BAB V PENUTUP
B. Saran
Setelah melakukan penelitian tentang Implementasi Hadis tentang Fadhilah Shalat Tarawih di Dusun Wetan Gunung maka terdapat beberapa saran yang ingin penulis sampaikan sebagai berikut:
1. Hendaknya para tokoh agama Dusun Wetan Gunung mengajarkan kepada masyarakat terkait hadis-hadis Shahih tentang shalat Tarawih beserta kehujjahannya, karena penulis merasa sangat penting bagi seorang muslim untuk mengetahui hal tersebut, sehingga masyarakat mengetahui bahwa Ibadah yang mereka lakukan benar-benar bersumber dari hadits shahih bukan hadits mauquf seperti dalam kitab Durrotun Nashihin yang disampaikan oleh sebagian besar para tokoh Agama di Dusun Wetan Gunung, adapun hukum hadits mauquf tidak dapat dijadikan hujjah kecuali ada qarinah yang menunjukkan (yang menjadikan marfu’).
2. Selain itu perlu diperjelas pula kepada masyarakat bagaimana Shalat Tarawih yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Hal ini perlu di perjelas karena Shalat Tarawih ini merupakan suatu rutinitas masyarakat yang tidak bisa ditinggalkan pada Bulan Ramadhamn.
Sehingga dengan masyarakat mengetahui tata cara yang baik dan sesuai dengan sunnah Nabi maka Shalat Tarawihnya tidak akan sia-sia.
Hadis adalah sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun persetujuan, terbatas pada yang muncul setelah pengangkatan Rasul dan terbatas pada masalah yang terkait dengan hukum.
Kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur‟an, oleh karena itu Hadis bagi umat Islam merupakan suatu yang penting karena di dalamnya terungkap berbagai tradisi yang berkembang masa Rasulullah saw.
Tradisi-tradisi yang hidup masa kenabian tersebut mengacu kepada pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah swt. Di dalamnya syarat akan berbagai ajaran Islam karenanya keberlanjutannya terus berjalan dan berkembang sampai sekarang seiring dengan kebutuhan manusia. Adanya keberlanjutan tradisi itulah sehingga umat manusia zaman sekarang bisa memahami, merekam dan melaksanakan tuntunan ajaran Islam yang sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Kajian terhadap hadis Nabi sampai saat ini masih tetap menarik, meski tidak sesemarak yang terjadi dalam studi atau pemikiran terhadap al-Qur‟an.
Faktor utama yang menjadi pemicu adalah kompleksitas problem yang ada, baik menyangkut otentisitas, variabel lafadh (jumlah hadis bil ma’na), maupun rentang waktu yang cukup panjang antara Nabi dalam realitas kehidupannya sampai masa kodifikasi ke dalam teks hadis.1 Akan tetapi terkadang terjadi kesalah pahaman didalam kehidupan masyarakat mengenai pemahaman sebuah hadis, sehingga menjadikan kekeliruan tersebut turun temurun.
1Muhammad AlFatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadits (Dari Teks ke Konteks) (Yogyakarta:
Teras Press,2009),87-88.
berujung pada adanya pembakuan dan menjadikan hadis sebagai suatu yang mempersempit cakupan sunnah, menyebabkan kajian living hadis menarik untuk dikaji secara serius dan mendalam. Justru di sinilah, masyarakat merupakan objek kajian dari living hadis. Karena di dalamnya termanivestasikan interaksi antara hadis sebagai ajaran Islam dengan masyarakat dalam berbagai bentuknya.
Secara sederhana, living hadis dapat dimaknai sebagai gejala yang Nampak dalam kehidupan masyarakat berupa pola-pola perilaku yang bersumber dari hadis Nabi, pola-pola perilaku di sini merupakan bagian dari respon umat islam dalam interaksi mereka dengan hadis-hadis Nabi2.
Sudah barang tentu masyarakat Islam semestinya berperilaku sesuai dengan ajaran Alqur‟an dan Hadis. Namun fenomena yang muncul tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang semestinya di praktikkan dan diamalkan. Ada juga tradisi atau kebiasaan masyarakat Islam yang menyimpang, tetapi masih dapat dilacak landasan normatifnya. Sebab itu kajian living hadis semakin menarik seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap agamanya kita banyak menjumpai kegiatan-kegiatan keagamaan, baik di tempat-tempat tertentu seperti di masjid atau bahkan di media baik media cetak ataupun eletronik.
