• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II. 1.1) Sejarah Perkembangan Komunikasi Manusia

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa berkomunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (dalam Cangara, 1998: 1-2).

Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu politik menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi :

Pertama, adalah hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang dapat mengancam alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalaman maupun melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.

Kedua, adalah upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat sesungguhnya tergantung bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian di sini bukan saja pada kemampuan manusia memberi tanggapan terhadap gejala alam seperti banjir, gempa bumi dan musim yang memperngaruhi perilaku manusia, tetapi juga lingkungan

masyarakat tempat manusia hidup dalam tantangan. Dalam lingkungan seperti ini diperlukan penyesuaian, agar manusia dapat hidup dalam susasana yang harmonis.

Ketiga, adalah upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Misalnya bagaimana orang tua mengajarkan tatakrama yang baik kepada anak-anaknya. Bagaimana sekolah difungsikan untuk mendidik warga Negara. Bagaimana media massa menyalurkan hati nurani khalayaknya, dan bagaimana pemerintah dengan kebijaksanaan yang dibuatnya untuk mengayomi kepentingan anggota masyarakat yang dilayaninya (dalam Cangara,1998:2-3).

Pandangan lain mengenai “mengapa kita berkomunikasi?”, masing-masing pakar komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda-beda, meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai pandangan tersebut.

Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk membangun kontak sosial orang di sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti apa yang kita inginkan. Namun tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.

Gordon I. Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikas untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaranan kita akan lingkungan dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.

Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi : Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu, seperti : apa yang akan kita makan pagi hari, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana belajar menghadapi tes. Sebagian keputusan ini dibuat sendiri, dan sebagian lagi dibuat setelah berkonsultasi dengan orang lain. Sebagian keputusan bersifat emosional, dan sebagian lagi melalui pertimbangan yang

matang. Semakin penting keputusan yang akan dibuat, semakin hati-hati tahapan yang dilalui untuk membuat keputusan. Kecuali bila keputusan itu bersifat reaksi emosional, keputusan itu biasanya melibatkan pemrosesan informasi,berbagi informasi, dan dalam banyak kasus, persuasi, karena tidak perlu memperoleh data, namun sering untuk memperoleh dukungan atas keputusan kita.

Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana,2005:4-5).

Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulan antarmanusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat, apakah ia seorang mahasiswa, dosen, dokter, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama, penyuluh lapangan, pramuniaga dan lain sebagainya. Pendek kata, sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi. Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain merupakan awal keterampilan manusia secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.

Kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data otentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Everett M. Rogers (1986) menilai peristiwa ini sebagai generasi pertama pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu mengutarakan pikiran secara tertulis (dalam Cangara,1998:4).

Kecapakapan manusia berkomunikasi secara lisan menurut perkiraan berlangsung sekitar 50 juta tahun, kemudian memasuki generasi kedua di mana manusia mulai memiliki kecakapan berkomunikasi melalui tulisan. Bukti kecakapan ini ditandai dengan ditemukannya tanah liat yang bertulis di Sumeria dan Mesopotamia sekitar 4000 tahun sebelum masehi. Kemudian berlanjut dengan ditemukannya berbagai tulisan di kulit binatang dan batu arca. Lalu secara berturut-turut dapat disebutkan pemakaian huruf kuno di Mesir (3000 tahun SM), alphabet Phunesia (1800 tahun SM), huruf Yunani Kuno (1000 tahun SM), huruf Latin (600 tahun SM), pencetakan buku pertama di Cina (tahun 600 M), pemakaian tinta dan kertas Persia (tahun 676 M) dan Eropa (tahun 1200 M) (Cangara,1998:5).

Perkembangan komunikasi manusia disebut oleh Roger Fidler dengan kata “mediamorfosis” yang defenisinya adalah :

“Transformasi media komunikasi, yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi sosial dan teknologi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa Mediamorfosis atau perkembangan komunikasi manusia melalui 3 tahapan proses, yaitu sbb :

1. Komunikasi/bahasa lisan dan mediamorfosis besar yang pertama. 2. Komunikasi/bahasa tulisan dan mediamorfosis besar kedua.

3. Komunikasi/bahasa digital dan mediamorfosis besar ketiga (dalam Purba,2006:3-4).

Perkembangan komunikasi manusia sebagaimana yang dikemukakan oleh Roger Fidler diatas memperlihatkan bahwa komunikasi manusia melalui 3 tahapan, dimana dimulai lebih dari 100.000 tahun yang lalu. Untuk memperdalam kajian mengenai tahapan-tahapan komunikasi dapat dideskripsikan sbb:

Komunikasi/bahasa Lisan dan Mediamorfosis Besar yang Pertama

Banyak data-data anatomis yang ditemukan arkeolog pada fosil-fosil tengkorak mengukuhkan bahwa manusia modern memperoleh keterampilan fisis untuk berbicara

sekitar 90.000 sampai 40.000 ribu tahun yang lalu. Bentuk-bentuk kasar bahasa lisan mungkin muncul sejak awal sekali dalam proses evolusioner ini sebagai akibat dari berbagai kebutuhan-kebutuhan manusia dikala itu untuk menjembatani pemikiran, hasrat, pengetahuan diantara mereka dengan mengadakan komunikasi intrapersonal atau antarpribadi di dalam kelompok dan suku mereka dalam rangka mempertahankan hidup dan eksistensi mereka dalam kehidupan yang liar.

Karena selama ini tidak ada data-data dan catatan yang bisa ditemukan, maka asal-usul bahasa lisan manusia untuk pertama kalinya terus menjadi spekulasi. Namun yang pasti penyebaran bahasa lisan diantara manusia modern membutuhkan waktu ribuan tahun lamanya. Selain perkembangan bahasa lisan, manusia modern saat itu mulai mengembangkan media penyiaran, sebagai sarana komunikasi yang lebih luas dalam menyampaikan pengetahuan, pemikiran dan gagasan kepada orang lain. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan lukisan-lukisan yang menghiasi dinding-dinding gua seperti di Eropa bahkan di kepulauan Sulawesi.

