BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lelang
Lelang merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga terpilih penyedia terbaik. (Wulfram I . Ervianto, 2005).
Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk mencari penyedia barang dan jasa, sedangkan bagi kontraktor atau penyedia jasa mengikuti lelang merupakan salah satu cara untuk menjaga agar perusahaan tetap memiliki pekerjaan sehingga adanya arus pemasukan kas, memperoleh laba dan keuntungan, mendapatkan pengalaman dan teknologi baru, menjaga kelangsungan kontak dengan pemilik pekerjaan, subkontraktor, serta mempertahankan ikatan kerja dengan staf dan pekerja yang cakap (Iman Soeharto, 1997).
2.1.1 Pengertian Partisipasi Lelang
Partisipasi diartikan sebagai turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Selanjutnya partisipasi kontraktor didalam lelang diartikan sebagai peran perusahaan/kontraktor mulai dari proses pendaftaran untuk ikut lelang, proses pemasukan penawaran, hingga akhirnya penetapan pemenang lelang (proses awal sampai akhir lelang). Kontraktor sebagai penyedia jasa tentunya memiiki pertimbangan untuk ikut atau tidaknya didalam kegiatan lelang. Pertimbangan tersebut didasarkan pada pengalaman, penilaian dan persepsi masing-masing orang yang
berperan dalam proses lelang terhadap faktor-faktor yang dihadapi seperti misalnya kondisi ekonomi, karakteristik proyek yang dilelangkan, dokumen proyek, kondisi lelang, dan karakteristik kontraktor itu sendiri .
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan faktor-faktor yang mendasari kontraktor untuk mengikuti lelang antara lain oleh: Ahmad dan Minkarah (1988), Shash dan Abdul Hadi (1993), Dozzi et. Al (1996), Dulaimi dan Shan (2002), Lowe dan Parvar (2004), yang kemudian dijadikan dasar untuk penelitian Siane Yuniawaty dan Yessy (2005) Tabel 2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang
No Faktor-faktor
1 Besarnya Nilai Kontrak Proyek
2 Waktu yang diharapkan untuk penyelesaian proyek 3 Cash flow proyek
4 Lokasi proyek terletak pada daerah macet 5 Kemudahan akses jalan menuju lokasi proyek 6 Instansi pemerintah pemilik proyek
7 Tingkat kesulitan konstruksi proyek
8 Tingkat kesulitan kondisi lingkungan proyek 9 Proyek berlangsung saat musim hujan
10 Tingkat keselamatan dan keamanan selama proses pekerjaan
11 Jenis peralatan yang dibutuhkan selama proses pekerjaan berlangsung 12 Jumlah peralatan yang dibutuhkan selama proses pekerjaan berlangsung 13 Kontrak Lumpsum price
14 Kontrak Unit price
15 Kejelasan dokumen proyek
16 Modal yang dimiliki perusahaan untuk pengerjaan suatu proyek
17 Ketidakpastian dalam estimasi karena kurangnya informasi dan pengalaman 18 Tingkat Kepercayaan diri perusahaan dalam melaksanakan proyek
19 Ketersediaan pekerja proyek 20 Pengalaman proyek sejenis
21 Adanya hubungan dengan owner / mengenal owner proyek 22 Profit yang diperoleh dari proyek sejenis
23 Beban proyek yang sedang dilaksanakan selama lelang berlangsung 24 Ketersediaan subkontraktor yang kompeten dibidangnya
25 Sistem lelang non eprocurment 26 Sistem lelang eprocurement
27 Ketersediaan waktu untuk pemasukan penawaran 28 Sulit atau tidaknya syarat administrasi
29 Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian dokumen lelang 30 Jumlah kompetitor yang mengikuti lelang
31 Tingkat kompetisi dari competitor
32 Adanya permintaan jaminan penawaran dari owner 33 Ketersediaan proyek/pekerjaan lain disaat bersamaan
34 Kemungkinan perubahan aturan pemerintah selama proyek berlangsung 35 Resiko terhadap naik dan turunnya harga material
(sumber : Siane Yuniawaty dan Yessy)
Berhubungan dengan lelang elektronik, dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang, ditambahkan dengan 24 faktor kondisi lelang elektronik. Faktor-faktor tersebut diperoleh dari berbagai sumber antara lain : LPSE, dan artikel internet yang membahas mengenai lelang elektronik (Tabel 2.2).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang dalam kondisi lelang elektronik
No Faktor-faktor
1 Sulitnya proses registrasi untuk mendapatkan password dan username 2 Informasi lelang didapat dengan lebih mudah
3 Pengumuman lelang elektronik lebih transparan
