• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

1. Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi merupakan aktifitas dasar individu dalam organisasi. Setiap individu dapat berhubungan, menyampaikan ide-ide, mengevaluasi, mempertimbangkan berbagai keputusan yang akan diambil, mengenal orang lain, dan mengungkapkan diri kepada orang lain dengan cara berkomunikasi. Dengan berkomunikasi, seseorang dapat membentuk hubungan dengan orang lain dan mengkoordinasi lingkungannya (De Vito, 1995).

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio” yang

berarti pertukaran pikiran. Komunikasi yaitu proses pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim pesan dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad, 2007). Sedangkan menurut C.I Hauland (dalam Agata, 2006) komunikasi adalah suatu proses dimana individu atau komunikator mengirimkan stimuli dalam bentuk simbol verbal untuk mengubah perilaku dari individu lain atau komunikate.

Berdasarkan beberapa definisi di atas terdapat beberapa komponen pokok yang menjadi inti dalam melakukan proses komunikasi seperti mengirim dan menerima stimuli, dilakukan oleh dua orang atau lebih, dan memiliki tujuan untuk merubah prilaku. Jadi dapat disimpulkan

komunikasi adalah proses pengiriman stimuli berupa simbol verbal maupun non verbal yang dilakukan lebih dari satu orang dengan tujuan untuk merubah perilaku.

Proses komunikasi merupakan bagian dari proses sosial selalu diawali dengan proses reaksi kita atas sumber pesan yang ada di sekitar lingkungan kita. Perbedaan personal yang ada dalam setiap individu mempengaruhi perbedaan persepsi dalam memahami stimuli dimana akan menciptakan interptretasi yang berbeda. Guna menciptakan keselarasan interpretasi dari individu yang memiliki perbedaan personalitas perlu adanya komunikasi yang lebih bersifat personal.

Roger (dalam Liliweri, 1991) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Selain itu De Vito (1995) juga mendefinisikan komunikasi interpersonal merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek umpan balik yang langsung. Ditambahkan juga oleh Muhammad (2007) komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan pertukaran informasi yang terjadi diantara dua orang atau lebih secara langsung dengan efek umpan balik yang dapat langsung diketahui.

Pada proses komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal, karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu–individu menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku (Eko, 2008).

Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal, komunikator berusaha memprediksi efek perilaku komunikasinya dari si penerima pesan atau komunikan yang memberikan reaksi. Jika menurut komunikator reaksi komunikan menyenangkan atau positif, maka ini suatu pertanda bagi komunikator bahwa komunikasinya berhasil (Budyatna, 1999).

Komunikasi interpersonal memiliki karakteristik tertentu, seperti apa yang dikemukakan oleh Judy C. Person (dalam Eko, 2008). Komunikasi interpersonal bersifat transaksional; tindakan pihak–pihak yang berkomunikasi secara serempak dalam menyampaikan dan menerima pesan. Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus–menerus. Komunikasi interpersonal bukan sesuatu yang statis tetapi bersifat dinamis. Artinya, segala yang tercakup dalam komunikasi interpersonal

selalu dalam keadaan berubah baik pelaku komunikasi, pesan, situasi, maupun lingkungannya. Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek–aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan bagaimana hubungan dengan partner.

Arah komunikasi yang terjadi dalam komunikasi interpersonal adalah komunikasi konvergen. Komunikasi konvergen merupakan proses mencipta dan saling berbagi informasi mengenai realita diantara dua partisipan komunikasi atau lebih agar dapat di capai saling pengertian dan kesepakatan makna (meaning) antara satu dengan yang lain. Komunikasi

melibatkan dua hal yaitu adanya keterlibatan realitas fisik dan maupun psikologis dalam menanggapi sebuah informasi. Masing-masing partisipan akan malakukan perceiving (percerapan), kemudian berusaha

menginterpretasikan informasi tersebut sehingga terjadi understanding

(pemahaman), dan selanjutnya timbul believing (keyakinan) yang

menimbulkan action atau tindakan. Kesamaan yang terjadi pada setiap partisipan komunikasi akan menghasilkan tindakan kolektif ( Eko, 2008).

Menurut Kincaid’s Convergence Model seperti yang diungkapkan oleh Eko (2008), komunikasi didefinisikan sebagai “Process in which

participants create and share information with one another in order to

reach a mutual understanding”. Tujuan utama komunikasi yang bersifat

konvergen adalah mendekatkan pengertian masing–masing ke dalam suatu pengertian yang relatif sama antara patisipan yang satu dengan yang lain.

Konvergen adalah kecenderungan dua atau lebih individu untuk bergerak menuju satu tujuan.

