-
MENELISIK PRAKTIK AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA DESA
DI NAGARI PULASAN TAHUN 2018-2019
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ekonomi Syari’ah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
AULIA RAMADANI PUTRI SYAFNI 1630402017
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
2020
i ABSTRAK
AULIA RAMADANI PUTRI SYAFNI, NIM. 1630402017, dengan Judul Skripsi “Menelisik Praktik Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa di Nagari Pulasan Tahun 2018-2019”. Jurusan Ekonomi Syariah/Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar tahun 2020 dengan jumlah halaman sebanyak 75 halaman.
Pokok masalah dalam Penelitian ini adalah tidak adanya sarana penilaian kinerja pemerintah Nagari Pulasan dan belum tersedianya informasi laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Nagari yang mudah diakses oleh masyarakat nagari, baik melalui media cetak maupun internet. Berdasarkan Peraturan Menteri No 113 Tahun 2014 pada Pasal 40 bahwa Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan anggaran diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa di Nagari Pulasan Tahun 2018-2019.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, dokumentasi serta observasi. Analisis data penelitian ini dengan berpedoman pada Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dengan keadaan dilapangan yang sesungguhnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Pulasan belum sepenuhnya menerapkan ketentuan dalam Permendagri Nomor 113 tahun 2014, hal ini disebabkan karena pemerintah Nagari belum menyediakan sarana penilaian kinerja pemerintah. Dari sisi transparansi, dalam hal pertanggungjawaban kepada Bupati, menerima suara/usulan rakyat untuk pembangunandi Nagari sudah melaksanakan prinsip transparansi akan tetapi pemerintahan Nagari Pulasan belum memberikan Laporan Pertanggungjawaban maupun informasi terkait kegiatan–kegiatan Nagari kepada masyarakat melalui media yang mudah diakses oleh masyarakat.
Kata kunci : Akuntabilitas, Transparansi, Pengelolaan Dana Nagari
ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 7
C.Perumusan Masalah ... 7
D.Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Defenini Operasional ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A.Landasan Teori ... 9
1. Akuntansi Sektor Publik ... 9
2. Akuntabilitas ... 14
3. Transparansi ... 20
4. Pengelolaan Dana Desa ... 23
5. Desa ... 26
6. Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) ... 29
B. Penelitian Relevan ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A.Jenis Penelitian ... 37
B. Situs dan Waktu Penelitian ... 37
C.Instrumen Penelitian ... 37
D.Sumber Data ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
iii
F. Teknik Analisis Data ... 39
G.Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 43
A.Gambaran Umum Nagari Pulasan ... 43
1. Kondisi Geografis ... 43
2. Gambaran Umum Nagari ... 44
3. Kondisi Ekonomi ... 45
4. Visi dan Misi Nagari ... 45
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan ... 46
1. Akuntabilitas pengelolaan Dana Desa ... 46
2. Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja (APB) Nagari ... 58
3. Proses Pengelolaan Dana Desa. ... 63
BAB V PENUTUP ... 77
A.Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 80 DAFTAR KEPUSTAKAAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Standar Atau Tolak Ukur Pengelolaan Keuangan Desa Dapat
Dikatakan Akuntabel Dan Transparan ... 41 Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Nagari Pulasan Tahun 2019... 44 Tabel 4. 2 UMR Kabupaten dan Pendapatan Perkapita ... 45 Tabel 4. 3 Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Desa Pemerintaha Nagari
Pulasan Tahun Anggaran 2019 ... 47
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Penelitian... 33 Gambar 4. 1 Peraturan Nagari Pulasan Perubahan Atas Peraturan Nagari Pulasan
Tahun 2018 ... 49 Gambar 4. 2 Daftar Gagasan/Usulan Masyarakat ... 53 Gambar 4. 3 Rekapitulasi Daftar Gagasan Jorong Nagari Pulasan Kecamatan
Tanjung Gadang ... 54 Gambar 4. 4 Daftar kegiatan pembangunan fisik Pemerintah Nagari Pulasan
Tahun 2019 ... 55 Gambar 4. 5 Daftar kegiatan pembangunan fisik Pemerintah Nagari Pulasan
Tahun 2018 ... 56 Gambar 4. 6 Infogarfik Anggaran Pendapatan Belanja Nagari Pulasan Tahun
Anggaran 2019 ... 59 Gambar 4. 7 Daftar Usulan Masyarakat Nagari Pulasan Tahun 2018 ... 62 Gambar 4. 8 Program Pembangunan Nagari... 63 Gambar 4. 9 Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Saluran Irigasi Tobek
Lindang Potai Tahun 2019 ... 70 Gambar 4. 10 Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa Pemerintahan Nagari Pulasan Tahun Anggaran 2019 ... 74
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara yang memilki jumah penduduk terbesar di Dunia salah satunya yaitu negara Indonesia. Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan Negara Indonesia yang memulai kemerdekaan pada tahun 1945 ini mengalami permasalahan mengenai luas daerah dan jumlah penduduk yang tinggi, sehingga diberlakukan suatu peraturan yang disebut otonomi daerah pada tahun 2001. Otonomi daerah akan berdampak pada pemberian kewenangan dan tanggung jawab kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan kepentingan dari masyarakat di daerah tersebut. Pelaksanaan otonomi daerah tidak berjalan efektif tanpa didukung ada faktor financial keuangan. Untuk itu pemerintah pusat memberikan dana perimbangan untuk daerah sebagai tanggungjawab pemerintah pusat untuk tidak langsung lepas tangan terhadap urusan pemerintah daerah.