4 Proses pendaftaran lelang lebih mudah dibandingkan cara konvensional
5 Tidak ada batasan bagi kontraktor yang memenuhi syarat untuk mengikuti lelang 6 Hanya penyedia jasa yang memenuhi syarat yang bisa mengikuti lelang
7 Antar peserta lelang tidak bisa saling menekan
8 Penghematan biaya yang dikeluarkan untuk proses lelang
9 Kemudahan komunikasi antara penyedia dan pengguna jasa secara online 10 Keamanan data lelang terjamin dengan kunci public pada system eprocurement 11 Proses aanwijzing secara elektronik lebih mudah
12 Dokumen penawaran hanya bisa dibuka oleh panitia yang memiliki otorisasi password
13 Proses pemasukan penawaran lebih mudah
14 Tidak adanya tatap muka antara pengguna dan penyedia jasa menghilangkan peluang KKN
15 Peningkatan kesempatan kerja bagi kontraktor Tabel 2.2 Lanjutan Tabel 2.1
16 Lelang eprocurement menciptakan kompetisi yang adil
17 Proses lelang menjadi lebih baik, karena diawasi masyarakat luas yang mampu mengoperasikan internet
18 Data fiktif tidak bisa dipergunakan dalam lelang eprocurement 19 Perusahaan yang masuk daftar hitam bisa diketahui dengan mudah 20 Tidak ada batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha
21 Kurangnya kemampuan staf dalam teknologi informasi, komputer dan internet 22 Kurangnya peralatan pendukung lelang, seperti modem dan koneksi internet 23 Koneksi internet yang kurang baik menyebabkan dokumen pengadaan seringkali
sulit untuk di download
24 Koneksi internet yang kurang baik menyebabkan dokumen penawaran seringkali sulit untuk di upload
(sumber : LPSE dan artikel internet)
2.1.2 Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah
Menurut Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang proses dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Adapun ruang lingkupnya meliputi:
1. Pengadaan Barang/Jasa dilingkungan K/L/D/I dibiayai oleh dana dari APBN/APBD, baik sebagian atau seluruhnya
2. Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia, Badan hukum milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah dibiayai oleh APBN/APBD, baik sebagian maupun seluruhnya.
3. Dana Untuk sumber pembiayaan juga mencakup pinjaman atau hibah dalam negeri yang diterima oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah.
2.1.2.1 Komponen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Komponen pengadaan barang dan jasa yang diadakan pemerintah dapat digolongkan menjadi :
1. Pengadaan Barang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, dan mahluk hidup
2. Pekerjaan konstruksi merupakan seluruh pekerjaan yang berhubungan dangan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnnya Pelaksanaan konstruksi bangunan meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan
3. Jasa konsultasi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware) seperti misalnya : jasa perencanaan, jasa perancangan, Jasa pengawasan dan juga jasa keahlian profesi lainnya 4. Jasa Lainnya merupakan jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu
yang mengutamakan keterampilan (skill ware) seperti misalnya jasa boga,jasa layanan kebersihan, dan jasa percetakan
2.1.2.2 Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Dilihat dari sistem pengadaannya pengadaan untuk jasa konstruksi dapat dibagi 3 yaitu :
a. Pelelangan umum, dalam pelelangan umum pemerintah memberi kesempatan kepada masyarakat luas yang berminat dan memenuhi persyaratan untuk mengikuti lelang/tender. Agar masyarakat luas mengetahui adanya peluang ini, panitia membuat pengumuman resmi di media masa dan elektronik b. Pelelangan terbatas, bila pelelangan umum sulit dilaksanakan
karena penyedia barang/jasa yang mampu mengerjakan diyakini terbatas dan pekerjaannya kompleks. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi atau resiko tinggi atau yang menggunakan peralatan yang didesain khusus atau bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 c. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang
bernilai sampai dengan Rp.200 juta. Dalam metode pemilihan langsung panitia membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3(tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi, dan telah lolos dalam negosiasi baik teknis maupun biaya.
