• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.4 Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data

3.4.3 Definisi dan pengukuran variabel

Untuk menegaskan batas-batas penelitian secara jelas, maka variabel- variabel penelitian didefinisikan secara khusus sebagai berikut:

1) Peningkatan pendapatan total nelayan adalah selisih antara pendapatan total masyarakat pesisir setelah program dikurangi pendapatan total sebelum program PEMP.

3) Pendapatan sebelum program adalah pendapatan masyarakat pesisir sebelum program PEMP diintroduksikan.

4) Pendapatan setelah program adalah tingkat pendapatan masyarakat pesisir setelah menjadi peserta program PEMP selama 3 tahun.

5) Modal awal adalah modal yang dilibatkan dalam kegiatan matapencaharian masyarakat pesisir sebelum adanya program PEMP.

6) Tambahan modal adalah jumlah modal yang diperoleh masyarakat pesisir selama mengikuti program PEMP.

7) Persepsi tentang prospek ekonomi kegiatan yang dilaksanakan oleh responden adalah ekspektasi responden terhadap peluang kemajuan usaha yang dijalankannya.

8) Lokasi adalah Kabupaten Cirebon dan Subang.

9) Tahun pelaksanaan adalah umur program dihitung dari tahun pelaksanaan penelitian (2006).

10)Persepsi tentang kecakapan sendiri adalah penilaian responden terhadap kecakapan dirinya.

11)Jenis mata pencaharian adalah jenis mata pencaharian kepala keluarga yang menjadi responden penelitian.

Variabel-variabel penelitian di atas (yang semuanya merupakan variabel ekonomi) diukur dengan angka nominal, kecuali tingkat pendidikan dan persepsi tentang prospek usaha yang merupakan data ordinal.

3.5 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Cirebon dan Subang. karena keduanya merupakan dua kabupaten yang memperoleh perlakuan program PEMP relatif sama. Selanjutnya penentuan kecamatan dalam setiap kabupaten didasarkan pada strata tahun pelaksanaan program PEMP. Artinya sama-sama melaksanakan dalan tahun 2001 dan 2002 (tahap inisiasi) Adapun kecamatan terpiliha adalah sebagai berikut:

Mundu.

ƒ Kabupaten Subang: Kecamatan Blanakan, Legok Kulon, dan Pusaka Nagara. 3.6 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan (Pebruari – April) 2006 3.7 Metoda Analisis

3.7.1 Analisis deskriptif univariat

Analisis deskriptif univariat menyajikan distribusi frekuensi. Dengan deskripsi ini, akan diketahui kecenderungan responden berkenaan dengan variabel penelitian yang digunakan.

3.7.2 Wilcoxon signed rank test

Analisis ini digunakan dalam rangka menguji apakah pendapatan masyarakat pesisir itu meningkat secara nyata setelah mengikuti program PEMP. Peluang kejadian pendapatan masyarakat antara sebelum dengan sesuadah mengikuti program PEMP adalah sebagai berikut:

Ya > Yb Ya = Yb Ya < Yb

dengan keterangan Ya = pendapatan sebelum program, dan Yb = pendapatan sesudah program.

Dalam formula Wilcoxon, untuk menguji apakah ada perbedaan pendapatan sebelum dengan sesudah mengikuti program PEMP dilakukan rangkaian uji sebagai berikut:

1) Hipotesis

Jika d adalah selisih pendapatan antara sebelum dengan sesudah program PEMP, maka disusun hipotesis berikut:

H1: d ≠ 0 (pendapatan sebelum berbeda dengan sesudah program) 2) Dasar Pengambilan Keputusan

• Dengan membandingkan nilai z hitung dengan z tabel: Jika z hitung < z tabel, maka H0 diterima; dan Jika z hitung > z tabel, maka H0 diterima.

Adapun untuk memperoleh z hitung itu digunakan rumus sebagai berikut: z = [T -{1/4(N)(N+1)}]/ [1/24(N)(n+1)(2N+1)]

dengan keterangan T adalah selisih pendapatan terkecil (tanda tidak diperhatikan) dan N adalah jumlah contoh (setelah mengeluarkan contoh yang memiliki nilai yang benar-benar sama).

• Dengan melihat angka probabilitas: Probabilitas > α maka H0 diterima Probabilitas < α maka H0 ditolak

dengan keterangan α adalah nilai kesalahan (yang dalam penelitian ini digunakan 5%, karena penelitian ingin memperoleh informasi pada selang kepercayaan 95%).

Karena pada penelitian ini proses penghitungan menggunakan SPSS 14, maka digunakan pendekatan probabilitas. Jadi tidak dilakukan proses penghitungan manual seperti yang ditunjukkan pada rumus di atas.