Didalam UU Nomor 32 Tahun 2004 juga membicarakan tentang pemerintahan, maka daerah diberikan otonom yang seluas-luasnya untuk mengurus semua penyelenggaraan pemerintah diluar kewenangan pemerintah pusat untuk membuat kebijakan daerah yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, serta otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Nyata artinya, melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan kewenangan dan karakteristik dari suatu wilayah, sedangkan bertanggung jawab merupakan otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus sejalan dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi yang memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan.
Akuntabilitas merupakan salah satu konsep yang harus dimiliki oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada stakeholder.
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja tindakan
seseorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggung jawaban (Fajri, 2015: 1100).
Selain adanya akuntabilitas dalam siklus anggaran, transparansi anggaran juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan. Traspasransi merupakan salah sastu prinsip dari good governance. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga–
lembaga dan informasi perlu diakses oleh pihak –pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau (Coryanata, 2012).
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyararakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat desa biasanya saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya serta memiliki sikap sosial dan solidaritas yang tinggi.Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraaan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah kepala desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah.
Kepala desa atau desa adat atau yang disebut dengan nama lainmempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai kepanjangan tangan negara yang dekat dengan masayarakat dan sebagai pemimpin masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN Pasal 1 ayat 2: Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Belanja Negara yang di peruntukan bagi desa yang ditransfer melalui Anggran Pendapatan dan Belanja Desa Kabupaten/Kota dan digunakan untuk pembiayaan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan Dana Desa tersebut di
transfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APBDesa. Dana Desa digulirkan sejak tahun 2015. Pembangunan desa pada era kepemimpinan Joko Widodo menjadi salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam nawa cita yang ketiga yaitu “ Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan memperkuat daerah – daerah dan desa dalam kerangka NKRI”. Sebagimana tertuang dalam Perpres No. 2 tahun 2015 RPJMN 2015-2019.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan tahap I pada bulan April sebesar 40%, tahap II pada bulan Agustus sebesar 40%, tahap III pada bulan November sebesar 20%. Sebagai dana yang bersumber dari APBN maka Dana Desa menuntut adanya pertanggungjawaban dalam penggunaannya. Dengan adanya pertanggungjawaban, maka kepala desa dituntut untuk dapat menerapkan asas akuntabilitas dan transparan dalam pengelolaan dan menyampaikan laporan penggunaan dana desa.
Pengelolaan Dana Desa dilakukan secara tertib taat pada ketentuaan peraturan perundang – undangan, efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masayarakat setempat.
Pengalokasian dana desa dihitung berdasarkan jumlah desa dengan memperhatikan jumlah penduduk,angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Kebijakan alokasi anggaran yang besar ini memiliki konsekuensi terhadap pengelolaannya yang seharusnya dilaksanakan secara professional, efektif, efisien, serta akuntabel yang didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen publik yang baik agar terhindarkan dari resiko terjadinya penyimpangan, penyelewengan dan korupsi.
Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan keuangan daerah dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah. Pendapatan, belanja dan pembiayaan desa harus ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa yang ditetapkan dalam peraturan desa oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).Hal ini senada dengan Permendagri No. 20 tahun 2018 tentang Pengelolaan keuangan Desa menyatakan bahwa Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. APBDesa merupakan dasar pengelolaan keuangan Desa dalam masa 1 (satu) tahun anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indoenesia Nomor 199 tahun 2017 tentang pengalokasian dana desa setiap kabupaten atau kota dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pagu Alokasi Dasar (PAD) dihitung sebesar 77% dari anggaran dana desa yang dibagi secara merata untuk setiap desa. Pagu Alokasi Afirma (PAA) dihitung sebesar 3% dari anggaran dana desa dibagi secara proposional kepada desa tertinggal dan desa sangat tertinggal yang mempunyai jumlah penduduk desa (10%), angka kemiskinan penduduk desa (50%), untuk luas wilayah (15%), dan tingkat kesulitan geografis desa (25%).
Pengelolaan dana desa tidak terlepas dari pemberitaan media yang banyak membahas kasus korupsi yang menjerat kepala desa. Salah satu contohnya kasus korupsi yang terjadi di Sukabumi.Peneliti ICW Egi Primayogha menyatakan dari 181 kasus tersebut, 17 kasus terjadi pada 2015.
Angka meningkat menjadi 41 kasus pada tahun 2016 dan terus melonjak menjdi 96 kasus pada tahun 2017.” Pada semester 1 tahun 2018, terdapat 27 kasus di desa yang semuanya menjadikan angggaran dana desa sebangai objek korupsi, Selasa (20/11/2018). (Ihsanuddin, ICW: Ada 181 Kasus Korupsi Dana Desa, Rugikan Negara Rp 40,6 Miliar, Jakarta, Kompas.com, diunduh 12 September 2019, 20:18 WIB).