Karena living hadis didefinisikan sebagai gejala yang nampak atau sebagai fenomena dari masyarakat Islam, maka kajian atau studi living hadis dalam paradigma yang dapat digunakan untuk mengamati dan menjelaskan bagaimana living hadis dalam suatu masyarakat Islam adalah ilmu-ilmu social.
Pendekatan yang dinilai sesuai dalam hal ini adalah pendekatan fenomenologi.
Alasannya adalah pendekatan fenomenologi, menurut Van der Leew, bertugas
2Lihat Muhamma Alfatih Suryadilaga,”Model-model Living Hadits” dalam Sahiron Syamsuddin(ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press, 2005), 107-114
ini adatiga prinsip yang tercakup di dalamnya: (1) sesuatu itu berwujud; (2) sesuatu itu tampak; (3) sesuatu itu tampak dengan tepat maka ia merupakan fenomena. Penampakan itu menunjukkan kesamaan antara yang tampak dengan yang diterima oleh si pengamat, tanpa melakukan modifikasi.3
Terkait erat dengan kebutuhan perkembangan masyarakat yang sangat kompleks dan diiringi adanya keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW., maka hadis menjadi suatu yang hidup di masyarakat(living hadis).4 Sekian banyak tradisi yang hidup di masyarakat salah satunya yaitu shalat tarawih. Rasulullah SAW., memberi semangat untuk menghidupkan (shalat/ibadah) bulan Ramadhan tanpa mewajibkannya. Namun yang terjadi di Dusun Wetan Gunung, Wonojati, Jenggawah, jember Menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan berbagai macam ibadah sudah menjadi suatu kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan, baik itu laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak, dewasa, semua berpartisipasi untuk melakasanakannya.
Karena Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang dimuliakan Allah, bulan yang penuh maghfirah (ampunan), Allah menjadikan Bulan Ramadhan sebagai hari raya bagi umat muslim di seluruh dunia. Di Bulan itu jiwa segar, hati senang, kegiatan-kegiatan untuk kesegaran rohani dan ibadah pun diperbanyak.
Oleh karena itu Rasulullah SAW. mengajak umatnya untuk beribadah, termasuk
3 Jacques Waardenburg, Classical Apparoaces to theStudy of Religion (Paris:Mount the Hague, 1973), hlm. 412. Dikutip dari Moh. Natsir Mahmud, “Studi Al-Qur’an dengan Pendekatan Historisme dan Fenomenologi, Evaluasi Terhadap Pandangan Barat tentang Al-Qur’an” Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1992, hal.90
4 Muhammad AlFatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadits(Dari Teks ke Konteks) (Yogyakarta:
Teras Press,2009),174.
yang kemudian disebut shalat tarawih. Dalam hadis juga disebutkan:
Masalah tarawih dari dulu hingga sekarang masih menjadi topic yang sangat menarik untuk dikaji, dibahas dan diteliti lebih dalam lagi, karena masih ada beberapa hal yang dipersoalkan oleh umat islam. Diantaranya adalah bilangan rakaat, dalam masalah ini para ulama‟ berbeda pendapat sehingga umat islampun berbeda-beda dalam pelaksanaannya yaitu mengikuti pendapat imam masing-masing. Ironisnya perbedaan ini sudah menjadi persoalan sejak abad pertama setelah masa kenabian, padahal para sahabat sendiri melihat langsung bagaimana tarawih Rasulullah SAW., setidaknya mereka mendapat penjelasan langsung dari beliau.
Persoalan tarawih merupakan suatu tradisi yang terus hidup di masyarakat, baik masyarakat perkotaan ataupun masyarakat tradisional. Melihat fenomena yang terjadi di Dusun Wetan Gunung Wonojati Jenggawah merupakan tradisi yang rutin dilakukan pada saat Bulan Ramadhan tiba. Walaupun pelaksanaannya berbeda-beda, baik itu hitungan rakaat, surat yang dibacakan Imam, dan sebagainya. Namun hal yang demikian tidak menjadikan masyarakat Dusun wetan Gunung bingung dan patah semangat untuk melaksanakan ibadah shalat tarawih, justru ketika bulan ramadhan aktifitas umat muslim di Dusun Wetan Gunung lebih banyak di tempat-tempat ibadah baik untuk sekedar ber-I’tikaf, membaca Alqur‟an bersama di siang dan malam hari (tadarrus), membagi-bagikan makanan kepada tetangga baik diantarkan ke mushalla-mushalla, masjid maupun ke rumah tetangga terdekatnya.