3.7.3 Analisis regresi berganda

Analisis regresi berganda yang dilakukan ditunjukkan dengan rumus umum sebagai berikut:

Y = ƒ (X1, X2, X3i, X4, X5, X6, X7, X8i) dengan keterangan bahwa:

ƒ Y adalah peningkatan pendapatan sesudah mengikuti program PEMP. Pendapatan ini tidak dikoreksi dengan nilai inflasi. Jadi nilai pendapatan itu

merupakan nilai nominal pendapatan pada tahun berjalan (current income). Pendekatan ini digunakan, karena dalam persepsi sederhana (mindset) nelayan maupun pengelola program, yang dimaksud dengan pendapatan itu senantiasa merujuk pada nilai nominal pendapatan; dan tidak dikaitkan dengan pengertian ‘daya beli’ (purchasing power) pendapatan.

ƒ X1 adalah modal awal. Nilai ini diukur dengan angka interval sesuai dengan nilai modal awal yang dimiliki oleh responden.

ƒ X2 adalah tambahan modal selama program. Tambahan ini tidak dibedakan apakah tambahan itu bersumber pada modal sendiri, kredit bank, maupun kredit dari PEMP.

ƒ X3i adalah tingkat pendidikan. Ini merupakan dummy variable (X31...X33). Nilai variabel adalah sebagai berikut:

X31 X32 X33

SD 1 0 0

SMP 0 1 0

SMA 0 0 1

Lebih dari SMA 0 0 0

ƒ X4 adalah persepsi responden tentang prospek usaha ekonomi yang dijalankannya. Variabel ini diukur dengan nilai interval, yang dihasilkan dari rata-rata angka Skala Lickert (Sangat Setuju = 5; Setuju = 4; Cukup Setuju = 3; Kurang Setuju = 2; Tidak Setuju = 1). Semua pertanyaan (ada 5 pertanyaan) merupakan pertanyaan positif. Jadi makin besar nilai interval dimaknai “persepsi responden terhadap prospek usaha itu semakin baik”.

ƒ X5 adalah dummy variable untuk lokasi (Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Subang). Ini merupkan variabel biner, X5 bernilai 1 untuk Cirebon dan 0 untuk Subang.

ƒ X6 adalah tahun pelaksanaan PEMP. Nilai diukur dengan nilai interval umur program terhitung pada tahun pelaksanaan penelitian.

ƒ X7 adalah variabel persepsi responden tentang kecakapan dirinya dalam menjalankan usahanya. Variabel ini diukur dengan nilai interval, yang dihasilkan dari rata-rata angka Skala Lickert (Sangat Setuju = 5; Setuju = 4; Cukup Setuju = 3; Kurang Setuju = 2; Tidak Setuju = 1). Semua pertanyaan (ada 5 pertanyaan) merupakan pertanyaan positif. Jadi makin besar nilai interval dimaknai “persepsi responden menilai dirinya lebih cakap”.

ƒ X8i adalah jenis mata pencaharian responden. Ini merupakan dummy variable (X81...X83). Nilai variabel adalah sebagai berikut:

X81 X82 X83

Nelayan 1 0 0

Pedagang 0 1 0

Pengolah 0 0 1

Petambak 0 0 0

Untuk melihat pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y), dilakukan tiga tahap komputasi, yaitu:

ƒ Tahap 1: Seluruh variabel bebas dimasukkan dan dilakukan komputasi dengan menggunakan SPSS-14. Kemudian dianalisis hasilnya.

ƒ Tahap 2 (Iterasi I): Setelah mengoperasikan model yang utuh, dilakukan iterasi dengan metoda “entered/removed”, yang dalam hal ini digunakan metoda “entered”. Komputer secara iteratif memilih variabel yang memiliki korelasi yang relatif tinggi, baik berkorelasi positif maupun negatif. Kemudian dianalisis hasilnya.

ƒ Tahap 3 (Iterasi II): Iterasi kedua adalah menganalisis regresi berganda, hanya dengan memasukkan variabel bebas yang pada Iterasi I menunjukkan pengaruh nyata pada taraf <5%.

Terhadap rumus umum regresi berganda itu, dilakukan uji hipotesis terhadap konstanta regresi. H0 diterima jika konstanta bernilai sama dengan 0. Sutrisno (1982)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Studi

4.1.1 Kabupaten Subang

Kabupaten Subang terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat, terletak antara 107º31’-107º54’ BT dengan 6º11’-6º49’ LS. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Indramayu, sebelah barat dengan Kabupaten Karawang dan Purwakarta, sebelah selatan dengan Kabupaten Sumedang, dan sebelah utara dibatasi Laut Jawa.

