14
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Produk Domestik Bruto dan Produk National Bruto
Produk domestik bruto (PDB) atau gross domestic product (GDP) diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam suatu tahun tertentu. Barang dan jasa yang diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut, tetapi juga oleh penduduk negara lain. Bisa saja terdapat produksi nasional yang diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri.
Perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut sehingga dapat menambah pendapatan nasional. Dengan demikian produk domestik bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing.14
Sedangkan dalam produk nasional bruto atau gross national bruto (GNP), nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Oleh karena faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara suatu negara terdapat di negara itu sendiri ataupun di luar negeri, maka nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan di luar negeri juga dihitung di dalam produk national bruto. Sifat hubungan antara produk domestik bruto dan produk nasional bruto yaitu dinyatakan dalam persamaan berikut :
PDB = PNB – PFN dari LN (2.1)
14 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, (Jakarta : Rajawali Pers, 2004), hlm.35.
Ket :
PFN = Pendapatan Faktor Neto LN = Luar Negeri
PFN dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayarkan ke luar negeri.15
2. Pendapatan Nasional
a. Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional atau national income adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Dalam konsep tersebut pendapatan nasional diwakili oleh produk domestik bruto dan produk nasional bruto. Pengertian lain dari pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.16 Perhitungan pendapatan nasional berguna untuk menerangkan kerangka kerja hubungan antara variabel makro ekonomi yaitu output, pendapatan, dan pengeluaran, seperti yang terlihat dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
Arus Pendapatan dan Pengeluaran
15 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.35.
16 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.36.
1. Jasa – jasa dari faktor produksi 4. Barang-barang dan Jasa – jasa Rumah Tangga
Konsumen / Households
Rumah Tangga Produsen / Firm 3. Pengeluaran
2. Pendapatan
Gambar di atas menjelaskan tentang adanya dua arus yaitu barang dan uang:
1) Arus barang berupa penyerahan faktor produksi dari rumah tangga konsumen ke rumah tangga produsen (1) dan penyerahan barang- barang dan jasa dari rumah tangga produsen ke rumah tangga konsumen (4)
2) Sedangkan arus uang terjadi penerimaan pendapatan yang diperoleh rumah tangga konsumen dari rumah tangga produsen (2) dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen pada rumah tangga produsen (3).17
Pendapatan nasional didasarkan pada harga berlaku dan harga tetap. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Data pendapatan dalam berbagai tahun nilainya akan berbeda-beda dan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pertambahan nilai tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu perubahan fisikal barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dan kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya.
Untuk dapat menghitung kenaikan itu dari tahun ke tahun, barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain, nilai pendapatan nasional pada harga tetap atau pendapatan nasional riil.18
Barang-barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dapat dinilai dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan harga pasar dan harga faktor. Barang dikatakan dinilai menurut harga pasar jika nilai barang itu menggunakan harga yang dibayar oleh pembeli. Jika menggunakan harga faktor maka sumbangan pendapatan nasional berasal dari jumlah pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
17 Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis Edisi Pertama, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm.22-23.
18 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.35.
menghasilkan barang-barang tersebut. Selain itu, setiap harga pasar sesuatu barang memiliki nilai penyusutan atau depresiasi. Untuk itu, dalam pendapatan nasional pada harga pasar termasuk nilai penyusutan barang modal yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan nasional.
Pendapatan nasional yang masih meliputi depresiasi dinamakan produk nasional bruto. Untuk memperoleh produk nasional neto, nilai depresiasi harus dikurangi dari produk nasional bruto. Dengan demikian, produk nasional neto adalah produk nasional bruto dikurangi depresiasi.19
b. Perhitungan Pendapatan Nasional
Untuk menghitung pendapatan nasional dalam suatu perekonomian, ada tiga perhitungan yang dapat digunakan, yaitu :
1) Pendekatan pengeluaran
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran akan dapat memberi gambaran mengenai ukuran buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai di mana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati. Selain itu dapat juga memberikan gambaran informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makro ekonomi.
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran memiliki empat komponen pengeluaran agregat, yaitu : konsumsi rumah tangga/consumption (C), pengeluaran pemerintah/goverment (G), pembentukan modal sektor swasta (investasi/investment) (I), dan ekspor neto (export- import/X-M).20
Pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dihasilkan dengan cara menjumlahkan empat komponen pengeluaran agregat tersebut, sehingga persamaannya adalah :
Y = C + I → untuk perekonomian tertutup tanpa peranan pemerintah Y = C + I + G → untuk perekonomian tertutup dengan peranan
pemerintah
Y = C + I + G + (X-M) → untuk perekonomian terbuka (2.2)
19 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.36.
20 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.37.
Pendapatan nasional tersebut dilihat dari indikator produk domestik bruto (PDB), PDB tersebut setelah dikurangi dengan pendapatan neto faktor luar negeri akan menghasilkan produk nasional bruto (PNB).
Konsep pendapatan nasional, perlu dibedakan antara pengertian neto dan bruto. PNB perlu dikurangi oleh depresiasi untuk memperoleh pendapatan nasional neto atau Net National Product (NNP). Selanjutnya NNP dapat dibedakan menurut harga pasar dan menurut harga faktor. NNP menurut harga faktor adalah pendapatan negara. Di banyak negara hubungan antara produk nasional bruto (PNB) dan pendapatan negara (PN) dapat dinyatakan dengan persamaan :
PN = PNB – Pajak tak langsung + Subsidi – Depresiasi (2.3) Akan tetapi, dalam perhitungan di Indonesia, subsidi tidak dihitung.
Oleh sebab itu, di antara PNB dan PN terdapat hubungan berikut : PN = PNB – Pajak tak langsung – Depresiasi (2.4) Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai pembelanjaan dari berbagai golongan masyarakat ke atas barang- barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam perekonomian tersebut. Barang-barang atau jasa-jasa yang diimpor tidak dimasukkan ke dalam perhitungan ini, begitu pula dengan barang-barang produksi dalam negeri yang akan diproses kembali oleh perusahaan lain untuk dijadikan barang-barang lain, tidak turut dihitung untuk menentukan besarnya pendapatan nasional. Barang-barang yang masih akan diproses lagi, nilainya tidak turut ditambahkan dalam perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran adalah untuk menghindari berlakunya perhitungan dua kali.21
2) Pendekatan cara produksi atau produk neto
Produk neto berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung pendapatan nasional ini adalah cara menghitung dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-
21 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.40.
perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perekonomian.
Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional mempunyai tujuan penting untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional.
Salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.22 Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional mempunyai dua tujuan penting, pertama untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional. Kedua, sebagai salah satu cara untuk menghitung dari penghitungan dua kali yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.23
Sebelum penghitungan cara produk neto diterangkan, terlebih dahulu akan ditunjukkan suatu contoh sederhana untuk menghitung nilai tambah. Sebagai contoh, sebuah produk perabot rumah telah mengalami empat kali kegiatan sebelum menjadi perabot, yaitu penebangan kayu di hutan, penggergajian kayu untuk dijadikan papan, pembuatan perabot dari bahan papan, dan penjualan perabot.
Perusahaan kayu menebang menjual kayu hutan kepada penggergaji papan sebesar Rp 50.000 dengan anggapan pengambilan kayu di hutan tidak membayar sesuatu pun untuk menebang. Papan dijual kepada pembuat perabot sebesar Rp 200.000, pengusaha perabot menjual setelah membuat berbagai produk perabot dan menjualnya kepada toko sebesar Rp 600.000, secara keseluruhan toko perabot menerima Rp 800.000 dari penjualan perabot kepada konsumen.24
22 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.42.
23 Julius, R Latumaerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2015), hlm.19.
24 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.42.
Tabel 2.1
Contoh penghitungan nilai tambah
Jenis Kegiatan Nilai penjualan Nilai tambah 1. Mengambil kayu hutan Rp 50.000 Rp 50.000 2. Menggergaji papan Rp 200.000 Rp 150.000 3. Membuat perabot Rp 600.000 Rp 400.000 4. Menjual perabot di toko Rp 800.000 Rp 200.000 Jumlah nilai penjualan dan nilai
tambah
Rp 1.650.000 Rp 800.000
Dengan demikian, jumlah nilai tambah yang diwujudkan oleh keempat kegiatan itu adalah Rp 50.000 + Rp 150.000 + Rp 400.000 + Rp 200.000 = Rp 800.000. Pengeluaran konsumen untuk membeli perabot ini adalah Rp 800.000. Hal ini berarti dalam penghitungan menurut cara produk neto, nilai pendapatan nasional yang disumbangkan berbagai kegiatan di atas adalah sama dengan penghitungan menurut cara pengeluaran. Dengan demikian, jelas bahwa terdapat dua alternatif dalam menghitung pendapatan nasional yaitu cara pengeluaran dan cara produk neto.
Dalam cara pengeluaran yang diperhatikan adalah nilai barang jadi yang dijual di toko perabot, sedangkan dalam cara produk neto yang diperhatikan adalah tambahan nilai yang diwujudkan oleh empat kegiatan ekonomi di atas. Data yang dikumpulkan tersebut digolongkan kepada berbagai sektor, dimana nilai tambah diwujudkan, oleh karena itu data yang dikemukakan dinamakan produk nasional bruto (PDB) menurut lapangan usaha.25 Tabel di bawah ini menunjukkan berbagai kegiatan ekonomi di Provinsi Jawa Barat sumbangannya dalam mewujudkan pendapatan nasional.
25 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.43.
Tabel 2.2
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha 2014 (Rp Juta)
Lapangan usaha NIlai %
A. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan
120.935.153,5 8,73
B. Pertambangan dan penggalian 33.659.237,9 2,43 C. Industri pengolahan 604.374.036,0 43,61 D. Pengadaan Listrik dan gas 10.908.010,0 0,79 E. Pengadaan air, pengelolaan sampah,
limbah dan daur ulang
1.019.667,6 0,07
F. Kontruksi 99.103.612,4 8,12
G. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
199.720.305,3 15,25
H. Transportasi dan pergudangan 66.345.673,1 4,79 I. Penyediaan akomodasi dan makan
minum
33.722.152,8 2,43
J. Infomasi dan komunikasi 34.152.993,3 2,46 K. Jasa keuangan dan asuransi 35.564.193,0 2,57
L. Real estate 14.438.408,2 1,04
M. Jasa perusahaan 5.438.669,0 0,39
N. Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib
32.191.980,0 2,32
O. Jasa pendidikan 35.314.726,2 2,55
P. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 8.700.874,0 0,63
Q. Jasa lainnya 25.218.731,7 1,82
PDRB 1.385.959.440,6 100
Sumber : Jawa Barat Dalam Angka 2015
3) Pendekatan pendapatan
Faktor-faktor produksi dibedakan menjadi empat golongan, yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian keusahawanan. Apabila
faktor-faktor produksi itu digunakan untuk mewujudkan barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan- pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional lain, yang berbeda dengan yang diperoleh dalam penghitungan pendapatan nasional dengan kedua cara lainnya. Pendapatan nasional itu dinamakan pendapatan nasional atau produk nasional neto menurut harga faktor. Namun, perhitungan pendapatan nasional tidak selalu mengikuti penggolongan pendapatan faktor-faktor produksi seperti yang dinyatakan di atas. Sebab, dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan dimana pendapatannya merupakan gabungan dari gaji dan upah, sewa, bunga, dan keuntungan. Contoh dari pendapatan demikian adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan perseorangan seperti restoran yang dikelola anggota keluarga, dan yang dimaksudkan keuntungan usahanya adalah gabungan dari gaji, upah, bunga, sewa, dan keuntungan sebenarnya dari usaha yang dilakukan oleh keluarga tersebut. Dengan demikian, penghitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi secara berikut :
a) Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah
b) Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perserorangan) c) Pendapatan dari sewa
d) Bunga neto, yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga ke atas pinjaman konsumsi dan bunga ke atas pinjaman pemerintah
e) Keuntungan perusahaan
Yang dinyatakan dalam poin b) mencerminkan jumlah gaji dan upah, bunga, sewa, dan keuntungan yang diperoleh perusahaan- perusahaan yang dijalankan oleh pemiliknya sendiri dan keluarganya.
