• Tidak ada hasil yang ditemukan

Luas perairan Waduk Cirata yang digunakan untuk kepentingan budidaya KJA telah mencapai 19,82% dari 62.000.000 m2 luas total perairan. Padahal idealnya, kegiatan budidaya KJA tidak melebihi 2% dari luas total waduk. Oleh sebab itu, padatnyanya KJA di kawasan ini mengakibatkan sedimentasi yang akan makin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini pada akan menurunkan daya dukung perairan bagi kegiatan budidaya ikan KJA.

Dengan menggunakan data laporan pemantauan kualitas perairan Waduk Cirata yang dilakukan oleh BPWC setiap 4 bulan sekali, akan dihitung daya dukung perairan Waduk Cirata bagi kegiatan budidaya ikan KJA untuk kurun waktu tahun 2011.Software untuk menghitung daya dukung telah dikembangkan oleh ACIAR dan Universitas Hasanudin Makasar dalam bentuk siap pakai. Input data dilakukan secara interaktif dengan memasukkan semua unsur yang diperlukan oleh software yang dinamakan CAD_S TOOL (Lampiran 7). Hasil analisis daya dukung perairan diperlihatkan pada Tabel 35.

Tabel 35. Penghitungan Daya Dukung Perairan Waduk Cirata

No. Uraian Satuan Nilai

1. Luas (A) Ha 6.200

2. Volume (V) Juta m3 2.165

3. Kedalaman air rata-rata (Ž) m 34,92

4. Debit air keluar m3/sec 100

5. Jumlah debit keluar Juta m3/tahun 3.110,40

7. Laju aliran (p) Tahun 1,437

8. Waktu Tinggal (Tw) Tahun 0,696

9. Daya dukung (carrying capacity) Ton 43.678,96

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2011.

Daya dukung lingkungan perairan Waduk Cirata untuk budidaya KJA adalah sebanyak 43.678,96 ton per tahun atau 14.558,67 ton per musim tanam. Dengan demikian untuk kegiatan budidaya KJA tanpa biaya lingkungan, jumlah KJA yang optimal adalah 15.586 petak yang arealnya 1,23% dari luas waduk. Kegiatan usaha budidaya KJA yang menyertakan biaya lingkungan, jumlah KJA nya mencapai 22.587 petak yang menempati 1,78 % bagian waduk. Besarnya jumlah petak KJA dan luasannya di perairan Waduk Cirata untuk model fungsi biaya dengan eksternalitas, dibandingkan dengan model tanpa eksternalitas, bukan berarti bahwa model fungsi biaya dengan eksternalitas lebih buruk bagi kualitas perairan. Bahkan sebaliknya, lebih baik dibandingkan dengan model fungsi biaya

tanpa eksternalitas. Hal ini dapat dilihat pada sisi jumlah pakan yang akan masuk ke perairan menjadi lebih sedikit, ada biaya lingkungan/eksternalitas yang harus ditanggung petani untuk memulihkan lingkungan. Sedangkan untuk fungsi biaya produksi tanpa eksternalitas akan meningkatkan jumlah pakan, jumlah benih, jumlah tenaga kerja untuk mengejar target produksi.

6.8. Instrumen Ekonomi

Instrumen ekonomi pada dasarnya adalah instrumen yang dirancang untuk mempengaruhi proses produksi dan konsumsi melalui mekanisme harga atau dengan cara mengubah ketertarikan ekonomi terhadap tindakan-tindakan tertentu. Instrumen ekonomi berfungsi untuk mengukuhkan, memperbaiki dan memperjelas hak pemilikan, menjamin pengguna sumberdaya membayar sesuai yang dikonsumsi dan dapat menjadi subsidi bagi alternatif teknologi yang ramah lingkungan serta dapat membangkitkan penerimaan keuangan daerah.

Pengelolaan lingkungan di Waduk Cirata sangat diperlukan untuk keberlanjutan waduk dan usaha perikanan. Pengelola Waduk Cirata dilakukan oleh BPWC. Hal yang menyebabkan jumlah KJA yang ada telah melebihi daya dukungnya dikarenakan rendahnya pengawasan.

