• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II. 1.2) Defenisi Komunikasi

Mendefinisikan komunikasi merupakan hal yang menantang. Katherine Miller (2005) menggarisbawahi hal ini dengan menyatakan bahwa “terdapat begitu banyak konseptualisasi mengenai komunikasi, dan konseptualisasi ini telah mengalami banyak

perubahan dalam bertahun-tahun terakhir ini”. Sarah Trenholm (1991) menyatakan bahwa walaupun studi mengenai komunikasi telah ada berabad-abad, tidak berarti bahwa komunikasi telah dipahami dengan baik. Sebagaimana halnya dengan sebuah koper, istilah ini sesak dijejali dengan ide-ide dan makna-makna yang aneh. Fakta bahwa beberapa ide ini sebenarnya sudah pas dan sering kali diabaikan, sehingga menyebabkan koper berisi konseptualisasi ini terlalu berat untuk diangkat (West,2009:4-5).

Kita harus menyadari bahwa terdapat berlusin-lusin definisi komunikasi akibat dari kompleks dan kayanya disiplin ilmu komunikasi. Masing-masing disiplin ilmu memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistic, matematika, ilmu elektronika, dan lain sebagainya. Mari kita bayangkan bahwa kita mengambil kelas mengenai komunikasi dari dua profesor yang berbeda. Masing-masing profesor akan memiliki gaya mereka sendiri dalam menyampaikan materi, dan siswa dalam kelas-kelas tersebut masing-masing akan memiliki pendekatan yang unik terhadap teori komunikasi. Hasilnya adalah pendekatan-pendekatan yang mengesankan dan unik dalam pembelajaran mengenai suatu topik. Walaupun demikian, saya akan menawarkan definisi komunikasi dari perspektif komunikasi sebagai proses sosial diantara individu.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy,1999:9).

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok

orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu (Mulyana,2005:42).

Sejalan dengan apa yang disampaikan Sir Gerald Barry, communication berasal dari kata “communicare” yang artinya “to talk together, confer, discourse, and consult with another”. Lebih lanjut Barry mengemukakan, perkataan ini masih ada hubungannya dengan kata “communitas” yang artinya, “not only community but also fellowship and justice ini men’s dealing with one other”. Masih menurut Barry, society is based on the possibility of men living and working together for common ends in a word, on cooperation. Through communication man share knowledge, information and experience, and thus understand persuade, convert or control their fellows.

Carl I.Hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada perubahan sikap mendefinisikan komunikasi sebagai “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikate) (dalam Purba,2006:29-30).

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa : “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” (dalam Cangara,2006:18-19).

Richard West dan Lynn Turner dalam bukunya Introducing Communication Theory mendefinisikan komunikasi adalah proses sosial di mana individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (West,2009:5).

Lima istilah kunci dalam perspektif komunikasi sebagai proses sosial antar individu yakni : sosial, process, symbol, mean, environment.

Gambar 2

Istilah penting yang digunakan dalam mendefenisikan komunikasi

Proses Komunikasi Lingkungan Sosial Makna Simbol

(West,2009:5)

Pertama-tama, sepenuhnya diyakini bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial (social), maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Kemudian kita membicarakan komunikasi sebagai proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks dan senantiasa berubah.

Istilah ketiga yang diasosiasiakan dengan defenisi kita mengenai komunikasi adalah simbol. Simbol (symbol) adalah sebuah label arbitrer atau representasi dari fenomena. Kata adalah simbol untuk konsep dan benda, misalnya kata cinta merepresentasikan sebuah ide mengenai cinta; kata kursi merepresentasikan benda yang kita duduki. Label dapat bersifat ambigu, dapat berupa verbal dan nonverbal. Berbicara lebih jauh tentang simbol, kita akan mengenal simbol konkret (concrete symbol), simbol yang merepresentasikan benda dan simbol abstrak (abstract symbol), simbol yang merepresentasikan suatu pemikiran ide. Simbol konkret seperti komputer akan dipahami akan lebih mudah dipahami daripada “otak anda seperti komputer”. Seseorang mungkin memiliki interpretasi bahwa anda akan mampu mengingat detail dan spesifik (sebuah pujian). Sementara orang lain mungkin akan melihat bahwa arti dari pernyataan ini bahwa anda orang yang kaku dan tidak berperasaan dalam berhubungan dengan orang lain (sebuah hinaan).

