HASIL EVALUASI
5.1. Penetapan Masalah
Masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara pencapaian keluaran dengan tolok ukurnya. Tabel berikut menunjukkan masalah yang di temukan dalam keluaran dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Cimanggis, tahun 2011.
Tabel 5.1 Masalah Keluaran Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Cimanggis, tahun 2011
Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
Keluaran Angka kesakitan Jml penderita DBD x100.000 Jumlah penduduk 50 per 100.0000 penduduk 26 x 100000 = 56,90 46354 (+) Angka kematian Jml penderita DBD yg meninggalx 100% Jml seluruh penderita DBD <1% 0 x100% = 0% 26 (-)
Angka penemuan kasus DBD
Jml kasus yang ditemukan x100%
Jml seluruh kasus yang ada
80% 26 x 100% = 100% 26
(-)
Angka kemampuan kader mendeteksi dini
Jml kader yang terlatih x 100%
Jml seluruh kader yang ada
70%
145 x 100% =100% 145
(-)
Angka Penderita DBD tertangani Jml kasus tertangani sesuai standar x100% Jml seluruh kasus yang diobati
80% 26 x100% = 100% 26
(-)
Angka Bebas Jentik
Jml rumah bebas jentik x100%
Jml rumah diperiksa
95% 7.105 x 100% = 92,60% 7.673
(+)
Angka House Index
Jml rumah ditemukan jentik x100%
Jml rumah diperiksa
30% 498 x 100% = 6,49% 7.673
(-)
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode Januari – Desember 2011
Masalah yang ditemukan pada pelaksanaan program P2P DBD di Puskesmas Kecamatan Cimanggis pada tahun 2011 adalah :
Angka kesakitan lebih tinggi dari standar 50 per 100.000 penduduk yaitu 56,90. Angka rumah bebas jentik lebih rendah dari standar 95% yaitu 92,60%.
45 5.2. Penetapan Prioritas Masalah
Dalam menetapkan prioritas masalah, kita mempergunakan teknik kriteria matriks. Pemberian nilai dari masing-masing masalah diberikan mulai dari angka 1 yang dianggap tidak penting sampai dengan angka 5 bila dianggap penting. Dibawah ini, akan disajikan tabel penetapan prioritas masalah dengan variabel I,
1. Pentingnya masalah yang terdiri atas (Importancy) terdiri dari : a. P (prevalence/beratnya masalah).
b. S (severity/dampak yang ditimbulkan oleh masalah tersebut). c. RI (rate of increase/kenaikan besarnya masalah).
d. DU (degree of unmeet need/ derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi)
e. SB (sosial benefit/keuntungan sosial jika masalah teratasi). f. PCN (public concern/rasa prihatin masyarakat terhadap masalah). g. PC (political climate/suasana politik).
2. Variabel kelayakan teknologi (Technical Feasibility/T)
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (Technical Feasibility) makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan teknologi yang dimaksud disini adalah menunjukkan pada penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai. Pengadaan sarana juga termasuk dalam hal ini.
3. Variabel sumber daya yang tersedia (resources availability/R)
Makin tersedianya sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (resources availability) makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya yang dimaksud adalah yang ditujukan pada tenaga (man), dana (money), dan sarana (material).
46 Tabel 5.2. Matriks Penetapan Prioritas Masalah
Masalah P S RI DU SB PB PC T R Nilai
Angka kesakitan lebih tinggi dari standar 50 per 100.000 penduduk yaitu 56,90.
4 3 3 5 3 4 5 5 5 675
Angka rumah bebas jentik lebih rendah dari standar 95% yaitu 92,60%. 3 5 4 3 5 3 5 5 5 700 Keterangan : P = Prevalence S = Severity PB = Public concern RI = Rate of increase DU = Degree of unmeet need
SB = Social benefit PC =Political climate T = Technical feasiability R = Resources availability
Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah yang dipilih. Adapun urutan prioritas masalah yang berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Angka Rumah Bebas Jentik lebih rendah dari standar 95% yaitu 92,60%. 2. Angka kesakitan masih lebih tinggi dari standar 50 per 100.000 penduduk
yaitu 56,90.
Pada P (Prevalence) beratnya masalah diberikan nilai 4 pada angka kesakitan, sedangkan angka rumah bebas jentik diberikan nilai 3. Poin diberikan berdasarkan kesenjangan tolok ukur dengan data yang didapatkan. Nilai kesenjangan pada angka kesakitan adalah 6,7 sedangkan angka kesenjangan pada angka rumah bebas jentik 3,4%. Dari hasil tersebut diberikan poin lebih besar pada angka kesakitan dibandingkan angka rumah bebas jentik.