Selama ini instrumen pengendalian lingkungan terdiri dari command and control, moral suasion dan insentif berbasis finansial maupun pasar atau sering disebut sebagai instrumen ekonomi. Pengendalian lingkungan yang dilakukan melalui command and control (CaC) dinilai sering kurang efektif manakala

enforcementmasih kurang. Instrumen berbasisCaCjuga cenderung akan terjebak pada complex legislatif web (jaringan perundang-undangan yang kompleks) serta mahalnya biaya penegakan hukum. Di sisi lain pendekatan pengendalian melalui

moral suasion seperti pendidikan, tindakan sukarela untuk mengadopsi teknologi yang terbaik yang ramah lingkungan juga sering tidak efektif karena memerlukan tingkat kepatuhan yang tinggi dari para pengguna.

Instrumen ekonomi di sisi lain, bekerja melaluireward and punisment serta melalui mekanisme pasar sehingga mendorong produsen dan konsumen untuk menyesuaikan perilaku mereka terhadap dampak lingkungan melalui mekanisme insentif dan disinsentif.

Instrumen ekonomi akan berhasil apabila petani mendatangkan insentif bagi mereka. CaC kurang berhasil karena luasnya area waduk yang meliputi 3 kabupaten dan terbatasnya aparat dan kewenangan yang ada pada provinsi (karena lintas kabupaten).

Berdasar hasil perhitungan minimisasi biaya dengan menginternalisasi biaya lingkungan diperoleh input optimal untuk produksi. Dengan internalisasi ini diharapkan kualitas lingkungan akan terjaga dan produksi akan lebih optimum.

Instrumen ekonomi bagi upaya pemulihan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan perairan Waduk Cirata dapat ditetapkan sebagai berikut:

1. Command and Control (CaC). Instrumen yang paling sering dilakukan oleh para pembuat kebijakan publik. Instrumen akan efektif apabila para pihak, yakni BPWC, PemProv dan Pemkab dari 3 kabupaten di sekitar Waduk Cirata merancang bentuk CaC,, yang didalamnya memuat berbagai aturan atau tatacara bagi upaya terciptanya:

a. Tertib usaha kegiatan budidaya ikan KJA baik dari sisi administrasi, teknis dan lingkungan.

b. Sosialisasi yang berkelanjutan tentang perlunya menjaga keberlangsungan usaha budidaya ikan KJA, agar muncul kebijakan kontraproduktif yang menutup peluang budidaya KJA diteruskan.

Untuk itu, parsialisasi tugas CaC kepada masing-masing pihak harusnya bersifat saling melengkapi dalam bentuk penugasan yang bersifat linier dan berkesinambungan, siklik, dalam arti harus mereview hasil tugas pihak lain atau bentuk lainnya. Insentif dan disinsentif merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam CaC, sehingga terancang secara matang, dan bukan hanya hak para petugas yang berprestasi, namun juga hak para petani ikan, kelompok petani ikan, kelompok pengawas ikan, pedagang ataupun penduduk sekitar. 2. Kuota Produksi. Carrying capacity perairan Waduk Cirata berdasarkan hasil

penelitian ini hanya 43.679 ton per tahun untuk dapat berproduksi secara optimal dan dibagi atas 22.587 petak. Sementara jumlah petak yang aktif mencapai 43.350 petak. Untuk itu kuota produksi ikan perlu diciptakan dalam rangka keberlangsungan produksi ikan sampai 20-30 tahun mendatang. Kuota produksi diciptakan sebagai kebijakan Pemprov, Pemkab 3 kabupaten, dan ditawarkan kepada petani ikan. Jumlah petak KJA dari jumlah akumulasi petani yang mendaftar tidak boleh melebihi 22.587 petak. Kuota yang dimiliki petani dapat diperjualbelikan dengan mekanisme administrasi yang disepakati bersama.