Gambar 2. Peta Kabupaten Subang

Kabupaten Subang terdiri dari 22 kecamatan, yang 4 kecamatan di antaranya (dan terutama di 3 kecamatan pertama) merupakan kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan, Pusakanegara, Legon Kulon, dan Kecamatan Pamanukan. Jumlah areal tambak di Kecamatan Pusakanagara, Legon Kulon, dan Blanakan mencapai 8,258 ha dengan sebaran di masing-masing kecamatan adalah 806 ha, 4,595 ha, dan 2,855 ha. Jumlah populasi nelayan, petambak, dan pengolah di tiga kecamatan itu pada tahun 2003 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Nelayan, Petambak, dan Pengolah Ikan Kabupaten Subang Tahun 2003

Jumlah (org) Nama Kecamatan

Nelayan Petambak Pengolah

1. Pusakanagara 150 402 56

2. Legon Kulon 108 2,297 16

3. Blanakan 380 1,425 77

Jumlah 638 4,124 149

Konsentrasi kegiatan kelautan di Kecamatan Pusakanegara adalah di 1 desa (Patimban) dari 11 desa yang ada. Kecamatan Legon Kulon di 5 desa (dari 9 desa), yaitu Pangarengan, Tegalurung, Mayangan, Legon Wetan, dan Anggasari. Kecamatan di 5 desa (dari 9 desa), yaitu Cilamaya Girang, Rawa Meneng, Blanakan, Muara, dan Tanjung Jaya.

Komposisi RTP (Rumah Tangga Perikanan) dan RTBP (Rumah Tangga Bukan Perikanan) di tiga kecamatan itu adalah seperti yang disajikan pada Tabel 4. RTP di Kecamatan Pusakanagara dan Legon Kulon mencapai 20% dari total rumahtangga. Sedangkan di Kecamatan Blanakan mencapai 18,17%.

Tabel 4. Jumlah RTP dan RTBP Kabupaten Subang Tahun 2003 Jumlah (org) Nama Kecamatan RTP RTBP Total 1. Pusakanagara 82 328 410 2. Legon Kulon 90 360 450 3. Blanakan 430 1,937 2,367 Jumlah 602 2,625 3,227 4.1.1.1 Pelaksanaan PEMP 2001

Dana PEMP 2001 disalurkan kepada 23 kelompok masyarakat pemanfaat (KMP), yang beranggotakan 130 orang di Kecamatan Blanakan (Desa Blanakan dan Tanjung Tiga) dan Legon Kulon (Desa Pengarengan). Program ini memberikan dukungan terhadap usaha produktif berikut :

ƒ Usaha dagang jelas ke tambak.

ƒ Usaha dagang sarana produksi perikanan (saprokan) .

ƒ Usaha budidaya tambak.

ƒ Usaha pemasaran hasil penangkapan.

ƒ Usaha pengolahan ikan dan jenis hasil laut lainnya. 4.1.1.2 Pelaksanaan PEMP tahun 2002

Dana PEMP 2002 disalurkan kepada 35 KMP yang beranggotakan 281 orang. Lokasi penerapan PEMP 2002 adalah Kecamatan Blanakan (Desa Muara), Kematan Pamanukan (Desa Sukamaju), Kecamatan Legon Kulon (Desa Mayangan, Legon Kulon, dan Tegal Urung), Kecamatan Pusakanagara (Desa Patimban). Kegiatan usaha produktif yang didukung program ini adalah:

ƒ Tambak dan penangkapan.

ƒ Usaha budidaya tambak. Usaha dagang sarana produksi perikanan (saprokan)

ƒ Usaha budidaya ikan lele dumbo.

ƒ Usaha pemasaran hasil tambak dan penangkapan.

ƒ Usaha pengolahan hasil perikanan tangkap. 4.1.1.3 Pelaksanaan PEMP 2003

Berbeda dengan periode sebelumnya, PEMP 2004 ini terdiri dari dua komponen, yaitu: (i) dana pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat pesisir; dan (ii) Penyediaan pom solar untuk nelayan (SPDN). Kelompok sasaran penyaluran dana pengembangan usaha ekonomi produktif adalah:

ƒ Nelayan penggunakan motor tempel dengan kekuatan maksimum 15 HP.

ƒ Nelayan pekerja (ABK: anak buah kapal).

ƒ Petambak yang memiliki tambak yang cukup, namun kekurangan modal usaha.

ƒ Pedagang ikan skala kecil.