Pada organisasi, konvergensi juga ditentukan oleh intensitas komunikasi diantara pimpinan dan karyawan atau antara sesama karyawan dalam organisasi. Semakin sering terjadi komunikasi interpersonal akan semakin kuat ke arah kecenderungan konvergensi. Komunikasi yang berakhir dengan konvergensi akan memiliki pengaruh terhadap perilaku karyawan dalam bekerja. Semakin tinggi terjadinya intensitas konvergensi dimana pimpinan dan karyawan membentuk ke arah saling pengertian dan sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang saling memuaskan sehingga kerja sama akan semakin efektif (Jefkins, 1995). 2. Komponen Dasar Komunikasi Interpersonal

Komunikasi tidak terjadi secara linier atau atau searah melainkan berkesinambungan dimana terjadi pergantian peran dan fungsi antara sumber dan penerima. Proses komunikasi terjadi karena adanya komponen-komponen dasar yang saling berkaitan. Menurut De Vito (1995) komponen dasar komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut: a. Pengirim Pesan dan Penerima Pesan

Pengirim dan penerima pesan merupakan suatu kesatuan dalam proses komunikasi. Pengirim pesan dan penerima pesan adalah individu yang terlibat dalam proses komunikasi. Istilah pengirim dan penerima pesan sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan untuk lebih menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam proses

komunikasi interpersonal akan berperan sebagai sumber (pengirim) juga sekaligus menjadi penerima.

b. Kodifikasi dan Dekodifikasi

Kodifikasi dapat diartikan sebagai tindakan memproduksi pesan. Pesan bersumber dari gagasan-gagasan yang dituangkan dengan menggunakan kode-kode tertentu melalui gelombang suara atau dengan menuliskannya secara visual. Proses diatas dikenal dengan berbicara dan menulis. Sedangkan dekodifikasi merupakan proses memahami dan mengerti isi pesan yang diterima dari pihak lain.

c. Kompetensi

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan secara efektif. Kompetensi mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi.

Istilah kompetensi juga berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan kemampuan mengenai peraturan-peraturan untuk interaksi komunikasi.

d. Pesan

Segala sesuatu yang ingin disampikan kepada pihak lain disebut sebagai pesan. Pesan dapat berupa ide, informasi, harapan himbauan, kepercayaan dan lain sebagainya, yang ingin disampaikan atau di komunikasikan kepada pihak lain. Pesan dapat berupa verbal maupun non verbal, disengaja (intentional) maupun tidak disengaja

(unintentional). Pesan verbal adalah semua jenis komunikasi lisan

yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara (communicative stimuli) yang disadari, masuk kedalam

kategori pesan verbal yang disengaja; yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Sedangkan pesan verbal tak disengaja adalah sesuatu yang dikatakan tanpa bermaksud mengatakan hal tersebut. Pesan nonverbal meliputi semua pesan yang disampaikan tanpa kata–kata.

e. Saluran

Saluran adalah media yang dilalui pesan atau dengan arti lain jalan yang dilalui pesan dari pengirim pesan hingga ke penerima pesan. Channel yang biasanya digunakan dalam proses komunikasi interpersonal adalah gelombang suara yang dapat kita dengar. Pada umumnya saluran yang dipakai dalam proses komunikasi interpersonal lebih dari satu. Dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda biasanya digunakan secara simultan.

f. Noise

Noise atau gangguan adalah segala sesuatu yang mendistorsi pesan yang menyebabkan timbulnya perbedaan persepsi antara pengirim dan penerima pesan. Noise atau gangguan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu faktor fisik atau interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan. Faktor yang kedua berupa faktor psikologis dapat diartikan interferensi kognitif

atau mental, dan termasuk juga prasangka yang bisa terdapat pada pengirim maupun penerima pesan yang mengakibatkan gangguan dalam memproses dan menerima informasi. Sedangkan faktor yang terakhir adalah faktor semantik. Gangguan semantik terjadi bilamana pengirim pesan dan penerima pesan memberi arti yang berlainan. g. Konteks

Terbagi menjadi tiga, yaitu:

i. Dimensi Fisik, lingkungan dimana proses komunikasi itu terjadi ii. Dimensi Temporal, mencakup hitungan waktu disaat proses

komunikasi terjadi.

iii. Dimensi Sosial Psikologis, termasuk didalamnya status sosial antara komunikan dan komunikator, norma masyarakat dan sebagainya.

h. Efek

Efek komunikasi dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut dan biasanya bersifat personal

i. Etika

Setiap proses komunikasi akan menghasilkan efek kepada komunikan maupun komunikator, maka haruslah ada etika yang mengatur dalam komunikasi. Etika dalam komunikasi sangat rumit dan terkait dengan falsafah hidup setiap individu, sehingga sukar untuk mencari pedoman yang berlaku bagi semua orang. Komunikasi

dikatakan etis apabila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikannya dasar informasi yang akurat.

Dokumen terkait