• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Defenini Operasional

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk keharusan seseorang (pemimpin/pejabat/pelaksanaan) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Transparansi adalah keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan.

Pengelolaan dana desa yaitu dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan keuangan desa karena didalamnya telah mencakup berbagai prosedur pegelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan sampai dengan pertanggungjawaban. Anggaran pendapatan belanja desa adalah suatu informasi tentang rincian segala aktivitas dan kegiatan desa serta rencana-rencana program yang dibiayai dengan uang desa.

Dana desa adalah dana yang bersumber dari Aggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendanpatan dan Belanja (APB) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Akuntansi Sektor Publik

a. Definisi Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi, pengendalian manajemen dan akuntabilitas.

Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.

Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.

(Mardiasmo,2009:14)

Akuntansi Sektor Publik didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntasi yang diterapkan pada pengelolaan dan masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik serta swasta. (Bastian,2010:3)

b. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Di Indonesia, ruang lingkup organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintahan daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi dan organisasi-organisasi public nirlaba lainnya. Jadi, proses pelaporan dan pertanggungjawaban ke masyarakat segera diatur dalam kerangka standar akuntansi sektor publik.Di Indonesia, Akuntansi Sektor Publik mencakup beberapa bidang utama yakni:

1) Akuntansi Pemerintah Pusat 2) Akuntansi Pemerintah Daerah 3) Akuntansi Partai Politik.

4) Akuntansi LSM 5) Akuntansi Yayasan

6) Akuntansi Pendidikan: Sekolah, Perguruan Tinggi 7) Akuntansi Kesehatan: Pukesmas, Rumah Sakit

8) Akuntansi Tempat Peribadatan: Masjid, Gereja, Wihara, Pura.

(Bastian,2010:7)

c. Standar Akuntansi Sektor Publik

Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang telah ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:

1) Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.

2) Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajarannya.

3) Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efesien ekonomi serta tujuan sosial lainnya.

4) Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.

(Mardiasmo,2009:148-149)

d. Teknik-teknik Akuntansi Sektor Publik 1) Akuntansi Anggaran

Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah anggaran dengan jumlah realisasi.

Akuntansi anggaran membandingkan anggaran pendapatan dan anggaran belanja dengan realisasinya selama suatu periode tertentu, dan perbedaan sebagai selisih anggaran.

2) Akuntansi Komitmen

Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi (pembelian) pada saat kontrak ditanda tangani atau order (pembelian) ditempatkan. Pendapatan dan/atau diakui pada saat faktur dikeluarkan/diterima.

3) Akuntansi Dana

Ada dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik:

a) Dana yang dapat dibelanjakan, digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak untuk mencari laba.

b) Dana yang tidak dapat dibelanjakan, untuk mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba.

4) Akuntansi Kas

Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat pada saat kas dikeluarkan.

5) Akuntansi Akrual

Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan

kewajiban untuk membayarkan kas di periode mendatang.

(Renyowijoyo,2008,P.27-29)

e. Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik 1) Perencanaan Publik

Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan yang tepat dimasa depan melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Tujuan perencanaan publik adalah perencanaan pencapaian kesejahteraan publik secara bertahap dan sistematik.Aspek yang terkandung dalam perencanaan adalah perumusan tujuan dan cara mencapai tujuan kesejahteraan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

2) Penganggaran Publik

Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

Anggaran memberikan rencana yang mendetail atas penerimaan dan pengeluaran organisasi agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada public(Bastian,2010:8).

3) Realisasi anggaran Publik

Realisasi anggaran publik merupakan pelaksanaan anggaran publik yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam program serta kegiatan yang nyata. Selain itu realisasi anggaran publik juga menunjuk pada arahan atau pengendalian sistematis dari proses-proses yang mengubah input menjadi barang dan jasa.Realisasi anggaran terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu pencairan anggaran (pengeluaran), realisasi pendapatan dan

pelaksanaan program. Sedangkan siklusnya dimulai dengan persiapan, proses pelaksanaan, dan penyelesaian.

