• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II. 2.4) Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Antar Pribadi

II.3. Komunikasi Nonverbal

3. Mekanisme pemprosesan (processing mechanism)

Satu perbedaan utama dalam pemrosesan ada dalam tipe informasi pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah, sementara otak sebelah kanan, tipe informasinya lebih berkesinambungan dan alami.

Berdasarkan pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang ada ketika kita berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih sederhana dibanding komunikasi nonverbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis. Komunikasi nonverbal secara tipikal diekpresikan pada saat tindak komunikasi berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks dimana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut (Sendjaja:2005:229-231).

Menurut Littlejohn (1978) dalam perbagai ulasan tentang komunikasi atau isyarat nonverbal selalu kita lihat dua kelompok teori yang selalu berkaitan yaitu :

(1) Struktur isyarat-isyarat nonverbal. (2) Fungsi yang dimainkannya.

Bentuk-bentuk dari isyarat nonverbal telah dikelompokkan pula dengan beberapa langkah. Satu dari sekian banyak di antaranya terlihat dalam metode penggunaan yang dikemukakan oleh Eisenberg dan Smith dalam tiga kerangka analisis:

1. Kinesik 2. Proksemik 3. Paralinguistik

Teori Kinesik dari Birdwhistell

Menurut Birdwhistell bahwa komunikasi nonverbal merupakan suatu proses yang sinambung karena sebenarnya tidak ada satu saluranpun yang digunakan secara tetap, yang pasti lebih dari satu saluran tetap digunakan. Komunikasilah yang membahas proses itu terjadi dan kelanjutannya.

Satu dari sekian banyak kaitan penemuannya yang terpenting antara aktivitas tubuh dengan bahasa dikemukakannya dalam paradigma analogi linguistik kinesik sebagai berikut : keaslian studi tentang gerak tubuh merupakan indikasinya yang pertama bahwa struktur kinesik itu pararel dengan struktur bahasa. Melalui studi tentang gerakan tubuh dalam konteksnya maka semua sistem kinesik menjadi jelas bentuknya yang menakjubkan seperti adanya kata-kata dalam suatu bahasa. Penemuan ini berubah menjadi suatu penyelidikan terhadap pelbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang amat kompleks yang akhirnya menjadi jelas, bahwa ada perilaku tubuh yang fungsinya berhubungan nyata dengan pelbagai bunyi ucapan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhadaan maupun kerumitan kata-kata. Akibatnya dapat juga

menerangkan betapa luasnya suatu struktur perilaku sebagaimana juga ditunjukkan dalam suatu kalimat dalam paragraph tertentu.

Dalam karyanya : kinesik dan konteks, ia menggarisbawahi tujuh anggapan dasarnya atas teori yang dibangunnya, yaitu :

(1) Seperti banyaknya kejadian alam lainnya, maka tidak ada gerakan tubuh atau suatu pernyataan manusia tanpa membawa arti tertentu dalam konteks penampilan dirinya.

(2) Seperti juga pada aspek-aspek lain dari perilaku manusia, maka sebenarnya penampilan tubuh, gerakannya, dan pengungkapannya dalam wajah merupakan suatu pola yang merupakan subyek yang ditelaah secara sistematis.

(3) Sebagaimana juga adanya kemungkinan bahwa pemahaman gerak tubuh itu sebagiannya dapat diterangkan secara biologis namun dengan cara lain pun sistimatik gerakan tubuh anggota suatu masyarakat tertentu bisa diterangkan sebagai suatu fungsi dari sistem sosial yang dimiliki suatu kelompok tertentu. (4) Aktivitas tubuh yang nyata seperti aktivitas gelombang suara yang didengar,

secara sistematis mempengaruhi perilaku orang lain yang menjadi anggota suatu kelompoknya.

(5) Demikian juga masih ada cara lain yang dipertunjukkan seorang sebagai perilaku maka hal itupun bisa diterangkan melalui suatu penyeledikan fungsi komunikasinya.

(6) Suatu pengertian sebenarnya ditarik dari fungsi-fungsi perilaku seseorang dan apa yang dilaksanakannya, ini merupakan satu penyelidikan juga.