Sampai sekarang Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu kegunaan penting dari data pendapatan nasional adalah untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai sesuatu negara dari tahun ke tahun. Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau produk domestik bruto rill. Formula yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah :
g = 𝑷𝑵 𝒓𝒊𝒊𝒍𝑷𝑵 𝒓𝒊𝒊𝒍𝟏− 𝑷𝑵 𝒓𝒊𝒊𝒍𝟎
𝟎 x 100 (2.5)
Keterangan :
g : tingkat pertumbuhan ekonomi (persen)
PN riil1 : pendapatan nasional untuk tahun dimana tingkat pertumbuhan ekonominya dihitung
PN riil0 : pendapatan nasional untuk tahun sebelumnya26
Misalkan di suatu negara dalam tahun 2002 memiliki PDB riil senilai 120 triliun rupiah, dan meningkat menjadi 126 triliun pada tahun 2003.
Berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003. Berdasarkan data di atas tingkat pertumbuhannya adalah:
Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2003 = 𝟏𝟐𝟔−𝟏𝟐𝟎𝟏𝟐𝟎 x 100 = 5%27(2.6)
4. Pendapatan Nasional Perspektif Islam
Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini.
Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi (nidhom al-iqtishad) merupakan sebuah sistem yang mengantar umat manusia ke dalam real
26 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.49-50.
27 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.17.
welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya. Semua sistem ekonomi bertujuan untuk mengantarkan kesejahteraan kepada para pemeluknya.
Namun, lebih sering kesejahteraan itu diwujudkan pada peningkatan GNP yang tinggi, yang kalau dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan per capita income yang tinggi. Akan tetapi, pendapatan perkapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan.
Ia hanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficient condition. Al-falah dalam pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam esensi manusia ada pada ruhaniahnya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi, diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan rohani dimana roh merupakan esensi manusia.28
Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatan nasional berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrumen- instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan.
Kesejahteraan ini bisa dicapai dengan adanya pemerataan dan keadilan melalui instrumen-instrumen tersebut. Dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 7 dijelaskan bahwa harta haruslah berputar dan tidak beredar pada orang- orang kaya saja.
ِليِبَّسلا ِنْباَو ِنيِكاَسَمْلاَو ىَماَتَيْلاَو ىَبْرُقْلا يِذِلَو ِلوُسَّرلِلَو ِوَّلِلَف ىَرُقْلا ِلْىَأ ْنِم ِوِلوُسَر ىَلَع ُوَّللا َءاَفَأ اَم َوَّللا اوُقَّ تاَو اوُهَ تْ ناَف ُوْنَع ْمُكاَهَ ن اَمَو ُهوُذُخَف ُلوُسَّرلا ُمُكاَتآ اَمَو ْمُكْنِم ِءاَيِنْغلأا َنْيَ ب ًةَلوُد َنوُكَي لا ْيَك ِااَقِ ْلا ُييِيَ َوَّللا َّنِ
Artinya :
Harta rampasan fai’i yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, rasul, kerabat (rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
28 Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis Edisi Pertama, ..., hlm.28.
kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukumannya. (Q.S Al-Hasyr : 7)29
Dalam hadis berikut dijelaskan bahwa sedekah dapat meningkatkan pemerataan dan keadilan, yaitu sebagai berikut :
وُبَأ اَنَ ثَّيَح َةَعْرُزوُبَأ اَنَ ثَّيَح ِعاَقْ َقْلا ُنْب ُةَراَمُع اَنَ ثَّيَح ِيِحاَوْلا ُيْبَع اَنَ ثَّيَح َلْيِعاَمْسِ ُنْب ىَسوُم اَنَ ثَّيَح ِةَقَيَّصلا ُّيَأ ِللها ُلْوُسَر َلاَقَ ف َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِّيِبَّنلا ىَلِ ٌلُجَر َءاَج َلاَق ُوْنَع ُللها َيِضَر َةَرْ يَرُى اَّذ ىَّتَح ُلِهْمُت َلاَو ىَنِغْلا ُلُمْأَتَو َرْقَفْلا ىَشْخَت ٌحْيِحَ ٌحْيِحَص َتْنَأ َو َقَّيَصَت ْنَأ َلاَق اًرْجَأ ُمَظْعَأ ٍنَ ُفِل َناَك ْيَقَو اَذَك ٍنَ ُفِل َو اَذَك ٍنَ ُفِل َتْلُ ق َموُقْلُحْلا ْتَغَلَ ب
Artinya :Datang seorang laki-laki pada nabi dan bertanya : “sedekah apa yang paling besar pahalanya?” “sedekah sedangkan kamu dalam keadaan baik/sehat, sangat kikir, khawatir terjadi kefakiran dan berangan-angan kekayaan, janganlah engkau menunda sedekah hingga ruh sampai di tenggorokan.”
(HR Bukhori)
Sedekah dianjurkan bagi orang yang sudah berkecukupan dan diberikan pada yang berhak dan membutuhkan, agar mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka adalah saudara sesama muslim yang juga mempunyai hak hidup dan hak menerima sedekah. Prinsip ini mengajarkan membagi lebih adil atas hadir yang telah diberikan pada Allah Swt pada umat manusia. Zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkan. Zakat tidak akan dipungut jika menyebabkan orang yang mengeluarkan tersebut akan menderita dan kekurangan.30
Ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial Islam. Setidaknya ada empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias, empat hal tesebut adalah :
29 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, (Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2005), hlm.436.