Masyarakat Dusun Wetan Gunung ini memiliki keunikan tersendiri menjelang bulan Ramadan bergotong royong membersihkan tempat ibadah
yang tidak pernah digunakan shalat berjamaah di hari-hari selain bulan ramadhan, juga dibersihkan sehingga nyaman saat digunakan shalat tarawih berjamaah.
Problem sebagaimana disebutkan di atas, disadari atau tidak, akan merembet kepada wilayah bagaimana hadis tersebut dipahami dan diaplikasikan.
Dengan kata lain, hadis bukan hanya dipahami sebagai pedoman, tetapi juga diaplikasikan sebagai sebuah landasan dilakukannya sebuah aktivitas.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh sebagaimana pemahaman masyarakat mengenai “ Hadits Tentang Fadhilah Shalat Tarawih Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Masyarakat (Studi Living Hadits di Dusun Wetan Gunung Desa Wonojati Kec. Jenggawah, Kabupaten Jember)”.
masalah-beberapa tujuan dalam penelitian ini,antara lain:
1. Mengidentifikasi hadist-hadits yang menjelaskan tentang fadhilah shalat tarawih.
2. Mendeskripsi pemahaman masyarakat terhadap hadits-hadits tentang fadhilah shalat tarawih
3. Mendeskripsi Implementasi Hadits-hadits tentang fadhilah shalat tarawih dalam kehidupan masyarakat di Dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati Kec.Jenggawah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan berangkat dari rasa keingin tahuan peneliti terhadap suatu tradisi masyarakat di Dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati Kec.Jenggawah terkait Hadits tentang fadhilah shalat tarawih. Oleh karena itu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini, antara lain:
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperdalam pemahaman tentang Fadhilah Shalat tarawih sebagai salah satu tradisi keislaman yang telah membudaya dan menyatu dalam kehidupan sebagian masyarakat yaitu yang telah menjadi salah satu kegiatan rutin pada hari-hari tertentu. Serta memberikan pengalaman tersendiri bagi peneliti yang dapat digunakan sebagai bekal untuk menjalani ibadah sesuai tuntunan agama Islam.
b. Bagi IAIN Jember, sebagai kontribusi dan sumbangsih bagi diskursus keilmuan Studi keilmuan Al-Qur‟an dan Hadits serta dapat dijadikan pertimbangan bagi kajian lebih lanjut.
5 Ibid,45.
Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah yang penting yang menjadi fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian.6 Hal ini dimaksudkan agar tidak ada kerancuan maupun kesalah pahaman dalam memahami makna istilah yang dimaksud oleh peneliti.
Adapun definisi istilah tentang judul “ Hadits tentang Fadhilah Shalat Tarawih dan Implementasinya dalam Kehidupan Masyarakat (Studi Living Hadits di Dusun Wetan Gunung Desa Wonojati Kec. Jenggawah)”. Adalah sebagai berikut:
1. Hadits
Hadis berasal dari bahasa Arab yaitu al-hadits, jamaknya al-ahadits.
Secara etimologis, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya al-jadid(yang baru) lawan dari al-qadim(yang lama), dan al-khabar yang berarti kabar atau berita.7 Sedangkan hadis menurut ulama‟ hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad berupa perbuatan, perkataan, taqrir(ketetapan) dan hal ikhwal Nabi Muhammad SAW.8 Yang dimaksud hal Ikhwal adalah segala sifat dan keadaan pribadi Nabi SAW.
2. Fadhilah
Al-Fadilah secara bahasa berarti kemuliaan, keluhuran. Istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan kelebihan, keistimewaan, kehebatan, dan
6 Ibid, 45.
7 Muhammad Ibn Mukaram Ibn Manzhur, Lisan Al-arab. Juz II. (t.tp1992). 131
8 M. Agus Shalahudin, Agus Suryadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2008) 13
suatu amal ibadah dari yang lainnya9.
3. Tarawih
Dari segi gramatika, kata Tarawih adalah bentuk jama‟ (plural) dari kata tunggal Tarwîhah (ةحيورتلا ) yang berarti: istirahat. Menurut ethimologi berasal dari kata murâwahah (ةـحوارـم ) berarti saling menyenangkan dengan wazan Mufâ‟alahnya al-Râhah (ةـــــــحارلا ) yang berarti merasa senang. Term ini merupakan bentuk lawan kata dari al-Ta‟ab yang berarti letih atau payah10.
