• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI( Studi pada Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI( Studi pada Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL

MODERASI

(Studi pada Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang

Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

SITI AISYAH

NIM 21313117

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

ii

Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudara:

Nama : Siti Aisyah

NIM : 21313117

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program studi : Perbankan Syariah (S1)

Judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang)

Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Skripsi. Demikian surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga, 28Februari 2018

Pembimbing

(3)

iii

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL PADA BANK TABUNGAN

NEGARA SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

DISUSUN OLEH

SITI AISYAH

NIM: 21313117

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26

Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana S1 Ekonomi

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Anton Bawono, M.Si.

Sekretaris Penguji : Abdul Aziz N.P., MM.

Penguji I : Dr. Faqih Nabhan, SE., MM.

Penguji II : Taufikur Rahman, M.Si.

Salatiga, 26Maret 2018

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,

Dr. Anton Bawono, M.Si.

(4)

iv

Nama : Siti Aisyah

NIM : 21313117

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program studi : Perbankan Syariah (S1)

Judul :Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan

Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang)

Menyatakan bahwa ini benar-benar karya sendiri dan tidak

berkeberatanuntuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpamenuntut

konsekuensi apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari

terbukti karya ini bukan karya saya sendiri, maka saya sanggup menanggung

semua konsekuensinya.

Salatiga, 8 Maret 2018 Penulis,

(5)

v

Nama : Siti Aisyah

NIM : 21313117

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program studi : Perbankan Syariah (S1)

Judul :Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar bebas dari

plagiat, dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai ketentuan berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Salatiga, 8 Maret 2018

Yang menyatakan,

Siti Aisyah

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA

KARYAWAN DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PADA BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH KANTOR CABANG

SEMARANG” untuk memenuhi salah satu gelar Sarjana S1 Ekonomi Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat

terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Bisnis Islam IAIN Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

4. Bapak H. Abdul Aziz NP, S.Ag., MMselaku pembimbing, yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan

(9)

ix

7. Keempat orang tuaku dan keluargaku yang selalu memotivasi dan

memberikan doa terbaik untuk penulis.

8. Keluarga besar PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Syariah KC

Semarang.

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam Program Studi Perbankan Syariah S1.

10.Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan skripsi ini.

Dan Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan berharga kecuali ucapan

Alhamdulillahirobbil ‘alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

(10)

x

Syariah Semarang. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program

Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: H. Abdul Aziz NP, S.Ag., MM.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan di Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang. 2) Mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja di Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang. 3) Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan yang dimoderasi gender. 4) Mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan yang dimoderasi gender. Metode pengumpulan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. Syariah Semarang.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Alat analisa yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Sampel yang diambil sebanyak 40 responden dengan teknik convienience sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah, 2) Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah, 3) Gender tidak memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah, 4)Gender tidak memoderasi pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah.

Kata kunci :gaya kepemimpinantransformasional, lingkungankerja,kepuasan

(11)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Telaah Pustaka ... 10

B. Kerangka Teori ... 14

(12)

xii

5. Kepuasan Kerja ... 27

6. Gender ... 30

C. Kerangka Penelitian ... 36

D. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 41

A. Jenis Penelitian... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Skala Pengukuran... 45

F. Definisi Konsep dan Operasional ... 46

G. Uji Instrumen ... 50

H. Alat Analisis... 60

BAB IV ANALISIS DATA ... 62

A. Diskripsi Objek Penelitian ... 62

1. Sejarah Berdirinya BTNS Semarang ... 62

2. Visi dan Misi BTNS Semarang ... 62

(13)

xiii

3. Uji Asumsi Klasik ... 75

4. Uji MRA ... 79

5. Pembahasan ... 83

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

(14)

xiv

1.1.Research Gap ... 6

2.1. Variabel dan Indikator... 49

4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 65

4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Bekerja ... 65

4.4. Karakteristik Responden berdasarkan Gaji ... 66

4.5. Uji Reliabilitas ... 67

4.6. Uji Validitas ... 69

4.7. Uji Ttest ... 70

4.8. Uji Ftest ... 72

4.9. Uji Determinasi (R2) ... 73

4.10. Besar Korelasi Antar Variabel ... 75

4.11. Uji Multikolonieritas ... 76

4.12. Uji Park ... 77

4.13. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 78

4.14. Uji Langrange-Multiplier (LM) ... 79

4.15. Uji MRA Gaya Kepemimpinan ... 81

(15)

xv

2.1. Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional ... 20

2.2. Indikator Lingkungan Kerja ... 27

2.3. Indikator Kepuasan Kerja ... 30

(16)

1

A. Latar Belakang

Dengan semakin pesatnya perkembangan lingkungan bisnis yang terjadi

dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk dapat beradaptasi dengan

baik agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Keberhasilan suatu

perusahaan atau organisasi sangat ditentukan oleh adanya sumber

dayamanusia yang dimiliki(Aulia: 2015).

Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh seorang pemimpin dalam

melaksanakan gaya kepemimpinannya. Kepemimpinan merupakan inti dari

manajemen, kepemimpinan yang menjadi posisi kunci dalam kegiatan

organisasional yang membawa pengaruh positif terhadap kepuasan kerja

(Sugiarti: 2007).

Selain itu kenyamanan karyawan dalam bekerja juga menjadi salah satu

faktor penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Kenyamanan tersebut dapat

tercapai dari lingkungan kerja yang baik(Aulia: 2015).

Manusia sebagai sumber daya yang dinamis mempunyai pikiran dan

perasaan serta sikap dan tingkah laku yang berbeda-beda.Peran pemimpin

dalam menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara atasan dan bawahan

serta lingkungan kerja yang nyaman sangat menentukan kemajuan organisasi.

Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan

semata-mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh

(17)

melandasinya. Pelaksanaan good corporate governance (GCG) sangat

diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia

internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang

dengan baik. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada

dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi hanya

dapat mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga

tindakan penting lain yaitu : (1) Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian; (2)

Pelaksanaan good corporate governance;(3) Pengawasan yang efektif dari

Otoritas Pengawas Bank.

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi seseorang atau

kelompok dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Artinya pemimpin

mengarahkan dan membimbing bawahannya serta mampu mempengaruhi dan

menggerakkan mereka ke arah pencapaian tujuan.