Pada S (Severity) atau dampak yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, angka kesakitan lebih tinggi dari standar 50 per 100.000 penduduk, diberi nilai 3. Sedangkan pada angka rumah bebas jentik diberikan nilai 5 karena dampak yang diberikan akan lebih besar jika angka bebas jentik semakin meningkat yaitu dapat mengurangi perkembangbiakan nyamuk dan memutus rantai penularan penyakit yang
47 diperantarai oleh nyamuk termasuk Demam Berdarah sehingga angka kesakitan dapat menurun jumlahnya.
Nilai RI (Rate of Increase) atau kenaikan besarnya masalah diberikan nilai 3 pada angka kesakitan dan anilai 4 pada angka rumah bebas jentik. Hal ini dikarenakan pentingnya masalah angka rumah bebas jentik, dengan meningkatnya rumah bebas jentik maka perkembangbiakan nyamuk bisa lebih menurun dan rantai penularan penyakit Demam Berdarah bisa terputus sehingga jumlah angka kesakitan dapat menurun.
DU atau Degree of Unmeet Need atau derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi, diberikan nilai 5 pada angka kesakitan lebih tinggi dari standar 50 per 100.000, sedangkan nilai angka rumah bebas jentik lebih rendah dari standar 95% yang diberi nilai 3. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih ingin angka kesakitan yang cepat terselesaikan dibandingkan dengan angka rumah bebas jentik.
Pada SB (Social Benefit) yaitu keuntungan sosial jika maslah teratasi, pada angka kesakitan diberkan nilai 3, sedangkan pada angka angka rumah bebas jentik diberikan nilai 5. Pada angka rumah bebas jentik diberi nilai lebih besar karena diharapkan dengan meningkatnya angka rumah bebas jentik maka penularan penyakit Demam Berdarah semakin menurun dan angka kesakitan juga akan menurun sehingga tidak akan terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah DBD kembali sehingga tidak membuat pengeluaran bertambah untuk pengobatan penyakit.
Pada PB (Public Concern) atau rasa prihatin masyarakat, nilai diberikan lebih besar pada angka kesakitan yaitu 4, sedangkan angka rumah bebas jentik diberikan nilai 3. Hal ini karena tingginya harapan masyarakat jika angka kesakitan diturunkan terlebih dahulu, kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan penyakit dengan bebas jentik di rumah.
PC (Political Climate) atau suasana politik yang terbangun saat ini memungkinkan bahwa diberikan nilai yang sama pada angka kesakitan maupun angka rumah bebas jentik. Pemerintah sering kali mengiklankan mengenai penggunaan bubuk abate untuk membunuh jentik dan pentingnya pelaksanaan 3M. Pemerintah juga terbukti peduli dengan angka kesakitan penduduk yang tinggi, yaitu
48 dengan adanya pengobatan DBD gratis, di Jakarta sendiri terdapat kartu sehat untuk pengobatan gratis di rumah sakit pemerintah.
Pada T (Technical Feasibility) atau kelayakan teknologi yang tersedia saat ini diberikan nilai yang sama yaitu 5. Pada angka kesakitan dan angka rumah bebas jentik telah tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk pelayanan pengobatan kesakitan penyakit DBD dan untuk pelayanan bebasnya jentik nyamuk di rumah warga.
Variabel sumber daya yang tersedia atau Resources Availibility (R) diberikan nilai yang sama untuk keduanya. Angka kesakitan dan Angka rumah bebas jentik, karena tersedianya tenaga dan dana kesehatan di puskesmas dan adanya kader yang tersedia untuk mengatasi masalah tersebut.