Shalat Tarawih adalah shalat sunah yang khusus dilaksanakan hanya pada malam-malam bulan Ramadhan. Dinamakan Tarawih karena orang yang melaksanakan shalat sunah di malam bulan Ramadhan beristirahat sejenak di antara dua kali salam atau setiap empat rakaat. Sebab dengan duduk tersebut, mereka beristirahat karena lamanya melakukan Qiyam Ramadhan. Bahkan, dikatakan bahwa mereka bertumpu pada tongkat karena lamanya berdiri. Dari situ kemudian, setiap empat rakaat (dengan 2 salam) disebut Tarwihah, dan semuanya disebut Tarawih.11
4. Implementasi
Kata implementasi berarti pelaksanaan; penerapan: pertemuian kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang telah disepakati dulu,12 yang dimaksud disini adalah bagaimana penerapan masyarakat Dusun Wetan Gunung terhadap Hadits tentang fadhilah shalat tarawih.
9 Tim Gama Press, Kamus Ilmiyah Populer (t.tp:nGama Press 2010), 225
10 Fiqh „Ala Madzhab AlImam As-Syafi‟i Ter. Anshori Umaar Sitanggal (Semarang: CV.As-Syifa 1992), 15
11 Soelaiman Mahmoed, Shalat Tarawih (Jakarta: CV usrah, 1983), 1-2
12 Tim Gama Press, Kamus Ilmiyah Populer, 327
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Namun yang dimaksud penulis adalah masyarakat Dusun wetan gunung Desa wonojati Kec. Jenggawah13.
Dengan demikian yang dimaksud dengan judul Hadits tentang fadhilah shalat tarawih dan implementasinya dalam kehidupan masyarakat
adalah pemahaman masyarakat tentang fadhilah shalat tarawih sehingga membentuk sebuah tradisi yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari, khususnya pada bulan Ramadhan.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan gambaran singkat tentang skripsi yang akan dikemukakan secara beraturan dari bab per bab dengan sistematika yang bertujuan agar pembaca dapat dengan mudah mengetahui gambaran isi secara global.
Oleh sebab itu penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, adapun sistematika yang dimaksud sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, yang berisi latar belakang, focus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II: Kajian Pustaka, yang berisi penelitian terdahulu dan kajian teori.
13 Tim Penyusun Pusat Bahasa Edisi 3, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3(Jakarta:Balai Pustaka, 2007), 886
dan jenis penelitian, subjek penelitian, tekhnik pengumpulan data dan analisis serta pembahasan temuan.
Bab IV: Mengidentifikasi Hadis-hadis tentang Fadhilah shalat tarawih dan mendeskripsikan pemahaman masyarakat terhadap hadis tersebut.
Bab V: Mendeskripsikan Implementasi Hadis Tentang Fadilah Shalat Tarawih dalam kehidupan masyarakat di Dusun Wetan Gunung Desa Wonojati Kec.
Jenggawah Kab. Jember.
Bab VI: Penutup yang berisi Kesimpulan dan saran-saran.
Jakarta:Embun Publishing
Afifah, 2011. Perbedaan Pelaksanaan Shalat Tarawih Di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan.Jakarta: PDF.
Al ‘Adawi,Musthofa, (t.t) Adadu Raka‟at Qiyamil Lail. Beirut: Daar Majid
‘Asiri,
Bukhari, 2003. Shahih Bukhari, Jilid I. cet.keIII. Beirut: Dar Al-Kutub.
Anshori Umaar Sitanggal, 1992. Fiqh „Ala Madzhab AlImam As-Syafi‟i Terjemah. Semarang: CV.As-Syifa.
Burhan bungin. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis Kearah Ragam Varia Kontemporer. Cet. Ke-3. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
HAM, Musahadi, 2000. Evolusi Konsep Sunnah: Implikasinya Terhadap Hukum Islam. Semarang: Aneka Ilmu.
https:www.researchgate.net/publication/2958094_BERAPAPUN_RAKA ATNYA_ASAL_IKUT_TARAWIH_AN. (19 September 2016).
Jamaluddin, Syakir 2007. Paham sekitar pelaksanaan Shalat Tarawih dan Shalat al-Layl di Bulan Ramadhan (Upaya Penyelesaian Melalui Kritik Hadits).
Yogyakarta: Jurnal penelitian PDF.