Makna adalah pesan yang diambil dari suatu pesan. Judith dan Tom Nakayama (2002) menyatakan bahwa makna memiliki konsekuensi budaya. Contohnya masyarakat Amerika pada umumnya tidak menyukai hari Senin, hari pertama dalam satu minggu, dan menyukai hari Sabtu. Banyak orang Muslim sebaliknya, tidak menyukai hari Sabtu, yang merupakan hari pertama setelah hari suci umat Islam, yaitu hari Jumat. Martin dan Nakayama menegaskan bahwa ungkapan TGIF (Thank God It’s Fryday), tidak akan mengkomunikasikan makna yang sama pada semua orang.

Istilah kunci yang terakhir dalam definisi komunikasi adalah lingkungan. Lingkungan (environment) adalah situasi atau konteks di mana komunikasi terjadi. Lingkungan terdiri atas beberapa elemen, seperti waktu, tempat, periode sejarah, relasi, dan latar belakang budaya pembicara dan pendengar. Petugas peminjaman dana di sebuah bank, contohnya, harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dibawa orang lain dalam sebuah percakapan. Orang-orang yang ingin meminjamkan dana dari bank mungkin pernah saja beberapa kali ditolak permohonannya, tidak memercayai bank, dan mungkin memiliki sedikit pengalaman atau bahkan tidak sama sekali dalam mengajukan peminjaman dana. Hal-hal ini merupakan elemen-elemen lingkungan yang harus dipertimbangkan oleh si petugas dalam memproses permohonan peminjaman dana dan juga komunikasi yang sedang berlangsung (West,2009:5-8). II.1.3) Prinsip Komunikasi

Tidak banyak dibahas para ahli tentang prinsip komunikasi. Para ahli lebih banyak disibukkan pada perdebatan proses dalam komunikasi. Esensi dari komunikasi sendiri adalah pesan. Pesan yang di stimulus oleh komunikator dimaknai sama oleh komunikan. Kesamaan dalam komunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience) yang menunjukkan adanya kesamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol.

Gambar 3 Field of experience

(Cangara ,2006:20)

Dari gambar di atas, kita dapat menarik tiga prinsip dasar komunikasi, yakni: 1. Komunikasi hanya terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara

pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences).

2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta proses komunikasi yang mengena (efektif).

3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, maka komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi efektif (Cangara,2006:20-21). II.1.4) Dimensi-Dimensi Ilmu Komunikasi

Mempelajari dan menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan dimensinya. Oleh karena itu, klasifikasi atau jenis-jenis komunikasi dapat dilihat berdasarkan konteksnya sebagai berikut :

Bentuk/tatanan komunikasi

1. Komunikasi Pribadi (personal communication)

- Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) - Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok (group communication)

- Kelompok kecil (small group communication) : ceramah, forum, simposium, diskusi panel, seminar, curahsan (brainstorming)

- Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi Organisasi (organization communication)

4. Komunikasi Massa (mass communication)

- Komunikasi massa cetak (printed mass communication): surat kabar, majalah, buku, dll.

- Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication) : radio, televise, film, dll.

Sifat komunikasi

1. Komunikasi verbal (verbal communication) - Komunikasi lisan (oral communication) - Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi nonverbal

- Komunikasi kial (gestural/body communication) - Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication) Tujuan komunikasi

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change society) Fungsi komunikasi

1. Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

Metode komunikasi

1. Komunikasi informatif (informative communication) 2. Komunikasi persuasif (persuasive communication) 3. Komunikasi pervasif (pervasive communication) 4. Komunikasi koersif (coersive communication) 5. Komunikasi instruktif (instructive communication) 6. Hubungan manusiawi (human relation)

Bidang komunikasi

1. Komunikasi sosial (social communication)

2. Komunikasi organisasional/manajemen (organizational/management communication)

3. Komunikasi bisnis (business communication) 4. Komunikasi politik (political communication)

5. Komunikasi internasional (international communication) 6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) 7. Komunikasi pembangunan (development communication) 8. Komunikasi tradisional (traditional communication) 9. Komunikasi lingkungan (environment communication) Teknik komunikasi

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relations) 3. Periklanan (advertising)

4. Propaganda

5. Publisitas (publicity) dll. Model komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step flow communication) 2. Komunikasi dua tahap two step flow communication)

3. Komunikasi banyak tahap (multi step flow communication) (Purba,2006:36-38). Silvestri (1983) melukiskan bahwa komunikasi tatap muka, berhadapan langsung merupakan jenis komunikasi tradisional yang paling tua seumur hidup manusia. Ia merupakan satu-satunya komunikasi antar manusia yang paling utama. Dengan penemuan-penemuan baru sebagaimana dilukiskan jaman edan itu, Silvestri mengakui semuanya dapat mengubah kebiasaan dan gaya hidup, jenis dan cara kegiatan dan menampilkan manusia setiap harinya.

