BAB IV. ANALISIS DATA
F. Definisi Konsep dan Operasional
Definisi operasional dari variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Variabel Bebas Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)
Menurut Burns; Thoha dalam Wahjono (2010) gaya kepemimpinan transformasional adalah strategi pemimpin dalam mempengaruhi kary-awannya sehingga tujuan organisasi tercapai. Strategi itu dilakukan dengan cara menularkan segala sesuatu yang dimiliki pemimpin (nilai, falsafah hidup, sikap, dan ketrampilan) kepada karyawannya.
Behling, Orlando dan McFillen dalam Mas’ud (2004) mengembangkan kuesioner gaya kepemimpinan transformasional sebagai berikut:
Gambar 2.1 Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan Transformasional Menginspirasi Mengagumkan Memberdayakan Menunjukkan empati
Menjelaskan misi dengan menarik
Menunjukkan keyakinan
Meningkatkan image
2. Variabel Bebas Lingkungan Kerja (X2)
“Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepadanya” (Nitisemito, 2000:193).
Adapun hal-hal yang dijadikan sebagai indikator lingkugan kerja ialah menurut Sarwoto (2001:31) dalam Yumaltin (2014) lingkungan kerja yaitu :
Gambar 2.2 Indikator Lingkungan Kerja
3. Variabel Terikat Kepuasan Kerja Karyawan (Y)
Davis (1985:96) dalam Mangkunegara (2008) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami karyawan dalam bekerja.
Menurut Celluci dkk. (1978) dalam Mas’ud (2004), kepuasan kerja dapat di ukur dengan indikator-indikator sebagai berikut :
Lingkungan Kerja
Adanya perlengkapan dan fasilitas
Tata ruang yang baik
Adanya perlengkapan dan fasilitas
Gambar 2.3 Indikator Kepuasan Kerja
4. Gender (Moderasi Variabel)
Fakih (2006: 71) mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Perubahan cirri dan sifat-sifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya disebut konsep gender.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Genderadalahperbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
Selengkapnya mengenai operasional variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Kepuasan Kerja Karyawan
Mendapat promosi jabatan
Nyaman dengan rekan sekerja
Nyaman dengan penyelia
Tabel 2.1 Variabel dan Indikator
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Gaya Kepemimpinan Transformasion al (X1) (Behling, Orlando dan James M. McFillen (1996) dalam Fuad Mas’ud (2004)) gaya kepemimpinan transformasional adalah strategi pemimpin dalam mempengaruhi kary-awannya sehingga tujuan organisasi tercapai.( Burns, 1978; Thoha, 2010 dalam Wahjono (2010)) 1. Pemimpin menginspirasi bawahannya 2. Caranya memimpin membuat kagum para bawahannya 3. Pemimpin memberdayaka n bawahannya 4. Pemimpin menunjukkan empati kepada bawahannya 5. Pemimpin menyampaikan misi perusahaan dengan menarik 6. Pemimpin menunjukkan keyakinan dan tanpa ragu dalam mengambil keputusan 7. Meningkatkan imagenya sebagai seorang pemimpin 8. Pemimpin memberikan peluang sukses untuk seluruh bawahannya Skala interval
Lingkungan Kerja (X2) (Sarwoto (2001:31) dalam Yumaltin (2014)) Lingkungan kerja merupakan segala
sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi
dirinya dalam
menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepadanya (Nitisemito, 2000:193) 1. Perlengkapan dan fasilitas di tempat kerja lengkap 2. Tata ruang di tempat kerja baik 3. Tempat kerja nyaman untuk melakukan aktivitas pekerjaan 4. Suasana di tempat kerja kondusif Skala interval Kepuasan kerja karyawan (Y) (Celluci, Anthony J. dan David L. DeVries (1978) dalam Fuad Mas’ud (2004))
kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami karyawan dalam bekerja. (Keith Davis (1985:96) dalam Mangkunegara (2008)) 1. Gaji sesuai dengan pekerjaannya 2. Mendapat promosi jabatan dari perusahaan 3. Merasa nyaman dengan rekan sekerja 4. Merasa nyaman dengan penyelia 5. Senang dengan pekerjaannya Skala interval G. Uji Instrumen
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian kuantitatif hatus memiliki dua syarat yaitu valid dan reliabel. Validitas suatu instrument menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran (Bawono; 2015:
44).Perhitungan uji reliabilitas dan validitas ini menggunakan alat bantu computer dengan program SPSS (Statistic Packagefor Social Science) agar lebih mudah dan sederhana dalam pengujian.