Kepemimpinan transformasional memiliki pengertian kepemimpinan

yang bertujuan untuk perubahan.Menurut Robbins and Coutler (2010:159)

pemimpin transformasional yaitu pemimpin yang menstimulasi dan

menginspirasi (transformasi) bawahan untuk mencapai hasil yang luar biasa.

Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa seorang pemimpin dengan gaya

kepemimpinan seperti ini akan mampu memotivasi karyawan untuk selalu

bekerja secara optimal. Seorang pemimpin transformasional dapat membawa

perubahan besar baik dalam diri seorang pengikut maupun organisasi.

Hasil meta-analisis dari lowe et al. dalam Sugiarti (2007) terhadap 39

(18)

menemukan bahwa “elemen-elemen kunci dari gaya kepemimpinan

transformasional secara positif berkolaborasi dengan kepuasan dan efektifitas

kerja karyawan.

Hasil penelitian Dewi (2013) gaya kepemimpinan transformasional

berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Didukung pula oleh penelitian Andri

Budiman dalam Purnomo dan Cholil (2010) bahwa gaya kepemimpinan

tranformasional lebih berpengaruh dibandingkan dengan gaya kepemimpinan

transaksional terhadap kepuasan kerja.

Dan menurut Saputra (2013) mengatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh langsung dan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional

terhadap kepuasan kerja karyawan pada (STT, STMIK, STBA dan Politeknik

Cahaya Surya).

Tidak hanya kepemimpinan yang perlu diperhatikan, namun lingkungan

kerja yang nyaman menjadi hal yang harus dipertimbangkan.Kenyamanan

karyawan dalam bekerja juga menjadi salah satu faktor penting untuk

mencapai tujuan perusahaan.Kenyamanan tersebut dapat tercapai dari

lingkungan kerja yang baik. Dengan adanya kondisi kerja yang baik

diharapkan dapat memacu produktivitas kerja karyawan yang tinggi.

Lingkungan kerja menurut Mangkunegara, (2005: 105) ialah semua

aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat

memengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja.Menurut

Nitisemito (2002:183) lingkungan kerja segala sesuatu yang ada disekitar para

(19)

diembankan. Lingkungan kerja dibagi menjadi kerja fisik dan lingkungan

kerja psikis. Menurut Sedarmayanti (2001:1) lingkungan kerja adalah

keseluruhan alat perkakas dan bahan yang diha- dapi lingkungan sekitarnya di

mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik

sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Dalam penelitian Ganda S dkk.(2013) mengatakan bahwa terdapat

pengaruh yang positif antara Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja

Pegawai di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Probolinggo.

Dan menurut Yulianti (2008) terdapat pengaruh positif lingkungan

kerja fisik dan lingkungan kerja psikis terhadap kepuasan kerja karyawan

Rumah Sakit Juanda Kuningan Jawa Barat.

Sedangkan hasil penelitian Riansari dkk. (2012) mengatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara lingkungan kerja

terhadap kepuasan kerja.

Kepuasan kerja merupakan sasaran penting yang perlu dicapai karenan

akan memp engaruhi kinerja dan produktivitas kerja seseorang dalam suatu

perusahaan. Handoko (2011:193) menyatakan bahwa kepuasan kerja (job

satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Kepuasan tercipta dari persepsi karyawan dalam merasakan puas atau tidak

puas atas hasil yang diterima dari apa yang telah mereka kerjakan. Kepuasan

kerja yang tinggi akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik lagi.

(20)

kinerja yang baik bagi perusahaan. Ketidakpuasan karyawan nantinya akan

berpengaruh terhadap loyalitas kerja karyawan terhadap perusahaan.

Permasalahan gender juga menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja

Antara karyawan dan karyawati. Pebedaan telah melahirkan ketidakadilan

baik laki-laki dan perempuan yang secara tidak langsung dapat

memepengaruhi motivasi mereka dalam bekerja.Banyak anggapan bahwa

peran perempuan dalam perusahaaan hanya menempati posisi yang

administrative yang terkadang tidak membutuhkan banyak tantangan untuk

pengelolaannya.Sebaliknya posisi karyawan laki-laki lebih banyak

ditempatkan pada posisi- posisi yang menantang dan cenderung untuk

mengambil resiko dalam pekerjaannya. Namun pada hakekatnya masalah

gender merupakan hal yang penting diperhatikan dalam organisasi untuk

tercapainya tujuan yang diinginkan yang dilihat dari pandangan peran dari

masing- masing (Wahyu: 2013).

Research Gap dari penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel

berikut:

Tabel 1.1 Temuan Research Gap

Peneliti dan Tahun

Variabel Penelitian Hasil/Kesimpulan

X Y Z

A. Gaya Kepemimpinan Transformasional Berpengaruh Positif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Sugiarti (2013) Gaya

(21)

al (X) komitmen organisasi (Y) Purnomo dan Cholil

(2010) Gaya kepemimpinan

(X)

Kepuasan

kerja (Y) +/signifikan

B. Gaya Kepemimpinan Transformasional Berpengaruh Negatif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Saputra (2013) Gaya

kepemimpinan transformasion al (X)

Kepuasan

kerja (Y) -/signifikan

C. Lingkungan Kerja Berpengaruh Positif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Ganda S dkk.(2013) Lingkungan

kerja (X kepuasan kerja karyawan (Y) +/signifikan

Yulianti (2008) Lingkungan

kerja (X Kepuasan kerja karyawan (Y)

+/signifikan

D. Lingkungan Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Riansari dkk.

(2012) Lingkungan kerja (X) Kepuasan kerja -/signifikan

E. Gender Sebagai Moderator Hidayat (2013) Analisis

Pengaruh

Gender (Z) +/signifikan

Zatmiko (2009) Lingkungan

Komputerisasi

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul PengaruhGaya Kepemimpinan Transformasional dan Lingkungan

Kerja Terhadap Kepuasan Kerja KaryawanDengan Gender Sebagai Variabel

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan

diteliti yaitu:

1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan transformasionalterhadap

kepuasan kerja karyawan di Bank Tabungan Negara Syariah Kantor

Cabang Semarang?

2. Adakah pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja di Bank

Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang?

3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap

kepuasan kerja karyawan yang dimoderasi gender?

4. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan

yang dimoderasi gender?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap

kepuasan kerja karyawan di Bank Tabungan Negara Syariah Kantor

Cabang Semarang.

2. Mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja di Bank

Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang.

3. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap

(23)

4. Mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan

yang dimoderasi gender

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Perusahaan

a. Memberikan informasi tambahan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, khususnya karyawan, superisor, manager dan direktur

di lembaga yang bersangkutan tentang kepemimpinan

transformasional dan lingkungan kerja sehingga dapat mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan.

2. Bagi Akademisi

a. Dapat memberikan manfaat berupa tambahan kepustakaan atau

referensi mengenai masalah seputar kepemimpinan transformasional,

lingkungan kerja dan kepuasan kerja karyawan.

b. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi masyarakat

umum, bagi organisasi dan perusahaan yang memperhatikan

masalah-masalah industrinya berkaitan dengan karyawan

3. Bagi Penulis

a. Sebagai sarana untuk mengenbangkan ilmu yang di dapat saat dan

penerapan dalam praktek di kehidupan nyata.

b. Menyelesaikan salah satu syarat untukmeraih gelar Sarjana.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun kedalam lima bab dengan sistematika pembahasan

(24)

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini terdiri dari telaah pustaka, kerangka teori, kerangka penelitian dan

hipotesis.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep dan

operasional, instrument penelitian dan uji instrument penelitian.

BAB IV. ANALISIS DATA

Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian dan analisis data

BAB V. PENUTUP

(25)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

PenelitianSugiarti (2013) yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Transformasional Terhadap Komitmen Organisasi Dan Kepuasan Kerja Pada

PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Pasir Malang menyimpulkan bahwa

pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap komitmen

organisasi dari analisis statistik diperoleh angka bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap

kepuasan kerja.

Penelitian Dewi (2013) yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Dan Komitmen

Organisasi Pada PT. Kpm menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan

transformasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Dalam penelitian Heru Purnomo dan Muhammad Cholil yang berjudul

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Berdasarkan

Motivasi Kerja Pada Karyawan Administratif Di Universitas Sebelas Maret

Surakarta menyimpulkan bahwa untuk Kabag maupun Kasubag. Pengaruh

gaya kepemimpinan transformasional lebih besar dibandingkan dengan

kepemimpinan transaksional. Variabel motivasi prestasi, motivasi afiliasi dan

motivasi kekuasaan secara parsial memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan

transformasional terhadap kepuasan kerja baik untuk Kabag maupun

(26)

Koefisien bertanda positif berarti karyawan dengan motivasi tinggi lebih

besar memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan gaya

kepemimpinan transaksional baik secara parsial maupun bersama- sama

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja gaya kepemimpinan

transformasional terhadap kepuasan kerja dibanding karyawan dengan

motivasi rendah.

Sedangkan dalam penelitian Saputra (2013) yang berjudul Pengaruh

Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja Melalui

Kepercayaan Karyawan Pada Atasan menunjukkan bahwa tidak terdapat

pengaruh langsung dan signifikan antara gaya kepemimpinan

transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan pada (STT, STMIK,

STBA dan Politeknik Cahaya Surya)

Penelitian Ganda S dkk.(2013) yang berjudul Pengaruh Lingkungan

Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Di Kantor Badan Pusat Statistik

(BPS) Kabupaten Probolinggo menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

positif antara Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Kantor

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Probolinggo. Sehingga dapat

dikatakan secara faktual ada pengaruh antara lingkungan kerja terhadap

kepuasan kerja.

Penelitian Yulianti (2008) yang berjudul Pengaruh Lingkungan Kerja

Terhadap kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus pada Rumah Sakit Juanda

Kuningan Jawa Barat) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif lingkungan

(27)

Namun dalam penelitianRiansari dkk. (2012) yang berjudul Pengaruh

Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja

Karyawan (Studi Kasus PT Bank TabunganPensiunan Nasional,TbkCabang

Malang) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung yang

signifikan antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja. Pengujian

pengaruh langsung antara Lingkungan Kerja (X2) terhadap Kepuasan Kerja

(Y1) diper- oleh nilai koefisien path sebesar 0.113, dengan nilai Critical Ratio

(CR) sebesar 1.28 dan p-value sebesar 0.201. Karena nilai CR > 1.96 dan p-

value< 0.05, maka dapat disimpulkan bahwatidak terdapat pengaruh langsung

yang signifikan antara Lingkungan Kerja (X2) terhadap Kepuasan Kerja

(Y1).

Hasil penelitian Hidayat (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh

Tingkat Pendidikan Formal Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dengan Gender Sebagai

Variabel Moderasi menunjukkan bahwa gender memoderasi tingkat

pendidikan formal dan motivasi secara bersama-sama terhadap kepuasan

kerja karyawan tetap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karyawan

tetap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merasa perbedaan gender

antara laki-laki dan perempuan berpengaruh pada tingkat pendidikan formal

dan motivasi yang tinggi yang berdampak pada peningkatan kepuasan kerja

karyawan tetap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sedangkan hasil penelitian Zatmiko (2009) yang berjudul Pengaruh

(28)

pada Kepuasan Kerja dengan Gender sebagai Variabel Moderasi

menunjukkan bahwa gender tidak memoderasi pengaruh lingkungan

komputerisasi, praktek organisasi dan karakteristik pekerjaan pada kepuasan

kerja.

Research Gap dari penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel

berikut:

Tabel 1.1 Temuan Research Gap

Peneliti dan Tahun

Variabel Penelitian Hasil/Kesimpulan

X Y Z

F. Gaya Kepemimpinan Transformasional Berpengaruh Positif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Sugiarti (2013) Gaya

kepemimpinan

(2010) Gaya kepemimpinan

(X)

Kepuasan

kerja (Y) +/signifikan

G. Gaya Kepemimpinan Transformasional Berpengaruh Negatif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Saputra (2013) Gaya

kepemimpinan transformasion al (X)

Kepuasan

kerja (Y) -/signifikan

H. Lingkungan Kerja Berpengaruh Positif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Ganda S dkk.(2013) Lingkungan

kerja (X kepuasan kerja karyawan (Y) +/signifikan

Yulianti (2008) Lingkungan kerja (X

Kepuasan kerja

karyawan (Y)

+/signifikan

I. Lingkungan Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Riansari dkk.

(29)

J. Gender Sebagai Moderator Hidayat (2013) Analisis

Pengaruh

Gender (Z) +/signifikan

Zatmiko (2009) Lingkungan

Komputerisasi

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya

terletak pada objek maupun variabel-variabel penelitian, dimana variabel-variabel

tersebut ditambah atau dikurangi dari masing-masing penelitian. Dalam penelitian

ini peneliti juga menggunakan variabel gender sebagai moderasi yang belum

pernah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya sebagai variabel yang memoderasi

pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan lingkungan kerja terhadap

kepuasan kerja karyawan.