Ia memberikan contoh, pekerjaan seseorang bisa diatur jadwalnya sehari-hari oleh kontak yang kelewat batas dengan komputer sehingga seorang direktur tidak

memerlukan lagi seorang sekretaris cantik seperti biasanya. Jika kemarin, seorang direktur membaca jadwal kegiatan setiap harinya di papan yang disiapkan sekretarisnya kemudian menjadwalkan jam untuk menerima dan mengunjungi rekan bisnisnya, maka saat ini tidak dilakukan lagi. Dengan telepon, facsimile, teleks, jaringan komputer semua pertemuan dan informasi dapat dilakukan dengan cara tanpa berhadapan muka. Semua yang menikmatinya kemudian terlena dalam teknologi dan merasa bahwa komunikasi inipun komunikasi antar pribadi yang manusiawi meskipun melalui perantara.

Tatap muka sebagai komunikasi antar pribadi yang terutama. Tatap muka yang dilakukan berulang-ulang dan bergantian dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi kalau ditinjau dari penggunaan media, maka ada komunikasi antar pribadi dengan media dan tanpa media. Meskipun demikian komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipandang lebih sukses daripada bentuk komunikasi antar manusia lainnya. Karena itu mana Rogers dan Shoemaker (1971) berpendapat bahwa, seseorang dapat berkomunikasi untuk mempelajari sesuatu dengan baik apabila menggunakan lebih dari satu inderanya, yaitu : (a) tahapan mengetahui atau melihat melalui indera mata adalah 83,0% ; (b) tahapan mendengar melalui indera telinga adalah 11,0% ; (c) tahapan membaui melalui indera hidung adalah 3,5% ; (d) tahapan meraba dengan tangan sebesar 1,5% ; (e) tahapan merasa dengan indera lidah sebesar 1,0%.

Pendapat Rogers ini menyakinkan kita bahwa komunikasi antar pribadi setiap harinya melibatkan tahapan mengetahui atau melihat melalui indera mata adalah terbesar yakni 83,0%. Komunikasi antar pribadi melalui tatap muka tetap jauh lebih unggul daripada bentuk-bentuk lainnya. Tan (1981) juga berpendapat bahwa yang dibicarakan adalah komunikasi antar pribadi artinya komunikasi tatap muka antara dua atau lebih orang. Kelebihan komunikasi tatap muka, wawan muka yang merupakan suatu rangkaian pertukaran-pertukaran pesan antara dua orang dalam proses komunikasi diantara mereka berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu berhasil karena mereka saling mempertukarkan pesan secara bergantian dan berbalas-balasan.

Bentuk komunikasi tatap muka mempunyai keistimewaan dimana efek dan umpan balik, aksi dan reaksi langsung terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat sekali. Aksi maupun reaksi verbal dan nonverbal, semuanya terlihat langsung. Oleh karena itu, tatap muka yang dilakukan terus menerus kemudian dapat mengembangkan komunikasi antar pribadi yang memuaskan dua pihak.

Kegiatan tatap muka yang dilakukan antar pribadi sesamanya merupakan suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang sebagai wujud keberadaan dan hubungannya yang aktif dengan orang lain. Dalam proses seperti ini, komunikasi tatap muka selalu berusaha saling menarik lawannya untuk memasuki area pengaruh komunikasi, area pengalaman dan area rujukannya. Komunikasi tatap muka merupakan

suatu komunikasi yang dinamis yang dimulai melalui pesan pertama yang menarik perhatiannya. Katakanlah memanggil mama dan papa merupakan kesan pertama yang terlintas tidak hanya dalam benak dan penglihatannya, tetapi juga dalam perasaan maupun nuraninya. Karena komunikasi antar manusia itu berkembang, maka tatap muka yang terus menerus merupakan suatu dinamika komunikasi, akan meningkatkan keterikatan psikologis antara mereka, menumbuhkan saling percaya, menumbuhkan kesamaan dan mungkin sama-sama dalam bertindak (Liliweri,1991:63-72).

Dokumen terkait