3. Pajak Lingkungan. Pajak lingkungan, yang dalam hal ini adalah biaya lingkungan dimaksudkan sebagai biaya yang harus dibayar petani sesuai dengan jumlah dan jenis pakan ikan yang diberikan petani. Petani yang menggunakan pakan ikan yang menurut pihak Dinas Perikanan kurang ramah

terhadap perairan akan dikenakan pajak tinggi, sementara yang ramah pajaknya lebih rendah. Informasi tentang jenis dan jumlah pakan yang dipakai disinergikan dengan ‘gudang’ dan/atau ‘bandar’ dan/atau kelompok pengawas lalu lintas pakan dan benih. Selain itu, pajak lingkungan dikenakan atas jumlah produksi ikan yang dihasilkan petani, dimana untuk setiap ton ikan akan dihasilkan sedimen sebesar 6,35 kg. Besaran pajak lingkungan bagi sedimentasi yang tercipta disebabkan budidaya KJA dapat disepakati bersama, dan pajak ini digunakan untuk memperbaiki lingkungan.

Sistem perikanan merupakan sebuah kesatuan dari 3 komponen utama yaitu (1) sistem alam (natural system) yang mencakup ekosistem, ikan dan lingkungan biofisik; (2) sistem manusia (human system) yang terdiri dari unsur nelayan atau petani ikan, pelaku pasar dan konsumen, rumah tangga perikanan dan komunitas pesisir serta lingkungan sosial, ekonomi dan budaya yang terkait dengan sistem ini; (3) sistem pengelolaan perikanan (fishery management system) yang mencakup unsur-unsur kebijakan dan perencanaan perikanan, pembangunan perikanan, rejim pengelolaan perikanan, dan riset perikanan. Dalam konteks ini maka dapat dikatakan bahwa sistem perikanan adalah sistem yang kompleks. Dengan menggunakan perspektif informal, sistem dikatakan kompleks apabila struktur dan fungsi dari sistem tersebut tidak diketahui dengan baik sebagaimana terjadi untuk sistem perikanan. Selain itu, definisi kompleks adalah apabila sistem tersebut memiliki sejumlah unsur yang terkait satu sama lain secara dinamik maupun statis. Semakin banyak jumlah unsur dalam struktur sebuah sistem maka semakin kompleks sistem tersebut (Charles 2001dalamAdrianto 2005).

Dalam konteks pengelolaan perairan Waduk Cirata, sistem alam yang merupakan perairan buatan yang dibangun pemerintah telah menempatkan perairan Waduk Cirata sebagai ekosistem perikanan dengan lingkungan biofisik yang sangat mendukung. Sedangkan sistem manusia, adalah penduduk sekitar yang berperan sebagai pelaku perikanan baik itu sebagai petani, penyedia sarana produksi perikanan, pedagang ikan serta komunitas petani ikan. Adapun lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang ada di sekitar kawasan ini adalah gabungan dari lingkungan petani sawah dan petani ikan. Sebagai akibat, mereka

selain berperan sebagai petani ikan, pemilik KJA juga berperan sebagai petani yang bertanam padi dan jenis hortikultur lain. Sistem pengelolaan perikanan budidaya KJA di perairan Waduk Cirata pada awalnya belum memiliki bentuk disebabkan tidak ada kejelasan wewenang yang dimiliki oleh Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap perairan Waduk Cirata.

BPWC adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), sebuah anak perusahaan PT PLN, yang bertugas mengelola perairan Waduk Cirata, sehingga jaminan suplai listrik jaringan Jawa-Bali tersedia secara berkesinambungan. Pengelolaan perikanan budidaya KJA dilandaskan pada berbagai kebijakan yang dibuat secara koordinatif dengan pemerintahan propinsi maupun pemerintahan kabupaten. Analisis di bawah ini memperlihatkan keberadaan kebijakan pengelolaan perairan Waduk Cirata untuk budidaya KJA.

7.1. Analisis Isi Kebijakan Pengelolaan Perikanan Budidaya KJA di Waduk

Dokumen terkait