a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesunguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan alat dari pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Progamme - UNDP). Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people’s choices).83
Indikator indeks pembangunan manusia merupakan salah satu indikator untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk.
Kualitas fisik, tercermin dari angka harapan hidup, sedangkan kualitas non fisik (intelektual) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah
81 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua, ... , hlm.244.
82 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua, ... , hlm.238-240.
83 , Indeks Pembangunan Manusia Metode Baru, (Jakarta : Badan Pusat Statistik, ), hlm.4.
dan angka melek huruf dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai purchasing power parity index (PPP). Pengertian indeks pembangunan manusia adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. 84
Pada dasarnya Human Development Index (HDI) digunakan untuk mengklasifikasikan apakah suatu negara adalah negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang. Namun HDI juga dipercaya sebagai pengukur efektifitas program dan kebijakan pemerintah terhadap kualias hidup penduduknya (negara kaya atau berpendapatan tinggi, negara berpendapatan menengah atas, negara berpendapatan menengah bawah, atau negara miskin alias berpendapatan rendah). Dalam perkembangannya, HDI juga dipergunakan sebagai patokan umum yang mencerminkan sejauh mana kualitas sumber daya manusia di berbagai negara. Sebagai tolak ukur sumber daya manusia, secara konseptual HDI adalah perhitungan dalam formula tertentu yang memadukan tiga komponen utama, yaitu :
1) Kualitas hidup materiil yang diwakili oleh indikator tingkat pertumbuhan ekonomi (GDP) per kapita tahunan
2) Kondisi kesehatan penduduk yang diwakili oleh indikator usia harapan hidup (life expectancy)
3) Kondisi pendidikan. Indikator wakilnya pada awalnya hanya tingkat melek huruf, namun kemudian diperluas kesejumlah indikator pendidikan lainnya.85
84 Jalaludin, dkk, Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 -2011, (Bandung : BPS Provinsi Jawa Barat, 2012), hlm.6-7.
85 Faisal Basri dan Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm.88.
Metodologi perhitungan IPM mulai dari tahun 2010 telah diubah, alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi perhitungan IPM adalah :
1) Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam perhitungan IPM, yaitu :
a) Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh, karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik.
b) PDB per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
2) Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.
Indikator yang dirubah adalah indikator angka melek huruf pada metode lama diganti dengan angka harapan lama sekolah dan Produk domestik bruto (PDB) per kapita diganti dengan produk nasional bruto (PNB) per kapita. Selain itu, metode penghitungan diganti dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.
Keuntungan menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif) :
1) Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi
2) PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah
3) Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam penyusunan IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan
manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.86
Setiap komponen IPM distandarisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :87
Dimensi kesehatan IKesehatan = AHH − AHHMin
AHHMaks − AHHMin (2.17)
Dimensi Pendidikan IHLS = 𝐻𝐿𝑆𝐻𝐿𝑆 − 𝐻𝐿𝑆𝑀𝑖𝑛
𝑀𝑎𝑘𝑠− 𝐻𝐿𝑆𝑀𝑖𝑛 (2.18)
IRLS = 𝑅𝐿𝑆− 𝑅𝐿𝑆𝑀𝑖𝑛
𝑅𝐿𝑆𝑀𝑎𝑘𝑠− 𝑅𝐿𝑆𝑀𝑖𝑛 (2.19)
IPendidikan = 𝐼𝐻𝐿𝑆+ 𝐼𝑅𝐿𝑆
2 (2.20)
Dimensi Pengeluaran
IPengeluaran = 𝐼𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 − 𝐼𝑛 (𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑖𝑛)
𝐼𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑘𝑠 −𝐼𝑛 (𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑖𝑛) (2.21) IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran, yaitu :
IPM = 3 IKesehatan x IPendidikan x IPengeluaran x 100 (2.22)
b. Pengeluaran atau Konsumsi Dalam Islam 1) Perilaku Konsumen Islami
Syariah islam menginginkan manusia mencapai dan memelihara kesejahteraannya. Imam Shatibi menggunakan istilah maslahah yang maknanya lebih luas dari sekedar utility atau kepuasan. Maslahah merupakan tujuan hukum syara’ yang paling utama. Menurut Khan dan Ghifari ada lima elemen dasar menurut beliau, yakni kahidupan atau jiwa (al-nafs), harta benda (al-mal), keyakinan (al-din), intelektual (al-aql), dan keturunan (al-nasl). Semua barang dan jasa yang mendukung tercapainya dan terpeliharanya kelima elemen
86 , Indeks Pembangunan Manusia Metode Baru, ..., hlm.6.