ƒ Pengolah ikan skala kecil.

ƒ Pengolah sarana penunjang usaha perikanan skala kecil, seperti bengkel reparasi motor tempel, kios BBM, atau kios es.

4.1.2 Kabupaten Cirebon

Kabupaten ini merupakan kabupaten di pantai utara Jawa Barat paling timur. Secara astronomik, kabupaten ini terletak di antara 108º32’-108º49’ BT dengan 6º00’-7º00’ LS. Sebelah utara dibatasi kota Cirebon dan Laut Jawa, sebelah timur dibatasi Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah, sebelah selatan dibatasi Kabupaten Kuningan, dan sebelah barat dibatasi Kabupaten Majalengka dan Indramayu.

Gambar 3. Peta Kabupaten Cirebon

Konsentrasi kegiatan kelauatan ada di 7 kecamatan: Kapetakan, Cirebon Utara, Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gebang, dan Losari. Jumlah RTP mencapai 4,602 orang (18.82%). Kecamatan Gebang memiliki jumlah RTP terbesar dan sekaligus proporsi RTP terbesar pula (Tabel. 5). Untuk kecamatan Astanajapura tidak diperoleh informasi yang pasti.

Tabel 5. Jumlah RTP dan RTBP Kabupaten Cirebon, Tahun 2003 Jumlah (org) Kecamatan RTP RTBP Total Nisbah* 1. Kapetakan 638 2,275 2,913 21.90 2. Cirebon Utara 818 3,694 4,512 18.13 3. Mundu 689 4,265 4,954 16.15 4. Astanajapura 5. Pangenan 302 1,446 1,748 20.89 6. Gebang 2,830 7,245 9,075 39.06 7. Losari 325 925 1,250 26.00 Total 4,602 19,850 24,452 18.82

Keterangan: Nisbah = persentase RTP terhadap Total

Seluruh RTP itu terlibat dalam kegiatan penangkapan. Indikasi itu ditunjukkan dengan jumlah perahu yang relatif sebanding dengan jumlah RTP (Tabel. 6). Para nelayan menggunakan alat yang beragam. Tabel. 7 menunjukkan jenis alat tangkap, produksi, dan frekuensi melaut setiap bulan. Produksi tertinggi dicapai oleh nelayan dengan alat tangkap jaring insang hanyut, dogol, dan rawai tetap. Pengumpul kerang juga berhasil mencapai tingkat produksi yang cukup tinggi.

Tabel 6. Jumlah Perahu dan Kapal Motor Kabupaten Cirebon Tahun 2004

Jumlah (unit) Kecamatan

Motor Tempel Kapal Motor Total

1. Kapetakan 677 26 703 2. Cirebon Utara 855 3 858 3. Mundu 695 2 697 4. Astanajapura 88 0 88 5. Pangenan 193 2 195 6. Gebang 1,853 8 1,863 7. Losari 325 0 325 Total 4,682 41 4,723

Tabel 7. Produktifitas Menurut Jenis Alat Tangkat Kabupaten Cirebon, Tahun 2004

Jenis Alat Jumlah

(unit) Produksi (ton) Frekuensi (trip/bln) 1. Payang 401 2,178 11 2. Dogol 373 10,859 18 3. Pukat Rantai 4 219 13

4. Jaring Insang Hanyut 1,864 13,596 10

5. Jaring Lingkar 221 1,059 8

6. Jaring Insang Tetap 2,634 1,799 16

7. Trammel Net 2,204 1,430 15

8. Bagan Tancap 180 774 13

9. Rawai Tetap 185 5,250 14

10. Pengumpul Kerang 1,080 3,681 10

Total 9,100 40,850

Potensi tambak di Kabupaten cukup besar, yaitu mencapai 7,500 ha, yang baru dimanfaatkan sebesar 68.56% (Tabel. 8). Potensi yang masih tersedia dalam jumlah besar adalah di Kecamatan Losari dan Pangenan.

Tabel 8. Potensi dan Pemanfaatan Tambak Kabupaten Cirebon Tahun 2004 Pemanfaatan Kecamatan Potensi (ha) ha % 1. Losari 2,500 1,382 55.28 2. Gebang 600 491 81.83 3. Pangenan 1,834 1,074 58.56 4. Astanajapura 66 28 42.42 5. Mundu 100 71 71.00 6. Cirebon Utara 300 185 61.67 7. Kapetakan 2,100 1,911 91.00 Total 7,500 5,152 68.56

Di Kabupaten Cirebon terdapat 813 unit pengolahan ikan, yang tersebar di 9 kecamatan (Tabel. 9). Pengolah ikan itu pada umumnya berskala rumah tangga. Selain itu, terdapat 7 perusahaan pengolah hasil perikanan skala industrial, yang mengolah jenis produk sebagai berikut:

ƒ Paha kodok dan udang beku (1 perusahaan).