Bukan hanya dari segi variabel yang berbeda tapi objek penelitian juga

berbeda. Dalam penelitian ini akan mengambil objek pada perusahaan jasa sektor

perbankan yaitu karyawan BTNS Cabang Semarang.

B. Kerangka Teori

Yang menjadi acuan untuk melandasi penelitian ini adalah teori

manajemen sebagai grand theory, teori manajemen sumber daya manusia

(30)

transformasional, lingkungan kerja, kepuasan kerja dan gender dijadikan sebagai

applied theory.

1. Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2012) manajemen melibatkan

aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan

orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara

efisien dan efektif. Manajemen juga berupaya untuk menjadi efektif,

dengan menyelesaikan tugas-tugas demi terwujudnya sasaran-sasaran

organisasi.

Menurut Hasibuan (2007) manajemen merupakan sebuah ilmu

dan juga seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan tertentu.

Jadi, berdasarkan kedua teori diatas, manajemen menurut saya

adalah ilmu sekaligus seni yang mempelajari tentang proses

pengkoordinasian dan pengawasan dalam memanfaatkan sumber daya

manusia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Mathis dan Jackson (2006:3) manajemen sumber

daya manusia adalah rancangan system-sistem formal dalam sebuah

(31)

efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.Hasibuan

(2003:10) menjelaskan bahwa manajemen sumber daya manusia

adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tentang tenaga

kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan

perusahaan karyawan dan masyarakat.

b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2003:21) fungsi manajemen sumber daya

manusia terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemerhentian.

1) Perencanaan

Perencanaan SDM (human resources planing) adalah

perencanaan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai

dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya

tujuan.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua

karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,

delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan

organisasi.

3) Pengarahan

Pengarahan adalah kegiatan melakukan kegiatan mengarahkan

(32)

efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat.

4) Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan,

agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai

dengan rencana.

5) Pengadaan

Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,

orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai

dengan kebutuhan perusahaan.

6) Pengembangan

Pengembangan (development) adalah proses peningkatan

keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan

melalui pendidikan dan pelatihan.

7) Kompensasi

Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan

tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan

sebagai imbalan jasa yang di berikan kepada perusahaan.

8) Pengintegrasian

Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan

kepintangan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta

(33)

9) Pemeliharaan

Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara

atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan

agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

10)Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci

terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud

tujuan yang maksimal.

11)Pemberhentian

Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja

seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebaban

keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja

berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya.

3. Gaya Kepemimpinan Transformasional

a. Pengertian gaya kepemimpinan transformasional

Menurut Burns, 1978; Thoha, 2010 dalam Wahjono

(2010)gaya kepemimpinan transformasional adalah strategi pemimpin

dalam mempengaruhi karyawannya sehingga tujuan organisasi

tercapai. Strategi itu dilakukan dengan cara menularkan segala sesuatu

yang dimiliki pemimpin (nilai, falsafah hidup, sikap, dan ketrampilan)

(34)

b. Karakter gaya kepemimpinan transformasional

Tichy dan Devanna dalam Luthans (2006) melakukan

penelitian dengan wawancara mendalam, menyimpulkan bahwa

pemimpin transformasional memiliki karakter:

1) Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan

2) Mereka berani

3) Mereka mempercayai orang

4) Mereka motor penggerak nilai

5) Mereka pembelajar sepanjang masa

6) Mereka memiliki kemampuan menghadapi kompleksitas,

ambiguitas, dan ketidakpastian

7) Mereka visioner

c. Komponen gaya kepemimpinan transformasional

Menurut (Bass,1985, 1998; Bass & Avolio, 1993) dalam

Wahjono (2010) kepemimpinan transformasional yang otentik

mengandung empat komponen yakni :

1) Idealize influence

Idealize influence dari pemimpin adalah memimpikan, yakin dan

membentuk standar yang tinggi usaha penyamaannya.

2) Inspirational motivation

Inspirational motivationakan menjadi bekal para pengikut dalam

(35)

3) Intellectual stimulation

Intellectual stimulation dari kepemimpinan transformasional

adalah membantu para pengikut untuk menjawab asumsi dan untuk

membangkitkan solusi yang lebih kreatif terhadap

masalah-masalah yang dihadapi.

4) Individualized Consideration

Individualized Consideration dari kepemimpinan transformasional

adalah memperlakukan masing-masing bawahan sebagai individu

dan mendampingi, memonitor dan menumbuhkan peluang.

d. Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional

Behling, Orlando dan James M. McFillen (1996) dalam Fuad

Mas’ud (2004) mengembangkan indicator kuesioner gaya

kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

Gambar 2.1 Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan

Transformasional

Menginspirasi

Mengagumkan

Memberdayakan

Menunjukkan empati

Menjelaskan misi dengan menarik

Menunjukkan keyakinan

Meningkatkan image

(36)

4. Lingkungan Kerja

a. Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001:1) lingkungan kerja adalah

keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan

sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai

kelompok dapat ditarik kesimpulannya bahwa kondisi lingkungan

kerja baik akan menunjang produktivitas karyawan yang pada

akhirnya berdampak pada kenaikan tingkat kinerja karyawan.

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada

disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam

menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepadanya (Nitisemito,

2000:193).Menurut Terry (2006) dalam Mujib, (2016:24)

lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan yang

mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

lingkungan yang kerja merupakan segala sesuatu yang ada

dilingkungannya tempat bekerja baik fisik maupun nonfisik yang

dapat mempengaruhi semangat bekerja dalam menjalankan

(37)

b. Jenis Lingkungan Kerja

Sedarmayanti (2009:21), menyatakan bahwa secara garis

besar jenis lingkungan terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan kerja

fisik dan non fisik sebagai berikut:

1) Lingkungan kerja fisik

Lingkungan kerja fisik adalah segala keadaan berbentuk fisik

yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat

mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara

tidak langsung.

