KESIMPULAN DAN SARAN
DBD PUSKESMAS CIMANGGIS TAHUN 2012
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah umum kesehatan masyarakat di Indonesia, sejak tahun 1986 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktik swasta, dan lain-lain).
World Health Organization (WHO) mengestimasi 50 juta orang terinfeksi penyakit demam berdarah setiap tahunnya. DBD mempunyai kecenderungan kasusnya yang mudah meningkat dan meluas. Selain itu penyebaran DBD sulit dikendalikan dan belum ada obatnya. Distribusi geografi secara potensial telah menyebabkan perluasan tempat perkembangan vektor. Hal tersebut dipengaruhi oleh ledakan pertumbuhan penduduk yang cepat dan pengaruh iklim. Saat ini diperkirakan terdapat 100 negara yang berstatus endemi DBD dan 40% populasi dunia berisiko karena tinggal di wilayah tropis (2,5 milyar orang).
Di Indonesis penyakit ini selalu meningkat pada setiap awal musim hujan dan menimbulkan kejadian luar biasa di beberapa wilayah. Penyakit tersebut juga menimbulkan wabah lima tahunan di Indonesia, dimana wabah lima tahunan terakhir terjadi tahun 2003/2004. Pada tahun 2007 di Indonesia dilaporkan 137.469 kasus demam berdarah. Case Fatality Rate (CFR) penyakit ini di Negara berkembang berkisar antara 1-2,5%. Dengan demikian setiap 100 kasus demam berdarah akan didapatkan 1-3 orang meninggal dunia karena penyakit tersebut.
65 Di Kota Depok pada tahun 2005, jumlah kasus DBD yang dilaporkan dari rumah sakit (RS) di Depok mencapai 1487 kasus. Untuk tahun 2007 jumlah kasus demam berdarah menunjukan peningkatan yang tajam sebesar 47,6% dari 1838 kasus sepanjang tahun 2006, menjadi 2956 kasus. Dengan kecenderungan perkembangan kasus di Depok pada tahun 2005-2008, dapat dilihat bahwa kasus DBD terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan status endemisitas DBD, dari 63 kelurahan di Kota Depok, setiap tahun jumlah kelurahan yang berstatus endemis semakin bertambah. Pada tahun 2004 teridentifikasi 41 kelurahan endemis, lalu meningkat menjadi 49 kelurahan di tahun 2005. Meskipun tahun 2006 jumlah kelurahan endemis turun menjadi 42 wilayah, namun tahun 2007 jumlah kelurahan yang berstatus endemis meningkat menjadi 56 kelurahan. Bahkan tahun 2008 sudah tidak ada wilayah yang bebas dari kejadian DBD.
Untuk mengatasi masalah DBD di Indonesia, sejak tahun 2004 Departemen Kedehatan telah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mrlaksanakan program nasional penanggulangan demam berdarah. Program tersebut meliputi surveilans eidemiologi/sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB, penyuluhan, pemberantasan jentik berkala, larvasidasi dan survey vektor. Selain itu juga dilakukan kerjasama lintas program melalui Pokjanal DBD dan bulan bakti gerakan 3M, pengobatan/tata laksana kasus termasuk pelatihan dokter serta pengadaan sarana untuk buffer stock KLB DBD.
Studi kualitatif yang dilakukan Tri Krianto di Depok (2007) memberikan hasil bahwa a) pengetahuan masyarakat tentang penyebab DBD dan mekanisme penularan virus dengue masih rendah, b) belum semua anggota masyarakat menganggap bahwa DBD adalah penyakit yang serius, c) PSN 3M bukan tindakan utama masyarakat dalam mencegah DBD, d) upaya pendidikan pencegahan dan penanggulangan DBD belum optimal, e) kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya masih rendah.
66 Berdasarkan hal tersebut, kami akan melaksanakan kegiatan penyegaran dan pemberian motivasi kepada petugas Puskesmas dan kader yang ikut seta dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit DBD dalam rangka penanggulangan dan pencegahan Penyakit Demam Berdarah agar dapat dapat meningkatkan angka rumah bebas jentik sehingga dapat menurunkan angka kesakitan akibat DBD.
B. Tujuan
a. Menyiapkan kader berkualitas untuk mengikuti pelaksanaan program pemberantasan dan pencegahan penyakit demam berdarah.
b. Penyegaran kembali mengenai program pemberantasan dan pencegahan penyakit demam berdarah secara berkesinambungan termasuk pemeriksaan jentik berkala.
C. Sasaran
Seluruh kader yang ditugaskan dalam pelaksanaan program pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD.
D. Pelaksana
Dokter umum atau kader kesehatan yang telah menjalani pelatihan khusus DBD dan memiliki pengalaman dalam program pelaksanaan pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD.
E. Tempat
Aula pertemuan di Puskesmas Kecamatan Cimanggis. F. Waktu
Pelatihan dilaksanakan selama satu hari dan dilakukan penyegaran kembali waktu 1 tahun berikutnya.
G. Bentuk Kegiatan
a. Melakukan pembinaan dengan cara pemberian materi, simulasi, dan diskusi. b. Pelatihan dilakukan secara berkala tiap 1 tahun. Setiap kali pelatihan
67 c. Diberikan hadiah bagi kader yang berhasil mencapai target lingkungan angka
bebas jentik
H. Sarana dan prasarana
a. Alat-alat pemeriksaan jentik, formulir pencatatan dan bubuk abate b. Laptop
c. Proyektor d. Leaflet
I. Pelaksana dan organisasi
Pelaksanaan program ini melibatkan:
Pembimbing : Dokter umum di balai pengobatan Kordinator program : Ibu Eti Mulyaningsih
Pelaksana kegiatan :
1. Dokter puskesmas sebagai pemberi materi
2. Kordinator program menilai kinerja kader dan tes yang diberikan kepada kader
3. Kordinator program menentukan peraih penghargaan kader yang mencapai target
J. Materi
Penyampaian materi dilakukan dalam bentuk presentasi singkat mengenai DBD. Daftar materi dapat dilihat dibawah ini.
a. Pengertian tentang DBD b. Penyebab DBD
c. Faktor risiko dan vektor penularan d. Tanda dan Gejala DBD
e. Pelaksanaan PSN (3M) f. Penanganan dini DBD
g. Rujukan ke pusat pelayanan kesehatan
Penyampaian materi dapat menggunakan media komunikasi seperti poster dan leaflet yang dibagikan kepada para peserta. Dapat pula menggunakan alat bantu yang lebih menarik dengan proyektor. Ditambah alat
68 peraga seperti bubuk abate, alat-alat pemeriksaan jentik, dan formulir pencatatan.
Setelah selesai pemberian materi, dipersiapkan waktu untuk berdiskusi dengan pemberi materi. Diharapkan para kader turut berperan aktif dalam diskusi sehingga diketahui tingkat pemahaman kader. Selain diskusi juga dilakukan simulasi mengenai cara memeriksa jentik, pencatatan, dan pelaporan serta simulasi PSN. Data yang telah didapat kemudian dilaporkan ke puskesmas untuk evaluasi program selanjutnya.
K. Anggaran dana
Jasa tenaga pengajar 1 x Rp 100.000 = Rp 100.000 Jasa ketua program 1x Rp 50.000 = Rp 50.000 Foto kopi materi 20 x Rp 5.000 = Rp 100.000
Kosumsi 20 x Rp 15.000 = Rp 300.000
Alat tulis = Rp 20.000
Notebook & proyektor = Milik puskesmas
Biaya tak terduga = Rp 100.000 +