Komunikasi/Bahasa Tulisan dan Mediamorfosis Besar Kedua

Upaya-upaya untuk melestarikan pengetahuan dan mengatasi keterbatasan – keterbatasan komunikasi lisan mungkin telah menjadi pertimbangan manusia kala itu untuk menemukan medium yang bisa dijadikan media komunikasi yang efektif dan tidak hilang.

Bukti – bukti yang menunjukkan perkembangan komunikasi manusia khususnya dalam komunikasi tulisan sudah ada sekitar 6000 tahun yang lalu di Sumeria dan Mesir. Pada saat itu, pertumbuhan cepat dalam pertanian dan perdagangan serta pemerintahan di dalam ekonomi yang bersifat agricultural yang berkembang pesat ini menciptakan suatu peluang dan dorongan untuk mencari dan mengadaptasi alat-alat komunikasi baru yang sesuai dibandingkan dengan lisan dan ingatan manusia. Sehingga memunculkan perkembangan medium komunikasi tulisan.

Salah satu tonggak penting perkembangan medium komunikasi tulisan yaitu diketemukannya kertas. Sebenarnya orang Mesir lebih dulu menemukan membuat kertas dibandingkan dengan inovasi orang Cina. Saat itu, sekitar 45 abad lalu orang Mesir memakai daun Papirus basah yang ditumbuk dan mengepres pita-pita daun Papirus secara bersilangan hingga membentuk lembaran-lembaran tipis padat kemudian menjemurnya hingga kering.

Selain orang Mesir dan Sumeria perkembangan medium komunikasi tulisan ini juga diramaikan oleh bangsa Romawi, dimana pada zaman itu, raja-raja Romawi turut membuat kertas sebagai medium komunikasi antara penguasa dengan rakyatnya. Maka dibuatlah sebuah kertas yang fisiknya hampir mirip dengan surat kabar yang dinamai “Acta Diurna”, dimana berisikan informasi-informasi dari kerajaan Romawi.

Momentum perkembangan yang paling utama dan pesat dalam perkembangan komunikasi manusia pada tahap kedua ini pada tahun 1400-an. Diawali dengan inovasi Johan Guttenberg yang pertama kalinya menemukan seni cetak-mencetak, dimana dalam inovasi ini Guttenberg bermaksud mencetak bible-bibel dan menjualnya secara missal, terbukti mesin cetak Guttenberg lebih ekonomis dan efektif, dimana bible yang dijualnya harganya turun seperlima bible yang dibuat dengan tulisan tangan. Namun,

inovasi Guttenberg ini sempat dituding dan ditentang oleh kaum agamawan yang menganggap inovasi itu tak lebih dari pekerjaan setan.

350 tahun setelah inovasi Guttenberg menemukan medium komunikasi tertulis tercetak, perkembangan medium komunikasi semakin berkembang pesat. Tahun 1833 adalah awal dimulainya pencetakan surat kabar secara massal. Salah satunya adalah surat kabar yang dibuat oleh Benjamin Day yang menerbitkan koran di New York yang bernama Sun, dimana Koran ini dijual dengan harga sangat murah hanya 1 sen. Koran Sun ini adalah cikal bakal koran atau pers yang saat ini dikenal dengan nama Yellow Pers atau Penny.

Periode dari 1890 hingga 1920 bisa disebut sebagai periode zaman emas media cetak. Perusahaan besar penerbitan koran tumbuh subur, penerbit seperti Joseph Pulitzer, Lord Northcliffe memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar, mereka bisa mengangkat atau menjatuhkan tokoh-tokoh politik dan mengerahkan dukungan rakyat untuk peperangan serta dukungan pada kepentingan pribadi mereka sendiri. Tahun 1930 adalah awal medium komunikasi radio dimulai, serta pasca perang dunia kedua era teknologi komunikasi lebih menunjukkan perkembangan yang pesat sejak diketemukannya televise sebagai medium komunikasi yang paling lengkap dalam mengawinkan realitas lisan dan tulisan serta realitas visual yang lebih atraktif.

Komunikasi/Bahasa Digital dan Mediamorfosis Besar Ketiga

Saat ini komunikasi manusia tergantikan dengan penggunaan medium yang lebih maju. Penggunaan komputer, internet, teknologi telepon serta seluler satelit memungkinkan manusia berkomunikasi dengan lebih mudah. Percakapan diantara manusia tidak lagi harus berhadap-hadapan atau bertatap muka. Hal ini dimulai dengan masuknya penetrasi teknologi digital dalam proses komunikasi. Sehingga dapat disebut dengan komunikasi digital. Dalam bahasa Fidler, ia menyatakan bahwa komunikasi digital adalah sebuah bahasa yang memakai angka-angka untuk mengkodekan dan memproses informasi, dikembangkan untuk memudahkan komunikasi antara mesin dengan komponennya. Hanya melalui suatu proses penerjemahan yang berperantara matematislah, maka bahasa digital bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan dan antara manusia.

Dengan teknologi digital manusia bisa berkomunikasi dengan lancar walaupun jarak memisahkan mereka dalam skala antar benua atau antar bumi dan angkasa. Seorang dosen tidak harus memberikan kuliah pada tiga kelas berbeda dalam satu ruangan, dosen bisa memberikan kuliah dengan memanfaatkan fasilitas teleconference yang memungkinkan dia berkomunikasi pada tiga kelas yang berbeda tempatnya (Purba, 2006:4-10).

Dokumen terkait