2) Lingkungan kerja non fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang

terjadiyang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan

denganatasan maupun hubungan sesame rekan kerja ataupun

hubungan dengan bawahan.

c. Manfaat Lingkungan Kerja

Menurut Arep dan Hendri (2013), manfaat lingkungan kerja

adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan

prestasi kerja meningkat.Sementara itu, manfaat yang diperoleh

karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah

pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat.Yang artinya pekerjaan

diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang

ditentukan. Prestasi kerjanya akan menimbulkan terlalu banyak

(38)

Lingkungan kerja yang baik yaitu lingkungan kerja yang

kondusif.Lingkungan kerja yang kondusif di tempat kerja adalah

salah satu syarat untuk menciptakan kepuasan kerja karyawan yang

lebih baik.Lingkungan kerja yang kondusif sendiri dapat tercipta

jika adanys komunikasi yang baik atasan dan bawahan maupun

antar para bawahan sendiri.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001) yang dapat mempengaruhi

terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan

kemampuan karyawan, diantaranya adalah:

1) Penerangan/cahaya di tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat bermanfaat bagi karyawan

guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Cahaya

yang kurang jelas dan mengakibatkan pekerjaan akan lambat,

banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya

menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan,

sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

2) Temperatur di tempat kerja

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia

mempunyai temperature yang berbeda-beda.Tubuh manusia

selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal,

(39)

menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar

tubuh.

3) Kelembapan di tempat kerja

Kelembapan adalah banyaknya air yang terkandung dalam

udara, biasa dinyatakan dalam presentase. Kelembapan ini

berhubungan atau dipengaruhi oleh temperature udara, dan

secara bersama-sama antara temperature, kelembapan,

kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut

akan mempengaruhi kedaan tubuh manuasia pada saat

menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya

4) Sirkulasi udara di tempat kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup

untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk metabolisme.

Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah

dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di

sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan

dan kesegaran pada jasmani.

5) Kebisingan di tempat kerja

Salah satusi hal yang cukup menyibukkan para pakar untuk

mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak

diinginkan oleh telinga.Karena pekerjaan membutuhkan

(40)

pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehinga

produktivitas kerja meningkat.

6) Getaran mekanis di tempat kerja

Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oeh alat

mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh

karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak

diinginkan.Secara umum getran mekanis dapat menggangu

tubuh dalam hal konsentrasi bekerja, datangnya kelelahan,

timbulnya beberapa penyakit karena gangguan terhadap mata,

syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.

7) Bau tidak sedap di tempat kerja

Adanya bau-bauan di tempat kerja dianggap sebagai

pencemaran yang dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dab

bau yang terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan

penciuman. Pemakaian air condition yang tepat merupakan

salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan

bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

8) Tata warna di tempat kerja

Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan

direncanakan dengan sebaik mungkin.Pada kenyataannya tata

warnatidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi.Hal ini

dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar

(41)

senang, sedih, dan lain-lain karena dalam sifat warna dapat

merangsang perasaan manusia.

9) Dekorasi di tempat kerja

Dekorasi berhubungan dengan tata warna yang baik, karena itu

dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja

tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata

warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.

10) Musik di tempat kerja

Musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana mampu

membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja.Oleh

karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk

didengarkan di tempat kerja.

11) Keamanan di tempat kerja

Guna menjaga dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam

keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya

keberadaannya.Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di

tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas

Keamanan (SATPAM).

e. Indikator Lingkungan Kerja

Adapun hal-hal yang dijadikan sebagai indikator lingkugan

kerja ialah menurut Sarwoto dalam Yumaltin (2014) lingkungan

(42)

Gambar 2.2 Indikator Lingkungan Kerja

5. Kepuasan Kerja Karyawan

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Davis dalamMangkunegara (2008) mengemukakan bahwa

kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong

yang dialami karyawan dalam bekerja.

Wexley dan Yuki dalam Mangkunegara (2008) mendefinisikan

kepuasan kerja adalah cara karyawan merasakan dirinya atau

pekerjaannya.

Dapat disimpulkan dari pendapat ahli diatas bahwa kepuasan

kerja merupakan suatu sikap refleksi atau sikap menyenangkan dari

para karyawan terhadap pekerjaan berdasarkan harapan dengan

imbalan yang diberikan oleh perusahaan dan lingkungan kerjanya.

Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaannya melibatkan

aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan

pengembangan karir, hubungan dengan karyawan lainnya,

Lingkungan Kerja

Tata ruang yang baik

Adanya perlengkapan dan fasilitas

(43)

penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan,

mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan

dirinya antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan.

Karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek

pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong dan sebaliknya jika

aspek-aspek tersebut tidak menyokong, karyawan akan merasa tidak

puas.

b. Variabel-variabel Kepuasan Kerja

Menurut Davis (1985:99) dalam Mangkunegara (2008)

kepuasan kerja berhubungan dengan variable-variabel seperti

turnover, tingkat absensi, umur, tingkat pekerjaan, dan ukuran

organisasi perusahaan.

1) Turnover

Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover

karyawan yang rendah.Sedangkan karyawan-karyawan yang

kurang puas biasanya turnovernya lebih tinggi.

2) Tingkat ketidakhadiran (absen) kerja

Karyawan-karyawan yang kurang puas cenderung tingkat

ketidakhadiranna (absen) tinggi.Mereka sering tidak hadir kerja

dengan alasan yang tidak logis.

3) Umur

Ada kecenderungan karyawan yang lebih tua lebih merasa puas

(44)

bahwa karyawan yang tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri

dengan lingkungan pekerjaannya.Sedangkan karyawan usiamuda

biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya,

sehingga apabila antara harapannya dengan realita kerja terdapat

kesenjangan atau ketidak seimbangan dapat menyebabkan mereka

menjadi tidak puas.

4) Tingkat pekerjaan

Karyawan-karyawan yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih

tinggi cenderung lebih puas daripada karyawan yang menduduki

tingkat pekerjaan yang lebih rendah.

