• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II. 1.5) Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapi satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi sebagai suatu proses memiliki berbagai defenisi yang beraneka ragam mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Semakin kompleks suatu teori atau defenisi semakin memerlukan unsure-unsur atau elemen komunikasi yang semakin kompleks pula (Purba,2006:39).

Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan (Cangara,2006:21). Sejalan dengan apa yang disampaikan Carl I. Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan: communication is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of other individual (communicate). Komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu (komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Purba,2006:29).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni : Source (pengirim), Message (pesan), Channel (salura-media) dan Receiver (penerima) (dalam Cangara:2006:21-22).

Proses komunikasi lain yang dikembangkan oleh Herbert G. Hicks dan C Ray Gullet yang didasarkan model David K. Berlo dan model yang dikembangkan Wilbur Schramm menggambarkan komunikasi dimulai dari sumber sebagai titik awal komunikasi itu berasal. Dalam diri sumber terjadi proses pengkodean (encoding) yakni ketika ide diubah menjadi kode atau simbol bahasa. Gerak-gerik dan sebagainya di alam pikiran kemudian diekspresikan menjadi sebuah pesan berupa produk fisik seperti kata-kata yang diucapkan, dicetak, ekspresi wajah yang disampaikan melalui saluran tertentu kepada penerima. Pesan tersebut diterima berupa idea tau simbol dan terlebih dahulu melalui proses pembacaan kode (decoding) dalam diri penerima dengan menyusunnya kembali guna memperoleh pengertian (Purba,2006:39-40).

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan tidak kalah penting dalam mendukung terjadinya proses komunikasi (Cangara:2006:22). Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri dari :

1. Sumber (coomunicator) 2. Pembentukan kode (encoding) 3. Pesan (message)

4. Saluran (channel)

5. Penerima (communicant) 6. Pembacaan kode (decoding)

7. Umpan balik (feedback) 8. Efek (effect)

9. Lingkungan (environment)

Sumber Komunikasi (communicator ) – Penerima (communicant)

Seseorang menjadi komunikator ketika sedang mengirimkan pesan, misalnya sedang berbicara, menulis, menggambar, ataupun sedang melakukan tindakan, gerak-gerik, menampilkan ekspresi wajah dan sebagainya. Setelah mengirimkan pesan maka beberapa saat kemudian akan menerima pesan dari teman bicara misalnya, melalui pendengaran, penglihatan, observasi, rabaan, penciuman, dan lain-lain. Bila komunikasi terjadi secara langsung (direct communication), pada saat memberikan perhatian, memandang, melihat, mendengar, maupun menyerap lambang-lambang verbal maupun nonverbal untuk memberikan tanggapan (respon) maka dalam hal ini seseorang sedang berfungsi sebagai penerima (komunikan) (Purba,2006:40-41).

Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda (Cangara,2006:23).

Encoding-Decoding

Sebagai komunikator akan melakukan fungsi encode (encoding) dan pada saat itu disebut encoder sedangkan komunikan melakukan fungsi decode (decoding) yang disebut sebagai decoder.

Ketika akan melakukan kegiatan untuk menghasilkan pesan. Pesan bersumber dari gagasan atau ide. Pada saat menerjemahkan gagasan, ide, buah pikiran tersebut ke dalam bentuk kode-kode tertentu sebagai kata-kata tertulis maupun lisan, gambar, gerak-gerik, maupun isyarat yang disengaja dipilih untuk menyampaikan pesan tersebut, maka kita sedang melakukan proses encoding.

Tindakan menerima pesan tersebut misalnya membaca, mendengarkan, melihat, mengamati dan selanjutnya memberikan penafsiran atau interpretasi terhadap pesan tersebut. Dalam hal ini berarti komunikan sedang terlibat dalam proses decoding (Purba,2006:42).

