• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Uji Daya Antibakteri Minyak Atsiri Serai Wangi Jawa (Citronella Java

Oil) terhadap Porphyromonas gingivalis dengan Metode Difusi Sumuran

Uji daya antibakteri dengan metode difusi sumuran berguna untuk mengetahui besarnya daya antibakteri dari minyak atsiri serai wangi Jawa terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dengan cara dilihat besarnya diameter zona hambat yang muncul. Metode difusi sumuran merupakan metode yang cocok digunakan untuk bahan yang bersifat non polar sebab apabila menggunakan paper disc, maka minyak atsiri tidak dapat diserap secara sempurna ke dalam paper disc. Pada pemeriksaan yang dilakukan perlu adanya kontrol negatif, kontrol positif, kontrol pertumbuhan, dan kontrol media. Keempat kontrol ini penting dilakukan agar hasil yang diberikan valid.

Kontrol negatif yang digunakan yaitu parafin cair. Minyak atsiri dan parafin cair memiliki kesamaan sifat non polar, maka dari itu minyak atsiri serai wangi larut baik dalam parafin cair karena adanya prinsip like dissolve like yaitu zat dapat larut dengan zat yang memiliki kepolaran yang sama. Kontrol positif yang digunakan yaitu Klorheksidin 0,2% (Minocep®) yang merupakan sediaan obat kumur yang berada di pasaran. Pada pH fisiologis, klorheksidin merupakan molekul kation yang memiliki kemampuan mengadsorbsi muatan negatif pada permukaan dinding sel bakteri dan juga mengadsorbsi dengan kuat senyawa fosfat. Akibatnya mengubah integritas dari membran sel bakteri dan klorheksidin tertarik ke arah dalam membran sel. Klorheksidin kemudian berikatan dengan fosfolipid di dalam membran sehingga meningkatkan permeabilitas dari membran dalam dan memfasilitasi pelepasan

komponen sitoplasma dengan berat molekul rendah seperti ion kalium dan berakibat sel bakteri mengkerut (Dumitrescu, 2011). Ketika konsentrasi klorheksidin dinaikkan, isi sel dengan berat molekul yang lebih tinggi (seperti nukleotida) muncul pada larutan supernatan disekitar sel. Nukleotida ini rusak (bocor) dan bersifat irreversible. Pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron ditunjukkan bahwa sitoplasma sel terpresipitasi, presipitasi dapat terjadi karena interaksi antara klorheksidin dengan fosfat yang berada di dalam sitoplasma seperti adenosin trifosfat dan asam nukleat (Williams, 2001). Daya hambat dari berbagai konsentrasi minyak atsiri akan dibandingkan dengan daya hambat sediaan obat kumur Klorheksidin 0,2% (Minocep®) sehingga dapat dilihat apakah perbedaan daya hambat tersebut bermakna atau tidak.

Pada pengujian daya antibakteri ini menggunakan bakteri Porphyromonas gingivalis dimana bakteri ini ditanamkan pada media Trypticase Soya Agar (TSA). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wakabayashi, Yamauchi, Kobayashi, Yaeshima, Iwatsuki, Yoshie (2009) dan Coykendall dkk. (2013), bakteri Porphyromonas gingivalis dapat ditumbuhkan pada media TSA. Media TSA ini merupakan media yang dapat memfasilitasi pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anaerob dengan baik dan juga merupakan media yang bernutrisi (Acumedia, 2010). Kasein pepton dan soya pepton yang terdapat dalam media TSA menyediakan nitrogen, vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan bakteri, serta gula alami dari soya pepton juga berperan baik dalam membantu pertumbuhan bakteri (Sigma-Aldrich, 2013).

Pada pengujian daya antibakteri menggunakan minyak atsiri dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9% dan 10% dimana dengan konsentrasi yang kecil diharapkan tetap bisa memberikan aktivitas daya antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis. Selain itu, pemilihan konsentrasi kecil juga supaya bisa diketahui dan didapatkan konsentrasi terkecil yang masih dapat menimbulkan daya antibakteri. Daya antibakteri dapat dilihat dari besarnya zona hambat dimana merupakan zona jernih yang terdapat disekitar lubang sumuran dan tidak ada pertumbuhan bakteri. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan data bahwa konsentrasi 2% merupakan konsentrasi terkecil yang masih dapat menimbulkan zona hambat. Pada kontrol media pada saat pengujian tidak terdapat kontaminan sehingga dapat dinyatakan bahwa langkah pengujian sudah aseptis dan media yang digunakan juga steril. Pada kontrol pertumbuhan terdapat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dengan baik dan tidak terdapat mikroorganisme lain yang menunjukkan perbedaan morfologi. Berdasarkan uji daya antibakteri dengan metode sumuran, dapat dinyatakan bahwa semakin besar konsentrasi minyak atsiri maka zona hambat yang ditimbulkan juga semakin besar, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian daya antibakteri (Tabel IV).