Dana Desa Kab/Kota = Alokasi Dasar Kab/Kota + Alokasi Afirma Kab/Kota + Alokasi Formula Kab/Kota
Berbagai modus korupsi dana desa sesungguhnya bisa diantisipasi jika warga desa dan berbagai perangkat desa yang memiliki wewenang melakukan pengawasan aktif monitoring setiap langkah yang dilakukan dengan pembelanjaan dana desa. Penyalahgunaan wewenang bakal selalu terjadi karena karena ada kesempatan yang terbuka. Berdasarkan kasus – kasus korupsi yang banyak terjadi maka tentunya perlu disiapkan mekanisme dan peraturan yang jelas untuk mencegah hal tersebut terus terjadi.
Nagari Pulasan Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu nagari yang mendapatkan anggaran dana desa dari Pemerintah Pusat. Peneliti memilih Nagari Pulasan sebagi tempat penelitian karena Nagari ini mengelola dana desa yang meningkat pada dua tahun terakhir. Adapun dana desa di Nagari Pulasan digunakan untuk 4 (empat) jenis kegiatan yang menjadi prioritas dari Pemerintah Pusat yaitu penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Rencana Kerja Pemerintah Nagari (RKPNag) dalam pengelolaan Keuangan Nagari di Nagri Pulasan dimulai dari; Perencanaan, yaitu penusuna Rencana Kegiatan Pemerintah Nagari (RKPNag) oleh aparatur nagari dan masyarakat melalui kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) untuk merumuskan pembangunan yang akan dilakukan dalam masa 1 tahun anggaran; Pelaksanaan, yaitu Wali Nagari membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) atau dengan menunjuk salah seorang aparatur nagari untuk menjadi penanggung jawab pada setiap bidang pelaksanaan kegiatan. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) melaporkan laporan realisasi atas penggunaan dana ke pelaksana teknis Pengelolaan Keuangan Nagari (PTPKN) dalam hal ini adalah bendahara nagari; Pelaporan, yaitu Wali Nagari menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBNag kepada Bupati per-Semester yang diserahkan melalui Badan Keuangan Daerah (BAKEUDA); Pertanggungjawaban, yaitu Wali Nagari menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBNag kepada Bupati melalui Camat setiap akhir tahun anggaran.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan, Nagari Pulasan menerima Dana Desa yang meningkat dua tahun terakhir, yaitu pada tahun 2018 sebesar Rp. 888.235.000,- sedangkan pada tahun 2019 sebesar Rp. 1.073.000.000,-.
Dengan meningkatnya dana desa yang diterima hendaknya pemerintah nagari mampu mengelola dana desa tersebut dengan baik. Namun pemerintah nagari Pulasan sendiri belum efektif dalam pengelolaan dananya. Berdasarkan perbincanagan penulis dengan beberapa penduduk di nagari Pulasan dapat disimpulkan bahwa masih adanya program kerja yang telah direncanakan belum terlaksana dengan baik, seperti pembangunan pagar PAUD yang terbengkalai di Jorong Sungai Kandi.
Sedangkan untuk pengelolaan dana desa yang diterima oleh desa dari pemerintah pusat harus diumumkan secara transparan pada publik, khususnya masyarakat setempat. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya penyelewengan dana, kecurigaan publik, dan supaya pembangunan di Nagari dapat berlangsung secara kondusif. Namun setelah penulis melakukan diskusi dengan beberapa penduduk di nagari Pulasan penulis menyimpulkan belum memadainya informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai berapa dana desa yang di terima, dan belum adanya pemasangan baliho yang terpasang di tempat-tempat umum atau ruang publik yang mudah diakses oleh masyarakat nagari Pulasan mengenai pengelolaan dana desa. Hal ini menyebabkan masyarakat desa belum cukup baik dalam mengawasi/mengontrol pengelolaan dana desa.
Berdasarkan diskusi yang penulis lakukan dengan sekretaris nagari bapak Muhammad Haijir, penulis dapat menyimpulkan bahwa nagari baru menjalankan beberapa kegiatan seperti kegiatan pembangunan irigasi, pembangunan gedung TK, bantuan rumah kepada penduduk yang tergolong miskin dan pembuatan WC umum disetiap jorong. Namun Namun untuk kegiatan pembinaan masyarakat pemerintahan nagari belum membentuk lembaga khusus. Sedangkan untuk PKK belum memiliki kegiatan usaha namun hanya membantu dalam kegiatan posyandu. Kemudian, pemberitahuan mengenai penggunaan dana desa, hanya ada dipapan
pengumuman di kantor wali nagari saja, dan belum adanya penyajian informasi dalam bentuk baliho yang terpasang ditempat yang mudah diakses masyarakat di Nagari Pulasan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan, maka peneliti tertarik mengangkat judul penelitian yaitu Menelisik Praktik Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa Di Nagari Pulasan Tahun 2019.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka fokus penelitian yang penulis lakukan yaitu:
1. Akuntabilitas pengelolaan dana desa di nagari Pulasan Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung Tahun 2018-2019
2. Transparansi pengelolaan dana desa di nagari Pulasan Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung Tahun 2018-2019
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan di teliti yaitu Bagaimana Praktik Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa pada Nagari Pulasan Tahun 2018-2019?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap praktik Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa pada Nagari Pulasan 2018-2019.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan akan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
a. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi.
b. Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai bagaimana Praktik Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa di Nagari Pulasan Tahun 2018-2019.
2. Bagi Kantor Wali Nagari
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi pemerintah Nagari Pulasan mengenai bagaimana praktik dari akuntabilitas dan transparansi tersebut.
