah hilir atau di daerah deposisional. Oleh sebab itu lembah sungai yang berada pada daerah perbukitan dan pegunungan di bagian selatan memiliki kelas lereng yang lebih curam di bandingkan dengan di daerah dataran bagian utara.

Untuk bentuklahan dengan morfografi Dataran, sesuai dengan namanya

maka kelas lereng A dan B lebih mendominasi bentuklahan ini. Dalam hal ini bentuklahan Dataran Puncak Perbukitan Karst lebih didominasi oleh kelas lereng

B, sedangkan pada bentuklahan Dataran fluvio vulkanik lebih didominasi oleh

kelas lereng A. Hal ini juga terkait dengan elevasi, dimana yang pertama mempunyai elevasi ± 140m, sedangkan yang kedua berada pada elevasi ± 500m. Elevasi berkaitan pula dengan proses geomorfik, dimana pada elevasi yang lebih tinggi umumnya terjadi proses denudasional, sedangkan pada elevasi yang lebih rendah terjadi proses deposisional yang umumnya menghasilkan lereng dengan kemiringan kelas A.

Pada bentuklahan dengan morfografi perbukitan, kelas lereng yang

mendominasi bentuklahan tampak lebih bervariasi tergantung pada jenis bentuklahannya. Di grup perbukitan ini terdapat 7 jenis bentuklahan dimana morfografi tebing dimasukkan di dalamnya. Pada bentuklahan Tebing Karst (K2)

kelas kemiringan lereng yang mendominasi adalah kelas D, sedangkan pada bentuklahan Perbukitan Karst Tertoreh Sedang (K1) lebih didominasi oleh kelas

lereng B dan C. Hal ini cukup relevan dikarenakan tebing karst merupakan bagian ujung atau tepi dari bentuklahan berbatugamping yang umumnya mempunyai batas lereng yang tegas.

Untuk bentuklahan Perbukitan Denudasional Berbatu Liat, baik yang

tertoreh ringan, sedang, maupun kuat (D2, D3, D4), kelas kemiringan lereng yang mendominasi adalah kelas kemiringan lereng B, C, dan D. Dalam hal ini

Gambar 13 Diagram Hubungan Kelas Lereng dengan Bentuklahan (dikelompokan berdasarkan morfografi)

0 20 40 60 80 100 120 LU A S KE LA S LE R E N G (h a)

PEGUNUNGAN

A B C D E 35

36

bentuklahan D2 dan D4 (tertoreh ringan dan berat) lebih didominasi oleh kelas lereng C dan D, sedangkan bentuklahan D3 (tertoreh sedang) didominasi oleh kelas kemiringan lereng B dan C. Torehan tampaknya mempuyai hubungan yang erat dengan dominasi kelas lereng (bentuklahan D4 dan D3), kecuali untuk bentuklahan D2. Hal ini mungkin disebabkan oleh posisi bentuklahan D2 yang berada pada elevasi paling rendah (140-200m) dibandingkan dengan bentuklahan D3 (162-387m) dan D4 (275-462m) dengan demikian bentuklahan D2 mempunyai tingkat torehan paling ringan. Tingkat kemiringan perlapisan batuan (dip) batuliat yang menyusun perbukitan ini, yang mungkin juga mempengaruhi

kemiringan lereng, tidak diamati dalam penelitian ini (di lapangan).

Untuk bentuklahan Perbukitan Denudasional Vulkanik baik yang teroreh

ringan dan sedang (DV1 dan DV2) didominasi oleh kelas kemiringan lereng B dan C berturut-turut. Dalam hal ini tingkat torehan juga tampak berpengaruh terhadap dominasi kelas kemiringan lereng, dimana tingkat torehan yang lebih tinggi lebih didominasi oleh kelas kemiringan lereng yang lebih besar.