49 5.3. Kerangka Konsep PROSES LINGKUNGAN UMPAN BALIK Fisik Tenaga Dana
Biaya pelaksanaan program
Nonmedis Sarana Metode Perencanaan pelaksanaan Pembagian tugas yang jelas
Masukan hasil laporan MASUKAN Medis Medis dan Nonmedis Pengorganisasian Pencatatan, pelaporan Medis dan Nonmedis Nonfisk PJB PE Penyuluhan Fogging Pertemuan PSN Penilaian Perencanaan tertulis
Bagan 3. Kerangka Konsep
Keluaran:
Angka rumah bebas jentik lebih rendah dari standar
95% yaitu 92,60%
Keterangan :
Penyebab Masalah Variabel
50 5.4 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah
Tabel 5.3. Perbandingan Tolok Ukur Unsur Masukan dan Pencapaian
No. Variabel Tolak Ukur Pencapaian Mas alah
1. Masukan
a. Tenaga Dokter : 1 orang Perawat : 1 orang Kader : 1 orang Analis : 1 orang Dokter : 6 orang Perawat : 9 orang Kader : 145 orang Analis : 1 orang (-) b. Sarana a) Medis 1. Tempat pelayanan pengobatan
2. Tersedia sarana medis (stetoskop, senter, timbangan, termometer) Tersedia Tersedia (-) (-) b) Non medis 2. Bubuk Abate
3. Formulir pemeriksaan jentik berkala
4. Formulir penyelidikan epidemiologi
5. Tersedianya bahan penyuluhan (Leaflet, buku, dll)
6. Daftar Kepala keluarga per RT dan RW
7. Tersedianya alat semprot minimal 4 buah
8. Tersedianya insektisida sesuai kebutuhan
9. Tersedianya alat komunikasi minimal 1 buah faksimili dan telepon/PKC
Tersedia Tersedia Tersedia
Tersedia, namun dalam jumlah terbatas (hanya ada 1 poster) Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia (-) (-) (-) (+) (-) (-) (-) (-) c. Metode
Medis 1. Pendataan, anamnesa, pemeriksaan fisik
2. Ditekankan pada upaya penemuan kasus DBD
Terlaksana Terlaksana
(-) (-) Non Medis Pelaksanaan strategi penyuluhan
dan penjaringan suspek secara pasif
Terlaksana (-)
d. Dana Adanya dana yang diperlukan untuk mendukung program yang berasal dari :
a. APBN menyediakan seluruh Buffer Stock
b. APBD Menyediakan anggaran
Dana operasional telah terpenuhi.
51
dan pelatihan, supervisi dan monitoring, jaminan mutu laboratorium, kegiatan pemecahan masalah serta pengembangan SDM, Menyediakan anggaran untuk pengawasan dan monitoring, buffer obat, sarana diagnosa, bahan cetakan,kegiatan pemecahan masalah di kotamadya c. Swadana puskesmas Menyediakan anggaran operasional, reagen, pemeliharaan, pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan DBD d. Swadaya masyarakat 2. Proses Perencanaan
Terdapat rencana kerja yang tertulis dan jadwal sesuai dengan program kerja puskesmas.
Terdapat perencanaan program yang jelas (-) Pengorganisas ian 1. Terkait dalam penanggulangan demam berdarah.
2. Adanya tugas dan wewenang dari unsur-unsur yang Adanya struktur organisasi dan
staffing pelaksana program.
3. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
a. Dokter umum sebagai pemeriksa di puskesmas b. Perawat sebagai perawat
dan wasor program Demam Berdarah di puskesmas
c. Kader sebagai panutan dan penggerak masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan DBD d. Analis sebagai pemeriksa
laboratorium Demam Berdarah
Dokter umum sebagai pemeriksa di puskesmas
a. Perawat sebagai perawat dan wasor program Demam Berdarah di puskesmas b. Kader sebagai panutan dan
penggerak masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan DBD
c. Analis sebagai pemeriksa laboratorium Demam Berdarah
(-)
Pelaksanaan 1. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dilaksanakan dengan
1. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tidak dilaksanakan di
(+)
Kepala Puskesmas
KesMas
52
memeriksa seluruh rumah pada tiap-tiap RW.
2. Penyelidikan Epidemiologi segera dilaksanakan setelah menerima laporan kasus dalam waktu maksimal 3 x 24 jam. 3. Fogging fokus dilakukan 2
siklus dengan radius 200 m selang waktu 1 minggu. 4. Fogging masal dilakukan 2
siklus di seluruh wilayah suspek KLB dengan selang waktu
5. Penyuluhan dapat diberikan oleh dokter, paramedis atau kader terlatih mengenai penyakit demam berdarah dengue.
6. Para pemimpin pemerintah, tokoh masyarakat baik formal maupun informal mengkomunikasikan dan memotivasi masyarakat umum untuk melaksanakan penanggulangan demam berdarah dengue dalam pertemuan yang dilaksanakan secara rutin.
7. Gerakan PSN di seluruh RW. 8. Pertemuan lintas sektoral
tingkat kelurahan minimal per 3 bulan.
seluruh rumah pada tiap-tiap RW.