3. Bagi Akademik
Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian mengenai Praktik Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa.
F. Defenini Operasional
Akuntabilitas merupakan suatu bentuk keharusan seseorang (pemimpin/pejabat/pelaksanaan) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Transparansi adalah keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan.
Pengelolaan dana desa yaitu dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan keuangan desa karena didalamnya telah mencakup berbagai prosedur pegelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan sampai dengan pertanggungjawaban. Anggaran pendapatan belanja desa adalah suatu informasi tentang rincian segala aktivitas dan kegiatan desa serta rencana-rencana program yang dibiayai dengan uang desa.
Dana desa adalah dana yang bersumber dari Aggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendanpatan dan Belanja (APB) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Akuntansi Sektor Publik
a. Definisi Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi, pengendalian manajemen dan akuntabilitas.
Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.
Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.
(Mardiasmo,2009:14)
Akuntansi Sektor Publik didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntasi yang diterapkan pada pengelolaan dan masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen- departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik serta swasta. (Bastian,2010:3)
b. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik
Di Indonesia, ruang lingkup organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintahan daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi dan organisasi-organisasi public nirlaba lainnya. Jadi, proses pelaporan dan pertanggungjawaban ke masyarakat segera diatur dalam kerangka standar akuntansi sektor publik.Di Indonesia, Akuntansi Sektor Publik mencakup beberapa bidang utama yakni:
1) Akuntansi Pemerintah Pusat 2) Akuntansi Pemerintah Daerah 3) Akuntansi Partai Politik.
4) Akuntansi LSM 5) Akuntansi Yayasan
6) Akuntansi Pendidikan: Sekolah, Perguruan Tinggi 7) Akuntansi Kesehatan: Pukesmas, Rumah Sakit
8) Akuntansi Tempat Peribadatan: Masjid, Gereja, Wihara, Pura.
(Bastian,2010:7)
c. Standar Akuntansi Sektor Publik
Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang telah ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
1) Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
2) Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajarannya.
3) Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efesien ekonomi serta tujuan sosial lainnya.
4) Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
(Mardiasmo,2009:148-149)
d. Teknik-teknik Akuntansi Sektor Publik 1) Akuntansi Anggaran
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah anggaran dengan jumlah realisasi.
Akuntansi anggaran membandingkan anggaran pendapatan dan anggaran belanja dengan realisasinya selama suatu periode tertentu, dan perbedaan sebagai selisih anggaran.
2) Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi (pembelian) pada saat kontrak ditanda tangani atau order (pembelian) ditempatkan. Pendapatan dan/atau diakui pada saat faktur dikeluarkan/diterima.
3) Akuntansi Dana
Ada dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik:
a) Dana yang dapat dibelanjakan, digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak untuk mencari laba.
b) Dana yang tidak dapat dibelanjakan, untuk mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba.
4) Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat pada saat kas dikeluarkan.
5) Akuntansi Akrual
Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan
kewajiban untuk membayarkan kas di periode mendatang.
(Renyowijoyo,2008,P.27-29)
e. Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik 1) Perencanaan Publik
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan yang tepat dimasa depan melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Tujuan perencanaan publik adalah perencanaan pencapaian kesejahteraan publik secara bertahap dan sistematik.Aspek yang terkandung dalam perencanaan adalah perumusan tujuan dan cara mencapai tujuan kesejahteraan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
2) Penganggaran Publik
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Anggaran memberikan rencana yang mendetail atas penerimaan dan pengeluaran organisasi agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada public(Bastian,2010:8).
3) Realisasi anggaran Publik
Realisasi anggaran publik merupakan pelaksanaan anggaran publik yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam program serta kegiatan yang nyata. Selain itu realisasi anggaran publik juga menunjuk pada arahan atau pengendalian sistematis dari proses-proses yang mengubah input menjadi barang dan jasa.Realisasi anggaran terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu pencairan anggaran (pengeluaran), realisasi pendapatan dan
pelaksanaan program. Sedangkan siklusnya dimulai dengan persiapan, proses pelaksanaan, dan penyelesaian.
4) Pengadaan Barang dan Jasa publik
Pengadaan barang dan jasa publik adalah proses, cara, dan tindakan dalam menyediakan barang serta jasa kepada masyarakat atau publik. Barang dan jasa yang disediakan merupakan bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
5) Pelaporan Keuangan sektor publik
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan.
6) Audit sektor publik
Pemeriksaan atau auditing merupakan suatu investigasi independen terhadap beberapa aktifitas khusus. Mekanisme pemeriksaan adalah sebuah mekanisme yang dapat menggerakkan makna akuntabilitas didalam pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN, instansi pengelola asset Negara lainnya, atau organisasi publik nonpemerintah seperti partai politik, LSM, yayasan, dan organisasi ditempat peribadatan.
7) Pertanggungjawaban publik
Pertanggungjawaban atau akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas tindakan dan keputusan dari para pemimpin atau pengelola organisasi sektor publik kepada pihak yang memiliki kepentingan serta masyarakat yang memberikan amanah kepadanya, berdasarkan sistem pemerintahan yang berlaku(Bastian,2010: 7-9).