2. Penunjukan langsung, dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria keadaan tertentu atau konstruksi khusus. Keadaan tertentu dimaksud pekerjaan yang berhubungan dengan pertahanan dan keamanan Negara, dan Bencana alam. Sedangkan konstruksi khusus yang dimaksud adalah pekerjaan kompleks dengan teknologi khusus atau pekerjaan konstruksi bangunan
yang merupakan satu kesatuan sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggung jawab atas resiko kegagalan bangunan.
3. Pengadaan langsung adalah pengadaan dengan nilai tertinggi 100 juta rupiah. Pengadaan merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I,teknologi sederhana, resiko kecil, dan dilaksanakan oleh penyedia orang perseorangan atau badan usaha mikro usaha kecil serta koperasi.
2.1.3 Lelang Eprocurement
Eprocurement atau lelang secara elektronik merupakan proses pengadaan barang/jasa dalam lingkup pemerintah yang menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap proses dan langkahnya. Dasar hukum pelaksanaan e-procurement adalah UU No.11 tahun 2008 tentang ITE, Keppres No.80 tahun 2003, dan Perpres No.54 tahun 2010.
2.1.3.1 Tujuan dan Manfaat E-procurement
Adapun tujuan dan manfaat eprocurement (sumber website pemerintah kota Denpasar) adalah :
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan barang/jasa pemerintah
2. Menjamin persamaan kesempatan, akses dan hak yang sama bagi para pihak pelaku pengadaan barang/jasa
3. Menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi persaingan yang sehat antar penyedia barang/jasa
4. Menciptakan situasi yang kondusif bagi aparatur pemerintah dan menjamin terselenggaranya komunikasi online untuk mengurangi intensitas pertemuan langsung antara penyedia barang/jasa dengan panitia pengadaan dalam mendukung pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
5. Memberi keadilan bagi seluruh peserta lelang baik peserta dari penyedia barang/jasa dengan kualifikasi kecil atau non kecil.
6. Memudahkan bagi peserta lelang untuk mengikuti semua tahapan lelang sesuai regulasi yang ada dengan pemanfaatan teknologi informasi (internet)
7. Mengurangi dan menekan biaya dari keduabelah pihak
2.1.3.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Kegiatan pengadaan secara elektronik dilingkungan pemerintahan ditangani oleh sebuah tim khusus yang disebut dengan Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang disingkat LPSE. Sesuai dengan Perpres No. 54 tahun 2010 fungsi pelayanan LPSE antara lain:
1. Administrator sistem elektronik 2. Unit registrasi dan verifikasi pengguna 3. Unit layanan pengguna
LPSE bertugas untuk membangun system e-procurement, memberikan username dan password, dan memberikan pelatihan kepada semua pihak yang terlibat, serta menjaga sistem e-procuremement berjalan dengan baik. LPSE juga berfungsi sebagai penghubung antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau panitia lelang dengan pihak penyedia jasa.
Hubungan yang dilakukan antara LPSE dan penyedia jasa sebagian besar dilakukan secara online, hubungan secara offline hanya dilakukan pada saat pendaftaran kembali atau untuk memverifikasi kebenaran dokumen yang telah didaftarkan secara online. Berikut merupakan alur proses penyedia jasa dari proses awal pendaftaran untuk mendapatkan user name dan password hingga proses lelang berlangsung ditunjukkan dalam Gambar 2.1
Gambar 2.1 Proses Lelang E-procurement (sumber : LPSE) MULAI mm DAFTAR ONLINE DAN OFFLINE LOGIN DAFTAR LELANG DOWNLOAD DOKUMEN LELANG AANWIJZING UPLOAD DOKUMEN KUALIFIKASI UPLOAD DOKUMEN PENAWARAN EVALUASI PANITIA PENGUMUMAN PEMENANG MASA SANGGAH SELESAI MENDAPATKAN USERNAME DAN PASSWORD UNTUK LOGIN SETELAH ADANYA PENGUMUMAN LELANG PENETAPAN PEMENANG APABILA TIDAK ADA
2.1.4 Definisi Internet
Internet (Inter-Network) merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet menyediakan akses untuk layanan telekomnunikasi dan sumber daya informasi untuk pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Layanan internet meliputi komunikasi langsung (email, chat), diskusi (Usenet News, email, milis), sumber daya informasi yang terdistribusi (World Wide Web, Gopher), remote login dan lalu lintas file (Telnet, FTP), dan aneka layanan lainnya.