ƒ Chitin/chitosan (1 perusahaan).

ƒ Teri nasi (2 perusahaan).

ƒ Daging rajungan (2 perusahaan). 4.1.2.1 Pelaksanaan PEMP 2001

PEMP 2001 disalurkan kepada 6 KMP yang beranggotakan 70 orang. Lokasi PEMP adalah Kecamatan Cirebon Utara (Desa Mertasinga, Grogol, dan Jatimerta) serta Kecamatan Kapetakan (Desa Karangreja). Jenis usaha yang dilayani adalah penangkapan ikan.

4.1.2.2 Pelaksanaan PEMP 2002

PEMP 2002 disalurkan kepada 16 KMP yang beranggotakan 181 orang. Lokasi PEM adalah Kecamatan Pangenan (Desa Pengarengan) dan Kecamatan Gebang (Desa Gebang Mekar dan Gebang Ilir). Jenis usaha yang dilayani adalah:

ƒ Budidaya bandeng.

ƒ Pengolahan ikan.

ƒ Galangan perahu.

ƒ Penangkapan ikan.

ƒ Penangkapan keong macan. 4.1.2.3 Pelaksanaan PEMP 2003

PEMP 2003 disalurkan kepada 26 KMP yang beranggotakan 482 orang. PEMP dikonsentrasikan di Kecamatan Mundu (Desa Mundu Pesisir, Bandengan, Citemu, dan Waruduwur) dan Kecamatan Losari (Desa Tawangsari). Selain itu, dibangun juga 2 unit SPDN, yaitu di Kapetakan dan Gebang, masing-masing dengan kapasitas 8,000 liter.

4.1.2.4 Pelaksanaan PEMP 2004

PEMP 2004 disalurkan kepada perseorangan yang dinilai bankable untuk menerima dana kredit. Tercatat ada 42 debitur, yang pada umumnya berlokasi di Kecamatan Gebang dan Losari. Sebanyak 40 debitur adalah pedagang; sedangkan nelayan hanya 2 debitur.

Tabel 9. Unit Pengolahan Ikan Tradisional Kabupaten Cirebon Tahun 2004

Kecamatan/Desa Jenis Olahan Jumlah (unit)

1. Losari 77

- Ambulu Rajungan, Terasi 54

- Tawangsari Pindang bandeng 20

- Ambulu Ikan asin, Ebi, Petis 3

2. Gebang 175

- Gebang Mekar Rajungan, Teri Nasi 60

- Gebang Udik Pindang bandeng 30

- Gebang Ilir Ikan asin 20

- Gebang Kulon Abon, Terasi 50

- Playangan Baso ikan 10

Ikan segar 5

3. Pangenan 15

- Ender Ikan asin 5

- Pengarengan Ikan segar 10

4. Mundu 159

- Mundu Pesisir Rajungan 88

- Bandengan Pindang 40

- Citemu Ikan asin 14

- Waruduwur Ikan segar, Kerang 17

5. Cirebon Utara 168

- Jatimerta Rajungan 20

- Klayan Ikan asin 23

- Mertasinga Ikan kering asin 64

- Sambeng Ikan asin 10

- Sirnabaya Ikan asin 37

- Grogol Ikan asin 14

6. Kapetakan 21

- Bungko Ikan asin 1

- Bungko Lor Ikan segar 6

- Karangreja Kerupuk Kulit 13

- Purbawinangun 1

7. Waled 96

- Mekarsari Pindang 77

- Karangsari Pindang 17

- Cikulak Kidul Pindang 2

8. Klangenan 142

- Wangunharja Pindang 91

- Jemaras Lor Pindang 25

- Orimalang Pindang 26

9. Plumbon 60

- Pasanggrahan Pindang 40

- Danamulya Pindang 20

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Peningkatan pendapatan

Tingkat pendapatan responden sebelum PEMP sangat bervariasi. Pendapatan awal terendah diperoleh petambak, baik di Cirebon maupun Subang. Sementara itu, pedagang merupakan kelompok dengan pendapatan awal tertinggi di seluruh lokasi studi (Tabel 10). Pendapatan nominal responden Cirebon sebelum dan sesudah program PEMP disajikan pada Gambar 4, sedangkan untuk responden Subang pada Gambar 6. Persentase peningkatan pendapatan responden Cirebon disajikan pada Gambar. 5. dan responden Subang pada Gambar. 7.