2. Akuntabilitas
a. Pengertian Akuntabilitas
Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntunan masyarakat yang harus dipenuhi.Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah akuntabilitas.Akuntabilitas atau pertanggungjawaban (accountability) merupakan suatu bentuk keharusan seseorang (pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan yang tertulis yang informatif dan transparan (Sujarweni 2015:28).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang standar akuntansi pemerintah, akuntantabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung- jawaban tersebut (Mardiasmo, 2009:20).
b. Jenis-jenis Akuntabilitas
Secara garis besar akuntabilitas publik terdiri atas dua macam yaitu akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal (Mardiasmo, 2009:21):
1) Akuntabilitas Vertikal
Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah. Pertanggungjawaban pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
2) Akuntabilitas Horizontal
Akuntabilitas Horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada masyarakat secara luas dan kepada DPR/DPRD.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik, yaitu (Mahmudi, 2015:9-11) :
1) Akuntabilitas hukum dan akuntabilitas kejujuran
Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaati ketentuan hukum yang berlaku. Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar dan telah mendapat otorisasi.
Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi, dan kolusi.Akuntabilitas hukum menuntut penegak hukum (law enforcement), sedangkan akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat tidak terjadi malpraktik dan maladministrasi.
2) Akuntabilitas Manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif.Akuntabilitas manajerial dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability).
Inefesiensi organisasi sektor publik adalah menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada klien atau custumer-nya.
3) Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4) Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggung-jawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga- lembaga publik hendaknya dapat mempertanggung- jawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas kebijakan tersebut.
5) Akuntabilitas Finansial
Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga- lembaga publik untuk menggunakan uang publik (publik money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial menekankan pada ukuran anggaran dan finansial. Akuntabilitas finansial sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian utama masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Akuntabilitas yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggung-
jawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Aspek – aspek akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
Pemberi kewengan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan suber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku apparat pemerintah yang bertanggungjawab, adil dan inovatif.
Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting).
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil proses yang dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah memperbaiki kinerja aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (Proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. (Kusumasari, 2015: 8-9).
d. Tolak Ukur Akuntabilitas
Menurut Sulistoni dalam (Widilestariningtyas, 2012 : 70).
pemerintahan yang accountable memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat,
2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, 3) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam
proses pembangunan dan pemerintahan,
4) Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional, dan
5) Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.
Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.
Indikator dari kriteria akuntabilitas tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat
a) Pemerintah desa menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDes kepada Bupati/ Wali Kota berupa:
(1) Laporan semester pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan
(2) Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir tahun bulan Januari tahun berikutnya.
c) Pemerintah desa menyampaikan laporan reaalisasi anggaran kepada bupati/wali kota paling lambat 1 (satu) bulan setelah masa anggaran berakhir
2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.
Pemerintahan yang baik harus memenuhi kualitas pelayanan agar pelayanan tersebut memuaskan bagi publik, terdiri dari:
a) Ketepatan waktu pelayanan yaitu target pelayanan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b) Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan yaitu sikap dan perilaku petugas dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai.
c) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada masyarakat.
d) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
e) Merespon terhadap keluhan masyarakat.
3) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sujarweni, 2016: 37) diantaranya:
a) Masyarakat terlibat dalam Rapat Dengar Pendapat atau Rapat Paripurna Pembahasan dan Penetapan anggaran desa
b) Masyarakat memberikan masukan mengenai proses pembangunan desa kepada BPD dan pemerintah desa melalui rapat.
c) Masyarakat ikut serta menjadi panitia pelaksanaan pembangunan nagari
4) Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional. Maksudnya pemerintah nagari menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDes kepada masyarakat desa dan BPD melalui rapat. Pemerintahan nagari dapat mempertanggungjawabkan setiap kebijakan-kebijakan anggaran yang diambil dan menjelaskan kepada masyarakat mengenai dampak kebijakan anggaran tersebut dimasa yang akan datang.
5) Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.
Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.
Memberikan sarana berupa kotak saran, penyebaran angket dan sarana lainnya untuk menilai kinerja pemerintah nagari.
3. Transparansi
a. Definisi Transparansi
Transparansi memiliki arti keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan. Transparansi juga berarti adanya penjelasan manajemen organisasi sektor publik tentang aktivitas, program, dan kebijakan yang sudah, sedang dan akan dilakukan beserta sumber daya yang digunakan (Mahmudi, 2015:17-18).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan
jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
Transparansi pengelolaan keuangan publik merupakan prinsip Good Governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik.
Dengan dilakukannya transparansi tersebut publik akan memperoleh informasi yang aktual dan faktual, sehingga mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk. (Mahmudi, 2011:18):
1) Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan (realisasi v.s anggaran).
2) Menilai ada tidaknya unsur korupsi dan manipulasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran.
3) Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait.
4) Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas- luasnya tentang keuangan desa karena masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya.Transparansi merupakan asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang- undangan.
b. Tolak Ukur Transparansi
Sedangkan menurut Menurut Sopanah dan Mardiasmo dalam (Widilestariningtyas,2012:68). Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut:
1) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran, 2) Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses,
3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu, 4) Terakomodasinya suara/usulan rakyat,
5) Terdapat sistem pemberian informasi kepada pubik.
Indikator dari kriteria transparan berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran.
Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pemerintah nagari menyediakan informasi mengenai kebijakan anggaran di papan pengumuman. Informasi tersebut dapat berupa laporan realisasi anggaran (LRA) desa.
2) Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses melalui media cetak, radio, dan media lainnya berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.
3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu.Laporan disampaikan paling lambat satu bulan setelah akhir tahun anggaran berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.
4) Terakomodasinya suara/usulan rakyat.Menurut Sujarweni 2016, diterimanya suara/usulan rakyat dalam penyusunan anggaran pemerintah nagari melalui rapat dengar pendapat atau rapat paripurna yang diadakan oleh pemerintah nagari.
5) Terdapat sistem pemberian informasi kepada pubik.Pemerintah nagari menyediakan website agar masyarakat mudah mengakses laporan realisasi APBDes.
4. Pengelolaan Dana Desa
Pengelolaan dana desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dana desa dikelola berdasarkan asas-asas pengelolaan Dana Desa. Asas adalah nilai-nilai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dimaksud melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap tindakan Pengelolaan Keuangan Desa.
Asas dan Prinsip tidak berguna bila tidak terwujud dalam tindakan.
a. Perencanaan
Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten dan kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan kosistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan (Suwarjeni, 2015 : 18).
Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1) Sekretaris desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa. Kemudian Sekretaris Desa menyampaikan kepada Kepala Desa.
2) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk pembahasan lebih lanjut.
3) Rancangan tersebut kemudian disepakati bersama, dan kesepakatan tersebut paling lama bulan oktober tahun berjalan.
4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama, kemudian disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat atau sebutan lain paling lambat tiga hari sejak disepakati untuk dievaluasi.
Bupati/Walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Camat atau Sebutan Lain.
5) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. Jika dalam waktu 20 hari kerja Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi maka peraturan desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
6) Jika kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
7) Apabila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.
9) Pembatalan Peraturan Desa, sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal pembatalan, Kepala Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.
10) Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7 hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut Peraturan Desa dimaksud.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan
kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Jika yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah (Suwarjeni, 2015 : 19).
c. Penatausahaan
Penatausahaan merupakan kegiatan pencatatan yang khususnya dilakukan oleh bendahara desa. Media penatausahaan berupa buku kas umum, buku pajak, buku bank serta setiap bulan membuat laporan pertanggungjawaban bendahara. Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh
kepala desa untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan,menatausahakan, membayar,dan
mempertanggungjawabkankeuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDes (Hamzah,2015:35).
d. Pelaporan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 37 tentang Pelaporan keuangan desa bahwa:
Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa:
1. Laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa laporan realisasi APBDesa.
2. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.
3. Laporan semester akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
e. Pertanggungjawaban
Sedangkan tentang pertanggungjawaban dana desa yang terdapat dalam Pasal 40 bahwa:
1. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 7 dan 3 8 diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.
2. Media informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain papan pengumuman.
5. Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten (Hanifah, 2015:4). Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mengatur serta menjalankan suatu kewenangan dalam mengatur desa disebut pemerintah desa. Untuk menjalankan penyeleng- garaan pemerintahan desa tersebut maka dilaksanakan oleh Kepala Desa sebagai pemegang jabatan tertinggi pada penyelenggara an pemerintahan desa dengan membawahi Perangkat Desa (Sekretaris Desa, Kepala Urusan, dan Kepala Dusun). Sedangkan pemerintah desa juga dibantu oleh Badan Permusyawaratan Desa yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa (Fajri, 2016: 1099).
Berdasarkan sejarah pertumbuhan desa tersebut setidaknya ada empat tipe desa di Indonesia sejak awal pertumbuhan sampai sekarang:
a. Desa Adat (selft-governing community. Desa adat merupakan bentuk desa asli dan tertua di Idonesia. Konsep “otonomi asli” merujuk pada pengertian desa adat ini. Desa adat mengatur dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa campur tangan negara.
Desa Adat tidak menjalankan tugas-tugas administrasi yang diberikan Negara.
b. Desa Administrasi (local state govermence) adalah desa yang merupakan satuan wilayah administrasi, yaitu satuan pemerintah terendah untuk memberikan pelayanan administrasi dari pemerintah pusat. Desa administrasi dibentuk oleh negara dan merupakan kepanjangan negara untuk menjalankan tugas-tugas administrasi yang diberikan negara.
c. Desa Otonom sebagai local selft- govermence. Desa Otonom adalah desa yang dibentuk berdasarkan asas deentralisasi dengan udang- undang. Desa otonom mempunyai kewenagan yang jelas karena diatur dalam undang-undang pembentuknya. Oleh karena itu, desa otonom mempunyai kewenangan penuh mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
d. Desa Campuran (Adat dan semiotonom) yaitu, tipe desa yang mempunyai kewenagan campuran antara otonomi asli dan semiotonom formal. Disebut campuran karena otonomi aslinya diakui oleh undang-undang dan juga diberi penyerahan kewenagan Kabupaten/ Kota (Nurcholis, 2011: 65).
Desa dan desa adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama menyangkut pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli , pengaturan, dan pengurusan ulayat atau wilayah adat, pelestarian nilai sosial budaya desa adat, penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku didesa adat dalam
wilayah yang selaras dengan prinsiphak asasi manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah, penyelenggaraan sidang perdamaian peradilandesa adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakatdesa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku didesa adat, dan pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat desa ada. Selain itu, peraturan desa adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat istiadat yang berlaku didesa adat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Hoesada, 2010: 113-124).