Saluran (channel)

Saluran (channel) adalah media yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Saluran yang merupakan mata rantai yang harus dilalui pesan untuk sampai kepada tujuan berbeda-beda tergantung jenis proses komunikasi yang berlangsung dan jarang sekali menggunakan hanya satu saluran saja. Dalam komunikasi tatap muka (face to face) proses penyampaian ide, gagasan atau perasaan seseorang dapat menggabungkan pemakaian beberapa saluran yang berbeda-beda secara simultan. Misalnya sebuah proses komunikasi dengan menggunakan beberapa lambang-lambang berupa kata-kata atau bunyi-bunyian disebut saluran suara, gerak-gerik atau isyarat tubuh misalnya menganggukkan kepala, mengerutkan kening dan lain-lain dapat diamati secara visual, menggunakan wangi-wangian menggunakan saluran yang disebut olfactory (Purba,2006:43).

Umpan Balik (feedback)

Umpan balik memainkan peranan amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau response atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancer. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya (Effendy,1999:14).

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya di kala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif.

Umpan balik diri sendiri adalah pesan atau informasi yang kita terima atas pesan yang kita produksi sendiri, misalnya ketika sedang berbicara dengan orang lain maka pada saat bersamaan secara sengaja dan sadar kita mendengarkan suara kita sendiri. Umpan balik sejenis ini disebut internal feedback.

Feedforward atau umpan maju adalah informasi yang menjawab pesan yang akan disampaikan kepana komunikan. Umpan maju ini sering sekali dilakukan sebagai pengantar dalam sebuah kalimat yang berisi pesan, misalnya “Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, saya mohon……”. Pengantar dalam kalimat merupakan umpan maju berupa isyarat dan tanggapan yang akan disampaikan oleh komunikator.

Umpan balik verbal adalah tanggapan yang dikirimkan oleh komunikan berupa kata-kata baik lisan maupun tulisan. Sedangkan umpan balik nonverbal dalah tanggapan atau respon yang diberikan oleh komunikan berupa pesan yang disampaikan bukan dengan kata-kata tetapi dengan isyarat, gambar, warna, dan sebagainya. Umpan balik sejenis ini disebut external feedback.

Dalam komunikasi tatap muka, umpan balik secara langsung dan seketika diterima oleh komunikator. Umpan balik ini disebut immediate feedback. Berbeda dengan komunikasi massa, umpan balik diterima tertunda dalam rentang waktu yang cukup lama sejak saat pesan dikirimkan. Umpan balik tertunda pada media massa disebut delay feedback (Purba,2006:45-46).

Efek (effect)

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Cangara,2006:25).

Lingkungan (environment)

Adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :

− Lingkungan Fisik(Letak Geografis dan Jarak)

− Lingkungan Psikologis ( Pertimbangan Kejiwaan seseorang ketika menerima pesan)

− Dimensi Waktu (Musim, Pagi, Siang, dan Malam) (Cangara,2006:26-27). Gambar 4

Unsur-unsur komunikasi

(Cangara,2006:23) II.1.6) Proses Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi ada dua tahap yaitu Primer dan Sekunder.

a.Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media, bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya. Dalam proses komunikasi, media yang paling banyak digunakan adalah bahasa, karena mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain dalam bentuk ide, informasi atau opini.

Kata-kata mengandung dua jenis pengertian :

Denotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti sebagaimana tercantum dalam kamus atau sebenarnya (dictionary meaning)

Konotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti emosional atau mengandung penilaian tertentu / kiasan (emotional or evaluate meaning)

Bahasa memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Wilbur Schramm, ahli komunikasi dalam karyanya “Communication research in the USA” menyebutkan

LINGKUNGAN

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator sesuai dengan kerangka acuan (frame of reference), paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 1999:11-12).

b.Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama dipakai karena relatif jauh atau jumlahnya banyak. Sarana itu, surat, telepon, fax, koran, majalah, radio, TV, film, e-mail, internet, dan lain-lain karena komunikan sebagai sasarnnya berada di tempat yang relatif jauh.

Jadi, proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan digunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, film, atau media lainnya. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula (Effendy, 1999:16).

Dokumen terkait