Pada bentuklahan dari grup morfografi pegunungan, terdapat 6 jenis

bentuklahan yang kesemuanya tersusun dari material vulkanik sehingga diklasifikasikan sesuai dengan posisi topografinya, yaitu yang berada pada lereng bawah, lereng atas, dan lainnya. Untuk bentuklahan Lereng Bawah Pegunungan Denudasional Vulkanik Tertoreh Ringan (DV4) lereng yang mendominasi adalah

kelas kemiringan C, D, dan B yang ketiganya tidak mempunyai perbedaan luasan yang sangat menyolok, sedangkan untuk yang berada pada lereng atas, baik yang tertoreh ringan, sedang, maupun kuat (DV5, DV6, DV7), lereng yang mendominasi berturut-turut adalah kelas kemiringan B-C, C-D, dan D. Pada bentuklahan ini juga tampak ada hubungan erat antara tingkat torehan dengan dominasi kelas lereng. Adapun untuk bagian yang lain, yaitu pada bentuklahan

Pegunungan Denudasional Vulkanik Tertoreh Sedang dan Kuat (DV7 dan DV8)

hubungan antara tingkat torehan dengan dominasi lereng juga tampak jelas, dimana untuk yang tertoreh sedang didominasi oleh kemiringan lereng kelas B-C, dan untuk yang tertoreh kuat didominasi oleh kelas kemiringan lereng D.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa selain proses geomorfik dan material penyusun bentuklahan, maka tingkat torehan juga mengindikasikan dominasi kelas lereng pada setiap bentuklahan di wilayah hulu.

Tabel 13 Nama Bentuklahan dan Luas Persebaran Kelas Lereng di DAS Cileungsi

No KODE Nama Bentuklahan Kelas

Kemiringan Lereng

Luas (%) 1 FV Dataran fluvio vulkanik A,B,C A(87,30%) B(3,50) C (9,20%)

2 D2 Perbukitan denudasional berbatu liat tertoreh ringan A, B, C,D A(7,71%) B(22,02%) C(38%%) D(32,25%)

3 D3 Perbukitan denudasional berbatu liat tertoreh sedang A,B,C,D A(10,01%) B(51,56%) C(31,61%) D(6,73%)

4 D4 Perbukitan denudasional berbatu liat tertoreh kuat A,B,C,D A(3,78%) B(13,63%) C(43,24%) D(39,35%)

5 F1 Lembah sungai A,B,C,D,E A(26,59%) B(2,12%) C (35,56%) D(39,53%) E(0,39%)

6 F2 Lembah sungai, dataran banjir dan teras alluvial A,B,C,D A(78,65%) B(18,3%) C(2,5%) D(0,6%)

7 K1 Perbukitan karst tertoreh sedang A, B, C,D A(20,6%) B(43,3%) C(30,5%) D(4,3%) E(0,04%)

8 K2 Tebing karst A,B,C,D,E A(0,3%) B(7,6%) C(27,4%) D(52,4%) E(12,3%)

9 K3 Dataran puncak perbukitan, karst A,B,C A(26,30%) B(71,20%) C (2,50%)

10 DV1 perbukitan denudasional vulkanik tertoreh ringan A,B,C,D A(19,51%) B(47,67%) C(24,75%) D(8,07%)

11 DV2 perbukitan denudasional vulkanik tertoreh sedang A,B,C,D,E A(0,77%) B(27,07%) C(43,08%) D(28,55%) E(0,54%)

12 DV3 Lereng atas pegunungan denudasional vulkanik tertoreh sangat ringan A,B,C,D A(12,74%) B(59,65%) C(12,8%) D(15,26%)

13 DV4 Lereng bawah pegunungan denudasional vulkanik tertoreh ringan B,C,D B(38,38%) C(44,41%) D(17,20%)

14 DV5 Lereng atas pegunungan denudasional vulkanik tertoreh ringan A,B,C,D,E A(4,95%) B(42,72%) C(30,64%) D(20,13%) E(1,56%)

15 DV6 lereng atas pegunungan denudasional vulkanik tertoreh sedang B,C,D B(12,94%) C(46,32%) D(40,75%)

16 DV7 pegunungan denudasional vulkanik tertoreh kuat A,B,C,D,E A(0,04%) B(1,8%) C(16,92%) D(75,46%) E(5,78%)

17 DV8 Pegunungan denudasional vulkanik tertoreh sedang A,B,C,D A(3,39%) B(65,74%) C(21,18%) D(9,69%)

38