Desa berkedudukan di wilayah kabupaten/kota. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dapat meakukan penataan Desa. Penataan tersebut bertujuan :
1. Mewujudkan efektifitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa 2. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa 3. Mempercepat peningkatan kualitas peayanan publik 4. Meningkatkan kualitas tata kelola Pemetintah Desa 5. Meningkatkan daya saing Desa
Kewenangan desa meliputi kewenangan di Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa,dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Kewenangan desa meliputi:
1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2. Kewenangan lokal berskala Desa;
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah DaerahProvinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa.
Kewenangan Lokal Berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan desa, embung desa, dan jalan desa.
6. Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes)
a. Pengertian Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa)
Anggaran pendapatan dan belanja desa adalah pertanggung- jawaban dari pemegang manajemen desa untuk memberikan informasi tentang segala aktifitas dan kegiatan desa kepada masyarakat dan pemerintah atas pengelolaan dana desa dan pelaksanaan berupa rencana-rencana program yang dibiayai dengan uang desa. Dalam APBDesa berisi pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa (Suwarjeni, 2015: 33).
APBDesa merupakan suatu rencana keuangan tahunan desa yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa yang mengandung prakiraan sumber pendapatan dan belanja untuk mendukung kebutuhan program pembangunan desa bersangkutan (Sumpeno, 2011: 213).
APBDesa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah desa. APBDesa merupakan dokumen formal hasil kesepatakan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang berisi tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah desa selama satu tahun dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila perkiraan akan terjadi defisit atau surplus. APBDesa disusun dengan memperhatikan RPJMDesa, RKPDesa, dan APBDesa tahun sebelumnya (Rusmianto, 2016:27).
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa APBDesa adalah rencana keuangan tahunan desa hasil kesepakatan pemerintah desa dengan BPD yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa yang berisi prakiraan pendapatan dan belanja desa untuk mendukung kebutuhan program pembangunan desa bersangkutan.
b. Fungsi Anggaran Desa
Anggaran desa mempunyai beberapa fungsi utama yaitu sebagai (Suwarjeni, 2015: 33-35):
1) Alat perencanaan
Anggaran merupakan alat pengendali manajemen desa dalam rangka mencapai tujuan. Anggaran desa digunakan untuk merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh desa beserta rincian biaya yang dibutuhkan dan rencana sumber pendapatan yang akan diperoleh desa. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
a) Merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sejalan dengan visi, misi,dan sasaran yang sudah ditetapkan.
b) Merencanakan berbagai program, kegiatan, serta sumber pendapatan.
c) Mengalokasikan dana untuk program dan kegiatan yang sudah disusun.
d) Menentukan indikator kinerja dan pencapaian strategi.
2) Alat pengendalian
Anggaran berisi rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran desa, dimaksudkan dengan adanya anggaran, semua bentuk pengeluaran dan pemasukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa adanya anggaran, desa akan sulit mengendalikan pengeluaran dan pemasukan.
3) Alat kebijakan fiskal
Dengan menggunakan anggaran dapat diketahui bagaimana kebijaksanaan fiskal yang akan dijalankan desa, dengan demikian akan mudah untuk memprediksi dan mengestimasi ekonomi dan organisasi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, mengkoordinasi dan memfalitasi kegiatan ekonomi masyarakat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4) Alat alat koordinasi dan komunikasi
Dalam penyusunan anggaran, pasti antar unit kerja akan melakukan komunikasi dan koordinasi. Dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh perangkat desa. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja didalam pencapaian tujuan desa.
5) Alat penilaian kinerja
Perencanaan anggaran dan pelaksanaanya akan menjadi penilaian kinerja perangkat desa. Kinerja perangkat desa akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran serta pelaksanaan efesiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk melakukan pengendalian dan penilaian kinerja.
6) Alat motivasi
Anggaran dapat digunakan untuk memberi motivasi kepada perangkatdesa dalam bekerja secara efektif dan efisien. Dengan membuat anggaran yang tepat dan dapat melaksanakannya sesuai target dan tujuan desa, maka desa dikatakan mempunyai kinerja yang baik.
Peran Mayarakat dalam Penyusunan APBDes
Peran mayarakat dalam proses penyusunan APB Desa diantaranya (Sumpeno, 2011:224) :
1) Menyampaikan aspirasi dan masukan kepada BPD dan pemerintah desa
2) Membuat dan mengusulkan rencana anggaran alternatif (tandingan) terhadap rancangan APB Desa yang diajukan oleh kepala desa dan atau BPD
3) Terlibat aktif dalam rapat dengar pendapat atau rapat paripurna pembahasan dan penetapan APB Desa
4) Memberikan dukungan terhadap rancangan APB Desa yang patisipatif, transparan, akuntabel, memihak kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
Gambar 2. 1
Kerangka Pikir Penelitian
Teori
Berdasarkan PP No. 60 tahun 2014, dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang ditrasfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/
kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan , pemebinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan dana desa meliputi proses perencanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.
Fakta Empirik
Pemerintah desa belum efektif dalam memanfaatkan dananya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemberdayaanmasyarakat, serta pembangunan infrastruktur desa. Karena penulis melihat masih adanya program kerja yang telah direncanakan belum berjalan engan baik. Belum memadainya informasi yang diberikan pemerintah desa mengenai pengelolaan dana desa.