30 Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, (Malang : UIN Maliki, 2012), hlm.78.
a. Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga
b. Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi disektor pedesaan c. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi islami d. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah.31
Dalam ajaran Islam, pemenuhan kebutuhan dasar serta pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan bukan hanya tugas individu masyarakat, tetapi juga merupakan kewajiban kolektif seluruh masyarakat. Setiap individu harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya, keluarganya, kerabatnya, tetangganya dan seluruh masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya. Demikian pula negara harus menjamin kebutuhan dasar dan pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan ini, sebab negara dibentuk memang untuk mengemban berbagai tugas kolektif. Negara memiliki perangkat dan sumber daya termasuk keuangan untuk memberikan jaminan ini. Negara bertugas untuk membuat perencanaan sekaligus mengawasi jalannya pembangunan ekonomi. Untuk mengelolah perekonomian, pemerintah dalam sistem ekonomi islam akan menggunakan kebijakan moneter dan fiskal dengan pendekatan multidisiplin.32
Kewajiban merealisasikan falah pada dasarnya merupakan tugas seluruh economic agents termasuk masyarakat. Pasar, pemerintah dan masyarakat harus bergerak bersama untuk mencapai kesejahteraan umat.
Peran masyarakat muncul karena adanya konsep hak milik publik dalam ekonomi Islam, seperti waqf. Kekayaan waqf adalah kekayaan masyarakat secara keseluruhan dan berlaku sepanjang masa karenanya waqf merupakan hak milik masyarakat yang tidak tergantung kepada pemerintah yang berkuasa.33
31 Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis Edisi Pertama, ..., hlm.29- 33.
32 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.85.
33 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam, ..., hlm.85-86.
Aliran sumber daya dan aktivitas ekonomi Islam dapat diterangkan dalam gambar di bawah ini, tambar tersebut menjelaskan bahwa para pelaku ekonomi secara garis besar terdiri atas empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Dalam lingkaran utama, rumah tangga dan perusahaan melakukan transaksi pertukaran output ataupun input membentuk masing-masing pasar output dan input. Pasar dalam hal ini terkait dengan transaksi yang bersifat pertukaran atau adanya pertukaran sumber daya antar pihak atas prinsip saling ridho. Namun demikian, tidak semua transaksi bisa terselesaikan melalui mekanisme pasar sehingga diperlukan pemerintah dan masyarakat untuk mengambil alih peran ini, seperti fasilitas publik, baik yang diperlukan rumah tangga ataupun perusahaan, pengelolaan zakat, infak, waqf (ziswaf). Peran ini dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat secara sukarela.34
Pengawasan dan Regulasi
P Pasar Output
Pasar Input
Gambar 2.2
Ekonomi Islam Tiga Sektor
34 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam, ..., hlm.87.
Pemerintah
Perusahaan Rumah Tangga
Masyarakat (Publik) P
A S A R
5. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Dengan demikian pendapatan per kapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu formula berikut :35
PDB Per Kapita = 𝐏𝐃𝐁
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 atau PNB Per Kapita = 𝐏𝐍𝐁
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 (2.7) Dalam menghitung pendapatan per kapita ada dua macam perhitungan yang dapat dilakukan, yaitu berdasarkan harga yang berlaku dan harga tetap.
Perhitungan pendapatan per kapita menurut harga yang berlaku penting untuk memberi gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk negara itu berbelanja dan membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan.
Dan ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkan perbedaan tingkat kemakmuran di suatu negara dibandingkan dengan negara-negara lain. Data pendapatan per kapita menurut harga tetap perlu dihitung untuk menunjukkan perkembangan tingkat kemakmuran di suatu negara. Nilai produk domestik bruto dari tahun ke tahun biasanya bertambah disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama, pertambahan produksi fisikal yang berlaku dan kedua, kenaikan harga barang barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional. Kenaikan pendapatan nasional menurut harga yang berlaku tidak memberikan gambaran yang sempurna tentang perkembangan kemakmuran yang sebenarnya karena efek kenaikan harga dalam menaikkan pendapatan per kapita belum diperhitungkan.
Pertumbuhan ekonomi dan pertambahan kemakmuran yang diwujudkan, ditentukan oleh perkembangan pendapatan nasional yang sebenarnya, yaitu tidak disebabkan oleh kenaikan harga. Oleh karena itu, untuk
35 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.424-425.
menggambarkan perkembangan kemakmuran suatu masyarakat perlu dihitung pendapatan per kapita pada harga tetap.36
Tingkat pertumbuhan ekonomi menggambarkan tentang kenaikan riil dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Walaupun terjadi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dalam jangka panjang, itu belum tentu melahirkan pembangunan ekonomi dan peningkatan dalam pendapatan masyarakat. Ini disebabkan karena bersamaan dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi akan berlaku pula pertambahan penduduk. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi selalu rendah dan tidak melebihi tingkat pertambahan penduduk, pendapatan rata- rata masyarakat atau pendapatan per kapita akan mengalami penurunan.
Dengan demikian, salah satu syarat penting yang akan mewujudkan pembangunan ekonomi adalah tingkat persentase pertumbuhan ekonomi harus melebihi tingkat pertambahan penduduk. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kecepatan pertambahan pendapatan per kapita :
Cara I : ΔYpk = ΔGDPriil – ΔPenduduk
Cara II : Ypk = Ypk–1 – Ypk-0 x 100% (2.8) Ypk-0
Ket :
ΔYpk = Pertambahan pendapatan per kapita pada tahun 1 Ypk–1 = Pendapatan per kapita pada tahun 1
Ypk-0 = Pendapatan per kapita pada tahun 037
Data pendapatan per kapita bisa digunakan untuk tiga tujuan yaitu menentukan tingkat kesejahteraan yang dicapai suatu negara pada suatu tahun tertentu, menggambarkan tingkat kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia dan di berbagai negara, dan menunjukkan jurang pembangunan diantara berbagai negara.38
36 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.425.
37 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta : Kencana, 2007), hlm.11
38 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, ..., hlm.55.
6. Investasi
a. Pengertian Inverstasi
Investasi lazim di sebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Investasi merupakan komponen kedua penentu tingkat pengeluaran agregat setelah konsumsi. Tabungan dari sektor rumah tangga melalui institusi-institusi keuangan, akan mengalir ke sektor perusahaan. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Dengan demikian, investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanaman modal perusahaan untuk membeli barang- barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Penambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah rusat atau menyusut dan perlu didepresiasikan. Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi atau (pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran berikut:
1) Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin, peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan
2) Pengeluran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.
3) Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang
telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapatkan investasi neto.39
b. Jenis-Jenis Investasi
Pada dasarnya, investasi dapat digolongkan berdasarkan asetnya, pengaruhnya, sumber pembiayaannya, menurut bentuknya. Keempat hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:40
1) Investasi berdasarkan asetnya
Investasi berdasarkan asetnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Real asset
Merupakan investasi yang berwujud, seperti gedung-gedung, kendaraan, dan sebagainya.
b) Financial asset
Merupakan dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.
2) Investasi berdasarkan pengaruhnya
Investasi berdasarkan pengaruhnya merupakan investasi yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Investasi berdasarkan pengaruhnya dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
a) Investasi autonomus (berdiri sendiri)
Merupakan investasi yang tidak dipengaruhi tingkat pendapatan, bersifat spekulatif. Misalnya pembelian surat-surat berharga.
b) Investasi induced (mempengaruhi-menyebabkan)
Merupakan investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang dan jasa serta tingkat pendapatan. Misalnya penghasilan transitori, yaitu penghasilan yang didapat selain dari bekerja, seperti bunga dan sebagainya.
39 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ... hlm.121-122.
40 Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), hlm.37-38.
3) Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, investasi berdasarkan sumber pembiayaannya merupakan investasi yang didasarkan pada asal-usul investasi itu diperoleh. Investasi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Investasi yang bersumber dari modal asing (PMA)
b) Investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN) 4) Investasi berdasarkan bentuknya
Investasi berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan pada cara menanamkan investasinya. Investasi cara ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Investasi portofolio
Merupakan investasi yang dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga, seperti saham dan obligasi.
b) Investasi langsung
Merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total, atau mengakuisi perusahaan.
c. Faktor-Faktor Penentu Investasi
Penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Di samping ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.
Faktor-faktor utama menentukan tingkat investasi adalah:
1) Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh dan tingkat suku bunga41
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan dan besarnya investasi yang dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Sedangkan suku bunga menentukan jenis- jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu persentase keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar lebih besar dari bunga.
Walaupun pengusaha memiliki tabungan yang cukup, dan oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga keuangan untuk membiayai investasi yang ingin dilaksankan, hal itu belumlah merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan investasi.
Pengusaha tersebut memiliki dua pilihan dalam menggunakan tabungannya, yaitu pertama, meminjamkan/membungakan uang tersebut. Kedua, menggunakannya untuk investasi. Di dalam keadaan dimana persentase pengembalian modal yang akan diperoleh lebih kecil dari suku bunga, maka akan lebih baik bagi pengusaha untuk membungakan uangnya dan membatalkan maksudnya untuk melakukan investasi. Kalau ia harus meminjam uang dari suatu lembaga keuangan, pengusaha itu harus bertindak dengan lebih berhati-hati lagi. Investasi yang direncanakan hanya akan dilaksanakan apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga yang harus dibayarnya. Hanya dalam keadaan seperti itu pengusaha tersebut akan memperoleh keuntungan dari usahanya.
41 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ... hlm.122-124.
Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan dimasa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang dinvestasikan. Nilai sekarang pendapatan dimasa depan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
NS = 𝒀𝟏
(𝟏+𝒓) + 𝒀𝟐
(𝟏+𝒓)𝟐 + 𝒀𝟑
(𝟏+𝒓)𝟑 + ... + 𝒀𝒏
(𝟏+𝒓)𝒏 (2.9)
Dalam persamaan diatas :
NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh diantara tahun 1 sehingga tahun n, apabila dimisalkan investasi tersebut didepresiasikan pada tahun n
Y1, Y2 ... Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan antara tahun 1 hingga tahun n
r adalah suku bunga.
Dengan dimisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah M, penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M.
Cara lain untuk menentukan apakah suatu investasi merupakan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian modal dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian modal dinyatakan dalam persen, dan ia menggambarkan tingkat keuntungan rata-rata per tahun dari modal yang diinvestasikan. Untuk menghitung tingkat pengembalian modal digunakan formula di bawah ini:
M = (𝟏+𝑹)𝒀𝟏 +(𝟏+𝑹)𝒀𝟐 𝟐+(𝟏+𝑹)𝒀𝟑 𝟑+ … +(𝟏+𝑹)𝒀𝒏 𝒏 (2.10) Dalam persamaan tersebut:
M adalah nilai modal yang diinvestasikan
Y1, Y2 ... Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh dari tahun 1 hingga tahun n
r adalah tingkat pengembalian modal
Dalam persamaan di atas nilai yang akan dihitung adalah R karena M dan Y1 hingga Yn sesudah diketahui nilainya. Sesuatu
investasi dipandang menguntungkan apabila nilai R lebih besar daripada suku bunga.
2) Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
Kegiatan perusahaan mendirikan industri dan memasang peralatan pabrik yang baru adalah kegiatan yang memakan waktu.
Apabila investasi tersebut sudah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan yang didirikan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa, maka ia akan terus melakukan kegiatannya selama beberapa tahun. Sehingga, investasi dalam bentuk seperti ini biasanya modal baru bisa diperoleh kembali apabila kegiatan memproduksi sudah berjalan selama beberapa tahun. Oleh sebab itu, dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan itu apakah akan menghasilkan untung atau menimbulkan kerugian, para pengusaha haruslah membuat ramalan- ramalan mengenai keadaan masa depan. Ramalan yang harus dipersiapkan seperti mempertimbangkan kondisi situasi politik dan keamanan, mengenai harga-harga akan tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat. Keadaan-keadaan tersebut akan mendorong pertumbuhan investasi. Makin baik keadaan dimasa depan, makin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha. Oleh sebab itu, mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan.42
3) Kemajuan teknologi
Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru dikembangkan di dalam kegiatan produksi atau manajemen dinamakan pengadaan pembaruan atau inovasi. Pada umumnya, makin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan oleh para pengusaha.