5) Ukuran organisasi perusahaan

Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan

karyawan.Hal ini karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan

pula dngan koordinasi, komunikasi, dan partisipasi karyawan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

Ada dua factor yang mempengaruhikepuasan kerja, yaitu factor

yang ada pada diri karyawan dan factor pekerjaannya.

1) Faktor karyawan, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur,

jenis kelamin,

2) kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,

kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja.

3) Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi,

(45)

financial, kesempatan promosi jabatan, interaksi social, dan

hubungan kerja.

d. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Celluci dkk. (1978)dalam Mas’ud (2004), kepuasan

kerja dapat di ukur dengan indikator-indikator sebagai berikut:

Gambar 2.3 Indikator Kepuasan Kerja

6. Gender

a. Pengertian Gender

Secara biologis alat-alat kelamin antara laki-laki dan

perempuan tidak dapat dipertukarkan, hal ini merupakan kodrat dan

ketentuan Tuhan (Fakih, 2006: 8).

Echols & Sadhily mengemukakan kata gender berasal dari

bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (Rahmawati, 2004: 19). Kepuasan Kerja

Karyawan

Gaji sesuai

Mendapat promosi jabatan

Nyaman dengan rekan sekerja

Nyaman dengan penyelia

(46)

Fakih (2006: 71) mengemukakan bahwa gender merupakan

suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan

yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Perubahan

cirri dan sifat-sifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari

tempat ke tempat lainnya disebut konsep gender.

Dari beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan Genderadalahperbedaan yang tampak antara laki-laki

dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.

b. Teori Gender

Secara khusus tidak ditemukan suatu teori yang

membicarakan masalah gender. Teori-teori yang digunakan untuk

melihat permasalahan gender ini diadopsi dari teori-teori yang

dikembangkan oleh para ahli dalam bidang-bidang yang terkait

dengan permasalahan gender, terutama bidang sosial

kemasyarakatan dan kejiwaan. Karena itu teori-teori yang

digunakan untuk mendekati masalah gender ini banyak diambil dari

teori-teori sosiologi dan psikologi. Cukup banyak teori yang

dikembangkan oleh para ahli, terutama kaum feminis, untuk

memperbincangkan masalah gender, tetapi dalam kesempatan ini

akan dikemukakan beberapa saja yang dianggap penting dan cukup

(47)

1) Teori Struktural-Fungsional

Teori atau pendekatan struktural-fungsional merupakan

teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi

keluarga.Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu

masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling

memengaruhi.Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang

berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi

fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-

unsur tersebut dalam masyarakat.Banyak sosiolog yang

mengembangkan teori ini dalam kehidupan keluarga pada abad

ke-20, di antaranya adalah William F. Ogburn dan Talcott

Parsons (Ratna Megawangi, 1999: 56).

2) Teori Sosial-Konflik

Menurut Lockwood, suasana konflik akan selalu

mewarnai masyarakat,terutama dalam hal distribusi sumber

daya yang terbatas. Sifat pementingan diri, menurutnya, akan

menyebabkan diferensiasi kekuasaan yang ada menimbulkan

sekelompok orang menindas kelompok lainnya. Perbedaan

kepentingan dan pertentangan antar individu pada akhirnya

dapat menimbulkan konflik dalam suatu Asumsi yang dipakai

dalam pengembangan teori sosial-konflik, atau teori

diterminisme ekonomi Marx, bertolak belakang dengan asumsi

(48)

relasi sosial menggambarkan karakteristik yang sistemik, pola

relasi yang ada sebenarnya penuh dengan

kepentingan-kepentingan pribadi atau sekelompok orang. Hal ini

membuktikan bahwa sistem sosial secara sistematis

menghasilkan konflik; 2) maka konflik adalah suatu yang tak

terhindarkan dalam semua sistem sosial; 3) konflik akan terjadi

dalam aspek pendistribusian sumber daya yang terbatas,

terutama kekuasaan; dan 4) konflik adalah sumber utama

terjadinya perubahan dalam masyarakat (Ratna Megawangi,

1999: 81).

3) Teori Feminisme Liberal

Teori ini berasumsi bahwa pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Karena itu

perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.

Meskipun demikian, kelompok feminis liberal menolak

persamaan secara menyeluruh antara laki-laki dan

perempuan.Dalam beberapa hal masih tetap ada pembedaan

(distinction) antara laki-laki dan perempuan.Bagaimanapun

juga, fungsi organ reproduksi bagi perempuan membawa

konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat (Ratna

(49)

4) Teori Feminisme Marxis-Sosialis

Feminisme ini bertujuan mengadakan restrukturisasi

masyarakat agar tercapai kesetaraan gender. Ketimpangan

gender disebabkan oleh sistem kapitalisme yang menimbulkan

kelas-kelas dan division of labour, termasuk di dalam keluarga.

Gerakan kelompok ini mengadopsi teori praxis Marxisme,

yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum

perempuan sadar bahwa mereka merupakan ‘kelas’ yang tidak

diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah usaha untuk

membangkitkan rasa emosi para perempuan agar bangkit untuk

merubah keadaan (Ratna Megawangi, 1999: 225).

5) Teori Feminisme Radikal

Teori ini berkembang pesat di Amerika Serikat pada

kurun waktu 1960-an dan 1970-an. Meskipun teori ini hampir

sama dengan teori feminisme Marxis-sosialis,teori ini lebih

memfokuskan serangannya pada keberadaan institusi keluarga

dan sistem patriarki. Keluarga dianggapnya sebagai institusi

yang melegitimasi dominasi laki-laki (patriarki), sehingga

perempuan tertindas.Feminisme ini cenderung membenci

laki-laki sebagai individu dan mengajak perempuan untuk mandiri,

bahkan tanpa perlu keberadaan laki-laki dalam kehidupan

perempuan.Elsa Gidlow mengemukakan teori bahwa menjadi

(50)

internal maupun eksternal.Martha Shelley selanjutnya

memperkuat bahwa perempuan lesbian perlu dijadikan model

sebagai perempuan mandiri (Ratna Megawangi, 1999: 226).