Tabel 10. Pendapatan Nominal Responden Sebelum dan Sesudah Program PEMP di Kabupaten Cirebon dan Subang

Pendapatan rata-rata (Rp) Kenaikan

Uraian Responden Th 2000 2001-2006 (Rp) (%) CIREBON 45 Petambak 18 4,641,011 7,675,889 3,034,878 65.39 Nelayan 13 45,999,643 44,113,000 (1,886,643) (4.10) Pedagang 3 124,950,000 132,650,000 7,700,000 6.16 Pengolah 11 15,783,688 20,154,750 4,371,063 27.69 SUBANG 47 Petambak 19 7,811,154 18,385,000 10,573,846 135.37 Nelayan 14 14,623,000 23,916,500 9,293,500 63.55 Pedagang 14 57,702,857 123,321,429 65,618,571 113.72 Pengolah - - - - -

Ditinjau dari segi persentase pertambahan pendapatannya, maka petambak di seluruh lokasi mengalami laju peningkatan tertinggi, yaitu 135.37% di Subang dan 65.39% di Cirebon. Pedagang di Subang juga mengalami peningkatan yang besar (113.72%); sedangkan pedagang di Cirebon hanya mencapai 6.16%. Pengolah di Cirebon juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi (27.69%). Nelayan mengalami pola kenaikan yang tidak jelas. Di Cirebon mengalami penurunan sebesar 4.10%, sedangkan di Subang mengalami peningkatan sebesar 63.55%.

Gambar 4. Pendapatan Nominal Responden Cirebon Sebelum dan Sesudah Program PEMP

Gambar 5. Persentase Peningkatan Pendapatan Responden Cirebon Petambak Pengolah Nelayan Pedagang 0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 140,000,000 Sebelum Sesudah

Gambar 6. Pendapatan Nominal Responden Subang Sebelum dan Sesudah Program PEMP

Gambar 7. Persentase Peningkatan Pendapatan Responden Subang 4.2.2 Kontribusi tambahan modal

Nilai yang disalurkan PEMP relatif kecil, yaitu kurang dari Rp 6,000,000/orang, yaitu berkisar antara 1.7 juta sampai dengan 5.3 juta rupiah. Nilai itu memberikan pengaruh berbeda pula kepada setiap pelaku usaha (Tabel.11).. Secara absolut, pedagang dan petambak merupakan dua kelompok penerima dana terbesar. Pengolah adalah penerima dana terkecil.

Pedagang merupakan kelompok yang paling memperoleh manfaat terbesar. Dana tambahan itu senilai 165.12% dari modal awal untuk daerah Cirebon dan 58.12% untuk Subang. Kenaikan modal para petambak relatif paling kecil, yaitu 3.80% untuk Cirebon dan 7.47% untuk Subang; karena modal awalnya termasuk sangat besar.

Bila diukur dengan nisbah antara pendapatan (sebelum proyek) dengan modal awal (sebelum proyek), seperti yang ditunjukkan pada Tabel.12, maka pedagang merupakan kelompok usaha yang mencapai nisbah tertinggi, yaitu 3,868.42% untuk Cirebon dan 857.92% untuk Subang. Hal itu disebabkan, antara lain, karena persentase tambahan modal pedagang termasuk tertinggi, karena modal awalnya relatif kecil. Nelayan dan pengolah mencapai nisbah yang sedang. Sedangkan petambak merupakan kelompok usaha yang mencapai nisbah terendah, akibat modal awal yang terlibat dalam usaha tambak adalah yang terbesar. Persentase tambahan modal responden disajikan pada Gambar 8. (Cirebon) dan Gambar. 9. (Subang)

Tabel 11. Kontribusi Tambahan Modal

Tambahan Modal

Uraian Modal Awal (Rp)

(Rp) (%) CIREBON Petambak 138,830,556 5,277,778 3.80 Nelayan 55,763,333 4,466,667 8.01 Pedagang 3,230,000 5,333,333 165.12 Pengolah 40,713,509 1,936,364 4.76 SUBANG Petambak 62,727,368 4,684,211 7.47 Nelayan 9,435,714 2,785,714 29.52 Pedagang 6,725,909 3,909,091 58.12 Pengolah 7,600,000 1,666,667 21.93

Tabel 12. Nisbah Pendapatan Terhadap Modal

Nisbah Pendapatan Terhadap Modal (%) Kelompok Usaha Cirebon Subang 1. Petambak 3.34 12.45 2. Nelayan 82.49 154.98 3. Pedagang 3,868.42 857.92 4. Pengolah 38.77

4.2.3 Sebaran tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan terbesar, untuk seluruh kelompok usaha di seluruh lokasi, adalah lulusan SLP. Kelompok ini mencapai 76.60% di Cirebon dan 72.34% di Subang (Tabel.13). Petambak di kedua lokasi ada yang mencapai pendidikan tinggi; demikian juga dengan nelayan di Cirebon dan pedagang di Subang, ada yang mencapai tingkat pendidikan tinggi.