Untuk melaksanakan pembaruan-pembaruan, para pengusaha harus
42 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.128.
membeli barang-barang modal yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan pabrik/industri yang baru. Maka makin banyak pembaruan yang akan dilakukan, makin tinggi tingkat investasi yang akan tercapai.43
4) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dalam jangka panjang, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Ciri-ciri perkaitan antara investasi dan pendapatan nasional adalah seperti dalam gambar di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional, maka tinggi pula tingkat investasi. Kenaikan pendapatan nasional dari Y0 menjadi Y1 menyebabkan investasi naik dari I0 menjadi I1. Investasi yang bercorak demikian dinamakan investasi terpengaruh atau induced investment.44
I1
I1
I0
0 Y0 Y1
Pendapatan Nasional Gambar 2.3 Investasi Terpengaruh 5) Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
Dana investasi diperoleh perusahaan dari meminjam atau dari tabungannya sendiri. Tabungan perusahaan terutama diperoleh dari keuntungan, semakin besar untungnya semakin besar pula keuntungan
43 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.129.
44 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.130-131.
yang tetap disimpan perusahaan. Keuntungan yang semakin besar ini memungkinkan perusahaan memperluas usahanya atau mengembangkan usaha baru. Langkah seperti ini akan menambah investasi dalam perekonomian.45
d. Tabungan dan Investasi46
Makna tabungan dan investasi kadang sangat membingungkan.
Sebagian orang menggunakan istilah-istilah tersebut secara bergantian.
Sebaliknya, para pakar ekonomi makro yang menghitung pendapatan nasional menggunakan istilah-istilah tersebut secara hati-hati dan tidak mempersamakannya. Sebagai contoh, Jay memperoleh pemasukan lebih besar dari yang ia keluarkan, dan menyimpan penghasilan yang tidak dibelanjakannya di bank atau mempergunakannya untuk membeli obligasi atau beberapa obligasi atau saham dari suatu perusahaan. Karena penghasilan Jay melampaui konsumsinya, maka ia menambah jumlah tabungan nasional. Jay dapat berpikir bahwa dirinya menginvestasikan uangnya tetapi para pakar ekonomi makro akan menyebut tindakan Jay sebagai menyimpan dan bukan berinvestasi.
Dalam bahasan ekonomi makro, investasi mengacu pada pembelian modal baru, seperti peralatan atau bangunan. Ketika Devi meminjam uang dari bank untuk membangun sebuah rumah baru untuk dirinya, ia menambah jumlah investasi untuk negara. Begitu pula ketika Lion Corporation menjual beberapa saham dan menggunakan hasilnya untuk membangun sebuah pabrik baru, perusahaan ini juga menambah jumlah investasi negara.
Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lainnya. Secara khusus perekonomian tertutup tidak terlibat dalam perdagangan barang dan jasa internasional, tidak juga terlibat dengan peminjaman dan pemberian pinjaman uang internasional. Tentu saja perekonomian yang sesungguhnya adalah perekonomian terbuka, yaitu perekonomian yang berinteraksi dengan
45 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ..., hlm.131.
46 Gregory Mankiw dkk, Pengantar Ekonomi Makro Edisi Asia Volume 2, (Jakarta : Salemba Empat, 2013), hlm.77-79.
perekonomian lainnya di dunia. Karena perekonomian tertutup tidak terlibat dalam perdagangan internasional, ekspor dan impor pun menjadi nihil. Dalam kasus ini kita dapat menulis persamaan:
Y = C + I + G (2.11)
Setiap unit hasil yang terjual dalam perekonomian tertutup akan dikonsumsi, diinvestasikan atau dibeli oleh pemerintah. Untuk melihat apa yang ditunjukkan oleh identitas ini pada kita tentang pasar keuangan, kurangilah C dan G dari kedua sisi persamaan. Kita akan memperoleh:
Y – C – G = I (2.12)
Dari sisi persamaan (Y – C – G) adalah penghasilan total dalam perekonomian ini yang tersisa setelah dibayarkan untuk konsumsi dan pembelian yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah ini disebut dengan tabungan nasional (national saving) atau cukup disebut dengan tabungan (saving), dan ditunjukkan sebagai S. Dengan menggunakan S untuk mengganti Y – C – G kita dapat menulis persamaan terakhir menjadi:
S = I (2.13)
Persamaan ini menyatakan bahwa tabungan sama dengan investasi.
Persamaan S = I mengungkapkan sebuah fakta penting: bagi perekonomian secara keseluruhan yaitu tabungan harus sama dengan investasi. Meskipun perhitungan S = I menunjukkan bahwa tabungan dan investasi adalah sama untuk perekonomian secara keseluruhan. Hal ini tidaklah harus benar untuk setiap rumah tangga atau perusahaan.
Tabungan Jay dapat lebih besar daripada investasinya dan ia dapat menabungkan kelebihannya di bank. Tabungan Devi dapat lebih kecil daripada investasinya dan ia dapat meminjam kekurangannya dari bank.
Bank dan lembaga keuangan lainnya memungkinkan perbedaan antara tabungan dan investasi dengan mengizinkan.
e. Pentingnya Investasi
Tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya berujung pada pembukaan lapangan kerja baru. Dengan begitu, tingkat pengangguran bisa direduksi dan pendapatan masyarakat pun meningkat. Investasi menjadi penting bagi
pertumbuhan ekonomi terkait dengan kontribusi yang diberikannya.
Kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, peningkatan investasi akan menstimulasi pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan permintaan yang efektif. Total permintaan efektif sendiri terdiri dari konsumsi, investasi domestik kotor, dan net ekspor. Dari sisi penawaran, peningkatan investasi akan merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lebih banyak cadangan modal yang kemudian berkembang dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi. Kontribusi tersebut akan bergantung kepada proporsi pendapaatan nasional yang diinvestasikan (tingkat investasi) dan peningkatan rasio output terhadap modal (efisiensi investasi).47
Investasi mendorong pertambahan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi) secara berlipat ganda. Misalkan jika ada investasi 100 triliun rupiah, maka pertumbuhan pendapatan nasional akan lebih besar dari 100 triliun rupiah. Investasi juga akan mendorong terciptanya lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja ini akan mengurangi kemiskinan. Berkurangnya kemiskinan akan berdampak pada masalah lain seperti gizi buruk, buta huruf, dan gangguan sosial lain. Investasi juga dapat dipakai sebagai alat untuk pemerataan, baik pemerataan antar daerah, antar sektor dan antar perorangan. Investasi sebagai alat pemerataan harus didukung oleh intervensi pemerintah, misalnya pemerintah bertujuan memperkecil ketimpangan ekonomi antar dua daerah. Maka, ketimpangan itu bisa diatasi, salah satunya dengan mengarahkan investasi ke daerah yang tertinggal.48
f. Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertama ia sejajar dengan sumbu datar, kedua bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang
47 Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014), hlm.164.