6) Teori Ekofeminisme

Teori ekofeminisme muncul karena ketidakpuasan akan

arah perkembangan ekologi dunia yang semakin bobrok. Teori

ini mempunyai konsep yang bertolak belakang dengan tiga

teori feminisme modern seperti di atas.Teori-teori feminism

modern berasumsi bahwa individu adalah makhluk otonom

yang lepas dari pengaruh lingkungannya dan berhak

menentukan jalan hidupnya sendiri.Sedang teori ekofeminisme

melihat individu secara lebih komprehensif, yaitu sebagai

makhluk yang terikat dan berinteraksi dengan lingkungannya

(Ratna Megawangi, 1999: 189).

7) Teori Psikoanalisa

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud

(1856-1939).Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku dan

kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal ditentukan

oleh perkembangan seksualitas.Freud menjelaskan kepribadian

seseorang tersusun di atas tiga struktur, yaitu id, ego, dan

superego.Tingkah laku seseorang menurut Freud ditentukan

oleh interaksi ketiga struktur itu.Id sebagai pembawaan

(51)

memberikan kekuatan terhadap kedua sumber lainnya. Ego

bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya menjinakkan

keinginan agresif dari id.Ego berusaha mengatur hubungan

antara keinginan subjektif individual dan tuntutan objektif

realitas sosial.Superego berfungsi sebagai aspek moral dalam

kepribadian dan selalu mengingatkan ego agar senantiasa

menjalankan fungsinya mengontrol id (Nasaruddin Umar,

1999: 46).

C. Kerangka Penelitian

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja

karyawan.Dalam penelitian ini penulis memilih faktor gaya kepemimpinan

transformasional dan lingkungan kerja.

Panudju (2003) menyatakan bahwa rendahnya kepuasan kerja

karyawan di perusahaan merupakan gejala kurang stabilnya dalam

organisasi atau perusahaan dan bentuk paling ekstrim dari ketidakpuasan

tersebut adalah pemogokan kerja, mangkir, dan tingkat keluarnya karyawan

dari perusahaan. Bakotić dan Babić (2013) kepuasan kerja dapat

mempengaruhi perilaku kerja, dan kinerja organisasi dipengaruhi oleh

kepuasan karyawan. Menurut Martoyo (2007:141) Kepuasan kerja adalah

suatu keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik

temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan/ organisasi

dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang

(52)

yang memiliki sifat dari aktivitas orang manajemen dan mengarahkan usaha

mereka pada tujuan dan sasaran perusahaan. Menurut Burns, 1978; Thoha,

2010 gaya kepemimpinan transformasional adalah strategi pemimpin dalam

mempengaruhi karyawannya sehingga tujuan organisasi tercapai. Strategi itu

dilakukan dengan cara menularkan segala sesuatu yang dimiliki pemimpin

(nilai, falsafah hidup, sikap, dan ketrampilan) kepada karyawannya.

Perusahaan harus membuat lingkungan kerja dimana orang yang bekerja

di dalamnya merasa nyaman untuk bekerja, merasakan bahwa mereka memiliki

tujuan, mempunyai kebanggaan akan apa yang mereka lakukan dan dapat

memaksimalkan potensi mereka. Berdasarkan penjabaran landasan teori dan

penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran dalam

penelitan ini yaitu variabel bebas (independen variable) adalah gaya

kepemimpinan transformasional, dan lingkungan kerja. Sedangkan untuk

variabel terikat (dependen variable) adalah kepuasan kerja karyawan.

(53)

D. Hipotesis

1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan

Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan

transformasional terhadap kepuasan kerja. Hasil meta-analisis dari lowe et

al.(2004) dalam skripsi Sugiarti (2007) terhadap 39 studi yang

menggunakan multifactor leadership questionnaire (MLQ) menemukan

bahwa “elemen-elemen kunci dari gaya kepemimpinan transformasional

secara positif berkolaborasi dengan kepuasan dan efektifitas kerja

karyawan. Hasil penelitian Dewi (2013) gaya kepemimpinan

transformasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Didukung pula

oleh penelitian Budiman dalam Purnomo dan Cholil (2010) bahwa gaya

kepemimpinan tranformasional lebih berpengaruh dibandingkan dengan

gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja. Dari penelitian

sebelumnya mendasari perumusan hipotesis 1 adalah :

H1: Gaya kepemimpinantransformasionalberpengaruhpositif dan

signifikan terhadapkepuasankerjakaryawan.

2. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Terdapat beberapa penelitian terkait pengaruh lingkungan kerja

terhadap kepuasan kerja. Dalam penelitian Ganda S. dkk. (2013)

mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara Lingkungan

Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Kantor Badan Pusat Statistik

(54)

pengaruh positif lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikis

terhadap kepuasan kerja karyawan Rumah Sakit Juanda Kuningan Jawa

Barat. Dari penelitian tersebut mendasari rumusan hipotesis 2 adalah :

H2: Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja

karyawan.

3. Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Yang Dimoderasi Oleh Gender

Menurut Zatmiko (2009) pada penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa variable gender tidak memoderasi hubungan antara Lingkungan

Komputerisasi, Praktek Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan pada

Kepuasan Kerja.

Maka dalam penelitian ini akan mencoba untuk memasukkan :

H3 : Gender Memoderasi Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Transformasional terhadap Kepuasan Kerja.

4. Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Yang

Dimoderasi Oleh Gender

Menurut Hidayat (2013) pada penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa variabel gender secara bersama-sama memoderasi hubungan antara

Tingkat Pendidikan Formal Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Latar belakang penelitian masalah dalam penelitian ini akan mencoba

(55)

H4 : Gender Memoderasi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan

Kerja.

(56)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenis permasalahan yang ada dalam judul penelitian, maka

penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif.Menurut Sarwono (2012) dalam

pendekatan kuantitatif, data yang diperlukan adalah data dalam bentuk

kuantitatif yang diwakili dengan angka (numeric).

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini

sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode

positif, karena telah memenuhi kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur,

rasional, dan sistematis serta dikatakan kuantitatif karena data penelitian

berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011:13)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk menunjang pembahasan dalam penulisan ini, penulis

memusatkan penelitian pada obyek tertentu yaitu pada PT. Bank Tabungan

Negara(BTN) Syariah yang berada di Semarang. Peneliti memilih lokasi di

Semarang karena dengan kota yang sudah cukup maju apakah gaya

kepemimpinan transformasinal dan lingkungan kerjaefektif dalam

meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Sedangkan waktu penelitian

diperkirakan 2 bulan dimulai dari bulan Desember 2017 sampai bulan Januari

(57)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian

yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti.