Tabel 13. Sebaran Tingkat Pendidikan

Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan (%) Uraian

SLP SLA Pernah PT Tamat PT TOTAL

CIREBON 76.60 10.64 8.51 4.26 100.00 Petambak 77.78 5.56 5.56 11.11 100.00 Nelayan 66.67 26.67 6.67 100.00 Pedagang 100 100.00 Pengolah 81.82 18.18 100.00 SUBANG 72.34 6.38 14.89 6.38 100.00 Petambak 52.63 5.26 36.84 5.26 100.00 Nelayan 92.86 7.14 100.00 Pedagang 72.73 9.09 18.18 100.00 Pengolah 100.00 100.00

4.2.4 Persepsi pada prospek usaha

Persepsi pada prospek usaha pada dasarnya merupakan jawaban atas beberapa pernyataan yang bermakna “prospek usaha yang ditekuni sekarang ini cukup bagus”. Skor yang jawaban itu adalah 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (cukup setuju), 2 (kurang setuju), dan 1 (tidak setuju). Untuk semua kelompok usaha, rata-rata memiliki persepsi antara cukup setuju sampai dengan sangat setuju. Dengan demikian, secara umum para responden itu percaya bahwa bidang usaha yang digelutinya itu benar memiliki prospek yang baik. Nilai minimum skore di bawah ‘cukup setuju’ terjadi pada kelompok nelayan di kedua lokasi serta kelompok pengolah di Cirebon.

Tabel 14. Skor Persepsi Pada Prospek Usaha

Uraian Minimum Rata-rata Maksimum

CIREBON Petambak 3.00 3.62 5.00 Nelayan 2.83 3.32 4.33 Pedagang 4.33 4.67 5.00 Pengolah 2.50 3.27 4.67 SUBANG Petambak 3.17 3.71 4.00 Nelayan 2.83 3.76 4.17 Pedagang 3.83 3.75 4.67 Pengolah 4.00 4.17 4.33

4.2.5 Persepsi pada kemampuan berbisnis

Responden secara keseluruhan berpandangan bahwa dirinya memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Ini ditunjukkan dengan skor rata-rata persepsi yang berkisar antara cukup setuju sampai dengan sangat setuju. Nilai minimum di bawah ‘cukup setuju’ hanya terjadi pada usaha petambak dan pengolah di Cirebon.

Tabel 15. Skor Persepsi Pada Kemampuan Berbisnis

Uraian Minimum Rata-rata Maksimum

CIREBON Petambak 2.75 3.61 4.75 Nelayan 3.00 3.45 4.50 Pedagang 3.75 4.33 4.75 Pengolah 2.75 3.34 5.00 SUBANG Petambak 3.00 3.74 4.50 Nelayan 3.25 3.82 4.25 Pedagang 3.25 3.66 4.25 Pengolah 3.75 4.08 4.25

4.2.6 Umur Proyek

Sebagian besar responden (lebih dari 70%) adalah peserta program PEMP 3- 4 tahun yang lalu, yaitu PEMP 2002 dan PEMP 2003. Rincian umur partisipasi responden dalam program PEMP disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Partisipasi Dalam PEMP Uraian 2 th 3 th 4 th 5 th Total CIREBON 2.13 57.45 38.30 2.13 100.00 Petambak 0 22.22 77.78 0 100.00 Nelayan 6.67 86.67 0 0 100.00 Pedagang 0 100.00 0 0 100.00 Pengolah 0 63.64 36.36 0 100.00 SUBANG 0 32.61 50.00 17.39 100.00 Petambak 0 31.58 52.63 15.79 100.00 Nelayan 0 23.08 46.15 30.77 100.00 Pedagang 0 27.27 63.64 9.09 100.00 Pengolah 0 100.00 0 0 100.00

4.3. Dampak Program PEMP

Dampak program PEMP diukur berdasarkan ukuran pendapatan sebelum dan sesudah proyek: Apakah ada peningkatan, penurunan, atau malah tetap? Untuk lokasi keseluruhan, hanya dilihat dampak secara agregat. Sedangkan dampak pada masing-masing lokasi dirinci per jenis usaha yang dilayani oleh program PEMP. Alat ujinya adalah Wilcoxon signed ranktest.