(7) Sebagian dari sistem biologis dan pengalaman hidup yang khusus dari setiap orang akan memberikan kontribusinya pada unsur-unsur ideosinkratik pada sistem kinesik yang dimilikinya. Tetapi kepribadian atau kualitas gejala dari unsur-unsur ini hanya bisa ditetapkan menyusul suatu analisis dalam suatu sistem yang luas dari bagian tersebut.

Beberapa gerakan disebutnya dengan kines. Suatu kines sebenarnya merupakan abstraksi dari arah perilaku seseorang yang diwariskan oleh kelompok yang sama, yang menggambarkan perilaku berbeda dengan kelompok yang lain. Dengan kata lain, suatu arah atau maksud gerakan atau posisi seseorang menentukan pula keberadaan orang itu.

Gerakan dari mata ataupun tangan merupakan contoh dari apa yang disebut dengan kines itu. Dan kines akhirnya dapat dibedakan dari suatu kelompok budaya dengan kelompok budaya lainnya. Kines yang dikelompokkan disebut dengan kinemes yang sekaligus menggambarkan dalam fungsi komunikasinya. Seperti juga gejala yang terlihat dalam linguistic, maka kinemes yang dipunyai sebuah kelompok relatif berhubungan erat dengan pertukaran kines yang mereka lakukan.

Kinesik dapat dipergunakan dalam tiga tingkatan, yaitu :

(1) Prekinesik, merupakan studi psikologis dari aktivitas gerakan tubuh sebagai bagian dari kenyataan sosialnya. Ini merupakan tanda pendahuluan untuk mengalisis perilaku komunikasi.

(2) Mikrokinesik, merupakan studi tentang analisis unit-unit perilaku.

(3) Kinesik Sosial, merupakan studi perilaku dalam konteks dan bangunan kinesik dalam kenyataan komunikasi (Liliweri,1991:76-81).

Menurut Ekman dan Friesen, semua perilaku nonverbal dapat dikelompokkan ke dalam satu dari lima tipe, tergantung pada sumber perbuatan, penandaan atau koding dan penggunaannya.

(1) Ilustrator, cenderung merupakan isyarat yang menyertai perkataan untuk menciptakan pesan visual yang mendukung atau memperkuat isi pesan dan yang lebih seringnya berasal dari alam bawah sadar kita. Misalnya, kita mungkin memberikan isyarat dengan menggerakkan ke atas telapak tangan yang menghadap ke atas ketika kita menggambarkan bagaimana kenaikan harga rumah selama 10 tahun terakhir.

(2) Lambang (emblem), biasanya menggantikan kata-kata. Salah satu yang paling populer adalah ,mengacungkan ibu jari ke atas (sebagai tanda setuju). Emblem yang muncul dari budaya dapat bersifat acak atau memiliki kemiripan dengan objek yang diwakilinya.

(3) Tampilan yang mempengaruhi, ini adalah gerakan yang cenderung membagi emosi menjadi negatif atau positif. Gerakan-gerakan ini meliputi ekspresi wajah, isyarat yang berhubungan dengan anggota badan, postur tubuh, dan gerakan. Wajah adalah sumber penunjukkan perasaan yang kaya, namun bagian lainnya juga memiliki peran penting. Perilaku menunjukkan perasaan bersifat intrinsik, komunikatif, interaktif dan selalu informatif (Borg,2009:58-59).

(4) Adaptor, yang berfungsi untuk membantu meredakan ketegangan tubuh, misalnya menggaruk kepala atau menggoyangkan kaki. Dalam hal ini terdapat beberapa jenis adaptor, yaitu:

- Adaptor yang ditujukan kepada tubuh sendiri (self-adaptor), seperti menggaruk, menepuk, meremas, menggenggam,dsb.

- Adaptor pengganti (alter-adaptor) adalah perilaku yang ditujukan kepada tubuh orang lain, seperti menepuk punggung seseorang.

- Adaptor objek (object-adaptor), yaitu perilaku kepada benda, seperti memainkan pena di tangan.