48 Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, ..., hlm.165.
berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi. Investasi otomoni berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional. Analisis makro ekonomi tidaklah mengabaikan pengaruh tingkat pendapatan nasional kepada investasi, tetapi investasi terutama ditentukan oleh suku bunga. Apabila suku bunga tinggi maka jumlah investasi akan berkurang, sebaliknya suku bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak investasi. Akibat dari perubahan suku bunga kepada investasi digambarkan oleh kurva I1 dan I2. Misalnya apabila suku bunga adalah r0 jumlah investasi adalah I0.
Seterusnya misalkan suku bunga turun ke r2, ini akan menyebabkan pertambahan investasi, misalnya menjadi I2. Sebaliknya apabila suku bunga naik menjadi r1 akan terjadi kemerosotan investasi, yaitu menjadi I1.
I2
Akibat suku bunga turun (dari r0 ke r2)
I0 (r0)
Akibat suku bunga turun (dari r0 ke r2)
I1
0 Pendapatan Nasional Gambar 2.4
Fungsi Investasi dan perubahannya g. Fungsi Investasi dalam Perekonomian Islami49
Investasi berarti menunda pemanfaatan harta yang dimiliki pada saat ini untuk kepentingan masa depan. Investasi dijelaskan dalam Al- Qur’an Surat al-Hasyr ayat 18 yaitu :
49 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2012), hlm.296-297.
َنوُلَمْ َ ت اَمِب ٌريبَ َوَّللا َّنِ َوَّللا اوُقَّ تا َو ٍيَغِل ْتَمَّيَق اَّم ٌ ْفَ ن ْرُظْنَ تْل َو َوَّللا اوُقَّ تا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي
Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Hasyr : 18)50
Dalam ayat tersebut menyatakan bahwa tiada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok. Sehingga manusia diperintahkan untuk melakukan investasi sebagai bekal hari esok. Selain ayat tersebut, investasi juga dijelaskan dalam Al-Quran surat Yusuf 12: ayat 46-48.
ٍرْضُ ٍت َ ُبْنُس ِعْبَسَو ٌفاَجِع ٌعْبَس َّنُهُلُكْأَي ٍناَمِس ٍتاَرَقَ ب ِعْبَس يِف اَنِتْفَأ ُقيِّيِّصلا اَهُّ يَأ ُفُسوُي َنوُمَلْ َ ي ْمُهَّلَ َل ِساَّنلا ىَلِ ُعِجْرَأ يِّلَ َل ٍتاَسِباَي َرَ ُأَو (
٤٦ اَمَف اًبَأَد َنيِنِس َعْبَس َنوُعَرْزَ ت َلاَق )
َنوُلُكْأَت اَّمِم ً يِلَق َّلاِ ِوِلُبْنُس يِف ُهوُرَذَف ْمُتْيَصَح (
٤٧ َنْلُكْأَي ٌداَيِ ٌعْبَس َكِلَذ ِيْ َ ب ْنِم يِتْأَي َّمُث )
َنوُنِصْحُت اَّمِم ً يِلَق َّلاِ َّنُهَل ْمُتْمَّيَق اَم (
٤٨ (
Artinya :“Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.” Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.” “Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.” (Q.S Yusuf : 46-48)51
Pada ayat tersebut diterangkan bahwa Nabi Yusuf menerangkan mimpi bahwa akan ada tujuh tahun masa subur dan tujuh tahun berikutnya adalah masa paceklik, sehingga pada masa subur itu
50 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, ..., hlm.437.
51 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, ..., hlm.192.
hendaknya menyimpan hasil panennya untuk disimpan sebagai persiapan menghadapi tahun-tahun paceklik setelahnya.
Selain ayat dari Al-Qur’an, ada juga satu hadits yang menarik untuk kita telaah terkait dengan tema investasi, bisnis, pengelolaan &
pengembangan kekayaan. Hadits tersebut yaitu :
َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها َلوُسَر َّنَأ ِهِّيَج ْنَع ِويِبَأ ْنَع ٍ ْيَ ُ ِنْب وِرْمَع ْنَع " :
َيِلَو ْنَم َلاَأ
ُةاَكَّزلا ُوُلُكْأَت ُوْكُرْ تَ ي َلاَو ِويِف ُوَل ْرِجَّتَيْلَ ف ٌلاَم ُوَل اًميِتَي "
Artinya :
Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah saw bersabda: Ingatlah, Barangsiapa menjadi wali anak yatim yang memiliki harta, hendaklah dia menggunakannya berbisnis (keuntungannya) untuk anak yatim, dan jangan membiarkan harta itu dimakan oleh sedekah (zakat). (HR Baihaqi).