4.3.1 Agregat Subang dan Cirebon

Secara agregat, program PEMP berhasil meningkatkan pendapatan di wilayah penelitian (Subang dan Cirebon) secara nyata pada taraf kesalahan <5%. Sebanyak 70.65% responden ternyata mengalami peningkatan pendapatan, 19.57% tetap, dan hanya 9.78% mengalami penurunan pendapatan (Tabel-17).

Agregat responden Subang juga mengalami peningkatan pendapatan secara nyata pada taraf kesalahan <5%. Sebanyak 82.98% mengalami peningkatan, 6.38% tetap, dan 10.64% mengalami penurunan pendapatan.

Agregat responden Cirebon juga mengalami peningkatan pendapatan secara nyata pada taraf kesalahan <5%. Namun taraf peningkatannya relatif lebih rendah dibanding dengan Subang. Hanya 57.78% yang meningkat, 33.33% tetap, dan 8.89% mengalami penurunan.

Tabel 17. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Agregat Lokasi Proyek Responden

Uraian Keadaan

Jumlah % Test Statistik

1. Subang* Menurun 5 10.64 Z -8.185

Meningkat 39 82.98 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000

Tetap 3 6.38

Total 47 100.00

2. Cirebon* Menurun 4 8.89 Z -4.697

Meningkat 26 57.78 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000

Tetap 15 33.33

Total 45 100.00

3. TOTAL* Menurun 9 9.78 Z -4.330

Meningkat 65 70.65 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000

Tetap 18 19.57

Total 92 100.00

Keterangan: *Nyata pada taraf kesalahan <5%

4.3.2 Subang

Dua kelompok penerima layanan di Subang (petambak dengan pedagang) yang secara nyata (pada taraf kesalahan <5%) mengalami peningkatan pendapatan. Petambak dan pedagang yang mengalami peningkatan masing-masing sebanyak 89.47% dan 100% (Tabel.18).

Meski sebanyak 57.14%, namun proporsi peningkatan kelompok ini tidak terjadi secara nyata pada tingkat kesalahan <5% (ia hanya nyata pada taraf kesalahan 42.2%). Proporsi yang mengalami penurunan ternyata cukup besar, yaitu 35.71%; dan yang tetap adalah 7.14%.

Sementara itu, tidak ada pengolah yang terambil sebagai contoh. Dengan demikian, dampak positif program PEMP hanya dirasakan secara nyata oleh kelompok petambak dan pedagang saja.

Tabel 18. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Kabupaten Subang Responden

Uraian Keadaan

Jumlah % Test Statistik

1. Petambak* Menurun 0 0 Z -3.621

Meningkat 17 89.47 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000

Tetap 2 10.53

Total 19 100.00

2. Nelayan Menurun 5 35.71 Z -0.804

Meningkat 8 57.14 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.422

Tetap 1 7.14

Total 14 100.00

3. Pedagang* Menurun 0 0 Z -4.330

Meningkat 14 100.00 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000

Tetap 0 0 Total 14 100.00 4. Pengolah Menurun 0 Meningkat 0 Tetap 0 Total 0

Keterangan: *Nyata pada taraf kesalahan <5%

4.3.3 Cirebon

Kelompok yang mengalami peningkatan pendapatan secara nyata pada tingkat kesalahan <5% adalah petambak dan pengolah. Proporsi yang mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok mencapai 77.78% dan 81.82% (Tabel.19)..

Nelayan tidak mengalami peningkatan yang nyata. Proporsi yang meningkat hanya 15.38%, menurun 7.69%, dan yang tetap mencapai 76.92%. Kelompok ini hanya nyata pada taraf kesalahan 28.5%.

Kelompok pedagang pun tidak mengalami peningkatan yang nyata pada taraf kesalahan <5% (ia hanya nyata pada taraf kesalahan 31.7%). Jumlah yang mengalami peningkatan hanya 33.33%. Sedangkan sisanya 66.67% ternyata masih tetap seperti sebelum proyek.

Dengan demikian, kelompok yang memperoleh dampak positif dari kegiatan PEMP di Cirebon adalah petambak dan pengolah. Sedangkan kelompok nelayan dan pedagang tidak mengalami dampak yang nyata.

Tabel 19. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Kabupaten Cirebon Responden

Uraian Keadaan

Jumlah % Test Statistik

1. Petambak* Menurun 3 16.67 Z -2.864

Meningkat 14 77.78 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.004

Tetap 1 5.56

Total 18 100.00

2. Nelayan Menurun 1 7.69 Z -1.069

Meningkat 2 15.38 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.285

Dokumen terkait