(5) Regulator, yang digunakan untuk mengontrol atau mengkoordinasikan interaksi. Misalnya kita menggunakan kontak mata dalam percakapan untuk menunjukkan perhatian kepada lawan bicara. Regulator utamanya bersifat interaktif, intrinsik, dan ikonik serta berasal dari pembelajaran budaya (cultural learning) (Morrisan,2009:95-96).

Intonasi/nada suara (Paralanguage/ Vocalics), parabahasa atau vokalika (vocalic) merujuk pada aspek-aspek selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, dialek,dan sebagainya. Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang, bukan karena isi pembicaraannya, melainkan karena cara menyampaikannya yang lamban dan monoton.

Tinggi rendahnya suara (pitch) karena aspek suara yang satu ini bisa mengekspresikan beragam makna yang berbeda. Misalnya, mudah bagi kita untuk mengetahui bagaimana sebuah nada suara bisa menunjukkan perbedaan antara membuat sebuah pernyataan atau mengajukan pertanyaan: “Mereka sudah kembali” sebagai lawan dari “Mereka sudah kembali?”. Kita bisa memberitahukan perasaan kita yang sedang bosan dengan menggunakan suara datar, atau kita bisa pula mengekspresikan rasa keterkejutan dengan menaikkan nada suara.

Kecepatan atau tempo, kita mengetahui bahwa sesuatu yang diekspresikan dengan cepat menunjukkan adanya urgensi, sedangkan perkataan yang lebih lambat atau tenang mengindikasikan makna yang sepenuhnya berbeda.

Kenyaringan suara merupakan aspek lain yang juga dapat menyampaikan makna yang berbeda. Secara umum, kita menganggap suara yang sangat nyaring atau keras sebagai suatu wujud ekspresi kemarahan. Tiga aspek dari gaya bicara ini memberikan ritme bagi suara. Orang dengan suara yang atraktif memiliki sebuah “kelebihan” yang terbukti dapat menyenangkan orang lain. Sebuah pepatah sederhana: “cara kita bernafas adalah cara kita bersuara” (Borg,2009:191-194).

Kinesik (kinesics), karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Lebih dari dua abad yang lalu Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna adalah kematian.

Ekspresi wajah dan tatapan mata, orang cenderung menyakini apa yang dikatakan pada wajah daripada kata-kata yang mereka dengar. Titik pusat dari wajah adalah mata. Mata mengungkapkan sebagian besar informasi, tempat kedua diduduki oleh ekspresi wajah kita. Jadi apapun alasan untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya sesekalo meringis, menyipitkan mata atau mengangkat alis bisa membuka kedok. Kontak mata merupakan salah satu cara nonverbal untuk:

- Menunjukkan kesukaan/keakraban dan bagaimana hubungan tersebut berjalan (kita lebih sering memandang orang kita sukai daripada yang tidak kita sukai).

- Melatih kontrol (misalnya, orang mungkin akan memperbanyak kontak mata ketika mereka sedang mencoba menegaskan sebuah pokok persoalan atau bersikap persuasive).

- Mengatur interaksi (mata digunakan untuk mengarahkan “momentum” dari sebuah percakapan, setelah memulainya terlebih dahulu).

- Memberikan informasi mengenai suasana hati dan karakter (seperti perhatian, kompetensi, kredibilitas, kegemaran, sekaligus pelepasan dari sebuah ikatan) (Borg,2009:83-85).

Banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan wajah. Namun penelitian Charles Darwin yang pertama kali menyoroti pentingnya memperlajari ekspresi wajah dan berbagai emosi yang ditunjukkan melalui wajah. Secara umum, telah diterima bahwa, oleh semua budaya, terdapat 6 jenis emosi yang mudah untuk diidentifikasi.

- Kebahagiaan - Kesedihan - Keterkejutan - Muak - Rasa Takut - Marah (Borg,2009:127-128).

Isyarat tangan, kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Perhatikan ketika orang sedang menelepon. Meskipun lawan bicara tidak melihat, ia menggerak-gerakkan tangannya. Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur.