4) Pengadaan Barang dan Jasa publik

Pengadaan barang dan jasa publik adalah proses, cara, dan tindakan dalam menyediakan barang serta jasa kepada masyarakat atau publik. Barang dan jasa yang disediakan merupakan bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

5) Pelaporan Keuangan sektor publik

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan.

6) Audit sektor publik

Pemeriksaan atau auditing merupakan suatu investigasi independen terhadap beberapa aktifitas khusus. Mekanisme pemeriksaan adalah sebuah mekanisme yang dapat menggerakkan makna akuntabilitas didalam pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN, instansi pengelola asset Negara lainnya, atau organisasi publik nonpemerintah seperti partai politik, LSM, yayasan, dan organisasi ditempat peribadatan.

7) Pertanggungjawaban publik

Pertanggungjawaban atau akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas tindakan dan keputusan dari para pemimpin atau pengelola organisasi sektor publik kepada pihak yang memiliki kepentingan serta masyarakat yang memberikan amanah kepadanya, berdasarkan sistem pemerintahan yang berlaku(Bastian,2010: 7-9).

2. Akuntabilitas

a. Pengertian Akuntabilitas

Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntunan masyarakat yang harus dipenuhi.Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah akuntabilitas.Akuntabilitas atau pertanggungjawaban (accountability) merupakan suatu bentuk keharusan seseorang (pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan yang tertulis yang informatif dan transparan (Sujarweni 2015:28).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang standar akuntansi pemerintah, akuntantabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung-jawaban tersebut (Mardiasmo, 2009:20).

b. Jenis-jenis Akuntabilitas

Secara garis besar akuntabilitas publik terdiri atas dua macam yaitu akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal (Mardiasmo, 2009:21):

1) Akuntabilitas Vertikal

Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah. Pertanggungjawaban pemerintah

daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

2) Akuntabilitas Horizontal

Akuntabilitas Horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada masyarakat secara luas dan kepada DPR/DPRD.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik, yaitu (Mahmudi, 2015:9-11) :

1) Akuntabilitas hukum dan akuntabilitas kejujuran

Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaati ketentuan hukum yang berlaku. Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar dan telah mendapat otorisasi.

Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi, dan kolusi.Akuntabilitas hukum menuntut penegak hukum (law enforcement), sedangkan akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat tidak terjadi malpraktik dan maladministrasi.

2) Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif.Akuntabilitas manajerial dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability).

Inefesiensi organisasi sektor publik adalah menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada klien atau custumer-nya.

3) Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

4) Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggung-jawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggung- jawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas kebijakan tersebut.

5) Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang publik (publik money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial menekankan pada ukuran anggaran dan finansial. Akuntabilitas finansial sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian utama masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Akuntabilitas yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat

dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Aspek – aspek akuntabilitas

1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)

Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.

Pemberi kewengan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan suber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)

Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku apparat pemerintah yang bertanggungjawab, adil dan inovatif.

Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.

3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting).

Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.

Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil proses yang dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).

4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi

5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)

Tujuan utama dari akuntabilitas adalah memperbaiki kinerja aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (Proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. (Kusumasari, 2015: 8-9).

d. Tolak Ukur Akuntabilitas

Menurut Sulistoni dalam (Widilestariningtyas, 2012 : 70).

pemerintahan yang accountable memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat,

2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, 3) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam

proses pembangunan dan pemerintahan,

4) Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional, dan

5) Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.

Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.

Indikator dari kriteria akuntabilitas tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat

a) Pemerintah desa menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDes kepada Bupati/ Wali Kota berupa:

(1) Laporan semester pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan

(2) Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir tahun bulan Januari tahun berikutnya.

c) Pemerintah desa menyampaikan laporan reaalisasi anggaran kepada bupati/wali kota paling lambat 1 (satu) bulan setelah masa anggaran berakhir

2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.

Pemerintahan yang baik harus memenuhi kualitas pelayanan agar pelayanan tersebut memuaskan bagi publik, terdiri dari:

a) Ketepatan waktu pelayanan yaitu target pelayanan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

b) Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan yaitu sikap dan perilaku petugas dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai.

c) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada masyarakat.

d) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

e) Merespon terhadap keluhan masyarakat.

3) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sujarweni, 2016: 37) diantaranya:

a) Masyarakat terlibat dalam Rapat Dengar Pendapat atau Rapat Paripurna Pembahasan dan Penetapan anggaran desa

b) Masyarakat memberikan masukan mengenai proses pembangunan desa kepada BPD dan pemerintah desa melalui rapat.

c) Masyarakat ikut serta menjadi panitia pelaksanaan pembangunan nagari

4) Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional. Maksudnya pemerintah nagari menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDes kepada masyarakat desa dan BPD melalui rapat. Pemerintahan nagari dapat mempertanggungjawabkan setiap kebijakan-kebijakan anggaran yang diambil dan menjelaskan kepada masyarakat mengenai dampak kebijakan anggaran tersebut dimasa yang akan datang.

5) Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.

Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.

Memberikan sarana berupa kotak saran, penyebaran angket dan sarana lainnya untuk menilai kinerja pemerintah nagari.

3. Transparansi

a. Definisi Transparansi

Transparansi memiliki arti keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan. Transparansi juga berarti adanya penjelasan manajemen organisasi sektor publik tentang aktivitas, program, dan kebijakan yang sudah, sedang dan akan dilakukan beserta sumber daya yang digunakan (Mahmudi, 2015:17-18).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan

jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Transparansi pengelolaan keuangan publik merupakan prinsip Good Governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik.

Dengan dilakukannya transparansi tersebut publik akan memperoleh informasi yang aktual dan faktual, sehingga mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk. (Mahmudi, 2011:18):

1) Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan (realisasi v.s anggaran).

2) Menilai ada tidaknya unsur korupsi dan manipulasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran.

3) Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait.

4) Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa karena masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya.Transparansi merupakan asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Tolak Ukur Transparansi

Sedangkan menurut Menurut Sopanah dan Mardiasmo dalam (Widilestariningtyas,2012:68). Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut:

1) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran, 2) Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses,

3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu, 4) Terakomodasinya suara/usulan rakyat,

5) Terdapat sistem pemberian informasi kepada pubik.

Indikator dari kriteria transparan berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran.

Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pemerintah nagari menyediakan informasi mengenai kebijakan anggaran di papan pengumuman. Informasi tersebut dapat berupa laporan realisasi anggaran (LRA) desa.

2) Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses melalui media cetak, radio, dan media lainnya berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.

3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu.Laporan disampaikan paling lambat satu bulan setelah akhir tahun anggaran berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.

4) Terakomodasinya suara/usulan rakyat.Menurut Sujarweni 2016, diterimanya suara/usulan rakyat dalam penyusunan anggaran pemerintah nagari melalui rapat dengar pendapat atau rapat paripurna yang diadakan oleh pemerintah nagari.

5) Terdapat sistem pemberian informasi kepada pubik.Pemerintah nagari menyediakan website agar masyarakat mudah mengakses laporan realisasi APBDes.

4. Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan dana desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dana desa dikelola berdasarkan asas-asas pengelolaan Dana Desa. Asas adalah nilai-nilai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dimaksud melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap tindakan Pengelolaan Keuangan Desa.

Asas dan Prinsip tidak berguna bila tidak terwujud dalam tindakan.

a. Perencanaan

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten dan kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan kosistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan (Suwarjeni, 2015 : 18).

Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Sekretaris desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa. Kemudian Sekretaris Desa menyampaikan kepada Kepala Desa.

2) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk pembahasan lebih lanjut.

3) Rancangan tersebut kemudian disepakati bersama, dan kesepakatan tersebut paling lama bulan oktober tahun berjalan.

4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama, kemudian disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat atau sebutan lain paling lambat tiga hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

Bupati/Walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Camat atau Sebutan Lain.

5) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. Jika dalam waktu 20 hari kerja Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi maka peraturan desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

6) Jika kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

7) Apabila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.

9) Pembatalan Peraturan Desa, sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal pembatalan, Kepala Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.

10) Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7 hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut Peraturan Desa dimaksud.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan

kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Jika yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang

kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Jika yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang

Dokumen terkait