a. Uji Reliabilitas
Pada prinsipnya uji reliabilitas adalah menguji data yang kita peroleh sebagai misal hasil dari jawaban kuesioner yang kita bagikan. Jika kuesioner tersebut handal atau reliable, andaikata jawaban responden tersebut konsisten dari waktu ke waktu (Bawono; 2006: 63) Pada uji reliabilitas analisis ini dipakai untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil relative konsisten atau hasilnya tidak berbeda jika diukur ulang pada subjek yang sama, sehingga dapat diketahui tingkat keterandalan pada alat ukur (kuesioner) (Bawono: 2006)
Pengujian reliabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan pada peneliti ini akan menggunakan teknik Alpha dari Cronbach
dengan taraf signifikan (α) = 0,05 jika T hitung > T table, maka alat pengukur yaitu kuesioner dikatan reliable atau handal. Nilai
Cronbach Alpha pada penelitian ini akan digunakan nilai 0,60 dengan asumsi atau anggapan bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatan reliable jika nilai Cronbach Alpha> 0,60 (Bawono: 2006).
b. Uji Validitas
Sebuah data yang didapat dari kuesioner, sebaiknya diuji tingkat validitasnya.Uji validitas dilakukan untuk mengungkapkan apakah pertanyaan pada kuesioner tersebut shahih atau tidak (Bawono; 2006: 68). Analisis ini dipakai untuk mengukur seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya atau telah benar-benar dapat mencerminkan variable yang diukur.
Teknik korelasi yang digunakan adalah Product Moment dengan taraf signifikan (α) = 0,05 05 jika T hitung > T tabel, maka kuesioner sebagai alat ukur dikatakan valid atau ada korelasi yang nyata antara kedua variabel tersebut (Bawono: 2006)
2. Uji Statistik
Uji staistik di sini digunakan untuk melihat tingkat ketepatan atau keakuratan dari suatu fungsi atau persamaan untuk menaksir dari data yang kita analisa. Uji statistic ini dapat dilihat dari nilai T hitung, F hitung dan nilai koefisien determinasinya (Bawono: 2006: 88). Uji statistic dikatakan lolos atau tidak tergantung dari tingkat signifikansi dari hasil perhitungannya. Jika hasilnya berada di daerah kritis atau yang menolah Ho maka dikatan bahwa ui statistiknya lolos dan layak untuk diuji selanjutnya dan juga berlaku sebaiknya, jika berada di daerah yang menerima Ho(Bawono: 2006)
Perhitungan uji statistic ini menggunakan alat bantu computer dengan program SPSS (Statistic Packagefor Social Science) agar lebih mudah
dan sederhana dalam pengujiannya. Uji statistic terbagi ke dalam tiga kelompok bagian, diantaranya adalah:
a. Uji Ttest (Uji T)
Uji ini dilakukan untuk melihat tingkat signifikasi variable independen mempengaruhi variable dependen secara individu atau sendiri-sendiri. Pengujian ini dilakukan secara parsial atau sendiri, dengan mengunakan uji t statistik untuk masing-masing variable bebas, dengan tingkat kepercayaan tertentu (Bawono: 2006: 89).
Menurut Bawono (2006) langkah-langkah uji statistic dengan cara manual adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
artinya variable independen (Xi) tidak berpengaruh terhadap variable dependen (Y).
artinya variable independen (Xi) berpengaruh terhadap variable dependen (Y).
2) Menentukan t table
Untuk menentukan t table dengan menggunakan tingkat signifikan α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = n-1-k
Dimana: n : jumlah data
3) Rumus untuk mencari t hitung Mencari r hitung dengan cara:
y =
Setekah mendapatkan r hitung berikutnya dapat mencari t hitung, dengan cara :
thitung =
4) Pengambilan keputusan
Jika t hitung<t tabel, maka Ho diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable independen dengan variable dependen.
Jika t hitung>t tabel, maka Ho ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara variable independen dengan variable dependen.
b. Pengujian Model (Uji F)
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh semua variable X1,2 (independen) secara bersama-sama dapat mempengaruhi variable Y (dependen) (Bawono: 2006: 91).
Langkah pengujiannnya : 1) Menentukan hipotesis
Ho:₁, ₂,… n=0,=artinya variable independen (X1,2) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable dependen (Y).
Ho:₁, ₂,… n≠0,=artinya variable independen (X1,2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable dependen (Y). 2) Menentukan F tabel
Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikan α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = (n-k).
3) Mencari F hitung dengan rumus
F hitung = R² Dimana :
R² = koefisien determinasi
K = banyakna variable independen n = jumlah sampel yang diteliti 4) Pengambilan keputusan
Jika Fhitung <F tabel , maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable independen s ecara bersama-sama (X1,2) terhadap variable dependen (Y).
c. Uji R² (koefisien determinasi)
Koefisisen determinasi (R2) menunjukkan sejauh mana tingkat hubungan antara variable dependen (Y) dengan variable independen (X1,2) atau sejauh mana kontribusi variable independen (X1,2) mempengaruhi variable (Y) (Bawono: 2006: 92). Pengujian ini dilakukan denga melihat R2 pada hasil analisis persamaan regresi yang diperoleh. Apabila angka koefisien determinan (R2) semakin mendekati angka 1 maka model regresi yang digunakan akan
semakin mendekati tepat sebagai model penduga terhadap dependen (Y) dan begitu juga dengan sebaliknya.