Tabel IV. Diameter zona hambat minyak atsiri serai wangi Jawa terhadap Porphyromonas gingivalis dengan metode difusi sumuran

Konsentrasi minyak atsiri

Replikasi Rata-rata diameter zona hambat (mm) I (mm) II (mm) III (mm) 10% 5,02 5,12 5,10 5,08 9% 4,52 4,41 4,44 4,46 8% 4,11 4,00 4,10 4,07 7% 3,52 3,69 3,60 3,60 6% 3,43 3,41 3,39 3,41 5% 3,10 2,83 2,90 2,94 4% 2,11 2,01 2,02 2,05 3% 1,22 1,40 1,29 1,30 2% 0,71 0,53 0,59 0,61 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 Kontrol positif 30,06 30,04 30,01 30,04 Kontrol negatif 0,00 0,00 0,00 0,00

Menurut Suryawiria (1978) (cit., Moerfiah, 2011), zona hambat dapat dikatakan sangat kuat apabila zona hambat tersebut berdiameter lebih dari 20mm, dikatakan kuat apabila berdiameter antara 10 mm hingga 20 mm, dikatakan sedang apabila berdiameter antara 5 mm hingga 10 mm, dan dikatakan lemah apabila kurang dari 5 mm. Zona hambat yang dihasilkan oleh minyak atsiri dengan konsentrasi 2% hingga 9% termasuk pada zona hambat lemah, sedangkan zona hambat yang dihasilkan oleh minyak atsiri dengan konsentrasi 10% termasuk zona hambat sedang. Kontrol positif termasuk dalam zona hambat yang dapat dinyatakan sangat kuat karena zona hambat secara rata-rata memiliki diameter 30,04 mm, sedangkan pada kontrol negatif tidak terdapat zona hambat sehingga kontrol negatif tidak mengganggu aktivitas daya antibakteri yang ditimbulkan dari berbagai konsentrasi minyak atsiri.

Data zona hambat yang telah didapat dari pengujian daya antibakteri dengan metode difusi sumuran kemudian dianalisis normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk dan hasilnya menunjukkan data tidak terdistribusi normal (p<0,05). Namun, pada data yang didapat dari hasil pemeriksaan terdapat dua data yang tidak terdistribusi normal, yaitu data kontrol negatif dan konsentrasi minyak atsiri 1%. Analisis statistik dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna zona hambat antara konsentrasi minyak atsiri, kontrol positif, dan kontrol negatif serta dinyatakan berbeda bermakna apabila nilai p<0,05. Dari hasil statistik uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara zona hambat konsentrasi minyak atsiri, kontrol positif, dan kontrol negatif (p<0,05). Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan bermakna zona hambat antar konsentrasi dan antara konsentrasi dengan kontrol. Dari hasil statistik yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna zona hambat antar konsentrasi dan antara konsentrasi dengan kontrol, kecuali kontrol negatif dengan konsentrasi minyak atsiri 1% dinyatakan Not Available pada hasil statistik karena keduanya tidak memiliki daya antibakteri (zona hambat 0 mm) sehingga tidak dapat dianalisis. Perbedaan yang bermakna memberikan arti kelompok uji yang satu dengan yang lain memiliki kesamaan dalam memberikan daya antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis, tetapi potensi daya antibakterinya yang ditunjukkan dengan besarnya zona hambat tidak sama setiap kelompok uji.

Tabel V. Hasil analisis statistik uji Wilcoxon pada pengujian daya antibakteri minyak atsiri serai wangi Jawa terhadap Porphyromonas gingivalis

dengan metode difusi sumuran

K+ K- 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% K+ - BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB K- BB - NA BB BB BB BB BB BB BB BB BB 1% BB NA - BB BB BB BB BB BB BB BB BB 2% BB BB BB - BB BB BB BB BB BB BB BB 3% BB BB BB BB - BB BB BB BB BB BB BB 4% BB BB BB BB BB - BB BB BB BB BB BB 5% BB BB BB BB BB BB - BB BB BB BB BB 6% BB BB BB BB BB BB BB - BB BB BB BB 7% BB BB BB BB BB BB BB BB - BB BB BB 8% BB BB BB BB BB BB BB BB BB - BB BB 9% BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB - BB 10% BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB -

Keterangan = BB = Berbeda Bermakna BTB = Berbeda Tidak Bermakna

NA = Not Available (tidak terdapat daya antibakteri) K+ = Kontrol Positif

K- = Kontrol Negatif

Berdasarkan hasil analisis statistik uji Wilcoxon (Tabel V), kontrol positif yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan memberikan hasil berbeda bermakna dan kontrol negatif yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan juga memberikan hasil berbeda bermakna sehingga dapat dinyatakan bahwa minyak atsiri serai wangi Jawa memiliki daya antibakteri. Semakin besar konsentrasi minyak atsiri serai wangi Jawa, maka semakin besar pula aktivitas daya antibakteri, tetapi aktivitas daya antibakteri tidak sebesar daya antibakteri dari kontrol positif. Setelah diujikan daya antibakteri dengan metode sumuran, kemudian dilanjutkan pengujian dengan metode dilusi padat untuk dapat menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).

Dokumen terkait