Totalitas dari objek dan subjek peneliti, tentunya yang memiliki hubungan

atau memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah yang akan

dipecahkan (Bawono, 2006:28). Dalam penelitian ini populasinya adalah

karyawan BTNS Semarang yang berjumlah 70 orang.

2. Sampel

Prosedur penarikan sampel padapenelitian ini dilakukan secara

acak berdasarkan kriteria tertentu yaitu menggunakan pertimbangan bahwa

hanya pihak-pihak tertentu yang bisa mengetahui persoalan yang diajukan

dalam penelitian ini.Pengambilan sampel dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran keadaan populasi dengan mengambil sebagian dari

populasi.Sebagian populasi ini diharapkan dapat mewakili gambaran

keseluruhan populasi. Pengambilan sampel populasi dilakukan secara acak

namun sesuai dengan kemudahan peneliti atau convenience sampling

(Malhotra, 2007)

Kantor cabang BTNS di Jawa Tengah hanya berada di

Semarang, Tegal dan Solo. Peneliti mengambil sampel di BTNS

Semarang, alasan pengambilan sampel di BTNS Semarang dan karena

BTNS di wilayah Jawa Tengah mempunyai karakteristik, sifat, dan

(58)

kantor cabang dan yang lainya hanya kantor layanan syariah. Jadi

kantor cabang adalah kantor yang lingkupnya lebih besar dan jumlah

karyawanya jauh lebih besar dari layanan syariah, dengan kata lain peneliti

mengambil sampel di BTNS Semarang sudah bisa mewakili sampel yang

berada wilayah Jawa Tengah. Jumlah sampel yang diambil dari BTNS

adalah berjumlah 40 responden. Jumlah ini sesuai dengan acuan Roesco

yang dikutip Sekaran (2006) yang menyatakan bahwa ukuran sampel lebih

dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2006), teknik pengumpulan data adalah cara yang

digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam

penggunaan teknik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrument yaitu

alat bantu agar pekerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah.

1. Sumber dan Jenis Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber

pertama. Semua data ini merupakan data mentah yang kelak akan

diproses untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan (Umar,

2003: 84).

Dalam penelitian ini dapat diperoleh dari pengisian angka yang

(59)

b. Data Sekunder

Menurut Umar (2003: 84) “data sekunder merupakan data

primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti

table, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih

informatif bagi pihak lain”. Sedangkan menurut Bawonono (2003

30) data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu.Data sekunder

ini dapat diperoleh oeh peneliti dari jurnal, majalah, buku, statistic

maupun dari internet.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Kuisioner atau Angket

“Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan

permintaan pengguna” (Bawono, 2006: 29).Kuesioner dipakai untuk

menyebut metode maupun instrumen. Angket atau kuesioner

dibedakan menjadi dua dilihat dari cara menjawabnya yaitu

kuesioner terbuka (member kesempatan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimat sendiri) dan kuesioner tertutup (sudah

disediakan jawaban sehingga tinggal memilih), (Arikunto, 2006:

(60)

E. Skala Pengukuran

Sejalan dengan berkembangnya ilmu melalui kegiatan penelitian, telah

dikembangkan berbagai tingkatan ukuran terhadap konsep yang memiliki

satuan nilai atau yang disebut variable. Dalam pengukuran variable ada

bermacam-macam skala atau ukuran, yaitu nominal, ordinal, interval, dan

rasio (Supardi, 2005: 145)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala interval.Skala interval

memiliki ciri berurutan dan berjarak, operasi empiris data, dan penentuan

kesamaan interval dengan selisih. Alat analisis yang digunakan adalah mean,

standar deviasi, korelasi produk momen, regresi, uji t, uji F, uji parametik,

dan iji nonparametik (Wijaya, 2013: 16)

Skala 0 sampai 10 dipilih dengan pertimbangan memudahkan responden

dalam menentukan kategori sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

Responden yang akan dipilih dalam penelitian ini terbiasa dengan penilaian

interval angka 0 sebagai kategori rendah dan 10 sebagai kategori paling tinggi

(Murdianingsih: 2015: 46).

Berikut ini tentang penilaian yang digunakan untuk mengukur pengaruh

variable gaya kepemimpinan transformasional dan lingkungan kerja terhadap

kepuasan kerja karyawan dengan gender sebagai pemoderasi dalam penelitian

ini :

Sangat Tidak Setuju

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat

(61)

F. Definisi Konsep dan Operasional

Definisi operasional dari variable-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini :

1. Variabel Bebas Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)

Menurut Burns; Thoha dalam Wahjono (2010) gaya kepemimpinan

transformasional adalah strategi pemimpin dalam mempengaruhi

kary-awannya sehingga tujuan organisasi tercapai. Strategi itu dilakukan

dengan cara menularkan segala sesuatu yang dimiliki pemimpin (nilai,

falsafah hidup, sikap, dan ketrampilan) kepada karyawannya.

Behling, Orlando dan McFillen dalam Mas’ud (2004)

mengembangkan kuesioner gaya kepemimpinan transformasional sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan

Transformasional

Menginspirasi

Mengagumkan

Memberdayakan

Menunjukkan empati

Menjelaskan misi dengan menarik

Menunjukkan keyakinan

Meningkatkan image

Gambar

Tabel 1.1. Research Gap ....................................................................................
Tabel 1.1 Temuan Research Gap
Tabel 1.1 Temuan Research Gap
Gambar 2.1 Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Aylin et al tentang kontrol asma dan kualitas hidup ( Aylin et al. 2012) yaitu rata-rata skor Tes Kontrol Asma adalah 20

Pada proses pembuatan garam, petani garam membutuhkan air laut untuk proses kristalisasi garam, dan untuk memenuhi kebutuhan air laut tersebut, terlebih dahulu

[r]

Didalam penulisan tugas akhir ini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan yang baik dalam merencanakan desain geometrik dan tebal perkerasan pada Jalan Peninggalan-Batas

Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat untuk membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, masukan, dan semangat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini, dari awal sampai dengan akhir.. Ibu

Dimensi yang kedua adalah reliability probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu

Dengan metode Starter DOL pada motor fasa tiga, arus starting yang masuk ke motor sebesar 1404 A, alasan penggunaan pengasutan Direct On Line karena fungsi dari