Ciri-ciri determinasi R2
1) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 – 1, jadi nilai R2 terletak antara 0<R2<1.
2) Nilai 0 menunjukkan tidaka adanya hubungan antara variable independen dengan variable dependen.
3) Sedangkan nilai 1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna antara variable independen dengan variable dependen. 4) Menghitung koefisien determinasi (R2) untuk menilai besarnya
sumbanagn atau kontribusi variable independen (X1,2) terhadap nilai variable dependen.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan tahapan yang penting dilakukan dalam proses analisis regresi. Jika tidak sesuai dengan tidak terdapat gejala asumsi klasik diharapkan dapat dihasilkan model regresi yang handal sesuai dengan kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), yang menghasilkan model regresi yang tidak bias dan handal sebagai penaksir (Bawono: 2006: 115).
Pelanggaran terhadap asumsi klasik berarti model regresi yang diperoleh tidak hanya bermanfaat dan kurang valid.Uji asumsi klasik juga berguna untuk melengkapi uji t, F dan determinasi (R2). Dalam
Multicollinearity, Heteroscedasticity, Autocorrelation, Normality
(Bawono: 2006). a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar variable bebas (independen variable). Teknik pendeteksian Multikolinieritas ada beberapa cara, salah satunyamenggunakan metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai toleransi serta matrik korelasi. Nilai VIF berlawanan dengan nilai tolerance.Ketika nilai tolerance-nya rendah maka nilai VIF nya tinggi dan sebaliknya. Data bias dikatakan bias dan terjangkit gejala Multikolinieritas apabila nilai tolerance <0,10 dan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013: 105).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas:
1) Melihat grafik plot, dengan cara melihat titik-titik yang menyebar secara acak dan menyebar di atas maupun di bawah angka 0 ada sumbu Y.
2) Uji Park
Metode Park mengemukakan bahwa δ2 merupakan fungsi dari variable-variabel bebas, yang dinyatakan dalam bentuk:
Persamaan ini dijadikan linier dalam bentuk persamaan log
sehingga menjadi: . Apabila
koefisien parameter dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistic, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi tersebut terdapat heteroscendasticity, dan sebaliknya jika tidak signifikan secara statistic, maka asumsi
homokedasticity pada model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali, 2013: 141). Dalam penelitian ini, akan memilih salah satu dari kedua uji yang telah disebutkan (analisa grafik atau Uji Park). c. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah kedua variable (variable dependen dan independen) dalam model regresi yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Data penelitian yang baik adalah datanya yang berdistribusi normal (Bawono, 2006: 174)
Ada beberapa cara untuk melakukan uji normalitas data yaitu, dengan analisa grafik dan statistic non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam penelitian ini, akan memilih salah satu uji dari kedua uji yang telah disebutkan (anlisa grafik atau Uji K-S)
d. Uji Linieritas
Pengujian linieritas digunakan untuk menguji apakah spesifikasi model yang digunakan tepat atau lebih baik dalam spesifikasi model bentuk lain spesifikasi model dapat berupa linier, kuadratik atau kubik. Untuk menguji linieritas ada beberapa cara diantaranya: Uji Durbin-Witson (DW), Ramsey Test, dan Uji Langrange Multiplier. Dalam penelitian ini akan memilih salah satu uji diantara ketiga uji yang telah disebutkan. (Uji DW, Ramsey Test, atau LM).
4. Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Model regresi moderasi atau sering disebut MRA (Moderated Regression Analysis) merupakan aplikasi khusus regresi linier berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsure interaksi atau perkalian dua atau lebih variable independen (Ghozali, 2013: 223). Variabel perkalian antara Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1) dan Gender (X3) merupakan variable moderating oleh karena itu menggambarkan hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan yang dimoderasi gender. Sedangkan
perkalian antara Lingkungan Kerja (X2) dan Gender (X3) yang merupakan variable moderating, oleh karena itu menggambarkan hubungan antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan yang dimoderasi gender.
Berikut merupakan persamaannya:
Y = α + ₁X₁ + ₂X₂ + ₃X₁*Z + ₄X₂*Z
Y = α + ₁Gaya kepemimpinan transformasional +
₂Lingkungan kerja + ₂X₂ + ₃ Gaya kepemimpinan transformasional*gender + ₄ Lingkungan kerja*gender
Dimana:
Y = Kepuasan kerja karyawan
α = Konstanta
₁- ₃ = Koefisien
X1 = Gaya kepemimpinan transformasional X2 = Lingkungan kerja
Z = Gender
e = Kesalahan baku