Local Area Network biasa disingkat LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil; seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini, kebanyakan LAN berbasis pada teknologi IEEE 802.3 Ethernet menggunakan perangkat switch, yang mempunyai kecepatan transfer data 10, 100, atau 1000 Mbit/s. Selain teknologi Ethernet, saat ini teknologi 802.11b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN. Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa disebut hotspot. Berbeda dengan Jaringan Area Luas atau Wide Area Network (WAN), maka LAN mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Mempunyai pesat data yang lebih tinggi b. Meliputi wilayah geografi yang lebih sempit
c. Tidak membutuhkan jalur telekomunikasi yang disewa dari operator telekomunikasi
2.1.5 Hubungan Kerja Kontraktor dalam Proyek Konstruksi
Kontraktor merupakan orang/badan usaha yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan (Wulfram I,Ervianto). Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak yaitu pihak pemiik proyek (owner), pihak konsultan, dan pihak kontraktor. Hubungan kerja antar pihak penyelenggara pembangunan dapat diskemakan seperti gambar berikut (Wulfram I,Ervianto)
Gambar 2.2 Hubungan Kerja Unsur-unsur Pelaksana Proyek (sumber: wulfram I, Ervianto)
Pemiik proyek Konsultan Kontraktor KONTRAK KONTRAK JASA BIAYA BANGUNAN BIAYA PERSYARATAN TEKNIS REALISASI PERATURAN PELAKSANAAN PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA
Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan dan kontraktor diatur sebagai berikut:
1. Konsultan perencana dengan pemilik proyek, Ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi dimana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya atas jasa konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
2. Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah dituangkan ke dalam gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan jasa professional kontraktor.
3. Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.
Didalam proyek pemerintah hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah, bisa berupa peraturan menteri atau peraturan presiden, yang dituangkan di dalam RKS dan Kontrak kerja proyek.
2.1.5.1 Kualifikasi Kontraktor menurut LPJK
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) merupakan lembaga independen yang menjalankan fungsi sebagai penyelenggara peran masyarakat jasa konstruksi yang memiliki kepentingan dan kegiatan yang berhubungan dengan usaha
dan pekerjaan jasa konstruksi. Dasar hukum dari pembentukan LPJK adalah UU no. 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi. Salah satu wewenang LPJK adalah memberikan akreditasi kepada perusahaan untuk kualifikasi badan usaha.
Sesuai dengan peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) No. 11 tahun 2006. Penggolongan kualifikasi jasa didasarkan pada kreteria tingkat/kedalaman/kompetensi dan kemampuan usaha terdiri dari kecil, menengah dan besar, kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kreteria resiko dan kreteria penggunaan teknologi. Selanjutnya LPJK menggolongkan kualifikasi jasa pelaksana kedalam gred:
1. Kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil terdiri dari: a. Kualifikasi gred 2 dengan karakteristik antara lain:
1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan 2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-300 juta 3) Memiliki kekayaan bersih 50-600 juta
4) Penanggung jawab badan usaha 1 orang
5) Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman minimal 2 tahun
6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung
7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli.
b. Kualifikasi grade 3 dengan karakteristik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan 2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-600 juta 3) Memiliki kekayaan bersih 100-800 juta
4) Penanggung jawab badan usaha 1 orang
5) Penanggun jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman minimal 5 tahun
6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung
7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli.
c. Kualifikasi grade 4 dengan karakteristik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan
2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-1 Milyar 3) Memiliki kekayaan bersih 400 juta-1 Milyar
4) Penanggung jawab usaha 1 orang
5) Penanggun jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman minimal 10 tahun
6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung
7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta
benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli.
2. Kontraktor kualifikasi menengah (grade 5) dengan karakteristik antara lain: a. Dapat mengerjakan 5 (lima) paket pekerjaan
b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar – 10 Milyar c. Mempunyai kekayaan bersih 1 Milyar-10 Milyar
d. Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang
e. Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun f. Memiliki penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1,
bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun g. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan
terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung
h. Kriteria resiko sedang dan teknologi madya, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya dapat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan sedikit peralatan berat serta memerlukan sedikit tenaga ahli.
i. Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha kecil minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir.