87 , Indeks Pembangunan Manusia Metode Baru, ..., hlm.7.
tersebut pada setiap individu disebut maslahah. Seorang muslim akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dunia dan beberapa bagian untuk kebutuhan akhirat.
Konsumen muslim memilih alokasi untuk hal-hal yang menyangkut akhirat, akan mengkonsumsi barang lebih sedikit daripada nonmuslim.88
Islam memberikan arahan yang sangat indah dengan memperkenalkan konsep israf (berlebih-lebih), dalam membelanjakan harta dan tabzir. Islam memperingatkan agen ekonomi agar jangan sampai terlena dalam berlomba-lomba mencari harta (at-takaatsur).
Pola hidup konsumtif seperti di atas tidak pantas dan tidak selayaknya dilakukan oleh pribadi yang beriman dan bertakwa. Satu-satunya gaya hidup yang cocok adalah simple living (kesejahteraan) dalam pengertian yang benar secara syar’i. Islam mengajarkan kepada kita agar pengeluaran rumah tangga muslim lebih mengutamakan kebutuhan pokok sehingga sesuai dengan tujuan syariat. Setidaknya terdapat tiga kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer yaitu nafkah-nafkah pokok bagi manusia yang dapat mewujudkan lima tujuan syariah. Kebutuhan sekunder yakni kebutuhan manusia untuk memudahkan kehidupan, agar terhindar dari kesulitan dan kebutuhan tersier yakni kebutuhan pelengkap yang berarti kebutuhan yang dapat menciptakan kebaikan.89
Untuk mencegah agar tidak terlanjur ke gaya hidup mewah, Islam mengharamkan segala pembelanjaan yang tidak mendatangkan manfaat, apalagi yang dibenci Allah Swt seperti minuman alkohol, narkoba dan barang haram lainnya. Namun itu semua tidak berarti membuat kita menjadi kikir. Islam mengajarkan kepada kita sikap pertengahan dalam mengeluarkan harta, tidak berlebihan dan tidak kikir. Sikap berlebihan akan merusak jiwa, harta dan masyarakat,
88 Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm.62-65.
89 Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, ..., hlm.66.
sementara kikir adalah satu sikap hidup yang dapat menahan dan membekukan harta.90 Dalam Q.S al-Furqan ayat 67 Allah berfirman :
اًماَوَ ق َكِلََٰذ َنْيَ ب َناَكَو اوُرُ تْقَ ي ْمَلَو اوُفِرْسُي ْمَل اوُقَفْ نَأ اَذِ َنيِذَّلاَو
Artinya :“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, diantara keduanya secara wajar”
(Q.S al-Furqan : 67).91
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dijelaskan :
َّنَأ ِهِّيَج ْنَع ِويِبَأ ْنِع ٍ ْيَ ُ ِنْب وِرْمَع ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ٌماَّمَى اَنَرَ بْ َأ َنْوُراَى ُنْب ُيْيِزَي اَنَ ثَّيَح َو ٍفَرَس َلاَو ٍةَلْ يِخَم َرْ يَغ اوُسَبْلاِو اوُقَّيَصَتَو اوُبَرْ اَو اوُلُك َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلْوُسَر
ٍةَلْ يِخَم َلاَو ٍفاَرْسِ ِرْيَغ ْيِف ًةَّرَم ُيْيِزَي َلاَق
Artinya :Nabi Muhammad Saw bersabda : makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan. (HR Ahmad)
Hadis ini berarti permintaan harus dihentikan setelah kebutuhan dunia terpenuhi, karena ada kebutuhan akhirat yang harus dibayarkan, yaitu zakat. Dalam ilmu ekonomi konvensional, konsumsi agregat terdiri dari konsumsi barang kebutuhan dasar (Cn) serta konsumsi barang mewah (C1), dan yang dapat mempengaruhi konsumsi adalah tingkat harga dan pendapatan. Dalam islam tingkat harga saja tidak cukup untuk mengurangi konsumsi barang mewah, tetapi dibutuhkan faktor moral dan sosial diantaranya adalah membayar zakat. Ajaran islam sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan umat manusia agar membelanjakan harta sesuai kemampuannya. Pengeluaran tidak seharusnya melebihi pendapatan dan juga tidak menekan pengeluaran terlalu rendah sehingga mengarah kepada kebakhilan.92
90 Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, ..., hlm.67.
91 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, ..., hlm.291.
92 Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, ..., hlm.52-53.