Sehingga dalam hal ini diperlukannya pengungkapan terhadap akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana desa di nagari Pulasan..
PRAKTIK AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA DESA
Bagaimana Praktik Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Dana Desa Di Nagari Pulasan?
Analisis Interpretif
Kesimpulan
B. Penelitian Relevan
Penelitian sebelumnya oleh Kadek Sutrawati, tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menunjukan Akuntabilitas pengelolaan dana desa dimulai pada tahap perencanaan, perangkat desa melakukan musyawarah untuk membahas Rencana Pemabangunan Jangka Menengah Desa. Dalam pelaksanaan dana desa pengajuaan pendanaan dana desa disertai dengan RAB dan Bendahara desa melakukan pembayaran sesuai dengan RAB yang teah disetujui oleh Sekretaris Desa. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama – sama membahas tentang akuntabilitas. Sedangkan perbedaaanya yaitu terletak di fokus penelitian, teknik analisis dan tempat.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arif, tahun 2017. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa akuntabilitas pengelolaan dana desa pada Nagari Koto Tuo dapat dikatakan akuntabilitas.
Akuntabilitas pengelolaan dana desa dimulai dari tahap perencanaan, didalam perencanaan pengelolaan dana desa diawali dengan musyawarah untuk membahas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Dalam pelaksanaan dana desa pengajuan pendanaan dana desa disertai dengan RAB (Rancangan Anggaran Biaya) dan bendahara desa melakukan pembayaran sesuai dengan RAB yang telah disetujui oleh sekretaris desa. Persamaan denga penelitian yang penulis lakukan yaitu sama – sama membahas tentang akuntabilitas. Sedangkan perbedaannya yaitu jenis penelitian, metode dan teknis analisis data dan tempat.
Selanjutnya penelitian oleh Fatimah Azmi Nainggolan, tahun 2017.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perangkat desa di Desa Ramunia II telah berperan dalam akuntabilitas pengelolaan dana desa dengan menjalankan tugas-tugasnya mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, pengawasan dan pembinaan yang dijalankan sesuai tanggungjawabnya masing-masing perangkat desa di Desa Ramunia II dan telah melakukan pertanggungjawaban dengan adanya Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes desa Ramunia II, Walaupun dalam pelaksanaannya tugasnya masih ada perangkat desa di Desa Ramunia II yang
membutuhkan bantuan tenaga ahli dari Kecamatan Pantai Labu dan bantuan Sekretaris desa Ramunia II seperti dalam pembuatan design bangunan dan RAB (rencana anggaran biaya) yang seharusnya dibuat oleh Kaur Pembangunan dan juga dalam pembuatan Laporan Keuangan yang dilakukan oleh Sekretaris desa saja. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama – sama membahas mengenai akuntabilitas. Sedangkan perbedaannya pada fokus penelitian, dan tempat.
Selanjutnya jurnal oleh Ramadanis dan Muhammad Ahyaruddin, tahun 2019. Hasil penelitiannya yaitu akuntabilitas pengelolaanAPB Nagari yang dikelola oleh pemerintah Nagari Pakan Rabaa Utara sudah diterapkan.Namun, masih ada beberapa yang belum menerapkan indikator dari kriteria akuntabel.Pemerintah Nagari Pakan Rabaa Utara sudah membuat dan menyusun laporanpertanggungjawaban realisasi pelaksanaan anggaran berdasarkan peraturan perundangundanganyang berlaku. Dalam pelaporan, Pemerintah Nagari Pakan Rabaa Utara telahmenyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan anggaran kepada BupatiSolok Selatan. Indikator akuntabilitas yang belum diterapkan pada pengelolaan APB Nagariyaitu belum tersedianya sarana berupa kotak saran atau pengisian angket untuk penilaian kinerjapemerintah Nagari. Dengan adanya sarana penilaian kinerja pemerintah Nagari olehmasyarakat, masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya melalui media tersebut, demimeningkatkan kualitas kinerja pemerintah Nagari.Selanjutnya transparansi dalam pengelolaan APB Nagari juga sudah diterapkan di NagariPakan Rabaa Utara.
Namun masih ada beberapa yang belum menerapkan indikator dari kriteriatransparansi. Pengumuman kebijakan anggaran telah dipublikasikan melalui baliho atauspanduk, laporan telah disajikan tepat waktu oleh pemerintah Nagari, yaitu paling lambat satubulan setelah masa anggaran berakhir. Dalam menciptakan terakomodasinya suara atau usulanmasyarakat, pemerintah Nagari sudah memenuhi kriteria tersebut. Pemerintah Nagari dalampenyusunan APB Nagari berdasarkan usulan dari masyarakat Nagari Pakan Rabaa Utara.Indikator transparansi yang belum diterapkan dalam
pengelolaan APB Nagari yaitu belumdipublikasikan laporan pertanggungjawaban realisasi anggaran Nagari kepada masyarakatsecara tertulis melalui media yang mudah diakses masyarakat dan pemerintah Nagari belummenyediakan website Nagari. Untuk kedepannya, pemerintah Nagari akan membangun towerdan menyediakan website agar transparansi pengelolaan APB Nagari mudah diaksesmasyarakat Nagari. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama – sama membahas mengenai akuntabilitas dan transparansi. Sedangkan perbedaannnya yaitu pada tempat penelitian.