Di Amerika, orang memanggil orang lain untuk mendekat dengan satu jari atau semua jari menghadap ke atas, sementara tangannya bergerak ke arah pemanggil. Di banyak Negara lain di Asia, Timur Tengah, Mediterania dan Amerika Selatan, orang yang memanggil orang lain dengan melengkungkan tangan dengan telapak menghadap ke bawah dan gerakan tangan berlawanan arah dengan cara Amerika. Orang Indonesia atau Pakistan yang memanggil orang Amerika dengan cara Indonesia atau cara Pakistan sering dianggap melambaikan tangan untuk berpisah, sehingga yang dipanggil malah pergi (Mulyana,2005:317-319).

Gerakan Kepala, di beberapa Negara anggukan kepala malah berarti “tidak”, seperti di India sementara isyarat “ya” di Negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang Inggris seperti orang Indonesia, menganggukkan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar dan tidak berarti menyetujui. Di Yunani, orang mengatakan tidak dengan menyentakkan kepalanya ke belakang dan menengadahkan wajahnya (Mulyana,2005:322).

Postur Tubuh dan Posisi kaki, postur tubuh sering bersifat simbolik. Kita cenderung mengapresiasi orang yang bertubuh tinggi dan seimbang. Banyak orang yang berusaha mati-matian untuk memperoleh psotur tubuh yang ideal dengan mengontrol makanan, berolahraga, mengkonsumsi obat atau jamu, dan bahkan menjalani bedah plastik.

Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa peneltian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William Sheldon misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan temperamen. Ia menghubungkan tubuh yang gemuk (endomorph) dengan sifat malas dan tenang; tubuh yang atletik (mesomorph) dengan sifat asertif dan kepercayaan diri; dan tubuh yang kurus (ectomorph) dengan sifat introvert yang lebih menyenangi aktivitas mental daripada aktivitas fisik (Mulyana,2005:323-324).

Mehrabian menyebut tiga makna yang dapat disampaikan postur : immediacy, power dan responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan

terhadap individu yang lain. Postur yang condong kea rah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan atau penilaian positif. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Individu mengkomunikasikan responsiveness bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungan, secara positif dan negatif. Bila postur kita tidak berubah, kita mengungkapkan sikap yang tidak responsif (Rakhmat,2005:290).

Proksimitas (Proxemics), pada tahun 1960-an seorang antropolog Erikaka bernama Edward hall memperkenalkan konsep proxemics yang berasal dari kata proximity (jarak) atau dengan kata lain kedekatan. Dia berbicara mengenai ruang pribadi dan bagaimana kita makhluk yang cenderung menjaga daerah kekuasaan kita, sering menciptakan gelembung yang tak kasat mata di sekitar kita sebagai bentuk perlindungan. Data zona yang tepat :

- Sangat dekat: 0-6 inchi. Jarak sedekat ini hanya bisa diakses oleh beberapa pasangan atau orang (misalnya anak-anak) yang kita tidak keberatan bila bersentuhan dengan mereka.

- Dekat: 6-8 inchi. Hanya orang-orang yang paling pentin seperti kekasih, kerabat dekat, teman dekat, dokter yang diperbolehkan untuk mengaksesnya. Jika ada orang asing atau orang yang belum dikenal dengan dekat, atau orang yang tidak disukai, menerobos masuk ruang ini, maka kita merasa tidak nyaman.

- Personal: 18 inchi – 4 kaki, atau sepanjang lengan. Kita bisa melakukan jabat tangan di zona ini. ini adalah jarak interaksi yang ideal di dunia Barat, untuk hampir seluruh interaksi. Kita akan melihat jarak ini dalam acara-acara sosial, mungkin acara dan pesta di kantor, atau acara-acara pertemanan. Sommer mencatat bahwa jika kita berdiri di luar zona ini, maka tindakan ini bisa menumbuhkan perasaan negatif pada diri orang lain.

- Sosial: 4-12 kaki. Orang yang tidak begitu familier dengan kita tapi mungkin dia harus berinteraksi dengan kita, misalnya pedagang atau karyawan toko. - Publik: 12 kaki atau lebih. Ketika berbicara dengan sekelompok orang dalam

sebuah acara resmi, jarak ini dianggap sebagai jarak yang bisa diterima dari barisan yang paling depan. Biasanya, tidak terjadi interaksi sosial dalam zona ini (Borg,2009:289-294).

Penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian), setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang baik itu busananya (model, kualitas, bahan, warna) dan juga ornament lain yang dipakainya, seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, dan sebagainya. Seringkali orang juga memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya.

Busana, nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai simbol keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Orang mengenakan jubah atau jilbab

sebagai tanda keagamaan keyakinan mereka. Di Indonesia dokter berjas putih, bidan berseragam purih, tentara berseragam hijau dan murid SD berseragam putih merah.

Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious, modern atau berjiwa muda. Kita memang cenderung mempersepsi dan memperlakukan orang yang sama dengan cara berbeda bila ia mengenakan pakaian berbeda. Misalnya, kita akan merasa cukup nyaman berbicara dengan orang yang berkemeja polos biasa. Namun saat lain kita akan merasa canggung ketika berbicara dengan orang yang sama namun berpakaian lengkap (jas dan dasi) atau berpakaian militer lengkap dengan tanda pangkatnya.

Waktu (chronomics), waktu menentukan hubungan antarmanusia. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan-perasaan manusia. Kronemika (chronemics) adalah studi dan interpretasi atas waktu sebagai pesan. Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua waktu: waktu monokronik (M) dan waktu polikronik (P).

Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi. Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam waktu ketimbang waktu itu sendiri, menekankan keterlibatan orang-orang dan menyelesaikan transaksi alih-alih menepati jadwal waktu. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam ke masa depan dan memperlakukannya sebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan dan kesegeraan waktu. Waktu P dianut kebanyakan budaya Timur, Eropa Selatan (Italia,Yunani, Spanyol, Portugal) dan Amerika latin, sedangkan waktu M dianut kebanyakan budaya Barat (Eropa Utara, Amerika Utara dan Australia).

Bandingkan cara berjalan mahasiswa di Amerika dengan mahasiswa di Yogyakarta. Mahasiswa Amerika menggunakan sepatu roda dan skateboard untuk mengejar waktu kuliah, agar memperoleh tempat duduk paling strategis; mahasiswa Indonesia menggunakan benda-benda itu untuk gaya-gayaan (Mulyana,2005:366-367).

Bau (olfaction), bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodorant, eau de toilette, eau de cologne dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang dilakukan hewan. Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, mengidentifikasi emosional dan menarik lawan jenis. Suku-suku primitive di pedalaman telah lama menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan wewangian. Pada zaman Nabi Muhammad, wanita yang ayahnya meninggal dunia, dianjurkan untuk berkabung dengan tidak menggunakan wewangian selama masa itu. Namun kaum pria dianjurkan untuk menggunakan wewangian pada saat mereka melaksanakan salat Jumat.

Bau tubuh memang amat sensitive. Kita enggan berdekatan dengan orang yang bau badan, bau ketiak apalagi bau mulut. Beberapa sering kita melakukan hal-hal

berikut sebelum kita pergi ke suatu acara istimewa dan bertemu dengan orang yang istimewa pula : menggosok badan dengan sabun mandi, menyikat gigi, berkumur-kumur dengan cairan pembersih mulut dan pembunuh kuman, lalu mengenakan pakaian segar, sepatu yang bebas bau, menggunakan deodorant, mengoleskan parfum dan akhirnya mengunyah permen (Mulyana,2005:352-353).

Sentuhan (hapstic), banyak riset menunjukkan bahwa orang yang berstatus lebih tinggi sering menyentuh orang berstatus lebih rendah daripada sebaliknya. Jadi sentuhan bisa berarti kekuasaan. Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu dari sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut :

- Fungsional-profesional. Di sini sentuhan bersifat dingin dan berorientasi bisnis, misalnya pelayan took membantu pelanggan memilih pakaian.

- Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan, dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.

- Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah lama berpisah.

- Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan. Misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut.

- Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman (Mulyana,2005:336-337).

Karakteristik komunikasi nonverbal menurut Ronald Adler dan George Rodman, komunikasi nonverbal memiliki empat karakteristik yaitu keberadaannya, kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal, sifat ambiguitasnya dan keterikatannya dalam suatu kultur tertentu (Sendjaja,2005:239).

Dokumen terkait