2. Penyelidikan Epidemiologi segera dilaksanakan setelah menerima laporan kasus dalam waktu maksimal 1x 24 jam.
3. Fogging fokus dilakukan setelah menerima laporan kasus.
4. Fogging masal dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah suspek KLB dengan selang waktu 1 bulan.
5. Penyuluhan dapat diberikan oleh dokter, paramedis atau kader terlatih mengenai penyakit demam berdarah dengue.
6. Para pemimpin pemerintah, tokoh masyarakat baik formal maupun informal mengkomunikasikan dan memotivasi masyarakat umum untuk melaksanakan penanggulangan demam berdarah dengue dalam pertemuan yang dilaksanakan secara rutin.
7. Gerakan PSN tidak dilakukan di seluruh RW.
8. Pertemuan lintas sektoral tingkat kelurahan dilakukan per 3 bulan. (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-)
Penilaian a. Penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara periodik (bulanan, triwulan, semester, tahunan)
b. Pengisian laporan tertulis yang lengkap
c. Penyimpanan laporan tertulis yang benar
a. Laporan tertulis dilakukan secara periodik bulanan, dan tahunan, namun tidak dilakukan laporan triwulan dan semesteran
b. laporan diisi sesuai format pelaporan yang ada
c. Laporan disimpan oleh koordinator program (+) (-) (-) 3. Lingkungan Lingkungan fisik
Lokasi pemeriksaan mudah terjangkau
Lokasi pelayanan mudah terjangkau
53
Fasilitas kesehatan tersedia Fasilitas kesehatan tersedia (-) Lingkungan
non fisik
Pendidikan minimal SMA Penduduk yang tidak mencapai pendidikan SMA sebanyak 53,16%.
(+)
4. Umpan Balik Pencatatan, penilaian dan
pelaporan tahun sebelumnya dan setiap bulannya dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya perbaikan program berikutnya.
Tersedianya catatan, penilaian dan pelaporan tahun sebelumnya dan setiap bulannya dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya perbaikan program berikutnya.
(-)
5. Dampak 1. Turunnya angka kesakitan
2. Turunnya angka kematian demam berdarah dengue. 3. Turunnya angka kejadian
(jumlah kasus) demam berdarah
1. Angka kesakitan masih tinggi yaitu 57 per 100.000 penduduk.
2. Turunnya angka kematian demam berdarah dengue. 3. Turunnya angka kejadian
(jumlah kasus) demam berdarah disbanding tahun sebelumnya.
(+)
(-) (-)
Sumber : Wawancara Kepala Kesehatan Lingkungan dan Laporan Tahunan Puskesmas DTP Cimanggis Tahun 2011
Dari identifikasi faktor penyebab masalah diatas, maka penyebab masalah untuk masalah yang diprioritaskan yaitu :
1. Kurang tersedianya bahan penyuluhan (Leaflet, buku, dll).
2. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tidak dilaksanakan di seluruh rumah pada tiap-tiap RW.
3. Gerakan PSN tidak dilakukan di seluruh RW.
4. Laporan tertulis dilakukan secara periodik bulanan, dan tahunan, namun tidak dilakukan laporan triwulan dan semesteran
54 Tabel 5.4. Penetapan Prioritas Penyebab Masalah
Masalah C T R Nilai 1. Kurang tersedianya bahan penyuluhan (Leaflet, buku, dll). 3 3 3 27 2. Tidak semua melakukan gerakan PSN di seluruh RW. 5 4 4 80 3. Laporan tertulis dilakukan secara periodik bulanan, dan tahunan, namun tidak dilakukan laporan triwulan dan semesteran.
2 3 3 30
4. Penduduk yang tidak mencapai pendidikan SMA 53,16% 4 4 3 48 5. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tidak dilaksanakan di seluruh rumah pada tiap-tiap RW
5 4 5 100
Jadi, berdasarkan sistem skoring diatas, maka urutan prioritas penyebab masalah adalah :
1. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tidak dilaksanakan di seluruh rumah pada tiap-tiap RW
2. Tidak semua melakukan gerakan PSN di seluruh RW. 3. Penduduk yang tidak mencapai pendidikan SMA 53,16%.
4. Laporan tertulis dilakukan secara periodik bulanan, dan tahunan, namun tidak dilakukan laporan triwulan dan semesteran.
5. Kurang tersedianya bahan penyuluhan (Leaflet, buku, dll).
Pada poin Contribution/C diberikan skor 5 pada poin 2, dan 5 dikarenakan hal tersebut merupakan salah satu penyebab yang cukup besar dalam meningkatkan angka perkembangbiakan nyamuk dan menyebabkan menurunnya angka bebas jentik. Hal ini dirasa sangat berpengaruh besar sehingga kurang berjalannya kedua hal ini dapat mempengaruhi peningkatan jumlah jentik di rumah yang dapat meningkatkan