Adapun pesan hadits tersebut mengajarkan agar harta anak yatim itu dikembangkan dan digunakan untuk berbisnis, maka hal itu merupakan sesuatu yang tidak ada perbedaan di dalamnya, tentu saja yang namanya mengelola uang itu memiliki resiko untung atau rugi, tetapi hadits ini jelas mengajarkan agar kita mengembangkan kekayaan harta anak yatim dengan berbisnis. Jika harta anak yatim itu diperintahkan untuk kita kembangkan apalagi harta yang menjadi milik kita sendiri. 52
M.M Metwally mengembangkan suatu fungsi investasi dalam perekonomian islami akan sangat berbeda dari perekonomian yang non islami (konvensional). Modal yang dikembangkan mengasumsikan tingkat suku bunga nol. Ia mengganti variabel suku bunga dengan variabel expected rate of profit (r). Penggantian variabel ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar kredit (credit market) dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas bisnis pengusaha. Sedangkan perusahaan expected rate of profit
52 Sofwan Jauhari, Invetasi dalam Pandangan Al-Quran & Sunnah, http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/kecerdasan-finansial/188-investasi-dalam-pandangan-al- qur-an-sunnah, Diposing pada 25 Februari 2014, Diunduh pada 22 Maret 2016 Pukul 20.09.
ditentukan oleh karakteristik bisnis pengusaha. Asumsi lain yang digunakan adalah :
1) Terdapat denda untuk penimbunan aset-aset yang tidak termanfaatkan (idle as-sets)
2) Dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian 3) Tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman adalah nol
Jadi, para investor atau penabung Muslim dapat memilih diantara tiga alternatif untuk memanfaatkan dananya :
1) Memegang dananya dalam bentuk tunai
2) Memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan pendapatan (contoh : deposito bank, pinjaman, properti, perhiasan) 3) Menginvestasikan dananya (menjadi investor dalam proyek yang
dapat menambah persediaan modal negara)
Dua alternatif pertama tidak disarankan dalam perekonomian islami karena seperti kita lihat, islam mengikutsertakan biaya dalam bentuk zakat pada dana-dana yang tidak termanfaatkan (idle assets).
Zakat diaplikasikan pada semua bentuk aset-aset yang tidak termanfaatkan (uang tunai, perhiasan, pinjaman, deposito bank) yang telah memenuhi nisab dan kebutuhan hidup.
Menurut beberapa pandangan kontemporer, seorang muslim yang menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak pada jumlah yang telah diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada keuntungan yang dihasilkan dari investasinya, karena dalam perekonomian islami semua aset-aset yang tidak termanfaatkan dikenakan pajak, investor muslim akan lebih baik memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan dananya dalam bentuk yang tidak termanfaatkan.
Islam juga melarang bentuk-bentuk spekulasi yang di dalam perekonomian non islami (konvensional) tidak terpisahkan, jenis-jenis spekulasi yang dilarang dalam islam tidak hanya mencakup perlombaan, permainan kartu dan aktivitas perjudian lainnya, tetapi juga bentuk-
bentuk transaksi yang melibatkan hasil yang akan datang (forward transaction).
Faktor lain yang ikut mempengaruhi tingkah laku investasi dalam perekonomian islami adalah ketidakberadaan dari suku bunga. Islam melarang pembayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi, komersial, pertanian, industri, dan lainnya) walaupun pinjaman-pinjaman ini dilakukan untuk teman, perusahaan swasta maupun publik, pemerintah atau entitas lainnya.
Analisis di atas mengindikasikan bahwa dalam perekonomian islami, tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan (opportunity cost) dari meminjamkan dana yang digunakan untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu.
Jelaslah bahwa investasi di dalam perekonomian islami adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan juga tergantung pada bagian relatif dari keuntungan yang dialokasikan antara investor dan mereka yang menyediakan dana- dananya pada bentuk kerja sama atau pinjaman.
7. Belanja Pemerintah
a. Pengertian Belanja Pemerintah atau Pengeluaran Pemerintah
Pembelian pemerintah atau belanja pemerintah adalah komponen ketiga dari permintaan terhadap barang dan jasa setelah konsumsi dan investasi. Pemerintah pusat membeli senjata, peluru kendali, dan jasa pegawai pemerintah. Pemerintah lokal membeli buku-buku untuk perpustakaan, membangun gedung-gedung dan memperkerjakan guru- guru, pemerintah di semua tingkat membuat jalan dan pekerjaan publik
lainnya, seluruh transaksi ini membentuk pembelian barang dan jasa pemerintah.53
Pemerintah membeli barang untuk keperluan masyarakat, pengeluaran untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengeluaran untuk menyediakan polisi dan tentara, pembayaran gaji untuk pegawai pemerintah dan pembelanjaan untuk mengembangkan infrastruktur dilakukan untuk kepentingan masyarakat. Pembelian pemerintah untuk barang dan jasa dapat digolongkan kepada dua golongan utama, yaitu konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah.
Yang termasuk dalam golongan konsumsi pemerintah adalah pembelian barang dan jasa yang akan dikonsumsikan, seperti membayar gaji guru sekolah, membeli alat-alat tulis dan kertas untuk digunakan dan membeli bensin untuk kendaraan pemerintah. Sedangkan investasi pemerintah meliputi pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah, rumah sakit dan irigasi. Memberikan beasiswa, bantuan untuk korban banjir, dan subsidi-subsidi pemerintah tidak digolongkan sebagai pengeluaran pemerintah kepada produk nasional karena itu bukanlah untuk membeli barang dan jasa.54
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari pembelanjaan pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan- kegiatan pemerintah. Membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan adalah beberapa bidang penting yang akan dibiayai pemerintah. Pembelanjaan-
53 N.Gregory Mankiw, Makroekonomi Edisi Keenam, Judul Asli Macroeconomics 6th Edition, Panerjemah : Fitria Liza dan Imam Nurmawan. (Jakarta : Erlangga, 2006), hlm.61.
54 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ... , hlm.38.
pembelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi negara.55
b. Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah56
Pengeluaran pemerintah dapat diklasifikasikan melalui berbagai jenis, yaitu :
Menurut Mangkoesoebroto, pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin digunakan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah, seperti belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya, dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan aset negara. Sedangkan pengeluaran pembangunan digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum dan yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam periode tertentu.
Pengeluaran pemerintah menurut Boediono ada tiga pos utama pada sisi pengeluaran, yaitu pertama, pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa, kedua, pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawainya, dan ketiga, pengeluaran pemerintah untuk pembayaran transfer.
Pengeluaran pemerintah menurut Supramoko dapat dinilai dari berbagai segi, sehingga dapat dibedakan menjadi: pertama, pengeluaran merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa-masa yang akan datang. Kedua, pengeluaran memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi masyarakat. Ketiga, merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang. Keempat, menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas.
55 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, ... , hlm.168.
56 Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, ..., hlm.177-179.