3. Kontraktor dengan kualifikasi usaha besar terdiri dari
a. kontraktor kualifikasi gred 6 dengan karakteritsik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan
3) Mempunyai kekayaan bersih 3 Milyar -25 Milyar 4) Mrmiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang
5) Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun 6) Memiliki penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1,
bersertifikat keahlian kerja dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun 7) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan
terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung
8) Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil.
9) Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha menengah minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir.
b. Kontraktor dengan kualifikasi gred 7 termasuk badan usaha asing yang membuka kantor perwakilan dengan karakteristik antara lain:
1) Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan
2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar –tidak terbatas 3) Mempunyai kekayaan bersih 10 Milyar- tidak terbatas
4) Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang
5) Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dengan pengalaman kerja minimal 8 tahun
6) Memiliki penanggung jawab bidang 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 8 tahun
7) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung
8) Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil.
9) Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha besar minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir.
Berikut merupakan tabel statistik badan usaha menurut golongan di Provinsi Bali tahun 2008 ditunjukkan dalam Tabel 2.3
Tabel 2.3
Statistik Badan Usaha Tahun 2008 daftar menurut Golongan Provinsi Bali
No Kabupaten/Kota K M B Jumlah 1 Kab. Jembrana 138 14 0 152 2 Kab. Tabanan 188 14 0 202 3 Kab. Badung 274 31 0 305 4 Kab.Gianyar 265 14 0 279 5 Kab. Klungung 210 2 1 213 6 Kab. Bangli 260 5 0 265 7 Kab. Karangasem 277 14 0 291 8 Kab. Buleleng 246 15 0 261 9 Kota Denpasar 469 62 5 536 Jumlah 2.327 171 6 2.504 (sumber : LPJK)
2.2 Sampling
Sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk keperluan penelitian. Terdapat berbagai macam teknik sampling yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: probability sampling dan non probability sampling. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan sampling antara lain:
2.2.1 Populasi
Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (pangestu subagyo, 2005). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (sugiyono,2010).
2.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah populasi) (pangestu subagyo, 2005). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang ada pada populasi itu. (sugiyono,2010).
2.2.3 Teknik sampling
Menurut (sugiyono, 2010). Ada beberapa teknik sampling yang umum digunakan ditampilkan dalam bentuk gambar.
Gambar 2.3 Teknik Sampling (sumber: sugiyono)
Teknik Sampling
Probability sampling Non Probability sampling
1. Simple random sampling 2. Proportionate stratified random sampling 3. Disproportionate stratified random sampling 4. Area (cluster) sampling / sampling menurut daerah 5. 1. Sampling sistematis 2. Sampling kuota 3. Sampling incindental 4. Purposive sampling 5. Sampling jenuh 6. Snowball sampling
2.3 Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (sugiyono, 2006). Ada beberapa macam skala pengukuran antara lain:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
2. Skala Guttman
Skala Gutman digunakan apabila peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Dalam skala Gutman hanya ada dua interval yaitu, setuju atau tidak setuju, bisa juga dinyatakan dengan skala nilai 0 dan 1
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan tekniknya pengumpulan data dapat dibagi tiga antara lain: 1. Wawancara (interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur. Kuesioner cocok digunakan bila responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat diberikan langsung kepada responden atau dikirim melalui pos atau internet.
2.5 Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pengolahan data yang diperoleh dari hasil survey lapangan didalam suatu penelitian. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. (Sugiyono, 2010) Didalam penelitian ini metode analisis data dilakukan antara lain:
2.5.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya (Sugiyono, 2010). Pada statistik desktriptif data hasil penelitian disajikan dalam tabel, grafik, dan diagram.