Mahmoed, Soelaiman. 1983. Shalat TarawiH. Jakarta: CV usrah
Mahmud, Moh. Natsir. 1992 “Studi Al-Qur‟an dengan Pendekatan Historisme dan Fenomenologi, Evaluasi Terhadap Pandangan Barat tentang Al-Qur‟an” Yogyakarta:PDF
Mansyur, M. dkk. 2007. Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits.
Yogyakarta :Teras.
Miles dan Huberman. 1992. Analitis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Muhammad Ibn Mukaram Ibn Manzhur,1992 Lisan Al-arab. Juz II.
Muslih, M Hanif, 2003 Kesahihan Dalil Shalat Tarawih 20rakaat, 8.
Jakarta: PDF
Prastowo, Andy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sumingan, 2011. Jumlah Rakaat Shalat Tarawih Studi Pemikiran Ibnu Taimiyyah Dan Imam Nawawi. Yogyakarta: PDF.
Suryadi Agus, M. Agus Shalahudin, 2008. Ulumul Hadis. Bandung:
Pustaka Setia.
Suryadi,. 2007.Dari Living Sunnah ke Living Hadis dalam Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis Yogyakarta: Teras
Suryadilaga, M. Alfatih”Model-model Living Hadis” dalam Syahiron Syamsuddin (ed.), 2007. Metodologi Penelitian Living Qur‟an Dan Hadis.
Yogyakarta: Teras.
Suprayogo, Imam, dan Thobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Rosda karya.
Syamsuddin, Phil. Shahiron. 2010Hermeneutik Al-Qur‟an dan H adis.
Depok: Elsaq Press.
Taimiyah, Ibnu. T.t. Majmu’ Al Fatawa. Cetakan Ketiga. T. Tp: Darul Wafa’.
Tim Gama Press. 2010. Kamus Ilmiyah Populer (t.t) Gama Press
Tim Penyusun, 2015. Pedoman Penulisan karya Ilmiah, IAIN Jember Press.
Tim Penyusun Pusat Bahasa Edisi 3, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, Jakarta:Balai Pustaka.
Hadis tentang Fadhilah Shalat Tarawih dan Implementasinya dalam kehidupan masyarakat (Studi Living Hadis di Dusun Wetan gunung, Desa Wonojati, Kecamatan jenggawah, Kabupaten jember.
Hadis tentang Fadhilah Shalat Tarawih dan Implementasinya dalam kehidupan masyarakat (Studi living hadis di dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati, Kecamatan jenggawah, Kabupaten jember.
1. Hadis Fadilah Shalat Tarawih
2. Implementasi Hadis tentang Fadilah Shalat Tarawih dalam kehidupan masyarakat.
Hadis tentang keutamaan Shalat Tarawih
Analisis kajian Implementasi Hadits Tentang fadhilah Shalat tarawih di Dusun Wetan Gunung, Wonojati Jenggawah, Jember.
1. Informan:
a. Kiai b. Ustadz c. Takmir Masjid d. Masyarakat
2. Dokumentasi
3. Kepustakaan
Jenis Penelitian:
Penelitian Lapang (field research)
Pendekatan:
Kualitatif Deskriptif
Tekhnik
Pengumpulan Data:
Wawancara Mendalam, Observasi Partisipan dan Dokumentasi
Metode Pembahasan:
1. Mengidentifikasi hadist-hadits yang menjelaskan tentang fadhilah shalat tarawih.
2. Mendeskripsi pemahaman masyarakat terhadap hadits-hadits tentang fadhilah shalat tarawih
3. Mendeskripsi Implementasi Hadits-hadits tentang fadhilah shalat tarawih
Gunung, Desa Wonojati
Kec.Jenggawah.
Jenjang Pendidikan : MI JAMIYATUL MUBTADIIN SMPT. Madinatul Ulum
SMK Madinatul Ulum
Menempuh IAIN Jember 2012-2016
Jember, 14 Oktober 2016
Nama : Siti Hariroh
Tempat, tanggal lahir : Jember, 12 April 1989
Alamat : Dusun Wetan Gunung, Wonojati, Jenggawah, Jember
No.telphon : 081559990131
Intervew dengan Ustadz Sulaiman (Informan Key)
Intervew dengan Ustadz Syu’aeb Riyadie (Informan Key)
Observasi dan intervew di kediaman Ustadz Umar
Intervew dengan Nyai Badi’ah (Informan Key)
Kegiatan shalat Tarawih di mushalla pribadi milik Mbah Karni RT/RW: 001/001
Kegiatan shalat Tarawih di RT/RW:008/002 (Perum. Griya Wonojati Permai)