2.5.2 Analisis Korelasi Product Moment
Korelasi produk moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis hubungan dua variabel (Sugiyono 2006). Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel tersebut atau nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus
) Y X ( XY rxy 2 2 (2.1) Dimana :rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y X = deviasi rata-rata variabel X = (Xi- X) Y = deviasi rata-rata variabel Y = (Yi-Y)
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut, dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r
Bila sekaligus untuk menghitung persamaan regresi digunakan rumus
] y) ( y ][n ) x ( x [n y) x)( ( xy n rxy 2 2 2 2 (2.2) Dimanarxy = koefisien korelasi x = variabel bebas y = variabel terikat n = jumlah sampel
Korelasi Product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1) apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif sempurna,
apabila nilai r = 0 berarti tidak ada korelasi dan bila r =1 berarti korelasinya sangat kuat. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien atau ketentuan dari nilai r yang telah dihitung dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2.4
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
NO INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT
HUBUNGAN 1 0,00-0,199 Sangat rendah 2 0,20-0,399 Rendah 3 0,40-0,599 Cukup kuat 4 0,60-0,799 Kuat 5 0,80-1,00 Sangat kuat (Sumber: Sugiyono,2006)
Berikut rumus uji signifikansi korelasi product momen
2 r 1 2 n r t (2.3) Dimana : t = nilai t hitung
r = nilai koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah sampel
Distribusi hasil perhitungan (t) atau harga t hitung untuk kesalahan (α) = 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (dk) = n -2 memiliki kaedah keputusan yaitu jika t hitung > t tabel berarti valid dan apabila sebaliknya t hitung < t tabel berarti tidak valid.
1. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
rb 1 2.rb ri (2.4) Dimana : ri = reliabilitas internal
rb = nilai korelasi product moment
Kaidah keputusan jika ri hitung > t tabel berarti reliabel , jika ri hitung < t tabel berarti data tidak reliabel
2.5.3 Analisis Regresi
Analisis regresi secara umum digunakan, untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen, sehingga akan dapat diputuskan apakah perubahan variabel dependen dipengaruhi oleh perubahan variabel independen. Jenis regresi linier ada dua yaitu:
1. Analisis regresi linier sederhana
Regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis suatu variabel dependen dengan satu variabel independen. Secara umum bentuk persamaannya adalah:
Y’ = a + bx (2.5) Dimana
Y’ = subjek dalam variabel yang diprediksikan a = harga Y’ bila x = 0 (harga konstan)
b = angka arah koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada variabel independern
x = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
2. Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi linier berganda yaitu didasarkan pada hubungan fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Persamaan umum dari analisis regresi linier berganda adalah
Y’ = a +b1 X1+b2 X2 + b3 X3 +b4 X4+………..+bn Xn (2.6)
Dimana
Y’ = subjek dalam variabel yang diprediksikan a = harga Y’ bila x = 0 (harga konstan)
b1,b2,b3,b4..bn = Koefisien regresi
X1,X2,X3,X4 = Variabel bebas
2.5.4 Analisis Faktor
Analisis faktor adalah suatu analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan untuk menjelaskan suatu masalah. Proses analisis faktor digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen untuk kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisis konsep faktor utama, atau biasa disebut exploratory factor analysis (Johnson, 2002
dalam Yasa Mahendra I.G..B.K, 2007). Adapun tahapan dalam analisis faktor sebagai berikut:
1. Memilih variabel yang Layak untuk Analisis Faktor
Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya pengujian dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian.
Jika sebuah variabel mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk kelompok faktor, maka variabel tesebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain (Santoso, 2004). Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan , nilai KMO dan nilai MSA
a. Nilai KMO (Keiser-Meyer-Olkin)
Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO. Nilai tersebut harus lebih besar dai 0,5 dengan signifikan < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Nilai KMO lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa faktor tersebut tidak layak digunakan.
b. Nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency)
Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak (Wibisono,2000). Nilai MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria :
1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain
2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut 3) MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
lanjut, atau dikeluarkan dari kelompok variabel 2. Susun Ekstraksi Variabel
Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian dari variabel-variabel yang dianalisis. Nilai eigen (eigen value) kurang dari 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor (santoso, 2004). 3. Rotasi Kelompok Faktor
Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada matriks komponen (Component Matrix) yang dihasilkan.
4. Menamakan Kelompok Faktor
Langkah selanjutnya setelah terbentuk kelompok faktor dilanjutkan dengan memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus dalam
penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu faktor hendaknya mencerminkan variabel-variabel yang tergabung / terbentuk didalamnya.